Anda di halaman 1dari 9

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI : MENGGAMBAR

DI RUANG ENDRO TENOYO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO


PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
1. Siti Umul Hidayah
2. Miftah Ariel
3. Vionica Trias Wulandari
4. Hendi Setiawan
5. Sofy Mila Dhianisa

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL
2020/2021
PRE PLANNING KEGIATAN
TERAPI MENGGAMBAR
A. Latar Belakang
1. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Kesehatan jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungan
untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan,
perkembangan yang optimal, dengan menggunakan kemampuan mental (kognisi,
afeksi, relasi), memiliki prestasi individu serta kelompok, konsisten dengan hukum
yang berlaku. Berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Yosep,
2013). Gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara, tidak hanya di Indonesia. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya
gangguan jiwa spikotik atau skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi dan penggunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) juga menjadi masalah kesehatan
jiwa (Depkes RI, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 ada sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Setidaknya ada satu dari
empat orang di dunia mengalami masalah kesehatan jiwa yang secara keseluruhan
menjadi masalah serius. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di
negara berkembang. Sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental tidak mendapat
perawatan (Yosep, 2013). Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita
gangguan jiwa cukup banyak. Prevalensi gangguan jiwa berat pada tahun 2012 dengan
usia di atas 15 tahun mencapai 0,46% dan ini berarti bahwa terdapat lebih dari 1 juta
jiwa di Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui
11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional. Pada
tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta orang (Riskesdas,
2013).
Berdasarkan data medical record di RS Ernaldi Bahar kasus gangguan jiwa pada
tahun 2013 berjumlah 5.600 jiwa dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
5.236 jiwa. Setelah dilakukan studi awal terdapat 2.417 jiwa yang mengalami
gangguan jiwa terhitung dari bulan Januari sampai bulan Desember 2015. Gangguan
jiwa yang umum terjadi adalah perilaku kekerasan. Menurut Benkowitz, perilaku
kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang
ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai
orang lain secara fisik maupun psikologis (Direja, 2011).

Perilaku kekerasan biasanya disebabkan oleh situasi berduka yang


berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang dianggap penting.
Jika hal ini tidak berhenti, maka akan menyebabkan perasaan harga diri rendah yang
sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang
lain terus berlanjut, maka akan timbulnya halusinasi yang menyuruh untuk melakukan
tindakan kekerasan. Dukungan keluarga yang kurang baik pun mampu mempengaruhi
perkembangan perilaku kekerasan dan ini berdampak pada diri sendiri, orang lain dan
lingungan sekitar (Yosep, 2013).

Upaya dalam penanganan pasien dengan gangguan jiwa yang merupakan asuhan
keperawatan jiwa spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik pada saat
melakukan asuhan keperawatan pada klien. Berbagai macam terapi pada keperawatan
yang dikembangkan dan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga
maupun kognisi. Salah satunya yaitu terapi aktivitas kelompok (Direja, 2011).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensoris, terapi aktivitas
kelompok sosialisasi dan terapi aktivitas kelompok orientasi realitas (Yosep, 2013).
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang sering bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adiktif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
adalah terapi non farmakologi yang diberikan oleh perawat terlatih terhadap pasien
dengan masalah keperawatan yang sama. Terapi diberikan secara berkelompok dan
berkesinambungan dalam hal ini khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
stimulasi persepsi perilaku kekerasan (Keliat & Akemat, 2012). Salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan dalam kegiatan TAK yaitu menggambar.

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan.
2. TujuanUmum :
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok menggambar pada pasien gangguan
jiwa, diharapkan pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
3. Tujuan Khusus :
- Klien dapat memberikan makna gambar.
- Terjadi perubahan perilaku adaptif sesuai yang diinginkan.
- Pasien mampu menyampaikan manfaat kegiatan TAK stimulasi sensori yang telah
diberikan.

C. Topik Kegiatan
Topik : Stimulasi sensori (menggambar)

D. Klien
a. Karakteristik/kriteria :
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu mengontrol dirinya
dari resiko perilaku kekerasan sehingga pada saat TAK pasien dapat bekerjasama dan
tidak mengganggu anggota kelompok yang lain, maka sasaran pasien yang dilibatkan
dalam terapi aktifitas kelompok ini adalah klien dengan masalah resiko perilaku
kekerasan di ruang Endro Tenoyo dengan jumlah 8 pasien dan pasien bersedia
mengikuti TAK.
b. Proses seleksi :
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK stimulasi persepsi sensori :
menggambar meliputi : menjelaskan tujuan TAK stimulasi persepsi sensori pada
klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

E. Waktu dan tempat


Hari/Tanggal : Rabu, 6 Januari 2021
Tempat : Di ruang 7 Hudowo RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah
Waktu : + 45 menit

F. Metode Pelaksanaan
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain permain/simulasi

G. Media dan Alat/Bahan


bolpoint, dan kertas

H. Setting Tempat
= Mahasiswa
= Pasien

I. Pengorganisasian dan Job Description :


 Leader = Hendi Setiawan
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai.
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya.
3) Mampu memimpin TAK dengan baik dan tertib.
4) Menetralisir apabila ada masalah di kelompok.
5) Menjelaskan permainan.
 Co leader = Miftah Ariel
1) Membantu leader mengorganisasikan kelompok.
2) Menggerakkan anggota kelompok.
 Fasilitator = Vionica Trias Wulandari , Siti Umul Hidayah
1) Memfasilitasi pasien yang kurang aktif.
2) Berperan sebagai role play bagi pasien selama kegiatan.
 Observer + dokumentasi = Sofy Mila Dhianisa
1) Mengobservasi pasien TAK.
2) Mendokumentasikan jalannya kegiatan..

J. Susunan Acara
Tahap Pembicara Peserta Waktu
1. Mengucapkan 1. Membalas salam
salam 2. Mendengarkan
Pembukaan 2. Memperkenalkan memperhatikan 5 menit
diri

1. Pengertian
Pembuatan menggambar
Memperhatikan dan
kegiatan 2. Manfaat 30 menit
mempraktikan
Menggambar menggambar
Penutup 1. Memberi 1. Bertanya
kesempatan 2. Mendengarkan
kepada peserta 3. Menjawab salam
untuk bertanya
2. Menyampaikan 10 Menit
kembali materi
yang disajikan
3. Evaluasi
4. Memberi salam

K. Strategi Kegiatan
a. Persiapan
1. Membuat kontrak waktu dengan pasien
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
Pada tahap ini penyaji melakukan:
1. Memberi salam
2. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan pasien saat ini
3. Kontrak:
a) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri.
b) Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
2) Lama kegiatan 45 menit.
3) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap kerja
1. Tim terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menggambarkan
dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain.
2. Terapis menyiapkan, bolpoint, dan kertas.
3. Terapis meminta pasien menggambarkan apa saja sesuai dengan yang diinginkan
saat ini.
4. Sementara pasien menggambar, terapis berkeliling dan memberi motivasi kepada
pasien untuk terus menggambar secara positif.
5. Setelah semua pasien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing
pasien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang dibuatnya kepada
pasien lain. Yang dijelaskan adalah gambar yang dibuat dan makna gambarnya.
6. Setiap pasien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak pasien lain untuk
bertepuk tangan dan memberi pujian.
d. Tahap terminasi
1. Evaluasi :
 Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
 Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan
 Memberi pujian atas kegiatan yang telah dilakukan.
2. Rencana tindak lanjut :
 Menganjurkan klien menggukan cara yang telah dipelajari jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
 Memasukkan kegiatan mengambar sesuai imajinasi pada jadwal kegiatan
harian pasien.
3. Kontrak waktu yang akan datang
 Menyepakati kegiatan berikutnya
 Menyepakati waktu dan tempat
4. Evaluasi Dan Dokumentasi
a. Evaluasi
- Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan stimulasi persepsi
sensori : menggambar dalam dan mempraktekkannya.
- Mengevaluasi kemampuan klien mengontrol PK.
- Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan TAK mengontrol PK dengan
stimulasi persepsi sensori : menggambar.
- Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi , kemampuan yang
diharapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Formulir evaluasi sebagai berikut : sesuaikan dengan target kemampuan.
Mengidentifikasi Cara Fisik Mempraktikkan Cara
No. Nama Klien
Yang Pertama Fisik Yang Kedua

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara fisik
untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klien mampu dan X jika klien
tidak mampu.

b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien mampu melakukan kegiatan menggambar dan mampu
menjelaskan makna gambar tersebut.. Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan
diruang rawat (buat jadwal).

Anda mungkin juga menyukai