Anda di halaman 1dari 19

Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Persepsi Pada Penderita Skizofrenia Dengan


Masalah Risiko Perilaku Kekerasan

*Nurhayati Pangaribuan1, Inri Sihombing2, Jesika S. Silitonga3, Juliana


Simanjuntak4, Khairunnisa Tanjung5, Salinda Manurung6, Verdalius A.7, Yuris
Waruwu8,

*nurhayaty120598@gmail.com

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang
ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas, risiko perilaku
kekerasan (RPK), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif
serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede,
2020). Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang
menyerang 20 juta orang diseluruh dunia (WHO,2019). Prevalensi orang
yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000
penduduk.Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi,
dan tingkah laku sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki risiko lebih
tinggi berperilaku agresif dimana perubahan perilaku secara dramatis terjadi
dalam beberapa hari atau minggu. Pasien skizoprenia sering dikaitkan dengan
perilaku kekerasan (Wehring & Carpenter, 2011) yang dapat membahayakan
diri sendiri maupun orang lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan
sekitarnya, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (Baradero, 2016;
Sutejo,2018).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang


dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar
60% penderita perilaku kekerasan (Wirnata, 2012).

Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan


dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan
dapat merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
social. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat denyut nadi dan pernapasan
meningkat mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri
sendiri maupun orang lain (Keliat, dan Muhith, 2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta orang


diseluruh dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.
Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan
kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid, 2016).
Menurut penelitian gejala risiko perilaku kekerasan pasien skizofrenia
nilai rata-rata sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif
sebesar 18,35,respon afektif sebesar 21,82,respon sosial sebesar 23,00,
respon perilaku sebesar 18,71 dan nilai komposit sebesar 81,88, Gejala
risiko perilaku kekerasan pasien skizofrenia dirata-ratakan setelah terapi
aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 10,88, respon
afektif sebesar 11,94,respon sosial sebesar 12,18, respon perilaku sebesar
10,00 dan nilai komposit sebesar 45 (Pardede dan Laia, 2020).

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien risiko perilaku


kekerasan bisa diberikan secara individual atau kelompok. Tindakan yang
diberikan secara kelompok yaitu terapi aktivitas kelompok mengemukakan
beberapa aktivitas digunakan pada terapi aktivitas kelompok, yaitu
menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja
makan dan kegiatan sehari-sehari lainnya. Beberapa keuntungan yang
diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok meliputi dukungan
(support), pendidikan meningkat pemecahan masalah, meningkatkan
hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing)
pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Ghozali, 2021).

Terapi aktivitas kelompok merupakan merupakan salah satu terapi modalitas


yang dilakukan perawat kepada sekelompok asien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok sudah lama dimasukkan
dalam program terapi keperawatan di dunia, tindakan yang diberikan secara
kelompok yaitu terapi aktivitas kelompok mengemukakan beberapa aktivitas
digunakan pada terapi aktivitas kelompok, yaitu menggambar, membaca
puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan dan kegiatan
sehari-sehari lainnya (Ghozali, 2021). Hasil wawancara pembuatan TAK ini
ada 4 orang dengan pasien gangguan Risiko Perilaku Kekerasan. Semua
subjek belum pernah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok stimulus
persepsi pada risiko perilaku kekerasan di RSJ. Oleh sebab itu kelompok
tertarik untuk melakukakan terapi aktivitas kelompok dengan stimulus
persepsi pada pasien risiko perilaku kekerasan.

1.2 Tujuan Umum


Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi
pelaksanaan risiko perilaku kekerasan secara fisik dan sosial dalam
mengontrol risiko perilaku kekerasan.

1.3 Tujuan Khusus


1. Pasien dapat mengetahui cara mengendalikan risiko perilaku kekerasan
sesuai strategi pelaksanaan (SP).
2. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, mempraktikkan SP Risiko Perilaku Kekerasan
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan
melatih kekompakan dalam kelompok.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PRESEPSI

2.1 Metode Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode :
1. Perkenalan diri pada seluruh perawat
2. Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan

2.2 Waktu dan Tempat


Kegiatan ini dilakukan pada hari Kamis jam 11.30 WIB, tanggal 10
Februari 2022, Di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem

2.3 Peserta TAK


Pasien yang mengikuti kegiatan berjumlah 4 orang terdiri dari:
1. Ny. F (26 tahun)
2. Ny. M (44 tahun)
3. Ny. R (37 tahun)
4. Ny. A (45 tahun)

2.4 Media dan Alat


1. Handphone
2. Speaker
3. Music/lagu
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan pasien
6. Kursi

2.5 Susunan Pelaksanaan


Yang bertugas dalam TAK kali ini di sesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut :
 Leader : Juliana Simanjuntak, S. Kep
 Co.Leader : Inri Sihombing, S. Kep
 Fasilitator 1 : Nurhayati Pangaribuan, S. Kep
 Fasilitator 2 : Khairunnisa Tanjung, S. Kep
 Fasilitator 3 : Salinda Manurung, S. Kep
 Observer : Jesika Serevin Silitonga, S. Kep
 Dokumentator 1 : Verdalius A., S.Kep
 Dokumentator 2 : Yuris Waruwu, S.Kep

2.6 Uraian Tugas Pelaksana


1. Leader :
a) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi ktivitas kelompok
menyiapkan proposal kegiatan TAK
b) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co.Leader :
a) Mendampingi Leader
b) Menjelaskan aturan permaian
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien
d) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah di buat
e) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi
3. Fasilitator :
a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
c) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
4. Observer :
a) Mengobservasi jalannya proses kegitan
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses ,
hingga penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam
permainan.

2.7 Kriteria Pasien


1. Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan yang sudah kooperatif
2. Pasien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Pasien bisa tulis dan baca
4. Pasien yang bersedia mengikuti TAK

2.8 Antisipasi masalah


1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi kesempatan kepada
setiap peserta untuk ke toilet
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan diri dari tempat
kegiatan

2.9 Langkah-langkah Kegiatan


1. Persiapan
a) Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2. Orientasi
a) Salam teraupetik
Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader memperkenalkan diri
dan tim terapis lainnya.
b) Evaluasi/Vasilidasi
Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main yaitu :
a. Berkenalan dengan anggota kelompok
b. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada pemimpin TAK
c. Lama Kegiatan 45 menit
d. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a) Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
b) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c) Sediakan kursi kurang satu dari jumlah peserta
d) Hidupkan music dan menari mengelilingi tempat duduk
e) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang tidak duduk
mendapat giliran untuk memperkenalkan diri dengan anggota
kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara:
 Memberi salam
 Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby.
 Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby
f) Setelah memperkenalkan diri, klien mengambil gulungan kertas yang
ada di mangkuk yang berisi SP Risiko Perilaku Kekerasan (RPK),
kemudian pasien diharuskan memperagakan SP yang didapat
g) Hidupkan music dan pasien menari mengelilingi tempat duduk
h) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang tidak duduk
mendapat giliran untuk memperkenalkan diri dengan anggota
kelompok yang ada di sebelah kanan. Kembali memperagakan point e
dan f.
4. Tahap Terminasi
a) Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan
kerjasama kelompok
b) Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
kegiatan TAK
c) Fasilitator membagikan Snack
d) Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering
bersosialisasi, selalu bekerjasama, dan memasukkan kegiatan
mengontrol risiko perilaku kekerasan ke dalam kegiatan harian
sebanyak 2x1.
e) Observer mengumumkan pemenang
f) Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
5. Evaluasi
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b) Kerja sama klien dalam kegiatan
c) Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan

2.10 Setting Tempat


a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Ruangan yang nyaman dan tenang

L C.L

P P

F F

P P

D D

Keterangan Gambar:
O
L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
D : Dokumentator

2.11 Tata tertib dan Antisipasi Masalah


1. Tata tertib pelaksanaan TAK Risiko Perilaku Kekerasan
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK Risiko
Perilaku Kekerasan sampai dengan selesai
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK Risiko Perilaku
Kekerasan dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan
oleh pemimpin
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK
selesai
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah
habis, sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin
akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
Penanganan klien yang tidak efektif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
4. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.
EVALUASI

3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan TAK


3.1.1 Evaluasi Terapis
Kegiatan TAK dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Februari 2022 Jam
11.30 WIB sesuai dengan rencana yang ada di proposal. Kegiatan
dilakukan di ruang perpustakaan. Hal pertama yan dilakukan, yaitu leader
memperkenalkan diri kepada pasien dan leader memberikan kesempatan
untuk co-leader, fasilitator, observer dan dokmentator untuk
memperkenalkan diri kepada pasien dan memberikan pasien kesempatan
untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Leader dan co-leader
saling bergantian menjelaskan peraturan terapi aktivitas kelompok,
seperti bagiamana peraturan yang di buat saat terapi aktivitas kelompok
dilaksanakan, durasi berjalannya terapi aktivitas kelompok dan
memberikan infromasi kepada pasien bahwa perawat yang berada
disebelah pasien sebagai fasilitator untuk membantu pasien selama
berjalannya terapi aktivitas kelompok.

Dalam terapi aktivitas kelompok, leader dan co-leader sudah melakukan


tugasnya untuk menjelaskan jalannya terapi aktivitas kelompok dan
memimpin jalannya terapi. Fasilitator sudah melakukan tugasnya untuk
membantu pasien selama berjalannya terapi aktivitas kelompok. Observer
telah melakukan tugasnya dengan mengamati jalannya terapi aktivitas
kelompok apakah pasien mampu melakukan SP yang sudah ditentukan
terapis.

3.1.2 Evaluasi Pasien


Kegiatan TAK dilaksanakan pada 10 Febuari 2022 jam 11.30 WIB.
Kegiatan dilakukan di dalam ruang perpustakaan Pasien berjumlah 4
orang peserta perempuan sesuai dengan proposal yang telah diajukan.
Klien sudah di kontrak sesuai dengan kriteria sehari sebelum
dilaksanakan TAK.
Respon pasien saat diberikan terapi aktivitas kelompok yaitu :
1. Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara :
a. Tarik Nafas Dalam
b. Pukul Kasur Bantal
Pasien mengatakan jika marah, pasien memukul dinding, melempar
barang sebelum tahu cara mengontrol risiko perilaku kekerasan.
Setelah diberikan terapi pasien mampu mempraktikkan kembali tarik
napas dari hidung lalu keluarkan dari mulut secara perlahan dan
memukul kasur bantal sambil melepaskan emosi.

2. Minum Obat Secara Teratur.


Pasien mengatakan minum obat 2x/hari, semua pasien yang ikut
dalam TAK mengatakan jika minum obat pasien dapat
mengendalikan amarahnya dan pasien bisa tidur dengan nyenyak.

3. Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Dengan Cara : Berbicara


Verbal/Bicara Baik-baik. Pasien mampu berbicara sopan atau baik-
baik.
Pasien mengatakan mampu berbicara sopan jika meminta sesuatu
baik-baik kepada perawat dan teman di dekatnya

4. Spritual pasien mampu berdoa dan menyebutkan keinginanya ingin


sembuh. Pasien mengatakan selalu berdoa setiap mau tidur, bangun
tidur maupun pada saat makan dan selalu mengikuti ibadah di RSJ.

3.2 Evaluasi Kemampuan Verbal

No. Nama Menanyakan Menanyakan Menanyakan Menanyakan Total


Pasien Nama Pasien Nama Asal Hobby
Panggilan
1 Ny. F √ √ √ √ 4
2 Ny. M √ √ √ √ 4
3 Ny. R √ √ √ √ 4
4 Ny. A √ √ √ √ 4

Keterangan :
√:1
×:0

A. Evaluasi SP 1 bagian 1
No. Aspek Yang dinilai 1 2 3 4
1 Menyebutkan manfaat Tarik napas 1 1 1 0
dalam
2 Menyebutkan cara Tarik napas dalam 1 1 1 1
3 Mempraktikkan Tarik napas dalam 1 1 1 1

Petunjuk : Dilakukan : 1 Tidak dilakukan : 0

B. Evaluasi Sp 1 bagian 2

No. Aspek Yang dinilai 1 2 3 4


1 Menyebutkan manfaat pukul Kasur 1 1 0 1
bantal
2 Menyebutkan cara pukul Kasur bantal 1 1 1 1
3 Mempraktikkan pukul Kasur bantal 1 1 1 1

Petunjuk : Dilakukan : 1 Tidak dilakukan : 0

C. Evaluasi Sp 2

No. Aspek Yang dinilai 1 2 3 4


1 Menyebutkan manfaat minum obat 1 1 1 1
2 Menyebutkan efek tidak minum obat 1 0 0 1
3 menyebutkan waktu minum obat 1 1 1 1
4 menyebutkan jenis obat 0 1 0 1

Petunjuk : Dilakukan : 1 Tidak dilakukan : 0

D. Evaluasi Sp 3
No. Aspek Yang dinilai 1 2 3 4
1 Menyebutkan manfaat bicara baik- 0 1 1 1
baik
2 Mempraktikkan cara berbicara baik- 1 0 0 1
baik

Petunjuk : Dilakukan : 1 Tidak dilakukan : 0


PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil diskusi kelompok yaitu berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah. Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien
dengan resiko perilaku kekerasan adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok
Stimulasi Persepsi, dimana TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok pasien
dengan Resiko perilaku kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran
jasmani dan mengekspresikan perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam
praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Setelah
mendapatkan terapi aktivitas kelompok, pasien di RSJ Prof. Dr.M.Ildrem
terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman tentang cara mengontrol
risiko perilaku kekerasan dan tahu bagaimana cara melakukannya.
Peningkatan pengetahuan diketahui bahwa pasien mampu mengingat SP 1-4
dari permainan terapi aktivitas kelompok.

4.2 Saran
Tenaga kesehatan diharapkan melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah
gangguan jiwa khusunya pasien risiko perilaku kekerasan. Berdasarkan hasil
evaluasi pasien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok terjadi
peningkatan pengetahuan, pemahaman dan mempraktikkan cara mengontrol
risiko perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Muhith (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Ansi


Offest .

2. Depkes, R. I. (2013). Hasil Riskesdas 2013-Departeman Kesehatan


Republik Indonesia. Diakses dari: www. depkes. go. id/resource/downl
oad/general/HasilRiskesdas20201, 3.

3. Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan


Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen
Publishing

4. Ghozali, P. G., & Pratiwi, Y. S. (2021, December). Gambaran Pengaruh


Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan Pada
Pasien Resiko Perilaku Kekerasan. In Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan (Vol. 1, pp. 1875-1881).

5. Keliat, B. A. (2014). Keperawatan Jiwa; Terapi Aktivitas Kelompok.


EGC.

6. Husna, H., Sianturi, M. O., & Pasaribu, R. (2021). Terapi Aktivitas


Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan.

7. Maulana, I., Hernawaty, T., & Shalahuddin, I. (2021). Terapi Aktivitas


Kelompok menurunkan Tingkat Halusinasi pada Pasien Skizofrenia:
Literature Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 9(1), 153-160.

8. Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of


Violent Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity
Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3), 291-300.

9. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Pengaruh


Acceptance And Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen
Pada Pengobatan Dan Kepatuhan Pasien Skizofrenia. FIK UI, Depok.

10. Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., & Laia, R. (2016).
Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
Skizofrenia. Idea Nursing Journal, 7(3), 53-61.

11. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour
Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal
Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
12. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan
Koping Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami
Perilaku Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.

13. Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Risiko Perilaku Kekerasan.

14. Prabowo, E. (2014). Konsep & aplikasi asuhan keperawatan jiwa.

15. PUTRI, V. S. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi


persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien skizofrenia di ruang rawat inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174-183.

16. Yusuf, A., Fitryasari PK, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar
keperawatan kesehatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai