Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN

“Terapi Somatik dan Peran Perawat Jiwa”.

Dosen Pengampu : Ns.Rizka Ausrianti ,M.Kep

OLEH :

Riska Aulia Rahma ( 22122277)

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis
dan umumnya bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentang “Terapi Somatik dan
Peran Perawat Jiwa”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin Ya Rabbal Alamin.

Padang, 07 Maret 2023

Riska Aulia Rahma

ii
DAFTAR ISI

Halama
n COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................... 3
A. Terapi Somatik ....................................................................................... 3
C. peran Perawat Jiwa ................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22
A. Kesimpulan ............................................................................................... 22
B. Saran.......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klien gangguan jiwa mempunyai keunikan yang tidak didapatkan pada
penderita penyakit fisik. Pada penderita penyakit fisik sangat menyadari bahwa dirinya
sakit dan membutuhkan pertolongan tenaga kesehatan sedangkan pada penderita klien
dengan gangguan jiwa tidak merasa atau menyadari ia sakit.
Jenis dari terapi somatic terapi ( terapi fisik ) pada klien gangguan jiwa
pemberian restrain, seklusi, fototerapi, ETC (Electro Convulsif Therapie) dan terapi
derivat tidur. Derajat hubungan antara pengetahuan perawat tentang terapi somatik
denan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat termasuk kategori
sedang, sehingga dapat diartikan bahwa kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan
dalam pemberian obat sebagian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
Dengan demikian berarti bahwa pengetahuan hanya merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
pemberian terapi pada klien gangguan jiwa di RSJ, dimana masih ada faktor lain yang
mempengaruhi seperti : sikap perawat terhadap pelaksanaan, protap pelaksanaan dan
kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
pemberian terapi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi somatik?
2. Apa saja terapi somatik yang diberikan pada pasien dengan gangguan jiwa?
3. Apa saja peran perawat jiwa ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami terapi somatik
2. Mahasiswa mampu memahami saja terapi somatik yang diberikan pada pasien
dengan gangguan jiwa

3. Mahasiswa mampu memahami peran perawat jiwa

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TERAPI SOMATIC
a. Pengertian
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan merubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dalam melakukan tindakan
dalam bentuk perlakuan fisik.

b. Macam- Macam Terapi Somatic


1. Restrain
Restrain adalah terapi yang menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi penggunaan mantest
untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan
pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku
klien sudah tidak dapat di atasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun
modifikasi lingkungan. Alasan pengikatan adalah :
a) Menghindari risiko menciderai diri sendiri atau orang lain.
b) Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku agresif sudah tidak mempan lagi
c) Mencegah jatuh pada pasien yang sedang bingung
d) Agar pasien bisa istirahat
e) Pasien minta sendiri agar perilakunya bisa terkontrol.

Indikasi restirain yaitu :


a) Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya
b) Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi obat-obatan
c) Klien yang mengalami gangguan kesadaran
d) Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri
e) Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien
untuk istirahat, makan dan minum.

Prinsip intervensi restrain ini melindungi klien dari cidera fisik dan memberikan
lingkungan yang nyaman. Restrain dapat membuat klien merasa tidak dihargai
5
hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah perasaan tersebut perawat harus
mengidentifikasi faktor pencetus apakah sesuai dengan indikasi terapi, dan terapi
ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang lain gagal
mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses
restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan staf yang cukup dan harus terlati
dalam mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat perencaan pendekatan
denngan klien, penggunaan restain yang aman, dan lingkungan restain harus
bebas dari benda-benda yang berbahaya.

2. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi yang mengurung klien dalam ruangan khusus.
Klien tidak dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas. Bentuk siklusi
dapat berupa pengurungan diruangan tidak terkunci sampai pengurungan dalam
ruangan yang terkunci dengan kasur tanpa seprei, terganting dari tingkat
kegawatan klien. Indikasi seklusi yaitu dengan perilaku kekerasan yang
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan..
Kontra indikasi dari terapi ini antara lain :
a) Resiko tinggi bunuh diri
b) Klien dengan gangguan sosial
c) Kebutuhan untuk observasi masalah medis
d) Hukuman

3. ECT (Electro Convulsif Therapie)


ECT adalah suatu tidakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Terapi ini
dilakukan dengan memberikan kejutan listrik di kepala melalui elektroda yang
ditusukkan di kulit kepala. Kejutan listrik bisa memberikan dampak pada
nerokimia, neuroendrokrin, dan neuropsikologis seperti dampak obat-obatan
antidepresan dalam waktu yang lama. (Black, 1993). Fink (1990) juga
mengatakan bahwa ECT menghasilkan perubahan pada reseptor
neurotransmitter seperti asetilkolin, nor epinefrin, dopamin dan serotonin sama
seperti obat antidepresan.
Peran Perawat dalam pemberian ECT adalah Perawat harus mengkaji
pengetahuan dan pendapat pasien dan keluarganya tentang ECT, memberikan

6
penjelasan dan dukungan agar mereka tidak cemas. Langkah-langkah yang harus
diberikan:
a) Memberikan dukungan emosi dn penjelasan kepada pasien dan keluarganya.
b) Mengkaji kondisi fisik pasien
c) Menyiapkan pasien
d) Mengamati respon pasien setelah ECT
e) Pastikan pasien atau keluarganya sudah memberikan inform consent.
Indikasi Terapi ECT bisa dilakukan pada :
a) pasien yang kekurangan gizi karena dikhawatirkan akan ada komplikasi medis
b) Pasien dengan penyakit jantung yang tidak bisa mentoleransi obat-obat anti
depresan
c) Pasien psikotik yang depresi dan tidak mempan lagi dengan obat
d) Pasien yang pada fase depresi tidak mempan lagi dengan obat
e) Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespons lagi terhadap obat
f) Pasien dengan bunuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan
untuk dapat mencapai efek terapeutik
g) Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek
terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan selama
kehamilan

Kontra indikasi Terapi ECT:


a) Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial.
b) Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
c) Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya
fraktur tulang.
d) Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung.
e) Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini.

4. Foto Terapi
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar
ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien
diletakkan lampu setinggi mata. Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari
orang per orang. Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari,
7
sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan pada sore hari. Terapi sinar
sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien
membaik setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah
terapi dihentikan.
a) Indikasi penggunaan fototerapi
Fototerapi dpt menurunkan 75% gejala depresi yg dialami klien akibat
perubahan cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim
hujan atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus
menerus yg bisa mencetuskan depresi pd beberapa org.

b) Mekanisme Kerja
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya gelap
terang pada kondisi biologis. Dengan adanya cahaya terang terpapar pada
mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yang
berperanan pada depresi.

c) Efek Samping
Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi ketegangan pada mata,
sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi
kering, keluar sekresi dari hidung dan sinus.

5. Terapi Derivat Tidur


Terapi derivat tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan cara
mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien
depresi mengalami perbaikan yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi
selama 1 malam. Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.
a) Indikasi
Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.

b) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin
yang berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-
gejala depresi.

8
c) Efek Samping
Klien yang didiagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar bila
diberikan terapi ini dapat mengalami gejala mania.

B. PERAN PERAWAT JIWA

Dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa, perawat jiwa dapat melakukan aktivitas pada
tiga area utama (Stuart dan Sundeen,1995), yaitu :

 Aktivitas memberikan asuhan keperawatan langsung kepada klien.


 Aktivitas komunikasi
 Aktivitas dalam pengelolaan (manajemen keperawatan)

Dalam hubungan antara perawat dengan klien, elemen peran keperawatan jiwa meliputi:

 Kompetensi klinik
 Advokasi klien dan keluarga klien
 Tanggung jawab fiskal (keuangan)
 Kerjasama antara disiplin ilmu bidang keperawatan
 Tanggung gugat sosial
 Parameter etik legal

Oleh karena itu, peran perawat dapat dibedakan pada masing-masing


tingkat pelayanan kesehatan jiwa, yaitu :

 Peran dalam prevensi primer


1. Memberi penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa.
2. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, dan
pendidikan.
3. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuhan dan
perkembangan , dan pendidikan seks.
4. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum gangguan jiwa terjadi, berdasarkan pada
stresor dan perubahan kehidupan yang potensial.
5. Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa mendatang.

9
6. Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga dan
meningkatkan fungsi kelompok.
7. Aktif dalam kegiatan masyarakat dan politik yang berkaitan
dalam kesehatan jiwa
 Peran perawat dalam prevensi sekunder
1. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
2. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah
3. Memberi pelayanan kedaruratan psikiatri
4. Menciptakan lingkunagn terapeutik.
5. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
6. Memberi pelayanan pencegahan bunuh diri
7. Memberikan konsultasi
8. Melaksanankan intervensi krisis
9. Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat
usia.
10. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah teridentifikasi
masalah yang dialaminya.
 Peran perawat dalam prevensi tersier
1. Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi
2. Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari
fasilitas kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke
komunitas.
3. Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang) pada klien.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
merubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dalam melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.

Dalam menjalankan peran fungsinya, perawat jiwa harus mampu


mengidentifikasi, menguraikan, dan mengukur hasil asuhan yang mereka berikan pada
pasien, keluarga, dan komunitas. Hasil adalah semua hal yang terjadi pada pasien dan
keluarga ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan, dapat meliputi status
kesehatan, status fungsional, kualitas kehidupan, ada atau tidaknya penyakit, jenis
respons koping, serta kepuasan terhadap tindak penanggulangan.

B. Saran
Diharapkan seluruh mahasiswa mampu memahami hasil makalah dari kami.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk lebih baiknya
pembuatan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amalia (2008). Kenali 11 gejala Psikopat. http://amillavtr.multiply.com. Diakses 8


Desember 2018.

Sarwono, Sarlito. W., (2008). Antara Psikopat Dan Sosiopat:Kajian Dalam Jurnal-Jurnal
Barat. www.ilmupsikologi.com. Diakses 8 Desember 2018.

Kaplan & Sadock (1997). Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh. Jakarta.

Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Azizah, Lilik Ma’rifahtul. 2011. Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik Klinik.


Yogyakarta:

Graham Ilmu. Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Trans Info Media
http://blogilmukeperawatan.blogspot.co.id/2012/06/terapi-moadalitas.html
http://dahliarsj13.blogspot.co.id/2009/02/terapi-modalitas-dalam-keperawatan-jiwa.html

https://abykhan.wordpress.com/2012/09/22/terapi-modalitas/
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-terapi-modalitas-jiwa

12

Anda mungkin juga menyukai