Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. M. ILDREM MEDAN

KELOMPOK 6
Christie Y Hutabarat ( 221102003 )
Nanda Rizkya Rusidi ( 221102004 )
Eva Romayani HRP ( 221102021 )
Rina Mardiani ( 221102034 )
Riska Dwinki Oktaviani ( 221102040 )
Yulia Dwi Kartika ( 221102083 )
Nur Afrina Sahira Purba ( 221102106 )
Resita Yunus ( 221102120 )
Minda Ihsaniah Nst ( 221102134 )
Anisa Fujiwan ( 221102135 )
Putri Leony Hsb ( 221102136 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok pada pasien gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dengan cara bercakap-cakap.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Adapun tujuan dari TAK halusinasi pendengaran yaitu klien
mampu melatih konsentrasi terhadap stimulus dan meningkatkan
interaksi serta kerja sma melalui permainan pesan berantai
2. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat menjalin interaksi dengan pasien lain
b. Klien dapat menyampaikan isi pesan sesuai instruksi
perawat
c. Klien mampu berkonsentrasi terhadap rangsang yang
diberikan oleh terapis
d. Klien mampu menyampaikan pesan berantai ke klien yang
lain
e. Klien mampu menghafal pesan berantai yang disampaikan

C. LANDASAN TEORITIS
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang
(diprakarsai) dari internal dan eksternal disertai dengan respon
menurun atau dilebih-lebihkan atau kerusakan respon pada
rangsangan ini (Hendarsyah, 2016). Klien dengan skizofrenia
mengalami halusinasi, meskipun halusinasinya bervariasi tetapi sebagian
besar klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar
diperkirakan 90% (Fresa, 2014). Upaya yang dilakukan untuk menangani
klien halusinasi adalah dengan memberikan tidakan keperawatan
yaitu membantu pasien mengenali halusinasi, isi halusinasi, waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat
halusinasimuncul. Kemuadian dengan melatih klien mengontrol halusinasi
dengan menggunakan strategi pelaksanaanya itu dengan cara
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal dan menggunakan obat secara teratur
(Aristina Halawa, 2015). Untuk mengoptimalkan tindakan
keperawatan dilakukan tindakan keperawatan lanjutan. Tindakan
dengan memberikan terapi modalitas yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan
mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok (Handayani, Sriati, & Widianti, 2013).

Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan


memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau
terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal
halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku
mal adaptif (Ningsih & Ilyas, 2013). Salah satu bentuk pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok yaitu dengan cara melakukan kegiatan
menggambar bagi pasien gangguan jiwa merupakan bentuk
komunikasi dari alam bawah sadarnya, berdasarkan pemikirannya
atau benda-benda yang muncul akan menimbulkan gambaran yang
merupakan ekpresi dari sendiri. Dengan menggambar pasien gangguan
jiwa dapat memperbaiki aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menggambar merupakan salah satu kemampuan dari psikomotorik
(Townsend, 2010) Berdasarkan analisa situasi, permasalahan yang
terdapat di ruang shinta merupakan salah satu ruang rawat inap yang
terdapat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Jumlah klien di
ruang shinta sebanyak 20 pasien yang dirawat dengan masalah
keperawatan halusinasi, defisit perawatan diri, isolasi sosial. Dari 20
pasien tersebut belum bisa mengontrol halusinasi yang muncul baik
dengan cara menghardik ataupun mengalihkan dengan kegiatan sehari-
hari. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat tentang cara mengontrol halusinasi. Terapi
aktivitas kelompok (TAK) ini ditujukan kepada klien yang nantinya
diharapkan agar dapat mengontrol halusinasi secara mandiri baik dirumah
sakit maupun di rumah. Untuk klien diharapkan dapat memahami
kegiatan-kegiatan yang dapat mengontrol halusinasi dan bagi
perawat diharapkan untuk melakukan kegiatan dan memberi pengawasan
terhadap klien agar dapat klien melawan halusinasi.

D. KLIEN

1. Karakteristik/Kriteria yang sesuai:k

a. klien yang tenang dan kooperatif dan dapat diajak kerjasama


dalam proses TAK

b. Klien yang tidak mengalami perilku agresif atau tidak dalam


keadaan mengamuk

c. Klien dapat membaca instruksi perawat

d. Klien yang tidak mengalami gangguan pendengaran dan


gangguan komunikasi verbal

e. Klien yang mengalami halusinasi yang terkontrol

f. Klien yang bersedia mengikuti TAK


2. Proses Seleksi:
a. Melakukan observasi dan wawancara terhadap pasien kelolaan
b. Menindaklanjuti asuhan keperawatan pasien
c. Mencari informasi dan keterangan dari pasien dan juga perawat
d. Penyelasaian masalah berdasarkan masalahkeperawatan
e. Pasien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang
diberikan
f. Membuat kontrak waktu dengan pasien

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
Hari/Tgl : Kamis, 22 Juni 2023
Jam : 10.00 WIB s/d selesai
Tempat : Perpustakaan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
M. Ildrem
2. Tim Terapis
a. Leader :
Tugas :
1. Memimpin jalannya TAK
2. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya
TAK
3. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
4. Memimpin diskusi kelompok
b. Co Leader :
Tugas :
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil alih posisi leader, jika leader blocking
4. Menyerahkan kembali posisi pada leader
5. Menuntun acara diskusi
c. Fasilitator :
Tugas :
1. Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam kegiatan
TAK
2. Memberikan stimulus dan memotivasi anggota
kelompok untuk aktif mengikuti kegiatan
d. Observer :

Tugas :
1. Mengobservasi jalannya kegiatan TAK
2. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan
nonverbal pasien selama kegiatan berlangsung
3. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dimulai dari
proses persiapan sampai penutupan kegiatan
4. Memberikan reward (hadiah) kepada pasien yang
menang dalam permainan
e. Dokumentasi :
Tugas :
1. Mendokumentasikan kegiatan TAK yang dimulai
dari tahap awal hingga akhir

3. Metode dan Media


a. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi
b. Media
1. Kertas berinstruksi
2. Pulpen

4. Peserta TAK
No Inisial Klien Ruangan Penanggung
Jawab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

F. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi

a. Salam Perkenalan :
1. Salam terapeutik kepada klien
2. Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua
struktur (beri pin nama)
3. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari
semua klien (beri pin nama)
4. Menanyakan perasaan klien saat ini
5. Membuat jargon semangat
b. Penjelasan dan aturan main :
1. Menjelaskan tujuan kegiatan
2. Menjelaskan aturan main yaitu :
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan
selesai

b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai

c. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi

d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok


selama kegiatan TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah
dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan
dari permainan

g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK


selesai h Apabila waktu yang ditentukan untuk
melaksanakan TAK telah habis, sedangkan permainan
belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan
anggota untuk memperpanjang waktu TAK
2. Kerja
Langkah-langkah kegiatan permainan pesan berantai:
a. Peserta diatur sejajar menyamping, dibagi dalam 2 kelompok
b. Terapis memberi salam dan menjelaskan tujuan dari TA

c. Pasien berbanjar menghadap leader, peserta nomor 1 dari masing-


masing kelompok menerima pesan instruksi, sedangkan anggota
lainnya menghadap ke arah yang berlawanan dengan leader
d. Leader memberikan kalimat pendek kepada peserta nomor 1 dan
diminta menyampakan ke peserta nomor 2, peserta nomor 2 ke 3,
peserta nomor 3 ke 4, dan peserta nomor 4 ke peserta nomor 5
e. Peserta nomor 5 diminta menuliskan apa yang didengar, hasilnya
dikumpulkan ke leader yang nanti akan dihitung setelah semua
peserta mendapatkan giliran
f. Permainan diulang sama seperti semula tetapi dimulai dari peserta
nomor 5 yang menyampaikan pesan dan diakhiri peserta nomor 4
yang akan menyampaikan pesan terakhir yang didengarnya
g. Permainan diulang sampai peserta terakhir nomor, hasil dikumpulkan
dan dihitung berapa banyak kata yangg hilang dari masing – masing
kelompok. Jumlah kata benar yang paling banyak akan menjadi
pemenangnya
1. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan peserta
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan setiap peserta untuk selalu
bersosialisasi dengan teman - temannya
2) Memasukkan kegiatan komunikasi dengan pasien lain
pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegitan berikutnya
Aristina Halawa. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok:
Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pendengaran Pada Pasienskizofrenia Di Ruang
Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. Jurnal Keperawatan, 4(1),
30–37
Fresa, O. (2014). Efektifitas Terapi Individu Bercakap-
Cakap dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada
Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJ DR. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan (JIKK), 25, 1–10.
Hendarsyah, F. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia
Paranoid dengan Gejala-Gejala Positif dan Negatif. Jurnal Medula Unila,
4(3), 57–62.
Hidayah, A. N. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi-Sensori Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi di RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Fikkes jurnal keperawatan, 8(1), 44–55.
Ningsih, P., & Ilyas, M. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di Ruang Kenanga Rumah Sakit
Khusus DaerahPropinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 2(4), 1–7/
Townsend, M. . (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Psikiatri : Rencana Asuhan &Medikasi Psikotoprik(5th ed.). Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai