Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

DENGAN STIMULASI PERSEPSI


PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH:
KELOMPOK 1 A

Ni Komang Widyastuti ( P07120323048)


I Gede Agus Okta Wahyu Nugraha (P07120323049)
Luh Putu Febby Manika Sari (P07120323050)
Luh Gede Afsari Eka Putri (P07120323051)
I Made Aditya Dwi Artawan (P07120323052)
Ni Kadek Dian Karmila Yanti (P07120323053)
Ni Ketut Restu Aditya Putri (P07120323054)
Putu Arsienda Dahata UlmaFema (P07120323055)
Kadek Wiryanti (P07120323056)
Putu Defri Githayani (P07120323057)
Ida Ayu Ketut Anjani (P07120323058)
I Gede Made Krisna Dwipayana (P07120323059)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2023/2024
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
DENGAN STIMULASI PERSEPSI
PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus
membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia
untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan
tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan
individu untuk interaksi dengan orang lain. Kelompok adalah kumpulan
individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain. Anggota kelompok
mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan
ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri. Terapi kelompok adalah suatu
psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan
jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas
kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan
orang lain. Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.
Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah
manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri.
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Menurut Stuart dan Sundeen dalam (Muhith, 2015), kekerasan (violence)
merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive behavior) yang
menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Perilaku
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal
ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon
kemarahan seseorang dan fungsi positif marah. Atas dasar tersebut, maka
dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien dengan perilaku kekerasan
dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja
pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol
dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama
dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B. Pengertian
Kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai
hubungan satu sama lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang
sama (Stuart, 2013). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi yang
dirancang untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan emosional pasien
dengan masalah keperawatan jiwa dan bertujuan membantu anggota dalam
meningkatkan koping dalam mengatasi stressor dalam kehidupan. TAK
memiliki tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif. Terapi aktivitas kelompok
ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah
yang lebih baik pada pasien dengan riwayat kekerasan. Terapi aktivitas
kelompok ini memberikan hasil antara lain kelompok menunjukkan loyalitas
dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua
anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan terjadinya komunikasi
antar anggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.
Manfaat dari terapi aktivitas kelompok secara umum adalah untuk
mengembangkan motivasi pasien, melakukan sosialisasi, dan meningkatkan
kemampuan realistis melalui komunikasi dan umpan balik terhadap orang lain
(Susana & Sri, 2011). Terapi aktivitas kelompok dilakukan 7-10 orang.
Sebelum melakukan terapi aktivitas kelompok terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain lingkungan yang kondusif, rasa aman dan
nyaman pasien dengan menjaga privasinya, serta dilakukan pada waktu yang
tepat (Direja, 2011).
Menurut Stuart dan Sundeen dalam Muhith (2015), kekerasan
(violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive behavior)
yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Perilaku
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan
hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik

D. Sesi Yang Digunakan


Dalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 1 sesi, yaitu :
1. Sesi II : Demonstrasi pencegahan perilaku kekerasan melalui kegiatan
fisik
E. Pasien
1. Kriteria Pasien
a. Pasien yang kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK)
b. Kondisi fisik dalam keadaan baik
c. Bersedia mengikuti kegiatan terapi aktivitas
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.

F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Rabu, 25 Oktober 2022
2. Waktu : 10.00 WITA - selesai
3. Alokasi waktu :
a. Perkenalan dan pengarahan : 5 menit
b. Terapi kelompok : 20 menit
c. Penutup : 5 menit
4. Ruangan : Ruang Drupadi RSJ Provinsi Bali

G. Nama Peserta dan Ruangan


Jumlah sasaran : 7 orang
Nama- nama pasien :
1. ?

H. Susunan Pelaksana
1. Leader :
2. Co- leader :
3. Observer :
4. Fasilitator :

I. Uraian Tugas Pelaksana


1. Leader
Uraian tugas:
a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
b. Memimpin jalannya terapi kelompok
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
d. Memimpin diskusi
2. Co-leader
Uraian tugas:
a. Membuka kegiatan TAK
b. Memperkenalkan diri pelaksana dan mempersilakan peserta
memperkenalkan diri
c. Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan
d. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
e. Membantu memimpin jalannya kegiatan
f. Menutup kegiatan TAK
g. Menggantikan leader jika terhalang tugas

3. Observator
Uraian tugas:
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat, dan jalannya acara
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok
c. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatan berlangsung
4. Fasilitator
Uraian tugas:
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

J. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau
pasien lain
c. Fasilitator memberikan stimulus dan motivasi anggota kelompok
(pasien) untuk aktif dalam proses terapi.
2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama pasien
b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan

3. Bila pasien lain ingin ikut


a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang
telah dipilih
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti
oleh pasien tersebut
c. Jika pasien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.
4. Apabila ada pasien yang sudah bersedia mengikuti TAK, namun pada saat
pelaksanaan TAK tidak bersedia
Mempersiapkan pasien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan
kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya
K. Mekanisme Kegiatan
Sesi 1: Identifikasi Perilaku Kekerasan
Tujuan
1. Mereview kegiatan pada saat sesi I
“ Memeperkenalkan nama, memfalidasi rasa marah, menyebutkan tanda
gejala marah, menyebutkan reaksi ketika marah”
2. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
- Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olah raga yang bisa
dilakukan klien
- Tulis di papan tulis / flipchart/whiteboart
3. Pasien dapat melakukan napas dalam sebagai cara mencegah perilaku
kekerasan
4. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : napas dalam, menjemur / memukul kasur /
bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir
tinju, dan memukul gendang.
5. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan
6. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
 Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).
 Klien mendemonstrasikan ulang
7. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktik kan cara penyaluran
kemarahan.
8. Memberikan pujian pada peran serta klien.
9. Upayakan semua klien berperan aktif.
Tahap terminasi
1. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari
jika menghadapi ( lagi ) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
 Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari .
 Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang.
 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain , yaitu interaksi
sosial yang asertif.
 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikut nya .

Sesi 2: Demonstrasi Pencegahan Perilaku Kekerasan fisik


Tujuan
1. Pasien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan
2. Pasien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan
3. Pasien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan

Setting Tempat

L C
F F

P P

F F

P P

F P F
O
Keterangan:

L : Leader

C : Co-leader

: Observer
O

F : Fasilitator

P : Pasien

Alat
1. Kasur/bantal
2. Jadwal kegiatan pasien
3. Label nama
4. Buku catatan dan pulpen
5. Papan tulis/ flipchart/ whiteboard

Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah Kegiatan
2. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada pasien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

3. Orientasi
a. Salam terpeutik
1) Salam dari co-leader kepada pasien
2) Pasien dan tim pelaksana menggunakan label nama
b. Evaluasi/Validasi
1) Co-leader menanyakan perasaan pasien saat ini.
2) Co-leader menanyakan apakah ada kejadian tindakan perilaku
kekerasan, penyebab, tanda gejala, perilaku kekerasan, dan akibatnya
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu: secara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Co-leader menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada fasilitator.
- Lama kegiatan 25 menit.
- Pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

4. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh pasien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan pasien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : menyikat kamar mandi, senam, dan memukul
bantal.
c. Membantu pasien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama pasien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Leader mempraktikan
2) Pasien melakukan redemonstrasi dibantu dengan fasilitator
e. Menanyakan perasaan pasien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
f. Upayakan semua pasien berperan aktif

5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Co-leader menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
2) Co-leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
3) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b. Tindak Lanjut
1) Co-leader menganjurkan pasien menggunakan cara yang telah
dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan muncul
2) Menganjurkan pasien melatih secara teratur latihan yang telah
diberikan
3) Memasukan pada jadwal kegiatan harian pasien
c. Apresiasi
Mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Kemampuan yang diharapkan pada TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan sesi 2 adalah kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara
fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Evaluasi TAK
Stimulasi Persepsi: Perilaku Kekerasan
Sesi 2: Demontrasi Pencegahan Perilaku Kekerasan

Mempraktikan cara fisik Mempraktikan cara


No Nama Pasien
yang pertama fisik yang kedua
1
2

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan pasien yang ikut TAK pada kolom nama pasien.
2. Untuk tiap pasien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang
biasa digunakan untuk mencegah perilaku kekerasan, keefektifannya, cara
mengontrol perilaku kekerasan, dan memperagakannya. Beri tanda ()
jika pasien mampu atau () jika pasien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap pasien. Contoh: pasien mengikuti sesi 2 TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan, pasien mampu mempraktikkan tarik
napas dalam, tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal.
Anjurkan dan bantu pasien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha
Medika

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi (I; M.


Bendetu, ed.). Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Stuart, G. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing 10 th edition. St.


Louis: Mosby

Susana, Sarka A.,Hendarsih, Sri. (2011). Terapi modalitas keperawatan


kesehatan jiwa. Jakarta : EGC.

Sutejo. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai