Anda di halaman 1dari 15

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DENGAN TERAPI BERKEBUN PADA PASIEN

DENGAN DI RUANG NAKULA RSUD BANYUMAS

DI SUSUN OLEH:

ZANNA RAKHUL AULIA MATARI 1811040015


INDANA LAZULFA 1811040079
UMAMI BUDIARTI 18110400
CINTYA PUSPA DEWI 18110400
MARFATUL NGARIFAH 1811040012
ZAK ULYATU FITROTI 1811040008
YAHRA YUNI LARAS WATI 1811040009
FEBTRYANTO 18110400

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
A. TOPIK
Terapi berkebun
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi berkebun klien mampu beradaptasi terhadap
situasi, lebih banyak aktivitas dan lebih mandiri
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi modalitas : terapi berkebun selama 45 menit diharapkan
klien dapat:
a. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa kasih
sayang terhadap seseorang dan lingkungan.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan.
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang dihadapi.
d. Meningkatkan control diri dan perasaan berharga.
e. Mengubah perilaku.
f. Mengembangkan kreatifitas.
g. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.
C. LANDASAN TEORI
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Terapi aktivitas kelompok
a. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk

identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang

maladaptive (Stuart & Sundeen, 2005).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2011).


b. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

1. Tujuan Umum

a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh

pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.

b) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk

berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan

memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang

lain.

c) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri

dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri

dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.

d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis

seperti fungsi kognitif dan afektif.

2. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai

identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.

b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat

dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk

menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh

anggota kelompok lainnya.

c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan

sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk

saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan

sosial dalam kesehariannya.


c. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok

Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai

tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat,

2005 membagi kelompok menjadi tiga yaitu :

1. Terapi kelompok.

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui

dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi

persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri,

peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.

2. Kelompok terapeutik.

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik

krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya kelompok ibu

hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit

terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-

group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah

masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota

kelompok, meningkatkan kualitas kelompok. antara anggota kelompok

saling membantu dalam menyelesaiakan masalah.

3. Terapi aktivitas kelompok (TAK).

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman

atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi

kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian

masalah.
Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh

paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien

dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

D. KLIEN
1. Karakteristik / kriteria

a. Klien dengan riwayat resiko perilaku kekerasan

b. Klien yang kooperatif.

c. Klien dengan rentang usia 15-50 tahun

d. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran

e. Klien bersedia menjadi peserta TAK

2. Proses seleksi

Proses seleksi dilakukan dengan mengobservasi dan wawancara di Ruang Nakula

yang direncanakan mengikuti terapi aktivitas kelompok (TAK) kemudian

melakukan kontrak apakah klien bersedia atau tidak untuk ikut serta dalam terapi

akivitas kelompok (TAK).

Pasien peserta TAK :

1) Prapto

2) Yudi adi

3) Nasir

4) Luwih

5) Choirul anwar

6) Tarsiwen

7) Tukirah
8) Eniyah

E. PENGORGANISASIAN

1. Waktu dan tempat kegiatan :

Tempat : Ruang TAK Nakula

Hari : Minggu

Tanggal : 11 November 2018

Jam : 09.00 – 09.40 WIB

Durasi : 40 menit

2. Tim terapis:

Leader : Indana Lazulfa

Co-leader : Zanna Rakhul Aulia Matari

Fasilitator :

 Umami Budiarti

 Cintya puspa dewi

 Zak ulyatu fitroti

 Marfatul Arifah

Observer :

 Febtryanto

 Yuni yahra laras wati

3. Peran dan tugas dalam TAK:

a. Leader : Indana Lazulfa

Tugas Utama : Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.

Tugas Lain :

 Membuka acara

 Memimpin kegiatan
 Memotivasi peserta

 Menjelaskan tujuan terapi berkebun

 Menjelaskan langkah-langkah terapi berkebun

 Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi berkebun

 Menutup acara terapi aktivitas kelompok.

b. Co leader : Zanna Rakhul Aulia Matari

Tugas utama : Membantu leader mengatur anggota kelompok

Tugas lain :

 Mendampingi leader jika terjadi blocking.

 Bersama leader memecahkan masalah.

 Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.

 Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya.

 Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif.

c. Fasilitator : Umami Budiarti, Cintya puspa dewi, Zak ulyatu fitroti, Marfatul

Arifah

Tugas Utama : Memfasilitasi kegiatan terapi aktivitas kelompok

Tugas lain :

 Ikut serta dalam kegiatan kelompok.

 Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif

mengikuti jalannya therapy.

 Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.

 Mengatur posisi kelompok dalam lingkaran untuk melaksanakan kegiatan.

 Mempertahankan kehadiran peserta.

 Membimbing kelompok selama permainan diskusi.


 Membantu leader dalam pelaksanaan kegiatan.

 Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar

maupun dari dalam kelompok.

 Memfasilitasi dan memotivasi klien untuk ikut Berkebun

d. Observer : Febtryanto, Yahra yuni laras wati

Tugas utama : Mengawasi jalannya aktifitas kelompok mulai dari persiapan,

proses, hingga penutupan.

Tugas lain :

 Mengidentifikasi isu penting dalam proses

 Mencatat anggota yang pasif/aktif, respon verbal dan non verbal, kejadian

penting selama terapi tertawa.

 Mengidentifikasi issue penting selama terapi berkebun

 Memberika umpan balik selama proses kegiatan dari mulai persiapan

sampai selesai.

 Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader

 Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau kelompok

yang akan datang

 Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya

 Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang

tersedia):

1. Jumlah anggota yang hadir

2. Daftar hadir

3. Siapa yang memberi pendapat atau ide


e. Setting tempat:

Terapis dan klien duduk bersama membentuk huruf U.

Keterangan:

: Leader

: Co-leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

f. Alat:

 Tanah

 Benih Tanaman

 Sekop / alat berkakas

 Pot bunga atau botol bekas

 Air

 Pupuk (jika ada)

g. Metode:

 Dinamika kelompok
h. Antisipasi:

 Jika klien merasa pusing segera dikeluarkan dari kelompok

 Jika klien tiba-tiba tidak kooperatif segera dikeluarkan dari kelompok.

F. PELAKSANAAN

a. Persiapan
Klien diatur membentuk leter U
b. Fase orientasi ( 5 menit)
1. Leader membuka acara.
2. Melakukan perkenalan (terapis dan klien).
3. Leader menyampaikan tujuan terapi berkebun.
4. Leader membuat validasi kontrak.
5. Co-Leader membaca tata tertib.
6. Leader di bantu Co-Leader menjelaskan langkah-langkah terapi berkebun.
c. Fase kerja (30 menit)
1. Pelaksanaan terapi berkebun
2. Leader memimpin peserta dan terapis untuk menggali tanah sedalam 20 cm
atau mengisi tanah ke dalam pot atau botol bekas
3. Lalu tanah yang sudah di gali atau di isi oleh tanah kemudian di isi dengan
benih tanaman
4. Selanjutnya di tutup kembali dengan tanah
5. Lalu di beri pupuk jika ada
6. Serta di siram air
7. Leader membuat kesimpulan.
d. Fase terminasi (10 menit)
1. Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi berkebun.
2. Leader menanyakan / melakukan evaluasi materi.
3. Leader memberikan tugas/rencana tindak lanjut.
4. Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
5. Leader menutup acara.

G. PERILAKU YANG DIHARAPKAN


a. Persiapan:
1. Fasilitator
 Mengidentifikasi masalah yang dialami peserta sebelum terapi berkebun dilakukan.
 Mengatuir setting tempat/ruangan untuk terapi berkebun.
2. Peserta :
 Siap untuk mengikuti terapi berkebun:
 Mengetahui aturan permainan terapi berkebun
 Hadir 10 menit sebelum terapi dimulai.
b. Proses
1. Terapis
 Melaksanakan terapi berkebun sampai dengan selesai.
 Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
2. Peserta
 Mengikuti terapi berkebun sampai dengan selesai.
 Klien aktif mengikuti terapi berkebun dengan ceria.
c. Hasil
1.Fasilitator
 Menjalankan tugas dengan baik sesuai rencana atau modifikasi saat acara.
2.Peserta
 Mengungkapkan rasa senang dan lebih santai.

H. TATA TERTIB
1. Peserta bersedia mengikuti terapi berkebun.
2. Peserta wajib hadir 10 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama terapi
4. Perserta yang mengacaukan jalannya terapi akan dikeluarkan.
5. Jika ingin mengajukan pertanyaan peserta mengangkat tangan dan bicara setelah
dipersilahkan.
6. Waktu terapi dapat berubah sesuai dengan kondisi peserta
7. Peserta yang ingin keluar dari acara untuk keperluan ijin terlebih dahulu kepada pemimpin
acara.

I. PROGRAM ANTISIPASI.
1. Bila ada peserta yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, fasilitator
mengingatkan dan mengarahkan.
2. Bila peserta pasif, fasilitator memotivasi untuk mengikuti kegiatan.
3. Jika peserta ingin pergi sebelum terapi berkebun selesai, fasilitator membimbingnya agar
menyelesaikan terapi
4. Bila leader bloking maka co-leader yang mengambil jalan acara

A. EVALUASI

a. Evaluasi Proses

ASPEK YANG NAMA KLIEN

DINILAI

Berkenalan

Bercocok tanaman

Mengikuti TAK

b. Evaluasi Hasil

ASPEK YANG NAMA KLIEN

DINILAI

Klien dapat
meningkatkan interaksi

social dengan orang

lain.

Klien mampu

mengurangi kejenuhan

dengan kegiatan

rutinitas.

Klien dapat

mengekspresikan

perasaan dan

melepaskan tekanan

emosional yang

dihadapi.

Klien mendapatkan

hiburan atau kegiatan

yang menyenangkan.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang akan ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, memberi

respon, memberi pendapat tentang berkebun dan menjelaskan perasaannya

setelah bercocok tanam. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (X) jika

klien tidak mampu.

B. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1 TAK terapi berkebun. Klien

mengikuti sampai selesai. Klien mampu memberi respon, memberi pendapat tentang

berkebun dan menjelaskan perasaan setelah bercocok tanam.

DAFTAR PUSTAKA

Iyosep. 2009. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama: Bandung

Keliat. 2011. Proses Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC

Keliat B.A dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan 1.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Stuart, G.W dan Sundeen, S.J. 2011. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Di akses pada tanggal 8 november 2018 pukul 11;29

(http://semuaperawat.blogspot.com/2014/12/proposal-tak-terapi-berkebun.html)

Anda mungkin juga menyukai