Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


PADA PASIEN DI RUANG RAJAWALI RSJP KALIMANTAN BARAT
STASE KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
Alvina Tantriati
Dhea Fitra Amanda
Indra Wahyuda
Nurul Wafda Marpunir Rahmah
Nuryunita Suparyato
Putri Ananda Amalia
Ridha Sri Rezeki

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024
PROPOSAL KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Latar Belakang
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak
lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan
pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan darah
meningkat denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah tersinggung, marah, amuk serta
dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain.
Terapi aktivitas kelompok diperlukan dalam praktik perawatan jiwa untuk mengatasi
gangguan interaksi dan komunikasi serta merupakan salah satu keterampilan teraupetik.
Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas yang berupaya
meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
2. Tujuan Khusus
a) Klien dapat memperkenalkan dirinya
b) Klien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c) Klien mampu mengetahui tanda gejala marah
d) Klien mampu mengenali perilaku dan akibat marah.
e) Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan fisik : pukul bantal.
f) Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan
emosinya dan di dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
C. Landasan Teori
Pengertian
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak
lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan
pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan darah
meningkat denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah tersinggung, marah, amuk serta
dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Keliat, dan Muhith, 2016).
Teknik memukul bantal dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).
kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi kembali
secara wajar. Untuk mengurangi resiko melakukan mencederai diri atau orang lain
dikarenakan status emosi pasien, maka perlu dilakukan terapi yang berguna untuk
menyalurkan energi yang konstruksif dengan cara fisik, salah satunya adalah teknik
memukul bantal. Teknik ini digunakan agar energi marah yang dialami oleh pasien dapat
tersalurkan dengan baik sehingga tidak mencederai diri dengan orang lain dan adaptasi
menjadi adaptif.
D. Klien
1. Karakteristik klien
a) Pasien resiko perilaku kekerasan
b) Pasien yang kooperatif
c) Pasien yang mampu berkomunikasi dengan baik
d) Pasien yang mampu mengontrol emosi
e) Klien yang tidak terlalu gelisah.
f) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi aktifitas
kelompok
g) Kondisi fisik dalam keadaan baik
h) Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
i) Klien yang pendengaran dan penglihatannya baik
2. Proses seleksi
Berdasarkan hasil seleksi didapatkan klien sejumlah 6 orang yang memenuhi
kriteria yaitu memiliki riwayat risiko perilaku kekerasan.
E. Pengorganisasian
1. Waktu: Hari jumat, 26 Januari 2024 waktu yang dibutuhkan untuk selama 20 menit.
2. Tim Terapis:
a) Leader: Dhea Fitra Amanda
b) Co leader: Nurul Wafda Marpunirrahmah
c) Fasilitator: Ridha Sri Rezeki, Alvina Tantriati
d) Observer: Indra Wahyuda, Nuryunita Suparyanto, Putri Ananda Amalia
3. Uraian Tugas Pelaksana
Leader:
a) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
menyiapkan proposal kegiatan TAK
b) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya
c) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib menetralisir
bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

Co.Leader:

a) Mendampingi Leader
b) Menjelaskan aturan permainan
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
d) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah di
buat
e) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses terapi

Fasilitator:

a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung Ikut serta dalam kegiatan


kelompok
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok
untuk aktif mengikuti jalannya terapi

Observer:

a) Mengobservasi jalannya proses kegitan


b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan nonverbal pasien selama
kegiatanberlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan.

Metode: Diskusi dan bermain peran

F. Media dan Alat


Bantal
G. Setting Tempat

: PESERTA TAK : CO LEADER

: OBSERVER : FASILITATOR
: LEADER
H. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak klien yang sudah mengikuti sesi sebelumnya
b) Terapis membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Perkenalan.
Perawat mengucapkan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri dan
anggota nya.
"selamat pagi bapak-bapak ..bagimana kabarnya..sehat ??? perkenalkan saya
b) Tujuan
Menjelaskan tujuan dilakukannya terapi aktivitas kelompok.
" tujuan kita disini akan melakukan tindakan aktivitas kelompok ini untuk
mengajarkan bapak semua tentang tanda gejala saat bapak marah dan bagaimana
cara menyalurkan energi yang positif dengan cara memukul bantal contohnya "
c) Terapis menjelaskan aturan main:
 Jika klien meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis
 Lama kegiatan 20 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a) Menanyakan kesiapan pasien
b) Memberitahukan aturan selama permainan berlangsung
c) Menjelaskan prosedur pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
d) Menanyakan kejelasan kepada pasien, apakah pasien sudah paham atau belum
tentang prosedur permainan
e) Memberikan contoh kepada pasien terlebih dahulu tentang jalannya permainan.
f) Menyalakan music untuk memulai permainan. Musik dimatikan dan pasien yang
melanggar akan diberi sangsi untuk menyebutkan tanda gejala marah yang di
alaminnya.
g) Mengarahkan pasien untuk menyalurkan rasa marahnya dengan memukul bantal.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi :
 Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok setelah
memperkenalkan diri. Contoh: "Bagaimana perasaannya setelah mengikuti
kegiatan hari ini?"
 Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota kelompok.
 Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba menyalurkan
kemarahannya dengan memukul bantal setiap kali pasien merasa marah.
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk memperaktekan dalam kehidupan sehari hari.

Adapun teknik memukul bantal yaitu

1. Posisi duduk,
2. Letakkan bantal dipangkuan,
3. Tarik nafas dalam, kemudian ditahan sejenak
4. Kepalkan tangan lalu pun bantal sekencang kencang nya sampai emosi mereda.
TANGGAL/BULAN
NO JAM KEGIATAN

1 Klien dapat memperkenalkan dirinya


2 Klien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3 Klien mampu mengetahui tanda gejala marah
4 Klien mampu mengenali perilaku dan akibat marah
5 Klien mampu mempraktikkan mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan pukul bantal
6 Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan
emosinya dan di dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya

LEMBAR OBSERVER

Nama Pasien : Ket.


Ruangan : M : Mandiri
Diagnosa : B : Bantuan/ diingatkan
Ruangan : T : Tidak dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai