Anda di halaman 1dari 111

TUGAS AKHIR PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS DENGAN


AROMATERAPI JAHE DAN AKUPRESUR TERHADAP MUAL MUNTAH
DI IGD RSUD PATUH PATUT PATJU GERUNG
TAHUN 2021

Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada


Program Studi Profesi Ners Keperawatan Mataram
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Mataram
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun Akademik 2020/2021

OLEH :

IDA AYU ARUNDITA RANI PUTRI


NIM: P07120420011N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ida Ayu Arundita Rani Putri


NIM : P07120420011N
Tempat, Tanggal Lahir : Mataram, 29 Maret 1997
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Institusi : Poltekkes Kemenkes Mataram
Judul :Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis Dengan

Aromaterapi Jahe dan Akupresur Terhadap Mual Muntah di

IGD RSUD Patut Patuh Patdju Tahun 2021

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Tugas Akhir Profesi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Tugas Akhir Profesi

Program Pendidikan Profesi Ners tahun akademik 2020/2021.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Politeknik Kesehatan

Mataram.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Politeknik Kesehatan Mataram .

LEMBAR PENGESAHAN

ii
Dipertahankan di depan tim penguji Tugas Akhir Profesi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan dan diterima untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan Tugas Akhir Profesi Program Studi Profesi Ners pada
Tahun 2020/2021

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI

Rusmini, S.Kep., Ns., MM.

NIP. 197010161989032001

1. A’an Dwi Sentana, M.Kep ( )

Pembimbing 1

2. Lale Wisnu Andrayani, M.Kep. ( )

Pembimbing 2

3. Ns. Baiq Karunia P,S.Kep ( )

Pembimbing 3

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Profesi dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GASTRITIS DENGAN AROMATERAPI JAHE DAN AKUPRESUR TERHADAP
MUAL MUNTAH DI IGD RSUD PATUH PATUT PATJU LOMBOK BARAT
TAHUN 2021” telah mendapat persetujuan untuk diseminarkan di depan pembimbing
Tugas Akhir Profesi Program Pendidikan Profesi Ners Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Mataram Kemenkes RI Tahun Akademik 2020/2021.

Oleh :

IDA AYU ARUNDITA RANI PUTRI

NIM: P07120420011N

Mataram, Mei 2021

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

A’an Dwi Sentana, M.Kep. Lale Wisnu Andrayani, M.Kep


NIP. 197303202002121001
Pembimbing III

Ns. Baiq Karunia P,S.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Proposal Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Gastritis Dengan Aromaterapi Jahe Dan Akupresure

Terhadap Mual Muntah Di IGD RSUD PATUT PATUH PATDJU

LOMBOK BARAT Tahun 2021”.

Tugas Akhir Profesi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Profesi Ners Keperawatan

Mataram di Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI. Pada kesempatan

ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Mataram Kemenkes RI yang telah memberikan kesempatan

dan bantuan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di

Program Studi Profesi Ners Keperawatan Politeknik Kesehatan Mataram

Kemenkes RI.

2. Ibu Rusmini S.Kep., Ns., MM., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI atas dukungan dan fasilitas

yang diberikan dalam penyelesaian tugas akhir profesi ini.

3. Ibu Mas’adah, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi

Ners Politeknik Kesehatan Mataram Kemenkes RI atas dukungan dan

fasilitas yang diberikan dalam penyelesaian tugas akhir profesi ini.

v
4. Bapak A’an Dwi Sentana, M.Kep., selaku pembimbing pertama yang

telah memberikan motivasi, masukan, arahan dan solusi serta banyak

memberikan semangat untuk terus maju sehingga dapat menyelesaikan

tugas akhir profesi ini tepat pada waktunya.

5. Ibu Lale Wisnu Andrayani, M.Kep., selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan motivasi, masukan, arahan, dan solusi terhadap semua

permasalahan yang ada saat penyusunan tugas akhir profesi ini sehingga

tugas akhir profesi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Ns. Baiq Karunia P,S. Kep,. selaku pembimbing ketiga yang telah

memberikan motivasi, masukan, arahan, dan solusi terhadap semua

permasalahan yang ada saat penyusunan tugas akhir profesi ini sehingga

tugas akhir profesi ini dapat diselesaikan.

7. Kedua orang tua ”Mama dan Bapak” tersayang, dan semua keluarga

terima kasih atas segala doa yang tiada hentinya, kasih sayang dan

pengorbanannya selama ini.

8. Yang tersayang, sahabat dan teman seperjuangan terimakasih atas segala

semangat dan dukungannya selama ini.

Akhirnya semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat

dicatat sebagai amal baik oleh Tuhan Yang Maha Esa. Demi kesempurnaan

Tugas Akhir Profesi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak.

Mataram, Juni 2021

Penulis

vi
ABSTRAK

IDA AYU ARUNDITA RANI PUTRI. ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN GASTRITIS DENGAN AROMATERAPI JAHE DAN AKUPRESUR
TERHADAP MUAL MUNTAH DI IGD RSUD PATUT PATUH PATDJU
LOMBOK BARAT TAHUN 2021 (dibawah bimbingan Bapak A’an Dwi
Sentana, M.Kep dan Ibu Ns. Baiq Karunia P,S.Kep,.).

Latar Belakang. Gastritis merupakan gangguan kesehatan pada saluran


pencernaan yang sering di jumpai di pelayanan kesehatan dengan gejalanya yaitu
mual dan muntah. Intervensi yang dapat diberikan untuk mengurangi mual dan
muntah yaitu aromaterapi jahe dan akupresur.
Tujuan. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gastritis dengan masalah
nausea melalui pemberian aromaterapi jahe dan akupresur.
Metode. Dalam Tugas Akhir Profesi ini penulis menggunakan metode deskriptif,
dengan rancangan studi kasus. Subyek studi kasus pada Tugas Akhir Profesi ini
sejumlah dua pasien (individu) dan diberikan tindakan aromaterapi jahe yang
dilakukan selama 5-10 menit pada pasien 1 dan akupresur pada titik PC6 dan
ST36 yang dilakukan selama 3 menit pada pasien 2 selama sehari.
Hasil. Pada pasien 1 dan pasien 2, didapatkan nilai Numeric Rating Scale (NRS)
sama yaitu 10 (terjadi muntah) dari skor 0-10. Setelah dilakukan intervensi
didapatkan pada pasien 1 terjadi penurunan skor NRS yaitu 0 (tidak mual) dari
skor 0-10. Sedangkan pada pasien 2 terjadi penurunan skor NRS yaitu 2 (mual
ringan).
Kesimpulan. Dapat disimpulkan pada studi kasus bahwa aromaterapi jahe dan
akupresur sama – sama efektif dalam menurunkan mual dan muntah. Tetapi lebih
efektif dalam menurunkan mual dan muntah pada pasien gastritis adalah
aromaterapi jahe.
Saran. Diharapkan dapat mengaplikasikan aromaterapi jahe dan akupresur pada
pasien gastritis untuk mengatasi mual dan muntah.

Kata Kunci: Akupresur, Aromaterapi Jahe, Gastritis, Nausea

vii
ABSTRACT

IDA AYU ARUNDITA RANI PUTRI. NURSING CARE IN GASTRITIS


PATIENTS WITH GINGER AROMATHERAPY AND ACUPRESSURE
AGAINST NAUSEA AND VOMITING AT EMERGENCY DEPARTEMENTS
OF WEST LOMBOK IN 2021 (under the guidance of Mr. A'an Dwi Sentana,
M.Kep and Mrs. Ns. Baiq Karunia, P.S.) .

Background Of The Study. Gastritis is a health disorder in the digestive tract


that is often encountered in health services with symptoms, namely nausea and
vomiting. Interventions that can be given to reduce nausea and vomiting are
ginger aromatherapy and acupressure.
The Purpose Of The Study. Applying nursing care to gastritis patients with
nausea problems by giving ginger aromatherapy and acupressure.
Method. The writer uses a descriptive method, with a case study design. The case
study subjects in this Professional Final Project were two patients (individuals)
and were given ginger aromatherapy treatment which was carried out for 5-10
minutes in patient 1 and acupressure at points PC6 and ST36 which was
performed for 3 minutes on patient 2 for a day.
Results Of The Study. In patient 1 and patient 2, the value of the Numeric Rating
Scale (NRS) was the same, namely 10 (vomiting occurred) from a score of 0-10.
After the intervention, it was found that in patient 1 there was a decrease in the
NRS score, namely 0 (no nausea) from a score of 0-10. While in patient 2 there
was a decrease in the NRS score, namely 2 (mild nausea).
Conclusion. It can be concluded in the case study that ginger aromatherapy and
acupressure are equally effective in reducing nausea and vomiting. But more
effective in reducing nausea and vomiting in gastritis patients is ginger
aromatherapy.
Suggestion. Ginger aromatherapy and acupressure can be applied to gastritis
patients to treat nausea and vomiting.

Keywords: Acupressure, Ginger Aromatherapy, Gastritis, Nausea

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS......................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................v

ABSTRAK.......................................................................................................vi

ABSTRACT.....................................................................................................vii

DAFTAR ISI .................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...........................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................5

C. Tujuan Penelitian...................................................................6

D. Manfaat Penelitian ................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN...9

A. Kerangka Teoritis..................................................................9

1. Konsep Dasar Gastritis....................................................9

a. Definisi......................................................................9
b. Klasifikasi..................................................................10
c. Etiologi......................................................................11
d. Patofisiologi...............................................................13
e. Manifestasi Klinis......................................................14

ix
f. Penatalaksanaan.........................................................15
g. Pathway......................................................................17
h. Komplikasi.................................................................18
2. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................19
a. Pengkajian Keperawatan...........................................19
b. Diagnosis Keperawatan.............................................21
c. Intervensi Keperawatan.............................................22
d. Implementasi Keperawatan.......................................36
e. Evaluasi Keperawatan...............................................36
3. Konsep Mual dan Muntah...............................................37
a. Definisi......................................................................37
b. Klasifikasi..................................................................37
c. Etiologi Mual dan Muntah.........................................38
d. Etiologi Mual dan Muntah Pada Gastritis.................39
e. Instrumen Mual dan Muntah.....................................40
f. Penatalaksanaan Mual dan Muntah...........................40
4. Konsep Aromaterapi Jahe................................................41
a. Definisi Aromaterapi.................................................41
b. Macam – Macam Aromaterapi..................................41
c. Manfaat Aromaterapi ................................................42
d. Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Mual dan
Muntah.......................................................................42
5. Konsep Akupresur...........................................................44
a. Definisi Akupresur...................................................44
b. Manfaat Akupresur...................................................46
c. Prosedur Akupresur..................................................46
d. Pengaruh Akupresur Terhadap Mual dan Muntah. . .50

B. Kerangka Konsep...................................................................51

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................52

A. Desain ...................................................................................52

B. Subyek...................................................................................52

x
C. Fokus ...................................................................................53

D. Definisi Operasional..............................................................53

E. Ruang Lingkup Studi Kasus..................................................55

F. Pengumpulan Data.................................................................55

G. Daftar Artikel Hasil Penelitian..............................................57

BAB IV GAMBARAN KASUS.................................................................63

A. Pengkajian...............................................................................63
B. Diagnosa Keperawatan...........................................................70
C. Intervensi Keperawatan..........................................................73
D. Implementasi Keperawatan....................................................75
E. Evaluasi Keperawatan............................................................78

BAB V PEMBAHASAN...........................................................................80

A. Pengkajian...............................................................................80
B. Diagnosa Keperawatan...........................................................82
C. Intervensi Keperawatan..........................................................83
D. Implementasi Keperawatan....................................................84
E. Evaluasi Keperawatan............................................................88
F. Kesenjangan............................................................................90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................91

A. Kesimpulan.............................................................................91
B. Saran ......................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................93

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Rencana Asuhan Keperawatan Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI

.............................................................................................................................22

Tabel 2: Daftar Artikel Hasil Pencarian..............................................................57

Tabel 3: Identitas Pasien.....................................................................................63

Tabel 4: Riwayat Penyakit..................................................................................63

Tabel 5: Observasi dan Pemeriksaan Fisik.........................................................64

Tabel 6: Pemeriksaan Penunjang........................................................................67

Tabel 7: Terapi Obat...........................................................................................68

Tabel 8: Diagnosis Keperawatan........................................................................70

Tabel 9: Intervensi Keperawatan........................................................................73

Tabel 10: Implementasi Keperawatan.................................................................75

Tabel 11: Evaluasi Keperawatan.........................................................................78

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Pathway Gastritis...............................................................................17

Gambar 2 : Titik PC6..........................................................................................47

Gambar 3 :Titik ST36.........................................................................................47

Gambar 4: Kerangka Konseptual........................................................................51

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan pada saluran pencernaan yang paling banyak

yaitu penyakit gastritis Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa

lambung dan sub mukosa lambung (Rizky, dkk, 2019 dalam Novitayanti,

2020). Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan

merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena

kanker lambung hingga menyebabkan kematian (Mulat, 2016).

Prevelensi awal penyakit ini menurut World Health Organization

(2014), insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap

tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari

jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka 3 kejadian

gastritis di Indonesia adalah 40,8% (Novitayanti, 2020). Dari penelitian

yang dilakukan oleh departemen kesehatan RI angka kejadian gastritis di

beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota

Medan, Surabaya, Denpasar, Jakarta, Bandung, Palembang, Aceh, dan

Pontianak (Sulastri, 2012 dalam Ernawati, 2019). Berdasarkan gambaran

10 macam penyakit menonjol di Provinsi Nusa Tenggara Barat, gastritis

menempati urutan ke - 5 sebanyak 95.770 penderita (Badan Pusat Statistik

NTB, 2016). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten

Lombok Barat, pada Tahun 2014 mengalami peningkatan drastis sebanyak

15.771 kasus (Dikes Lobar, 2014).

1
2

Gatritis disebabkan oleh faktor interna (kondisi pemicu yang

menyebabkan pengeluaran asam lambung berlebihan) maupun faktor

eksterna (menyebabkan iritasi dan infeksi). Tanda gejala gastritis menurut

meliputi ketidak nyamanan, sakit kepala, malas, mual, mutah, anoreksia,

asimpomatik mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung,

rasa asam di mulut, mual, muntah. Mukosa pada lambung mengalami

pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat anti inflamasi nonsteroid, infeksi

Helicobacter Pylori. Pengikisan ini dapat menimbulkan peradangan.

Inflamasi pada lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam

lambung, peningkatan sekresi asam lambung disebabkan oleh zat nikotin

dalam rokok serta peningkatan rangsangan persarafan, seperti kondisi

cemas, stress, dan marah. Peningkatan sekresi asam lambung dapat

memicu rangsangan serabut aferen nervus vagus yang menuju medulla

oblongata melalui komoreseptor yang banyak mengandung

neurotransmitter epinefrin, serotonin sehingga lambung teraktivasi oleh

rasa mual dan muntah. Mual dan muntah dapat mengakibatkan

berkurangnya asupan nutrisi dan juga mengakibatkan penurunan cairan

tubuh dan cairan dalam darah (hipovolemia) (Ratu & Adwan, 2013 dalam

Novitayanti, 2020).

Penanganan mual dan muntah dengan menggunakan aromaterapi

jahe. Aromaterapi merupakan metode terapi pelengkap nonfarmakologi

bersifat nonistruktif, noninvasif, murah, sederhana, efektif, dan tanpa efek

samping yang merugikan, mencegah dan mengurangi mual muntah (Price

& Shirley, 2007 dalam Astrilita, 2016). Kelebihan aromaterapi jahe


3

dibanding aromaterapi lainnya adalah mampu menjadi penghalang

serotinin sehingga dapat mencegah mual muntah. Keunggulan pertama

jahe adalah kandungan minyak atsiri yang mempunyai efek menyegarkan

dan memblokir reflek muntah, sedang gingerol dapat melancarkan darah

dan saraf-saraf bekerja dengan baik. Hasilnya ketegangan bisa dicairkan,

kepala jadi segar, mual muntah pun ditekan (Khotimah, 2019). Pada

penelitian yang dilakukan Santi (2013), aromaterapi jahe lebih efektif

dibandingkan dengan aromaterapi blended peppermint untuk mengurangi

mual dan muntah pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Rengel.

Didukung oleh penelitian Khotimah (2019), Aromaterapi jahe diberikan

intervensi dengan memberikan aromaterapi jahe selama 5-10 menit,

setelah 30 menit pemberian aromaterapi dilakukan pengukuran mual dan

muntah dengan hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon Match

Pair Test didapatkan nilai p-value adalah 0,000 (α<0.05), yang berarti

pemberian aromaterapi jahe dalam 5-10 menit dapat menurunkan keluhan

mual dan muntah.

Selain itu untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien gastritis

diberikan tindakan akupresur yang merupakan terapi tusuk jari dengan

memberikan penekanan dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang

didasarkan pada prinsip ilmu akupunktur. Penggunaan terapi

komplementer relatif mudah, relatif murah, efektif mengurangi mual dan

muntah, menarik dan dapat diterima pasien (Supatmi 2015 dalam Sapitri,

2018). Pasien mengungkapkan respon yang positif terkait tindakan

akupresur yang telah mereka terima. Akupresur di rasakan sebagai metode


4

pengobatan yang alami, tanpa efek samping, manusiawi, tidak traumatis,

serta dapat mengurangi berbagai ketidaknyamanan akibat mual dan

muntah. Akupresur dilakukan oleh para profesional kesehatan, sehingga

memberi rasa aman pada pasien karena dilakukan oleh orang yang

kompeten (tenaga kesehatan) (Silva et al., 2016). Didukung oleh hasil

penelitian Sapitri (2018), adanya pengaruh terapi akupresur terhadap mual

muntah pada pasien gastritis di RSUD Kota Surakarta.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melaksanakan Tugas Akhir Profesi “Asuhan Keperawatan pada Pasien

Gastritis dengan Aromaterapi Jahe dan Akupresure terhadap Mual Muntah

di IGD RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada

Pasien Gastritis dengan Aromaterapi Jahe dan Akupresure terhadap Mual

Muntah di IGD RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun

2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Gastritis dengan

aromaterapi jahe dan akupresure terhadap mual muntah di IGD RSUD

Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun 2021.


5

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Gastritis dengan

aromaterapi jahe dan akupresure terhadap mual muntah di IGD

RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun 2021.

b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien Gastritis dengan

aromaterapi jahe dan akupresure terhadap mual muntah di IGD

RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun 2021.

c. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien Gastritis

dengan aromaterapi jahe dan akupresure terhadap mual muntah

di IGD RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun

2021.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Gastritis

dengan aromaterapi jahe dan akupresure terhadap mual muntah

di IGD RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun

2021.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Gastritis dengan

aromaterapi jahe dan akupresure terhadap mual muntah di IGD

RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
6

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya

keperawatan gawat darurat.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Perawat

Meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas sesuai

evidence based agar terjadinya peningkatan mutu pelayanan bagi

pasien dengan gastritis yang mengalami mual dan muntah.

b. Bagi Rumah Sakit

Menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien gastritis yang

mengalami mual muntah.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan

hasilnya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

d. Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang aromaterapi jahe dan

akupresure terhadap mual muntah yang dialami pasien Gastritis di

IGD RSUD Patut Patuh Patdju Gerung, Lombok Barat Tahun

2021.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kerangka Teori

1. Konsep Dasar Gastritis

a. Definisi

1) Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa lambung dan sub

mukosa lambung (Rizky, dkk, 2019 dalam Novitayanti, 2020).

2) Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan

mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik (Amir, 2015

dalam Nirmalarumsari, 2019).

3) Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang

bersifat akut dan kronik. Gastritis dapat mengakibatkan

pembengkakan pada mukosa lambung sampai terlepasnya lapisan

mukosa lambung yang akan menimbulkan proses inflamasi.

Gastritis memiliki gejala seperti kembung, sering bersendawa, mual

dan muntah, tidak nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati (Ratu &

Adwan, 2013 dalam Rosiani, 2020).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis

adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung

yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari

bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan

kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada

lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan

7
8

berupa dispepsia atau indigesti.

b. Klasifikasi

Klasifikasi gastritis menurut Robbins (2009) terbagi menjadi dua,

yakni:

1) Gastritis akut ialah suatu inflamasi yang bersifat akut pada mukosa

lambung dan umumnya terjadi dalam waktu yang tidak lama.

Kondisi ini paling sering berkaitan dalam penggunaan obat-obat

anti inflamasi nonsteroid (khususnya aspirin) dalam waktu yang

lama serta dosis yang tinggi, berlebihan mengonsumsi alkohol dan

perokok berat. Gastritis akut juga disebabkan karena stress berat

(luka bakar dan pembedahan), iskemia dan syok. Seperti halnya

kemoterapi, uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alkali,

iradiasi lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal.

2) Gastritis kronis diartikan suatu keadaan terjadi perubahan

inflamatorik yang kronis di mukosa lambung sehingga

menimbulkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Sehingga

keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya dysplasia karsinoma.

Sedangkan menurut Wim de Jong, 2005 dalam buku Aplikasi

Nanda NIC NOC (2015), klasifiksai gastritis adalah sebagai berikut :

1) Gastritis akut dapat terjadi karena terlalu banyak makan atau

makan terlalu cepat, mengonsumsi makanan yang terlalu berbumbu

atau yang mengandung microorganisme penyebab penyakit, iritasi

bahan semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif


9

lain, refluks empedu atau cairan pankreas. Gastritis akut terdiri dari

gastritis akut tanpa pendarahan dan gastritis akut dengan

perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosiva).

2) Gastritis kronis Ulkus benigna dan manigna dari lambung atau oleh

bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory) bisa menyebabkan

inflamasi lambung yang lama. 3. Gastritis bacterial Gastritis

bacterial atau disebut juga gastritis infektosa, disebabkan oleh

refluks dari duodenum.

c. Etiologi

Gastritis terjadi karena peradangan di daerah dinding lambung.

Dinding lambung terbagi dari jaringan yang mengandung kelenjar

untuk menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu,

untuk melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat

enzim pencernaan dan asam lambung dinding lambung juga bisa

menghasilkan lendir (mukus) yang tebal. Rusaknya mukus pelindung

ini bisa menyebabkan peradangan pada mukosa lambung. Rusaknya

mukus pelindung disebabkan oleh beberapa hal berikut ini : (Marianti,

2018).

1) Infeksi bakteri, ini adalah suatu penyebab gastritis yang cukup

sering terjadi, terutama di daerah dengan kebersihan lingkungan

yang kurang baik. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada

lambung dan menimbulkan gastritis, cukup banyak jenisnya.

Namun, yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori.


10

Selain dipengaruhi faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini

juga dipengaruhi oleh pola hidup dan pola makan.

2) Pertambahan usia, lapisan mukosa lambung dapat mengalami

penipisan dan melemah seiring bertambahnya usia.

3) Minuman yang beralkohol dapat mengikis lapisan mukosa

lambung, terutama jika seseorang sangat sering mengonsumsinya.

Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat menyebabkan iritasi

dan peradangan pada dinding lambung, sehingga mengakibatkan

terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.

4) Obat pereda nyeri yang dikonsumsi terlalu sering dapat

menghambat proses regenerasi lapisan mukosa lambung, yang

berujung pada cedera dan pelemahan dinding lambung, sehingga

lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat pereda nyeri

yang dapat memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering adalah

aspirin, ibuprofen, dan naproxen.

5) Autoimun juga bisa memicu terjadinya gastritis. Gangguan pada

sistem imun yang menyerang dinding lambung dapat

mengakibatkan gastritis.

Menurut Novita (2018), umumnya gastritis disebabkan oleh :

1) Terlalu berlebihan mengonsumsi obatan anti nyeri seperti obat

anti radang non-steroid atau aspirin.

2) Mengonsumsi alkohol yang berlebihan.

3) Infeksi dari bakteri Helicobacter pylori.


11

4) Adanya penyakit autoimun.

5) Menggunakan kokain secara sembarangan.

6) Mudah mengalami stres.

Gastritis adalah suatu penyakit dimana terdapat peradangan

atau infeksi pada mukosa lambung yang disebabkan oleh bakteri

Helicobacter pylori, pengonsumsian obat NSAID yang

berlebihan, penyakit autoimun, mengonsumsi alkohal yang

berlebihan, pertambahan usia, stres, dan penyalahgunaan kokain.

d. Patofisiologi

1) Gastritis Akut

Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat

kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas

maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi

perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan

meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan

menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun

makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,

yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi

produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi

mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung

karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi

sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang

memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah


12

fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi

HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri,

rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa

gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus

dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan

mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan

yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga

berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi

menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan (Price dan

Wilson, 2000).

2) Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus

benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery

pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai

tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun )

diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi

dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit

autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau

korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis )

mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat

duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet

seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan

alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.


13

(Smeltzer dan Bare, 2001).

e. Manifestasi Klinis

1) Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:

a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan

hemoragi.

b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,

kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.

c) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.

d) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi

tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.

e) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu

mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)

2) Gastritis Kronis

Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali

untuk gejala defisiensi vitamin B12 pada gastritis tipe B, pasien

mengeluh anoreksia (nafsu makan menurun), nyeri ulu hati setelah

makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.

(Smeltzer dan Bare, 2001).

f. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medis

a) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit


14

diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan

cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak

parah diobati dengan antasida dan istirahat.

c) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat

pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi

lambung.

d) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung

dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali

asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi.

e) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,

Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi

pilorus. (Dermawan, 2010).

2) Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

a) Tirah baring

b) Mengurangi stress

c) Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian

diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang

sudah dihaluskan 30 seperti pudding, agar-agar dan sup,

biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian

makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.

Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya

berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan

yang berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010).


15

d) Pemberian aromaterapi dan akupresur (Wiraharja dkk, 2011

dalam Sapitri, dll, 2018).


16

g. Pathway

Gambar 1. Pathway Gastritis :


17

h. Komplikasi

Komplikasi Menurut (Muttaqin & Sari, 2013) dalam bukunya,

menyebutkan bahwa komplikasi pada gastritis ada 3, yaitu :

1) Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan

kegawatdaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup

banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

2) Ulkus, jika prosesnya hebat.

3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

i. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Suratun, 2010) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan

gastritis meliputi:

1) Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.

2) Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui

adanya defisiensi B12.

3) Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam

feses.

4) Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl

lambung.

5) Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel

parietal dan faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter

pylori.

6) Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan


18

bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

7) Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel.

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana

kegiatan yang dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokan

data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan

gastritis meliputi adanya nyeri di ulu hati, mual kadang-kadang

muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung,

rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung

secara tiba- tiba. (Ida, 2016). Adapun proses pengkajian gawat darurat

yaitu pengkajian primer (primary assessment).

Primary Assessment dengan data subjektif yang

didapatkan yaitu keluhan utama: nyeri pada perut dan mengeluh mual

muntah. Keluhan penyakit saat ini: mengeluh nyeri ulu hati,mual dan

munta. Riwayat penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau

riwayat cedera sebelumnya, kebiasaan minum alkohol, konsumsi

medikasi antikoagulant atau agen antiplatelet, adanya alergi, dan

status imunisasi. (Ida, 2016).

Data objektif: Airway adanya perubahan pola napas (apnea

yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas berbunyi stridor, ronki,

mengi positif (kemungkinan karena aspirasi). Breathing dilakukan

Auskultasi dada terdengar stridor atau ronki atau mengi, pernapasan


19

lebi dari 24 kali per menit. Circulation adanya perubahan tekanan

darah atau normal (hipotensi), perubahan frekuensi jantung

(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia).

Disability adanya lemah atau letargi, lelah, kaku, hilang

keseimbangan, perubahan kasadaran bisa sampai koma. Pengkajian

sekunder terdiri dari keluhan utama yaitu, adanya mual muntah-

curigai apendisitis atau obstruksi usus, nyeri epigastrium yang kolik,

curigai gastritis atau gastroenteritis, anoreksia dengan diare. Riwayat

sosial dan medis yaitu, riwayat pengunaan dan penyalagunaan

alkohol. Curigai penyakit hati, penyalah gunaan obat intra vena, gejala

putus obat, pembedahan abdomen sebelumnya, curigai adanya

obstruksi usus, penyakit hati atau gastritis. Alasan mencari

pengobatan yaitu, identifikasi perubahan pada gejala: identifikasi

kontak dengan pemberi perawatan kesehatan lainnya untuk penyakit

ini. Pengobatan sebelum masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) yaitu

mengidentifikasi pengunaan obat-obatan buatan rumah, perubahan

pada diet, penggunaan obat yang dijual bebas.

Pemeriksaan fisik, yaitu review of system (ROS) Keadaan

umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan

di kwadran epigastrik. 1. B1(breath) : takhipnea 2. B2 (blood) :

takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer

lambat, warna kulit pucat. 3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan,

tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum. 4.

B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan. 5. B5


20

(bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran

terhadap makanan pedas. 6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan.

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan terhadap

respon klien tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai

dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawatan.

Diagnosa keperawatan gastritis secara teori menurut Nanda

NIC NOC (2015), sebagai berikut :

1. Nyeri akut b/d mukosa lambung teriritasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan

tidak cukup dan kehilangan cairan karena muntah, perdarahan

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakit

Diagnosis keperawatan pada penelitian ini adalah Nausea

menurut SDKI (2017). Nausea adalah keadaan tidak nyaman pada

bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat

mengakibatkan muntah (PPNI, 2016).


21

c. Intervensi Keperawatan

Tabel 1. Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SDKI (2017), SLKI (2019), dan SIKI (2018)
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
1. (D.007) Nyeri Akut L.08006 Nyeri Akut Dukungan Nyeri Akut: Pemberian analgesik
Definisi : Pengalaman Ekspektasi: menurun Observasi
sensorik atau emosional Kriteria hasil a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
yang berkaitan dengan a. Keluhan nyeri menurun Pencetus, analgesik, kualitas, lokasi,
kerusakan jaringan aktual b. Meringis menurun intensitas, frekuensi, durasi)
atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lamat c. Sikap protektif menurun b. Identifikasi nalges alergi obat
dan berintensitas ringan d. Kesulitan tidur menurun c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
hingga berat yang e. Muntah menurun (mis. Narkotika, non-narkotika, atau
berlangsung kurang 3 bulan f. Mual menurun NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
Data Mayor : g. Gelisah menurun d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
DS : sesudah pemberian analgesik
h. Anoreksia menurun
1. Tidak tersedia i. Skala nyeri menurun e. Monitor efektifitas analgesic
DO : j. Frekuensi nadi membaik Terapeutik
a. Tampak meringis k. Pola napas membaik a. Diskusikan jenis analgesik yang disukai
b. Bersikap protektif (mis. l. Tekanan darah membaik untuk mencapai analgesia optimal
Waspada, posisi b. Pertimbangkan pengguanaan infus
m. Pola tidur membaik
menghindari nyeri)\ kontinu, atau bolus oploid untuk
c. Gelisah mempertahankan kadar dalam serum
d. Frekuensi nadi
c. Tetapkan target efektifitas analgesik
meningkat
untuk mengoptimalkan respons pasien
22

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
e. Sulit tidur d. Dokumentasikan respons terhadap efek
Data Minor analgesik dan efek yang tidak diinginkan
DS : Tidak tersedia
DO : Edukasi
a. Tekanan darah a. Jelaskan efek terapi dan efek samping
meningkat obat
b. pola napas berubah Kolaborasi
c. nafsu makan berubah a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
d. proses berpikir analgesik, sesuai indikasi
terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri
sendiri

2. (D.0023) Hipovolemia L. 03028 Status cairan membaik (l.03028)


Penurunan volume cairan Ekspetasi membaik Intervensi keperawatan
intravaskular, interstisial, Kriteria Hasil : Manajemen hipovolemia (I.03116)
dan / atau intraselular. a. Observasi
a. Kekuatan nadi meningkat
b. Turgor kulit meningkat 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Gejala dan Tanda Mayor (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
c. Output urine meningkat
Subjektif : Tidak tersedia teraba lemah, tekanan darah menurun,
d. Pengisian vena meningkat tekanan nadi menyempit,turgor kulit
e. Ortopneu menurun menurun, membrane mukosa kering,
Objektif : volume urine menurun, hematokrit
f. Dispneu menurun
23

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
a. Frekuensi nadi g. PND menurun meningkat, haus dan lemah)
meningkat h. Edema perifer menurun 2) Monitor intake dan output cairan
b. Nadi teraba lemah i. Berat badan meningkat
c. Tekanan darah menurun b. Terapeutik
j. Distensi vena menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
d. Tekanan nadi menyempit k. Frekuensi nadi membaik 2) Berikan posisi modified trendelenburg
e. Turgor kulit menurun l. Tekanan darah membaik 3) Berikan asupan cairan oral
f. Membran mukosa kering c. Edukasi
m. JVP membaik
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
g. Volume urin menurun n. Membrane mukosa membaik oral
h. Hematokrit meningkat o. Kadar Hb membaik 2) Anjurkan menghindari perubahan posisi
p. Kadar Ht membaik mendadak
Gejala dan Tanda Minor d. Kolaborasi
q. Oliguria membaik 1) Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
Subjektif : Merasa lemah dan r. Intake cairan membaik (mis. Cairan NaCl, RL)
mengeluh haus 2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Objektif : 3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
a. Pengisian vena menurun
4) Kolaborasi pemberian produk darah
b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat Pemanatauan cairan (I.03121)
d. Kosentrasi urin a. Observasi
meningkat
1) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
e. Berat badan turun tiba-
tiba 2) Monitor frekuensi nafas
24

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor berat badan
5) Monitor waktu pengisian kapiler
6) Monitor elastisitas atau turgor kulit
7) Monitor jumlah, waktu dan berat jenis
urine
8) Monitor kadar albumin dan protein total
9) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
10) Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
11) Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular positif,
berat badan menurun dalam waktu
singkat)
12) Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
25

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
pembedahan mayor, trauma/perdarahan,
luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)

a. Terapeutik

1) Atur interval waktu pemantauan sesuai


dengan kondisi pasien
2) Dokumentasi hasil pemantauan

b. Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2) Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

3. (D.0037) Resiko L 03021 Pemantauan Elektrolit (I.03122)


Ketidakseimbangan Ekspetasi : Keseimbangan elektrolit a. Observasi
Elektrolit meningkat
a. Serum natrium meningkat 1) Identifkasi kemungkinan penyebab
Beresiko mengalami b. Serum kalium meningkat ketidakseimbangan elektrolit
perubahan kadar serum 2) Monitor kadar eletrolit serum
elektrolit c. Serum klorida meningkat
3) Monitor mual, muntah dan diare
4) Monitor kehilangan cairan, jika perlu
5) Monitor tanda dan gejala hypokalemia
26

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
Faktor resiko (mis. Kelemahan otot, interval QT
a. Ketidakseimbangan memanjang, gelombang T datar atau
cairan (misalnya terbalik, depresi segmen ST,
dehidrasi dan gelombang U, kelelahan, parestesia,
intoksikasi cairan) penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun,
b. Kelebihan cairan pusing, depresi pernapasan)
c. Gangguan mekanisme 6) Monitor tanda dan gejala hyperkalemia
regulasi (mis. Diabetes) (mis. Peka rangsang, gelisah, mual,
d. Efek samping prosedur munta, takikardia mengarah ke
(misalnya prosedur) bradikardia, fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi,
e. Diare
gelombang P datar, kompleks QRS
f. Muntah tumpul, blok jantung mengarah asistol)
g. Disfungsi ginjal 7) Monitor tanda dan gejala hipontremia
h. Disfungsi regulasi (mis. Disorientasi, otot berkedut, sakit
endokrin kepala, membrane mukosa kering,
hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
8) Monitor tanda dan gejala hypernatremia
(mis. Haus, demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang, membrane
mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
9) Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
(mis. Peka rangsang, tanda IChvostekI
[spasme otot wajah], tanda Trousseau
27

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
[spasme karpal], kram otot, interval QT
memanjang)
10) Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
(mis. Nyeri tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot, segmen QT
memendek, gelombang T lebar,
kompleks QRS lebar, interval PR
memanjang)
11) Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis. Depresi
pernapasan, apatis, tanda Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
12) Monitor tanda dan gejala hipomagnesia
(mis. Kelemahan otot, hiporefleks,
bradikardia, depresi SSP, letargi, koma,
depresi)

b. Terapeutik
1) Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
28

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
Manajemen Cairan (I.03098)

a. Observasi

1) Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,


kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
2) Monitor berat badan harian
3) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urin , BUN)
4) Monitor status hemodinamik ( Mis.
MAP, CVP, PCWP jika tersedia)

b. Terapeutik

a. Catat intake output dan hitung balans


cairan dalam 24 jam
b. Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Berikan cairan intravena bila perlu
2. Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian diuretik,  jika


perlu
29

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
4. (D.0019) Defisit Nutrisi L. 03030 Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Ekspetasi membaik
Asupan nutrisi tidak cukup a. Observasi
Kriteria hasil :
untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme a. Porsi makan yang dihabiskan 1) Identifikasi status nutrisi
meningkat 2) Identifikasi alergi dan intoleransi
b. Kekuatan otot pengunyah makanan
Gejala dan Tanda Mayor meningkat 3) Identifikasi makanan yang disukai
Subjektif : Tidak tersedia c. Kekuatan otot menelan 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Objektif : meningkat nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan
a. Berat badan menurun d. Albumin meningkat selang nasogastrik
minimal 10% di bawah e. Pengetahuan tentang pilihan 6) Monitor asupan makanan
rentang ideal makanan yang sehat meningkat 7) Monitor berat badan
f. Pengetahuan tentang standar 8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Gejala dan Tanda Minor asupan nutrisi yang tepat
meningkat b. Terapeutik
Subjektif : 1) Lakukan oral hygiene sebelum makan,
a. Cepat kenyang setelah g. Perasaan cepat kenyang jika perlu
makan menurun 2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
b. Krama tau nyeri abdomen h. Nyeri abdomen menurun (mis. Piramida makanan)
i. Diare menurun 3) Sajikan makanan secara menarik dan
c. Nafsu makan menurun
suhu yang sesuai
j. Perasaan cepat kenyang
menurun 4) Berikan makan tinggi serat untuk
Objektif : mencegah konstipasi
k. IMT membaik 5) Berikan makanan tinggi kalori dan
a. Bising usus hiperaktif
tinggi protein
30

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
b. Otot pengunyah lemah l. Frekuensi makan membaik 6) Berikan suplemen makanan, jika perlu
c. Otot menelan lemah m. Nafsu makan membaik 7) Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
d. Membran mukosa pucat n. Bising usus membaik dapat ditoleransi
e. Sariawan o. Membran mukosa membaik c. Edukasi
f. Albumin menurun 1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
g. Rambut rontok berlebihan
d. Kolaborasi
h. Diare 1) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

Promosi Berat Badan

a. Observasi
1) Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
2) Monitor adanya mual dan muntah
3) Monitor jumlah kalorimyang
dikomsumsi sehari-hari
4) Monitor berat badan
5) Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
b. Terapeutik
31

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
1) Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
2) Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien( mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau Gastrostomi, total perenteral
nutritition sesui indikasi)
3) Hidangkan makan secara menarik
4) Berikan suplemen, jika perlu
5) Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
c. Edukasi
1) Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namuntetap terjangkau
2) Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan

5 (D.0056) Intoleransi L.05047 – Toleransi Aktivitas I. 00092


aktivitas Ekspetasi meningkat Manajemen Energi
Kriteria Hasil : a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Definisi : mengakibatkan kelelahan
Respon fisiologis terhadap aktivitas b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Ketidakcukupan energi yang membutuhkan tenaga, dengan c. Lakukan latihan rentang gerak pasif
untuk melakukan aktivitas kriteria hasil : dan/atau aktif
sehari hari
32

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
a. Frekuensi nadi meningkat d. Anjurkan tirah baring
 Etiologi b. Saturasi okesigen meningkat e. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
c. Kemudahan dalam melakukan meningkatkan asupan makanan.
Ketidakseimbangan antara aktivitas sehari-hari meningkat
suplai dan kebutuhan d. Kekuatan tubuh bagan atas dan
bawah meningkat Rehabilitasi Jantung
oksigen
e. Keluhan lelah menurun a. Monitor tingkat toleransi aktivitas
f. Dispneu saat dan setelah b. Periksa kontraindikasi latihan
a. Tirah baring
beraktivitas menurun (takikardia>120 x/menit, TDS >180
b. Kelemahan
g. Perasaan lemah menurun mmHg, TDD >110 mmHg, hipotensi
c. Imobilitas
h. Tidak ada sianosis ortostatik >20 mmHg, angina, dispnea,
d. Gaya hidup monoton
i. Warna kulit membaik gambaran EKG iskemia, blok
j. Tekanan darah dan frekuensi atrioventrikuler derajat 2 dan 3, takikardia
napas dalam batas normal ventrikel)
k. EKG iskemia membaik c. Fasilitasi pasien menjalani fase 1 (inpatient)
d. Anjurkan menjalani latihan sesuai toleransi

6. D.0076 Nausea L. 08065 Manajemen mual (1.03117)


Definisi : Ekspetasi : Menurun a. Observasi
Perasaan tidak nyaman pada Kriteria hasil : 1) Identifikasi pengalaman mual
bagian belakang a. Keluhan mual menurun 2) Identifikasi isyarat nonverbal
tenggorokan atau lambung ketidaknyamanan
yang dapat mengakibatkan b. Perasaan ingin muntah
muntah menurun 3) Identifikasi dampak mual terhadap
c. Perasaan asam di mulut kualitas hidup (mis. nafsu makan,
menurun aktifitas, kinerja, tanggung jawab peran,
33

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
d. Sensasi panas menurun dan tidur)
 Etiologi e. Sensasi dingin menurun 4) Identifikasi faktor penyebab mual (mis.
f. Frekuensi menelan menurun pengobatan dan prosedur)
a. Gangguan biokimiawi
g. Pucat membaik 5) Monitor mual (mis. frekuensi, durasi,
(mis. Uremia,
dan tingkat keparahan)
ketoasidosis diabetik) h. Takikardia membaik
b. Gangguan pada b. Terapeutik
i. Dilatasi pupil membaik
esofagus 1) Kendalikan faktor lingkungan penyebab
c. Distensi lambung mual
d. Iritasi lambung 2) Kurangi atau hilangkan keadaan
e. Gangguan pankreas penyebab mual
f. Tumor terlokalisasi
g. Peningkatan tekanan 3) Berikan makanan dalam jumlah kecil.
intrabdominal c. Edukasi
h. Peningkatan tekanan 1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
intraorbital
i. Kehamilan 2) Anjurkan makan tinggi karbohidrat dan
j. Aroma tidak sedap rendah lemak
k. Stimulus penglihatan 3) Ajarkan penggunaan teknik
tidak enak nonfarmakologis untuk mengatasi mual
l. Faktor psikologis (biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi
m. Efek toksin musik, akupresur, aromaterapi)
Gejala dan Tanda Mayor d. Kolaborasi
Subjektif
1) Kolaborasi pemberian antiemetik jika
perlu
a. Mengeluh mual
b. Merasa ingin muntah
34

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

(SDKI) (SLKI)
c. Tidak berminat makan Manajemen Muntah (I.03118)
a. Observasi
Objektif
1) Identifikasi karakteristik muntah
a. Tidak tersedia
Gejala dan Tanda Minor 2) Identifikasi faktor penyebab muntah
Subjektif 3) Identifikasi kerusakan esophagus dan
a. Merasa asam di mulut faring posterior
b. Sensasi panas/dingin b. Terapeutik
c. Sering menelan
Objektif 1) Kontrol faktor lingkungan penyebab
a. Saliva meningkat muntah
b. Pucat 2) Kurangi atau hilangkan keadaan
c. Diaforesis penyebab muntah
d. Takikardia c. Edukasi
e. Pupil dilatasi
1) Anjurkan memperbanyak istirahat
2) Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (biofeedback,
hipnosis, relaksasi, terapi musik,
akupresur, aromaterapi)
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiemetik jika
perlu
35

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan

rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan

guna membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan

untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian

mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan

keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier,

2010).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses

keperawatan, dalam konteks ini aktivitas yang direncanakan,

berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional kesehatan

menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan

keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi keperawatan dapat

disusun dengan menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif,

Analisis/Assessment, dan Planing) (Kozier, 2010).


36

3. Konsep Mual Muntah

a. Definisi

Nausea atau mual adalah perasaan tidak nyaman pada bagian

belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah

(PPNI, 2016). Mual adalah kecenderungan untuk mual atau sebagai

perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang

memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi.

Mual sering di sertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf

parasimpatif termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia, pucat dan

penurunan tingkat pernapasan. Muntah adalah suatu respon saluran

pencernaan dimana terjadi pengeluaran makanan yang telah masuk ke

dalam lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan

(Sapitri, dll, 2018).

Mual dan muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang

terjadi dalam tiga stadium yaitu mual, retching (gerakan dan suara

sebelum muntah) dan muntah. Mual muntah yang dialami oleh pasien

gastritis dapat menyebabkan stres ,di samping itu jika gejala ini tidak

dapat ditangani dengan baik, maka mual muntah dapat menyebabkan

terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan resiko terjadi

aspirasi pneumonia (Sapitri, dll, 2018).

b. Klasifikasi Mual dan Muntah

Mual muntah merupakan gejala dan tanda yang sering

menyertai gangguan gastrointestinal. Mual muntah dapat dianggap


37

sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium yaitu mual,

retching (sebelum muntah), muntah.

1) Stadium pertama, mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang

sangat tidak enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium sering

menyebabkan muntah. Terdapat berbagai aktivitas saluran cerna

yang berkaitan dengan mual seperti meningkatnya saliva,

menurunnya tonus lambung dan peristaltik.

2) Stadium kedua, retching merupakan suatu usaha involunter untuk

muntah, sering kali menyertai mual dan terjadi sebelum muntah,

terdiri atas gerakan pernafasan spasmodik melawan glotis dan

gerakan inspirasi dinding dada dan diafragma.

3) Stadium ketiga, muntah merupakan suatu refleks yang

menyebabkan dorongan ekspirasi isi lambung dan usus ke mulut.

Pusat muntah menerima masukan dari korteks serebral, organ

vestibular, daerah pemicu kemoreseptor (Chemoreseptor Trigger

Zone) (Price & Wilson 2005, dalam Anggi, 2010).

c. Etiologi Mual dan Muntah :

Menurut (PPNI, 2016) penyebab dari mual muntah, yaitu:

1) Gangguan biokimiawi

2) Gangguan pada esophagus

3) Distensi lambung

4) Iritasi lambung
38

5) Gangguan pankreas

6) Peregangan kapsul limpa

7) Tumor terlokalisasi

8) Peningkatan tekanan intraabdominal

9) Peningkatan tekanan intrakranial

10) Peningkatan tekanan intraorbital

11) Mabuk perjalanan

12) Kehamilan

13) Aroma tidak sedap

14) Rasa makanan/minuman yang tidak enak

15) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan

16) Faktor psikologis

17) Efek agen farmakologis

18) Efek toksin

d. Etiologi Mual dan Muntah Pada Gastritis

Penelitian yang dilakukan oleh (Suhartikah, 2015) rasa mual

pada klien gastritis disebabkan oleh impuls yang datang dari traktus

gastrointestinal karena kerja gaster yang berlebih, impuls sebagai

rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan

luar seperti ketika pasien gastritis memakan makanan yang bersifat

asam atau pedas akan sangat cepat memberikan rangsangan atau

impuls karena setelah klien memakan makanan yang sifatnya asam


39

atau pedas yang berlebihan akan mengakibatkan peradangan pada

lambung yang menyebabkan banyak mengeluarkan asam lambung

sehingga akan terjadi peningkatan sekresi asam lambung dan

merangsang hypotalamus untuk mual, hypotalamus merupakan bagian

dari otak yang berfungsi sebagai pengendalian perasaan pada manusia.

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.

Pylori yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi

dinding lambung yang dikarenakan makan makanan yang

sembarangan. Ketika infeksi bakteri penyebab gastritis masuk ke

dalam saluran pencernaan dan respon imunitas tidak cepat untuk

membunuh bakteri tersebut maka akan terjadi penyakit gastritis dan

akan mengalami gejala mual karena mual merupakan gejala khas dari

penyakit ini (Nurhanifah et al., 2019).

e. Instrumen Mual dan Muntah

Menurut Rhodes (2004), alat untuk mengukur mual dan

muntah yang telah teruji validitas dan reabilitasnya yaitu Numeric

Rating Scale (NRS). Numeric Rating Scale merupakan instrument

berupa skala pengukuran dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

nyeri dan dapat digunakan unruk mengetahui tingkat keparahan mual.

Numeric Rating Scale adalah rentan skala 0 – 10 dengan angka nol

tidak mual dan angka 10 muntah. Numeric Rating Scale terdiri dari

skor 0 samopai 10 dimana dikelompokkan yaitu dengan yang pertama

skor 0 berarti non atau tidak mual muntah, selanjutnya skor 1 sampai 3
40

dikategorikan mild atau ringan mual muntahnya, lanjut ke skor 4

sampai 6 dinilai moderate atau mual muntah sedang dan kelompok

yang terakhir yaitu skor 7 sampai 10 yaitu severe yaitu mual muntah

dengan skor tertinggi.

f. Penatalaksanaan Mual dan Muntah

Upaya untuk mengatasi mual muntah dapat dilakukan dengan

cara farmakologi dan non farmakologi. Upaya farmakologi untuk

mengatasi mual muntah antara lain dengan pemberian H2/Ranitidine

dan antasida (Tiran, 2008 dalam Sapitri, dll, 2018). Upaya non

farmakologi antara lain adalah mengubah diet, dukungan emosional,

pemberian aromaterapi dan akupresur (Wiraharja dkk, 2011 dalam

Sapitri, dll, 2018).

4. Konsep Aromaterapi Jahe

a. Definisi Aromaterapi

1) Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial

atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga

kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta

menenangkan jiwa dan raga (Astuti, 2015).

2) Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan

bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang

berbau harum dan enak. Minyak astiri digunakan untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan,

sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan penyembuhan


41

dengan sifat terapeutik dari minyak astiri (Craig Hospital, 2013).

b. Macam – Macam Aromaterapi

Jenis aromaterapi yang umum digunakan yaitu :

1) Minyak Eukaliptus, Radiata (Eucalyptus Radiata Oil)

2) Minyak Rosemary (Rosemary Oil)

3) Minyak Ylang-Ylang (Ylang-Ylang Oil)

4) Minyak Tea Tree (Tea Tree Oil)

5) Minyak Lavender (Lavender Oil)

6) Minyak Geranium (Geranium Oil)

7) Minyak Peppermint

8) Jahe

9) Minyak Jeruk Lemon (Lemon Oil)

10) Minyak Chamomile Roman

11) Minyak Clary Sage (Clary Sage Oil)

c. Manfaat Aromaterapi

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) manfaat aromaterapi antara

lain:

1) Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan

2) Mengurangi perasaan ketegangan

3) Meningkatakan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa

4) Menjaga kestabilan ataupun keseimbanagan sistem yang terdapat


42

dalam tubuh menjadi sehat dan menarik

5) Merupakan pengobatan holistik untuk menyeimbangkan semua

fungsi tubuh

d. Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Mual Muntah

Penanganan mual dan muntah dengan menggunakan terapi

nonfarmakologi yang efektif salah satunya dengan aromaterapi. Cara

penyembuhan mual dengan aromaterapi dapat dilakukan dengan

penghirupan. Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat

cepat dan efektif untuk menanggulangi masalah gangguan emosional

seperti stress atau depresi, juga beberapa sakit kepala ini disebabkan

karena rongga hidung mempunyai hubungan langsung dengan sistem

susunan saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap kerja minyak

esensial. Bila minyak esensial dihirup, molekul yang mudah menguap

akan membawa unsur aromatik yang terdapat dalam minyak tersebut

ke puncak hidung. Rambut getar yang terdapat di dalamnya, yang

berfungsi sebagai reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia ke

susunan saraf pusat. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan

daya ingat seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik

ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke

seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan

substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, dan tenang. Pada

penelitian Khotimah (2019), Aromaterapi jahe diberikan intervensi

dengan memberikan aromaterapi jahe selama 5-10 menit, setelah 30


43

menit pemberian aromaterapi dilakukan pengukuran mual dan muntah

dengan hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon Match Pair

Test didapatkan nilai p-value adalah 0,000 (α<0.05), yang berarti

pemberian aromaterapi jahe dalam 5-10 menit dapat menurunkan

keluhan mual dan muntah.

Adanya pengaruh aromaterapi jahe terhadap mual muntah

pasca operasi, mungkin karena minyak atsiri jahe mengeluarkan aroma

khas yang disebabkan zat zingiberol. Kemudian ketika aroma jahe

dihirup molekul yang mudah menguap (voltile) dari minyak tersebut

akan merangsang memori dan respon emosional. Kemudian

merangsang hipotalamus yang berperan sebagai relay dan regulator,

memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak

serta bagian yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah

menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang

menyebabkan euphoria, relaks, atau sedatif. Aromaterapi jahe juga

bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek

antiemetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat

(Kinasih, 2018).

Teori Nasution S.A & Kaban. F (2016) dalam Wirda (2020)

yang mengatakan bahwa aromaterapi jahe dapat membantu mengatasi

emesis gravidarum pada ibu hamil, selain itu jahe juga bisa mengatasi

mual muntah pada gastritis yang dapat mengatasi infeksi yang terjadi

pada lambung dan langsung memblok reseptor serotonim yang


44

menghantarkan reflex mual muntah sehingga tidak terjadi mual

muntah. Hal ini sejalan dengan penelitian Anik Enikmawati (2016)

bahwa aromaterapi jahe dapat menurunkan reflek mual muntah pada

kehamilan maupun mual muntah karena gastritis. (Wirda, 2020).

5. Konsep Akupresur

a. Definisi Akupresur

Akupresur merupakan pengobatan tradisional yang berasal dari

Jepang dan telah berkembang di Asia lebih dari 5000 tahun yang lalu.

Akupresur memiliki prinsip kerja sama dengan akupuntur dengan

menstimulasi 14 sistem meridian untuk bioenergi di dalam tubuh

antara yin, yang dan qi (chee). Setiap meridian memiliki 400 sampai

500 titik saluran energi yang berhubungan dengan organ dalam serta

sistem tertentu yang berfungsi sebagai katup yang menyalurkan energi

pada seluruh tubuh. Energi yang tersalurkan akan mempengaruhi

emosi serta cara berfikir. Cara kerja akupresur adalah dengan

mengidentifikasi suatu penyakit berdasarkan titik-titik akupresur atau

acupoint yang berada di saluran meridian. Dengan memijat titik-titik

tersebut akan menyeimbangkan aliran energi sehingga dapat

mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan mual muntah

(Murdiyanti, 2019). Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan

memberikan penekanan dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh

yang didasarkan pada prinsip ilmu akupresur (Fengge, 2012).

Meridian digunakan dalam ilmu akupuntur untuk memberikan


45

nama-nama pada jalur energi yang mengalir dalam tubuh manusia

yang menghubungakn bagian tubuh (Alamsyah, 2010). Sistem

meridian tubuh terdiri dari 12 meridian umum di tubuh manusia yang

nama-namanya sama dengan 12 organ tubuh, yaitu : 1) meridian paru-

paru (LU = Lung); 2) meridian usus besar (LI = Large Intestine); 3)

meridian lambung (ST = Stomach); 4) meridian limpa ( SP = Splean);

5) merdian jantung (HT = Heart); 6) meridian usus kecil ( SI = Small

intestine); 7) meridan kandung kemih (BL = Bladder); 8) meridian

ginjal (KI/KD = Kidney); 9) meridian selaput jantung (PC =

Pericardium); 10) meridan tri pemanas (TH/TE = Triple heater); 11)

meridian kandung empedu (B = Gall Blader); 12) merdian hati (LR =

Liver) (Sukanta, 2003).

b. Manfaat Akupresur

Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit

tekanan darah tinggi, penyembuhan rehabilitasi, cemas,

menghilangkan rasa sakit, mual muntah serta mencegah kekambuhan

penyakit. Di dalam tubuh manusia terdapat 12 (dua belas) meridian

umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang mewakili organ-organ

dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk melancarkan energi (qi),

sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat (Wong, 2011). Menurut

(Kementerian Kesehatan RI, 2015), menjelaskan bahwa akupresur

dapat digunakan untuk meningkatkan stamina tubuh, melancarkan

peredaran darah, memperbaiki kualitas tidur serta mengurangi stres


46

atau menenangkan pikiran.

c. Prosedur Akupresur

Titik-titik yang umumnya dimanipulasi pada kondisi mual

muntah diantaranya titik P6 dan dikombinasikan dengan titik St36.

Aplikasi dari beberapa titik yang bermanfaat dalam mengurangi suatu

gejala penyakit dapat menghasilkan efek yang lebih efektif (Lindquist

et al, 2010).

Titik P6 adalah titik yang terletak di jalur meridian selaput

jantung. Meridian selaput jantung memiliki dua cabang, sebuah

cabangnya masuk ke selaput jantung dan jantung, kemudian terus ke

bawah menembus diafragma, ke ruang tengah dan ruang bawah perut.

Meridian ini juga melintasi lambung dan usus besar. Cara menentukan

titik P6 yaitu dengan meletakan 3 jari pasien di atas pergelangan

tangan, tepatnya kurang lebih 6 cm di atas pergelangan tangan dan

berada diantara dua penonjolan otot yang terlihat jelas saat

menggenggam tangan dengan erat (Fengge, 2012).

Gambar 2 : Titik PC6


47

Titik St36 adalah titik akupresur yang berada di kaki dan di

alur meridian lambung. Meridian lambung dimulai dari ujung

meridian usus besar yang memiliki beberapa cabang, salah satu

cabangnya akan memasuki limpa dan lambung (Fengge, 2012).

Gambar 3 : Titik St36

Langkah-langkah terapi akupresur (Murdiyanti, 2019)

1) Alat yang dibutuhkan

a) Minyak zaitun

b) Tisue Basah dan kering

2) Pre interaksi

a) Persiapkan alat yang diperlukan

b) Cuci tangan

3) Tahap orientasi

a) Beri salam, panggil responden dengan namanya, dan

perkenalkan diri (untuk pertemuan pertama)

b) Menanyakan keluhan atau kondisi responden

c) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lainnya tindakan hal yang perlu


48

dilakukan oleh pasien selama terapi akupresur dilakukan

d) Berikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bertanya

sebelum terapi dilakukan

e) Lakukan pengkajian untuk mendapatkan keluhan dan

kebutuhan komplementer yang diperlukan

4) Tahap kerja

a) Jaga privasi pasien dengan menutup tirai

b) Siapkan alat dan bahan seperti minyak zaitun, tissue basah &

kering

c) Atur posisi klien dengan memposisikan pada posisi terlentang

(supinasi), duduk dengan tangan bertumpu dimeja, berbaring

miring, atau tengkurup dan berikan alas

d) Pastikan klien dalam keadaan rileks dan nyaman

e) Bantu melepaskan pakaian klien atau aksesoris yang dapat

menghambat tindakan akupresur yang akan dilakukan, jika perlu

f) Cuci tangan

g) Bersihkan telapak kaki klien dengan tissue basah

h) Keringkan telapak kaki klien dengan tissue kering

i) Tuangkan minyak zaitun ke tangan secukupnya

j) Massage ringan kaki klien untuk melemaskan otot-otot kaki agar

tidak kaku

k) Cari titik-titik rangsangan yang ada di tubuh, menekannya


49

hingga masuk ke sistem saraf.

l) Setelah titik ditemukan, oleskan minyak secukupnya pada titik

tersebut untuk memudahkan melakukan pemijatan

m) Lakukan pemijatan atau penekanan menggunakan jempol

tangan atau jari lain dengan 30 kali pemijatan atau pemutaran

searah jarum jam untuk menguatkan dan 40-60 kali pemijatan

atau putaran ke kiri untuk melemahkan.

5) Terminasi

a) Beritahu responden bahwa tindakan sudah selesai dilakukan,

rapikan klien kembali ke posisi yang nyaman

b) Evaluasi perasaan klien

c) Berikan reinforcement positif kepada pasien

d) Rapikan alat dan cuci tangan

6) Hasil

a) Evaluasi hasil kegiatan dan respon klien setelah tindakan

b) Lakukan kontrak untuk terapi selanjutnya

c) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

7) Dokumentasi

d. Pengaruh Akupresur Terhadap Mual dan Muntah

Efektivitas akupresur pada titik P6 dan St36 untuk mengatasi

mual muntah pada berbagai kondisi penyakit telah diuji oleh beberapa

penelitian. Penelitian tersebut diantaranya penelitian yang dilakukan


50

oleh Dibble et al (2007) terhadap 160 orang responden wanita yang

mendapatkan kemoterapi akibat kanker payudara. Responden tersebut

dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok yang mendapat

akupresur pada titik P6, kelompok placebo akupresur dan kelompok

yang hanya mendapat perawatan yang biasa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensitas mual dan muntah

yang signifikan pada kelompok yang mendapat akupresur bila

dibandingkan dengan kelompok plasebo dan kelompok yang

mendapatkan perawatan yang biasa.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Putri (2014) yang

menyimpulkan bahwa ada pengaruh Akupresur Terhadap Morning

Sickness Di Kecamatan Magelang Utara Tahun 2014 menunjukkan

nilai 1,25 pada kelompok perlakuan dan 7,84 pada kelompok

kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari dan Savitri tahun

2013 juga menyatakan bahwa adanya pengaruh setelah diberikan

intervensi akupresur. Hasil penelitian Sapitri (2018), adanya pengaruh

terapi akupresur terhadap mual muntah pada pasien gastritis di RSUD

Kota Surakarta.
51

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka berhubungan antara konsep konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmojo, 2010).

Helicobacter pylori, stress, penggunaan


obat-obatan analgesik, alkohol, merokok,
autoimun, makanan pedas, tidak makan
tepat waktu

Asam lambung meningkat

Peradangan pada dinding lambung Gastritis

Manajemen mual dan manajemen


Mual dan muntah
muntah

Penurunan rasa mual dan muntah


Non farmakologi :
Numeric Rating Scale
Farmakologi
1. Aromaterapi Jahe 0 : Tidak Mual
2. Akupresur 1 – 3 : Mual Ringan
4 – 6 : Mual Sedang
7 – 9 : Mual Berat
10 : Muntah
Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 4 : Kerangka Konseptual Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Gastritis dengan Aromaterapi Jahe dan Akupresur Modifikasi
Mansjoer dan Triyati (2012)
52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain

Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai tahap

penyusunan masalah dalam penelitian (Saryono, 2013). Dalam Tugas akhir

profesi ini penulis menggunakan penulisan metode deskriptif dalam bentuk

studi kasus yang menggambarkan atau mendeskripsikan tentang pemberian

asuhan keperawatan pada pasien Gastritis yang mengalami mual dan muntah

dengan aromaterapi jahe dan akupresur.

B. Subyek

Subyek yang digunakan adalah pasien dengan diagnosa medis

Gastritis sejumlah dua pasien dengan kriteria yang menjadi sampel dalam

studi kasus ini adalah :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek studi kasus dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria inklusi dalam studi kasus ini adalah :

a. Pasien dengan diagnose medis Gastritis

b. Pasien Gastritis yang bersedia diberikan aromaterapi jahe dan akupresur

c. Pasien yang tidak mengalami masalah dengan penciumannya

d. Pasien yang mengalami gejala mual dan muntah.


53

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi dalam

studi literatur ini adalah :

a. Pasien Gatritis yang tidak kooperatif

b. Pasien yang mengalami luka bakar, memar, tulang retak, atau bengkak

pada tubuhnya

C. Fokus

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan

titik acuan tugas akhir profesi. Dalam studi literatur ini yang menjadi fokus

studi adalah:

1. Penerapan prosedur pelaksanaan aromaterapi jahe dalam pada pasien

Gastritis yang mengalami mual dan muntah.

2. Penerapan prosedur pelaksanaan akupresure pada pasien Gastritis yang

mengalami mual muntah.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Nursalam, 2015).


54

1. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut dan kronik.

2. Nausea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan

atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Muntah adalah isi

lambung keluar secara paksa.

3. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial atau sari

minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.

4. Akupresur adalah penekanan menggunakan jari pada titik – titik tertentu

pada tubuh.

E. Ruang Lingkup Studi Kasus

1. Tempat Studi Kasus

Tempat yang dipilih sebagai objek atau lokasi tugas akhir profesi yaitu

IGD RSUD Patut Patuh Patju Gerung.

2. Waktu Studi Kasus

Waktu pelaksanaan studi kasus yaitu pada tanggal 19 – 29 Mei 2021.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan kasus murni dengan menerapkan 2

intervensi yang didapatkan. Dua intervensi tersebut dibandingkan

keefektifannya untuk 2 kasus yang sama dengan melakukan asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

Penyusunan bagian awal instrument dituliskan karakteristik

responden: umur, pekerjaan, social ekonomi, jenis kelamin, dll. Jenis


55

instrument yang sering digunakan pada ilmu keperawatan diklasifikasikan

menjadi 5 bagian (Nursalam, 2003), yaitu:

1. Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis

manusia, baik invivo maupun invitro).

2. Observasi (terstruktur dan tidak terstruktur)

Observasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model

instrument, antara lain:

a. Catatan Berkala: mencatat gejala secara berurutan menurut waktu

namun tidak terus menerus

b. Daftar Cek List: menggunakan daftar yang memuat nama observe

disertai jenis gejala yang diamati

3. Wawancara (terstruktur dan tidak terstruktur)

4. Format pengkajian di ruang IGD


56

G. Daftar Artikel Hasil Pencarian

Tabel 2. Daftar Artikel Hasil Pencarian

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
1. Kurnia Herni 2019 Vol. Pengaruh a. Desain :Quasy Experiment Hasil uji Mann Whitney bahwa
11 Pemberian b. Sampel : 36 orang pada kelompok perlakuan Jurnal Riset
No. 1 Aromatherapi diperoleh nilai p<0,05, dengan Kesehatan
Jahe terhadap c. Variabel independen yaitu demikian terdapat pengaruh
Mual Muntah Aromaterapi Jahe dan pemberian aromaterapi jahe
pada Ibu variabel dependen yaitu terhadap mual muntah pada ibu
Hamil Mual muntah hamil trimester I di Wilayah
Trimester I d. Instrumen: Cheklist Mual Kerja Puskesmas Purbaratu
muntah Ibu Hamil Kota Tasikmalaya.
e. Analisis : Uji Mann
Whitney
f. Kriteria inklusi : Ibu hamil
usia 20-35 tahun, usia
kehamilan trimester I,
bersedia menjadi
responden, dan mengalami
mual dan muntah. Kriteria
57

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
eksklusi : ibu yang
memiliki Riwayat
penyakit paru, gangguan
ginjal dan mempunyai
masalah pada indra
penciuman.
g. Waktu pelaksanaan: 5-10
menit dalam sehari
2. Wirda, 2020 Vol. 5 Pengaruh a. Desain :Quasy Hasil penelitian yaitu ada
Ernawati, No. 2 pemberian Experiment pengaruh penurunan emesis Journal Of
Dina Aromaterapi b. Sampel : 10 orang gravidarum prepost, nilai mean Islamic
Oktaviana Jahe 0,500, standar deviasi sebesar Nursing
Terhadap c. Variabel independen yaitu 0,527. Test didapatkan nilai p
Penurunan Aromaterapi Jahe dan (0,015) < 0,05. Hal ini
Emesis variabel dependen yaitu menunjukkan bahwa ada
Gravidarum emesis gravidarum pengaruh Aromaterapi Jahe
Pada Ibu d. Instrumen :Numeric terhadap penurunan emesis
Hamil Rating Scale (NRS) gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester e. Analisis : Uji Wilcoxon Trimester Pertama di Wilayah
Pertama di Kerja Puskesmas
f. Kriteria inklusi : ibu hamil
Wilayah Mangarabombang Kabupaten
dengan usia kandungan 0-
Kerja
58

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
Puskesmas 3 bulan, mengalami mual Takalar
Mangarabom dan muntah. Kriteria
bang eksklusi : mempunyai
Kabupaten masalah pada indra
Takalar penciuman
g. Waktu pelaksanaan : 5-10
menit selama 1 minggu
3. Rostinah 2018 Vol. 4 Pengaruh a. Desain :Quasy Dari hasil uji statistik Jurnal Ilmiah
Manurung, No. 1 pemberian Experimental menggunakan Uji Mc. Keperawatan
Tri Utami aromatherapi b. Sampel : 30 orang Nemar Imelda
Adriani Jahe didapatkan p value = 0,003
Terhadap c. Variabel independen yaitu
Aromaterapi Jahe dan (P<0,05), menunjukkan
Penurunan bahwa ada pengaruh
Mual dan variabel dependen yaitu
penurunan mual dan pemberian aromatherapi jahe
Muntah Pada terhadap penurunan mual
Pasien muntah
dan muntah pada pasien
Kanker Yang d. Instrumen :Skala Guttman kanker yang menjalani
Menjalani e. Analisis : Uji Mc. Nemar kemoterapi di Rumah
Kemoterapi
f. Kriteria inklusi : pasien Sakit Umum Imelda
di Rumah
kanker yang bersedia Pekerja Indonesia
Sakit Imelda
menjadi responden, yang Medan Tahun 2017
Pekerja
59

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
Indonesia menjalani tindakan
Medan Tahun kemoterapi, yang
2017 kooperatif.
Kriteria eksklusi :
mempunyai masalah pada
indra penciuman
g. Waktu pelaksanaan :
selama 2 hari dengan
frekuensi 3x sehari
4. Tantri Dewi 2018 Vol. 3 Pengaruh a. Desain :pre experimental Hasil Uji Wilcoxon diperoleh Jurnal Riset
Sapitri, No. 1 Terapi menggunakan One-group nilai signifikan 0,000, dimana Kesehatan
Isnaini Akupresur pre-post test design p < 0,05 maka Ho ditolak dan
Rahmawati, Terhadap b. Sampel : 30 orang Ha diterima, sehingga ada
Maula Mual Muntah pengaruh dari pemberian terapi
Mar’atus Pada Pasien c. Variabel independen yaitu akupresur terhadap skala mual
Solikhah Gastritis Di akupresure dan variabel muntah pada pasien gastritis di
RSUD Kota dependen yaitu Mual RSUD Kota Surakarta
Surakarta Muntah
d. Instrumen :Numeric
Rating Scale (NRS)
e. Analisis : WIlcoxon
60

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
f. Kriteria inklusi : pasien
gastritis, bersedia menjadi
responden.
Kriteria eksklusi : tidak
menderita luka bakar,
memar, atau luka pada
tubuh responden.
g. Waktu pelaksanaan : 3
menit dalam 2 kali sehari
selama 2 hari
5. Nanik 2019 Vol. Pengaruh a. Desain: Quasi experimentHasil analisis uji statistik Jurnal
Handayani, 11, Akupresur melalui pendekatan one independent T-test ρ=0,010 < Kebidanan
R. no. 2 group pre-post test design α=0,05, sehingga H0 ditolak
Khairiyatul Terhadap study artinya akupresur berpengaruh
Afiyah Penurunan terhadap penurunan mual
Mual Dan b. Sampel : 22 orang
dan muntah
Muntah c. Variabel independen yaitu
Pada Ibu Akupresure dan variabel
Hamil dependen yaitu Penurunan
mual dan muntah
Di Praktek
Mandiri d. Instrumen : Score
Pregnancy Unique
61

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
Bidan Quantification of
Sidoarjo Emesis and or Nausea
Scoring System (PUQE)
e. Analisis : Independent T-
Test
f. Kriteria inklusi dan
inklusi pada jurnal tidak
dicantumkan.
g. Waktu palaksanaan: 1 kali
sehari selama 2 menit
dilakukan selama 7 hari
6. Novi 2020 Vol. Penerapan a. Desain: Quasy Pemberian akupresur dapat Jurnal Ilmiah
Avrianti, Eri 10 Terapi Eksperiment menurunkan mual muntah pada Permas
Riana Pertiwi No.4 Akupresur b. Sampel : 60 orang pasien yang menerima terapi
Dalam kemoterapi. Adanya hubungan
Penanganan c. Variabel independen yaitu antara pemberian akupresur
Mual Muntah terapi akupresur dan dengan penurunan frekwensi
Pasca variabel dependen yaitu mual muntah pada pasien pasca
Kemoterapi Mual Muntah kemoterapi.
d. Instrumen : lembar
observasi mual dan
62

NO AUTHOR THN VOL. JUDUL METODE HASIL PENELITIAN DATABASE


(DESAIN, SAMPEL,
VARIABLE,
INSTRUMEN, ANALISIS,
KRITERIA INKLUSI DAN
EKSKLUSI, WAKTU)
muntah
e. Analisis : Uji T
f. Kriteria inklusi : pasien
gastritis, bersedia menjadi
responden.
g. Kriteria eksklusi : tidak
menderita luka bakar,
memar, atau luka pada
tubuh responden.
h. Waktu pelaksanaan : 3
kali sehari
BAB IV

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Tabel 3. Identitas Pasien

Identitas Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny. K Tn. A
Umur 60 Tahun 66 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki - Laki
Status Perkawinan Menikah Menikah
Diagnosa Medis Gastritis Gastritis
Tgl. MRS 21 Mei 2021 22 Mei 2021
Tgl. Pengkajian 21 Mei 2021 22 Mei 2021

2. Riwayat Penyakit
Tabel 4. Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Pasien 1 Pasien 2


Keluhan utama Pasien mengatakan Pasien mengatakan
mual-mual dan muntah mual – mual dan
muntah
Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan
penyakit mual dan muntah sejak mual muntah
sekarang tanggal 20 Mei 2021, dirasakan sejak pukul
pukul 11.00 WITA, 06.00 WITA,
pasien merasakan kemudian pasien
jarang makan karna dibawa ke IGD RSUD
nafsu makan berkurang Patuh Patut Patdju
dan pada tanggal 21 pada pukul 09.00
Mei 2021, pukul 14.00 WITA. Pasien
WITA pasien ke mengatakan mual-
Klinik Permata dan mual, nyeri ulu hati,
64

Riwayat Penyakit Pasien 1 Pasien 2


dirujuk ke IGD RSUD muntah 4 kali sejak
Patut Patuh Patdju tadi pagi, BAB cair 2
pada pukul 15.00 kali tanpa darah
WITA. Pasien
mengatakan mual sejak
tadi malam, muntah 1
kali bercampur darah,
nyeri ulu hati, dan
pusing. Pasien
mengatakan stress
memikirkan anaknya
Riwayat penyakit Pasien mengatakan Pasien mengatakan
dahulu sebelumnya pernah sebelumnya
dirawat di rumah sakit mempunyai riwayat
karena gastritis setahun gastritis sejak 5 tahun
yang lalu dan dirawat 2 yang lalu, .
malam.
Riwayat penyakit Pasien mengatakan Pasien mengatakan
keluarga tidak memiliki riwayat tidak memiliki riwayat
penyakit keluarga penyakit keluarga
seperti hipertensi, DM seperti hipertensi, DM
dan gastritis. dan gastritis.

3. Observasi & Pemeriksaan Fisik (Ros: Review Of System)


Tabel 5. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Pasien 1 Pasien 2
Keadaan Sedang Sedang
umum
TTV a. TD : 100/60 mmHg a. TD : 110/60
b. N : 76 x/menit mmHg
65

Pasien 1 Pasien 2
O
c. S : 36 C b. N : 93 x/menit
d. RR : 20 x/menit c. S : 37OC
e. SpO2 : 98% d. RR : 20 x/menit
e. SpO2 : 97%
B1 (Breath) Respiratory Rate 20 Respiratory Rate 20
x/menit, pergerakan dada x/menit, pergerakan
pasien simetris, tidak dada pasien simetris,
menggunakan otot bantu tidak menggunakan
napas, suara napas otot bantu napas,
vesikuler, tidak ada suara suara napas vesikuler,
napas tambahan, irama tidak ada suara napas
pernapasan reguler. tambahan, irama
pernapasan reguler.
B2 (Blood) Tekanan darah pasien Tekanan darah pasien
100/60 mmHg, nadi : 76 110/60 mmHg, nadi :
x/menit, akral teraba hangat, 93 x/menit, akral
suhu tubuh pasien 36OC, teraba hangat, suhu
CRT :≤ 2 detik, turgor kulit tubuh pasien 37OC,
baik, tidak tampak udema, CRT :≤ 2 detik,
irama jantung regular. S1S2 turgor kulit baik,
tunggal. tidak tampak udema,
irama jantung regular.
S1S2 tunggal.
B3 (Brain) Kesadaran compos mentis, Kesadaran compos
GCS (E4V5M6). mentis, GCS
(E4V5M6).
B4 (Blader) Pasien mengatakan BAK 3– Pasien mengatakan
4 kali sehari berwarna BAK 3–4 kali sehari
kuning jernih dan berbau berwarna kuning
khas urine. jernih dan berbau
khas urine.
66

Pasien 1 Pasien 2
B5 (Bowel) Pasien mengatakan nafsu Pasien mengatakan
makan berkurang, makan 2 nafsu makan
kali sehari dengan porsi berkurang, makan 2
setengah porsi (nasi dan kali sehari dengan
lauk pauk), NRS 10, pasien porsi setengah porsi
tampak mual, BU (+) 20 (nasi dan lauk pauk),
kali/menit NRS 10, pasien
tampak mual, BU (+)
30 kali/menit
B6 (Bone) Seluruh ekstremitas dapat Seluruh ekstremitas
digerakan bebas tanpa ada dapat digerakan bebas
hambatan. Terpasang infuse tanpa ada hambatan.
RL 500 cc di tangan kanan Terpasang infuse RL
pasien. 500 cc di tangan
kanan pasien.
Endokrin Tidak ada pembesaran Tidak ada
kelenjar tiroid. pembesaran kelenjar
tiroid.
Pengindraan Panca indra pasien masih Panca indra pasien
berfungsi dengan normal. masih berfungsi
Pupil isokor dan dengan normal. Pupil
konjungtiva anemis. Tidak isokor dan
ada gangguan pendengaran, konjungtiva non
penciumaan, pengecap anemis. Tidak ada
maupun perabaan. gangguan pada panca
indra.
67

4. Pemeriksaan penunjang
Tabel 6. Pemeriksaan Penunjang

No Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2 Unit Nilai


.
Normal
1. Lab WBC 10.09 16.39 10ˆ3/µL 3.6 –

Darah 11.00
LYMPH 3.10 3.88 10ˆ3/µL 1.0 – 3.7
Lengkap
#
MONO# 0.67 1.60 10ˆ3/µL 0.0 – 0.7
EOS# 0.11 0.02 10ˆ3/µL 0.0 – 0.4
BASO# 0.01 0.03 10ˆ3/µL 0.0 – 0.1
NEUT# 6.20 10.86 10ˆ3/µL 25 – 40
NEU % 52.8 66.2 % 50.00 –
70.0
LYM % 32.9 23.7 % 25.0 –
40.00
MON % 12.4 9.8 % 2.0 – 8.0
EOS % 1.4 0.1 % 2.0 – 40
BAS % 0.5 0.2 % 0.0 – 1.0
RBC 3.61 4.29 10ˆ6/µL 3.80 –
5.20
HGB 11,8 11.3 g/dL 11.7 –
15.5
HCT 23.7 32 % 35.0 –
47.0
MCV 85.9 74.6 fL 80.0 –
100.0
MCH 28.3 26.3 Pg 26.0 –
34.0
MCHC 32.9 35.3 g/dL 32.0 –
36.0
RDW- 12.2 17.3 % 11.5 –
68

No Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2 Unit Nilai


.
Normal
CV 14.5
RDW – 36.4 44.4 fL 37.0 –
SD 54.0
PLT 244 137 10ˆ3/µL 150 – 440
MPV 10.3 13.2 fL 7.2 – 11.1
PDW 10.9 17.9 9.0 – 17.0
PCT 0.24 0.18 % 0.170 – 0.350
2. Photo  Cor -
tidak
Thorax membe
sar
 Pulmo
tak
tampak
kelaina
n

5. Terapi Obat
Tabel 7. Terapi Obat

Terapi Pasien 1 Pasien 2

Infus RL 500cc RL 500 cc

Injeksi a. Omeprazole 1 x a. Ranitidine 1 x 25


40 mg mg
b. Ketorolac 1x 30 b. Ondansetron 1 x 4
mg mg
c. Scopamin 1 x 20 mg

Oral Sulcralfat syrup Loperamide 2 mg


500 mg
69

6. Balance Cairan
Pasien I
Input :
a. Infus RL : 50 cc
b. Omeprazole : 10 cc
c. Ketorolac. : 1 cc
d. Sirup sulcralfat : 3 cc
e. Minum. : 1.000 cc/11 jam
f. AM. : 385 cc
Total input: 1.449 cc
Output
a. IWL : 1.765 cc
b. Muntah : 100 cc
c. Urine : 600 cc/11 jam
Total output : 1.765 cc
Balance Cairan : Input – Output : 1.449 cc – 1.765 cc : -316 cc
Pasien II
Input :
a. Infus RL : 50 cc
b. Ranitidin : 2 cc
c. Ondansetron : 4 cc
d. Scopamin : 1 cc
e. Minum. : 1.000 cc/4 jam
f. AM. : 325 cc
Total input: 1.382 cc
Output
a. IWL : 930 cc
b. Muntah : 400 cc
c. Urine : 300 cc/4 jam
d. BAB : 200 cc
Total output: 1.830 cc
70

Balance Cairan : Input – Output : 1.382 cc – 1.830 cc : - 448 cc


B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun
potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengtasinya (Sumijatun, 2010).
1. Analisa Data
Tabel 8. Diagnosis Keperawatan
Data Etiologi Masalah

Pasien 1 Helicobacter Nausea


DS: pylori, stres
a. Pasien mengatakan
mual sejak tadi
malam, muntah 1 kali Infeksi mukosa
bercampur darah, lambung
nyeri ulu hati
b. Pasien mengatakan
merasakan asam di
mulutnya
DO: Peningkatan
a. Klien tampak lemah asam lambung
b. Tekanan darah pasien
100/60 mmHg, nadi :
76 x/menit, RR :
20x/menit
Iritasi Mukosa
c. NRS : 10 (dari 0-10) Lambung

Peradangan
Mukosa
Lambung

Hipotalamus
71

Data Etiologi Masalah

Aktivitas
lambung
meningkat

Asam lambung
meningkat

Kontraksi otot
lambung

Nausea, muntah

Pasien 2 Helicobacter Nausea


DS: pylori, stres
a. Pasien mengatakan
mual dan muntah 4
kali sejak tadi pagi Infeksi mukosa
b. Pasien mengatakan lambung
merasakan asam di
mulutnya

DO:
Peningkatan
a. Pasien tampak lemah asam lambung
b. Tekanan darah 110/60
mmHg, nadi : 93
x/menit, RR :
20x/menit,
c. Skala NRS : 10 (dari Iritasi Mukosa
0-10) Lambung

Peradangan
Mukosa
72

Data Etiologi Masalah

Lambung

Hipotalamus

Aktivitas
lambung
meningkat

Asam lambung
meningkat

Mual dan muntah

2. Rumusan Diagnosa
a. Nausea berhubungan dengan asam lambung meningkat ditandai
dengan pasien mengatakan pasien mengatakan mual sejak tadi malam,
muntah 1 kali bercampur darah, nyeri ulu hati, dan pusing, pasien
mengatakan merasakan asam di mulutnya, pasien tampak lemah,
tekanan darah pasien 100/60 mmHg, nadi : 76 x/menit, NRS 10.
b. Nausea berhubungan dengan asam lambung meningkat ditandai
dengan mengatakan mual dan muntah 4 kali sejak tadi pagi, pasien
mengatakan BAB cair 4 kali, pasien mengatakan merasakan asam di
mulutnya, pasien tampak lemah, tekanan darah pasien 110/60 mmHg,
nadi : 93 x/menit, skala NRS 10
73

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi/Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan

keperawatan (Dermawan, 2012)

Tabel 9. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

Pasien 1: Setelah diberikan Manajemen Mual (1.03117)


(D.0076) Nausea tindakan keperawatan 1. Observasi
selama 1 x 4 jam
diharapkan mual a. Identifikasi dampak
muntah berkurang mual terhadap kualitas
dengan kriteria hasil : hidup (mis. nafsu
1. Pasien makan, aktifitas, kinerja,
mengatakan mual tanggung jawab peran,
menurun dan tidur)
2. Pasien b. Identifikasi faktor
mengatakan penyebab mual (mis.
perasaan muntah pengobatan dan
menurun prosedur)
3. Pasien c. Monitor mual (mis.
mengatakan frekuensi, durasi, dna
perasaan asam di tingkat keparahan)
mulut menurun
2. Terapeutik
4. NRS : 3
a. Anjurkan makanan
dalam jumlah kecil.
3. Edukasi
a. Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
yaitu pemberian
aromaterapi jahe selama
5-10 menit
4. Kolaborasi pemberian
antiemetika
74

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

Manajemen Muntah (1.03118)


1. Observasi
a. Identifikasi karakteristik
muntah
2. Terapeutik
a. Kontrol faktor
lingkungan penyebab
muntah
3. Edukasi
a. Anjurkan
memperbanyak istirahat
4. Kolaborasi pemberian
antiemetik jika perlu

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

Pasien 2: Setelah diberikan Manajemen mual (1.03117)


(D.0076) Nausea tindakan keperawatan 1. Observasi
selama 1 x 4 jam
diharapkan mual muntah a. Identifikasi dampak
berkurang dengan mual terhadap kualitas
kriteria hasil : hidup (mis. nafsu
1. Pasien mengatakan makan, aktifitas,
mual menurun kinerja, tanggung
2. Pasien mengatakan jawab peran, dan tidur)
perasaan muntah b. Identifikasi faktor
menurun penyebab mual (mis.
3. Pasien mengatakan pengobatan dan
perasaan asam di prosedur)
mulut menurun c. Monitor mual (mis.
4. NRS : 3 frekuensi, durasi, dna
tingkat keparahan)
2. Terapeutik
a. Anjurkan makanan
dalam jumlah kecil.
75

3. Edukasi
a. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
yaitu akupresur pada
titik PC6 dan St36
selama 3 menit
4. Kolaborasi pemberian
antiemetika

Manajemen muntah
(1.03118)
1. Observasi
a. Identifikasi
karakteristik muntah
2. Terapeutik dengan kontrol
faktor lingkungan
penyebab muntah
3. Edukasi dengan
memperbanyak istirahat
4. Kolaborasi pemberian
antiemetika

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)

Tabel 10. Implementasi Keperawatan

21 Mei 2021
Diagnosa
Jam Implementasi Respon Hasil
Keperawata
n

Pasien 1 15.00 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengatakan


(Nausea) WITA dampak mual terhadap nafsu makannya
kualitas hidup berkurang jika mual
muncul
76

21 Mei 2021
Diagnosa
Jam Implementasi Respon Hasil
Keperawata
n

15.15 2. Pasien mengatakan


WITA 2. Mengidentifikasi mual disebabkan
faktor penyebab mual karena naik asam
lambungnya karena
tidak tidak makan
malam

15.20 3. Pasien mengatakan


WITA 3. Memonitor mual dan mual -mual sejak tadi
pada pasien malam

15.21 4. Pasien mengatakan


WITA 4. Mengidentifikasi muntah darah 1 kali
karakteristik muntah pada saat pasien di
rumah. Saat dilakukan
pengkajian pasien tidak
ada keluhan muntah.
15.25 5. Memonitor NRS : 10
WITA kesembangan cairan 5. Balance cairan : -316
dan elektrolit cc
15.35 6. Menganjurkan pasien 6. Pasien mengatakan
WITA makan dalam jumlah sudah makan roti
yang kecil tetapi sering 7. Pasien tampak nyaman
15.40 7. Memberikan saat dilakukan
WITA aromaterapi jahe pemberian aromaterapi
selama 5-10 menit jahe
15.41 8. Melakukan kolaborasi 8. Pasien mengatakan
WITA pemberian omeprazole mual berkurang
1 x 40 mg
15.42 9. Melakukan kolaborasi 9. Tetesan infus 20 tpm
WITA cairan RL 500 cc
77

Implementasi Respon Hasil


Diagnosa
Keperawata Jam 22 Mei 2021
n

Pasien 2 09.00 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengatakan nafsu


(Nausea) WITA dampak mual terhadap makannya berkurang jika
kualitas hidup mual muncul
09.05 2. Mengidentifikasi 2. Pasien mengatakan tidak
WITA faktor penyebab mual ada nafsu makan sehingga
pasien jarang makan

09.10 3. Pasien mengatakan mual


WITA 3. Memonitor mual dan -mual
09.11 pada pasien 4. Pasien mengatakan muntah
WITA 4. Mengidentifikasi 4 kali dengan warna
09.15 karakteristik muntah muntah air. NRS : 10
WITA 5. Memonitor 5. Balance cairan : -448 cc
kesembangan cairan
09.20 dan elektrolit 6. Pasien mengatakan akan
WITA 6. Menganjurkan pasien mengikuti anjuran dari
makan dalam jumlah perawat
09.21 yang kecil tetapi sering 7. Pasien tampak nyaman
WITA 7. Memberikan akupresur
pada titik st36 dan pc6
selama 3 menit dengan
masing-masing titik 30
09.25 kali pemutaran 8. Pasien mengatakan mual
WITA 8. Melakukan kolaborasi berkurang
pemberian ondansetron
09.26 1 x 4 mg 9. Tetesan infus 20 tpm
WITA 9. Melakukan kolaborasi
cairan RL 500 cc
78

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan

(Manurung, 2011)

Tabel 11. Evaluasi Keperawatan

No. Hari/ Jam Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal

1. Pasien 1 20.00 S:
Jumat, 21 WITA a. Pasien mengatakan tidak merasakan
Mei 2021 mual lagi
b. Pasien mengatakan perasaan muntah
tidak ada
c. Pasien mengatakan tiak merasakan
rasa asam di mulutnya

O:
a. NRS : 0 (dari skala 0-10)
b. Tanda – tanda vital :

1) TD : 110/70 mmHg
2) N : 76x/menit
3) RR : 20x/menit

A. : Masalah teratasi

P :Intervensi dihentikan, pasien pulang


pada tanggal 21 Mei 2021.
79

No. Hari/ Jam Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal

2. Pasien 2 14.00 S:
Sabtu, 22 WITA a. Pasien mengatakan masih merasakan
Mei 2021 mual tetapi mual berkurang
b. Pasien mengatakan perasaan muntah
tidak ada
c. Pasien mengatakan tiak merasakan
rasa asam di mulutnya

O:
a. NRS : 2 (dari skala 0-10)
b. Tanda – tanda vital :

1) TD : 110/70 mmHg
2) N : 87x/menit
3) RR : 20x/menit

A. : Masalah teratasi

P :Intervensi dihentikan, pasien pulang


pukul 15.00 WITA
80
BAB V

PEMBAHASAN

Pada BAB 5 ini peneliti akan mencoba untuk menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang ditemukan selama penerapan

aromaterapi jahe dan akupresur pada pasien Gastritis dengan mual muntah dengan

masalah keperawatan nausea dari tanggal 19 Mei 2021 sampai dengan 29 Mei 2021 di

IGD RSUD Patut Patuh Patdju. Adapun proses keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi hingga evaluasi.

A. Pengkajian

1. Data Subyektif

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 dan 22 Mei 2021 pukul

15..00 WITA dan pukul 09.00 WITA dengan melakukan pengkajian melalui

metode wawancara terhadap pasien yang pertama yaitu observasi, dan

pemeriksaan fisik. Pasien yang pertama bernama Ny. K berusia 60 tahun,

berjenis kelamin perempuan, alamat Lembar, agama islam dan suku sasak.

Untuk pasien yang ke-2 atas nama Tn. A berusia 66 tahun, berjenis kelamin

laki - laki, alamat di Lembar, beragama Islam dan suku sasak.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan terhadap 2 pasien didapat data

keluhan utama yang sama yaitu mual dan muntah, adanya penurunan nafsu

makan. Akan tetapi keluhan aktivitas pada pada pasien 1 lebih parah dari

pasien 2, dimana pada pasien mengatakan 1 muntah darah. Pada pasien 2,

pasien mengatakan muntah 4 kali tanpa adanya darah.


82

Manifestasi klinis gastritis yaitu, rasa tidak nyaman pada abdomen

dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan

cegukan, dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus (Smeltzer, 2001).

Kejadian penyakit gastritis disebabkan karena pola makan yang tidak

sehat seperti konsumsi alkohol, pola makan yang tidak teratur, merokok,

konsumsi kopi, konsumsi obat penghilang nyeri, stres fisik, stres psikologis,

kelainan autoimun. Gejala yang timbul pada pasien gastritis adalah rasa tidak

enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, dan mual, nyeri ulu hati setelah

makan, kembung, rasa asam di mulut, mual, muntah (Wahyudi, dkk, 2018).

2. Data Obyektif

Data obyektif dari obsevasi tanda-tanda vital didapatkan perbedaan

antara pasien 1 dan pasien 2. Pada pasien 1, tekanan darah pasien 100/60

mmHg, nadi : 76 x/menit, RR : 20x/menit. Peneliti juga melakukan

perhitungan Numeric Rating Scale (NRS) didapatkan skor 10 (terjadi

muntah) dengan balance cairan -316 cc.

Pada pasien 2 di dapatkan tekanan darah 110/60 mmHg, nadi : 93

x/menit, RR : 20x/menit. Peneliti juga melakukan perhitungan Numeric

Rating Scale (NRS) didapatkan skor 10 (terjadi muntah) dengan balance

cairan -448 cc. Pasien 2 juga mengatakan sebelumnya pernah di rawat di

rumah sakit karena gastritis.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ratu, (2013) dalam Novitayanti,

(2020) yaitu, mukosa pada lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi


83

alkohol, obat anti inflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori.

Pengikisan ini dapat menimbulkan peradangan. Inflamasi pada lambung

juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi asam lambung, peningkatan

sekresi asam lambung disebabkan oleh zat nikotin dalam rokok serta

peningkatan rangsangan persarafan, seperti kondisi cemas, stress, dan

marah. Peningkatan sekresi asam lambung dapat memicu rangsangan

serabut aferen nervus vagus yang menuju medulla oblongata melalui

komoreseptor yang banyak mengandung neurotransmitter epinefrin,

serotonin sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual dan muntah. Mual

dan muntah dapat mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi dan juga

mengakibatkan penurunan cairan tubuh dan cairan dalam darah

(hipovolemia).

Pada pengkajian, peneliti menemukan perbedaan pada keluhan

yang dialami kedua pasien disebabkan karena pasien 1 mengalami muntah

darah 1 kali tanpa BAB cair sedangkan pasien 2 mengalami muntah 4 kali

tanpa darah disertai BAB cair 2 kali. Peneliti berpendapat tidak ada

kesenjangan antara data yang muncul dengan teori. Menurut peneliti,

terjadinya mual dan muntah yang dialami pada kedua pasien tersebut

disebabkan karena psikologis yaitu stress dan pola makan yang tidak teratur.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dari hasil anamnesa,

observasi dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan diagnostik yang didapatkan

menunjukkan masalah yang dialami kedua pasien adalah nausea berhubungan


84

dengan peningkatan asam lambung.

Menurut SDKI (2016), nausea adalah perasaan tidak nyaman pada

bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah.

Menurut peneliti diagnosa keperawatan nausea sesuai dengan data mayor dan

minor dari kedua pasien yaitu mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak

berminat makan, merasakan asam di mulut.Peneliti tidak melihat adanya

kesenjangan teori yang ditemukan pada kedua pasien tersebut.

C. Intervensi

Perencanaan terhadap diagnosa keperawatan yang muncul yaitu nausea

berfokus untuk mengurangi rasa mual dan muntah. Intervensi keperawatan

yang diberikan untuk pasien 1 dan pasien 2 mengginakan manajemen mual dan

manajemen muntah, perbedaannya adalah pada pasien 1 intervensi

keperawatan yang diberikan berupa aromaterapi jahe selama 5 - 10 menit

sedangkan pada pasien 2 menggunakan akupresur pada titik st36 dan pc6

selama 3 menit. Kemudian akan dievaluasi sejauh mana terjadi penurunan

mual dan muntah dengan menggunakan instrument Numeric Rating Scale dari

skala 0 – 10. Intervensi diberikan dalam sehari di ruang IGD RSUD Patut

Patuh Patdju.

Aromaterapi jahe juga bekerja menghambat reseptor serotonin dan

menimbulkan efek antiemetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan

saraf pusat (Kinasih, 2018). Teori Nasution S.A & Kaban. F (2016) dalam

Wirda (2020) yang mengatakan bahwa aromaterapi jahe dapat membantu

mengatasi emesis gravidarum pada ibu hamil, selain itu jahe juga bisa
85

mengatasi mual muntah pada gastritis yang dapat mengatasi infeksi yang

terjadi pada lambung dan langsung memblok reseptor serotonim yang

menghantarkan reflex mual muntah sehingga tidak terjadi mual muntah. Hal ini

sejalan dengan penelitian Anik Enikmawati (2016) bahwa aromaterapi jahe

dapat menurunkan reflek mual muntah pada kehamilan maupun mual muntah

karena gastritis. (Wirda, 2020).

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Putri (2014) yang

menyimpulkan bahwa ada pengaruh Akupresur Terhadap Morning Sickness Di

Kecamatan Magelang Utara Tahun 2014 menunjukkan nilai 1,25 pada

kelompok perlakuan dan 7,84 pada kelompok kontrol. Penelitian yang

dilakukan oleh Mayasari (2013) juga menyatakan bahwa adanya pengaruh

setelah diberikan intervensi akupresur. Hasil penelitian Sapitri (2018), adanya

pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah pada pasien gastritis di

RSUD Kota Surakarta. Peneliti tidak melihat adanya kesenjangan teori pada

saat menyusun rencana keperawatan pada pasien gastritis dengan masalah

keperawatan nausea.

D. Implementasi

Implementasi merupakan suatu pelaksanaan rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi dapat

meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesudah tindakan, dan menilai data-data yang baru (Rohmah,2012).

Setelah membina hubungan saling percaya dan melakukan penjelasan

tentang perlakuan, peneliti melakukan kontrak tindakan, yaitu tindakan


86

aromaterapi jahe dan tindakan akupresur. Implementasi dilakukan selama sehari

disebabkan karena pasien menjalani rawat jalan dan evaluasi dilakukan 4 jam

setelahnya.

Kelancaran dan keefektifan ditandai dengan pasien yang kooperatif.

Sebelum melakukan masing-masing tindakan, peneliti melakukan pengkajian

menggunakan instrument mual muntah dengan Numeric Rating Scale (NRS).

Hasilnya pada pasien 1 dan pasien 2 mempunyai skor yang sama yaitu 10

(terjadi muntah). Dengan tetap memperhatikan privasi dan memberitahu

prosedur atau cara kerjanya, kedua pasien diberikan posisi semi fowler.

Aromaterapi jahe diberikan pada pasien 1 yang dihirup selama 10 menit atau

selama pasien mengalami mual dan muntah, sedangkan akupresure diberikan

pada pasien 2 pada tanggal 22 Mei 2021 yang dilakukan selama 3 menit

dengan melakukan penekanan pada titik p6 dan titik st36 masing – masing 30

kali penekanan menggunakan minyak. Pada pasien 1 tampak nyaman saat

menghirup aromatoreapi jahe dan pada pasien 2 selama melakukan akupresur

sama – sama merasakan kenyamanan dan tidak terjadi mual.

Adanya pengaruh aromaterapi jahe terhadap mual muntah mungkin

karena minyak atsiri jahe mengeluarkan aroma khas yang disebabkan zat

zingiberol. Kemudian ketika aroma jahe dihirup molekul yang mudah menguap

(voltile) dari minyak tersebut akan merangsang memori dan respon emosional.

Kemudian merangsang hipotalamus yang berperan sebagai relay dan regulator,

memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak serta

bagian yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi tindakan
87

yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang menyebabkan euphoria,

relaks, atau sedatif. Aromaterapi jahe juga bekerja menghambat reseptor

serotonin dan menimbulkan efek antiemetik pada sistem gastrointestinal dan

sistem susunan saraf pusat (Kinasih, 2018).

Akupresur memiliki prinsip kerja sama dengan akupuntur dengan

menstimulasi 14 sistem meridian untuk bioenergi di dalam tubuh antara yin,

yang dan qi (chee). Setiap meridian memiliki 400 sampai 500 titik saluran

energi yang berhubungan dengan organ dalam serta sistem tertentu yang

berfungsi sebagai katup yang menyalurkan energi pada seluruh tubuh. Energi

yang tersalurkan akan mempengaruhi emosi serta cara berfikir. Cara kerja

akupresur adalah dengan mengidentifikasi suatu penyakit berdasarkan titik-titik

akupresur atau acupoint yang berada di saluran meridian. Dengan memijat

titik-titik tersebut akan menyeimbangkan aliran energi sehingga dapat

mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan mual muntah (Murdiyanti,

2019). Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan

dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu

akupresur (Fengge, 2012).

Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan

dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip

ilmu akupunktur. Penggunaan terapi komplementer relatif mudah, relatif

murah, efektif mengurangi mual dan muntah, menarik dan dapat diterima

pasien (Hewitt dan Watts, 2009, dalam Supatmi 2015). Penekanan ujung-ujung

jari tangan pada daerah tertentu dipermukaan kulit yang berdampak positif
88

terhadap kondisifisik, mental dan sosial (Hartono, 2012).

Adam (2011) mengungkapkan bahwa rangsangan akupresur dapat

menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamine sebagai mediator

vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadinya peningkatan sirkulasi darah

yang menjadikan tubuh lebih relaksasidan pada akhirnya dapat menurunkan

tekanan darah. histamine yang dapat meningkatkan sirkulasi darah yang

menjadikan tubuh rileks sehingga mual muntahdapat berkurang. Selain itu

akupresur yang dilakukan pada titik tertentu akan menstimulasi sel saraf

sensorik disekitar titik akupresur akan diteruskan kemedula spinalis, kemudian

ke mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya diaktifkan

untuk melepaskan hormon endorfin yang dapat memberikan rasa tenang dan

nyaman sehingga mual muntah dapat berkurang (Saputra & Sudirman, 2009).

Sejalan dengan penelitian Sapitri (2018), pada pasien gastritis yang

dilakukan akupresur didapatkan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikan

0,000, dimana p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada

pengaruh dari pemberian terapi akupresur terhadap skala mual muntah pada

pasien gastritis di RSUD Kota Surakarta.

Efektivitas akupresur pada titik P6 dan St36 untuk mengatasi mual

muntah pada berbagai kondisi penyakit telah diuji oleh beberapa penelitian.

Penelitian tersebut diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dibble et al

(2007) terhadap 160 orang responden wanita yang mendapatkan kemoterapi

akibat kanker payudara. Responden tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok

yaitu kelompok yang mendapat akupresur pada titik P6, kelompok placebo
89

akupresur dan kelompok yang hanya mendapat perawatan yang biasa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensitas mual dan muntah

yang signifikan pada kelompok yang mendapat akupresur bila dibandingkan

dengan kelompok plasebo dan kelompok yang mendapatkan perawatan yang

biasa.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang

sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien

dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas asuhan

keperawatan (Nursalam, 2014).

Setelah dilakukan aromaterapi jahe selama 10 menit didapatkan hasil

evaluasi, yaitu terjadi penurunan skor Numeric Rating Scale (NRS) pada pasien I

yaitu dari skor 10 ke skor 0 (tidak ada mual) ditandai dengan pasien mengatakan

tidak merasakan mual lagi, pasien mengatakan perasaan muntah tidak ada,

pasien mengatakan tidak merasakan rasa asam di mulutnya, TD: 110/70 mmHg,

N : 76x/menit, RR : 20x/menit.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khotimah (2019),

diberikan intervensi pada 27 responden dengan memberikan aromaterapi jahe

selama 5-10 menit, setelah 30 menit pemberian aromaterapi diukur kembali

keluhan mual muntah responden untuk mengetahui nilai post test dan dilakukan

menggunakan uji Wilcoxon match pair test adalah signifikansi p-value 0,000

yang berarti bahwa pemberian aromaterapi jahe selama 5-10 menit efektif atau

dapat menurunkan keluhan mual muntah. Keunggulan pertama jahe adalah


90

kandungan minyak atsiri yang mempunyai efek menyegarkan dan memblokir

reflek muntah, sedang gingerol dapat melancarkan darah dan saraf - saraf

bekerja dengan baik. Hasilnya ketegangan bisa dicairkan, kepala jadi segar, mual

muntah pun ditekan. Aroma harum jahe dihasilkan oleh minyak atsiri, sedang

oleoresisnya menyebabkan rasa pedas yang menghangatkan tubuh dan

mengeluarkan keringat.

Sedangkan pada pasien 2, setelah dilakukan akupresur selama 3 menit,

didapatkan hasi evaluasi terjadi penurunan skor NRS yaitu dari skor 10 ke skor 2

(mual ringan) ditandai dengan pasien mengatakan tidak ada muntah tetapi pasien

masih merasa mual sesekali, TD : 110/70 mmHg, n: 87x/menit, RR: 20x/menit.

Menurut Shin et al (2004) melakukan terapi akupresur dengan jari pada

pasien kanker lambung yang menjalani kemoterapi pada titik P6 selama 5 menit

selama empat hari. Penelitian yang dilakukan Rukayah (2013) dengan judul

pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada

anak usia sekolah yang menderita kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta

menghasilkan terjadinya penurunan rerata mual muntah setelah akupresur

dengan nilai p value = 0,000. Terapi akupresur dilakukan pada titik P6 dan St36

sebanyak 2 kali selama 3 menit setiap 6 jam sekali pada hari kedua setelah

kemoterapi. Hal ini tidak sejalan dengan kondisi yang ada di rumah sakit,

dimana pasien 2 rawat jalan di hari yang sama pasien datang ke IGD RSUD

Patut Patuh Patdju dimana seharusnya dilakukan terapi akupresur sebanyak 2

kali selama 2 hari.

Peneliti melihat kedua teknik tersebut efektif untuk menurunkan mual


91

dan muntah, namun terlihat pada pemberian aromaterapi jahe lebih cepat dalam

menurunkan mual dan muntah yang dapat dilihat pada skor NRS pada pasien 1

dari skor 10 ke skor 0 dalam waktu 4 jam sedangkan pada teknik akupresur pada

pasien 2 hanya menurunkan dari skor 10 ke skor 2. Peneliti juga berpendapat

terdapat penurunan mual dan muntah yang sinifikan dari skor 10 ke skor 0 pada

pasien 1 dengan muntah darah yang diduga oleh dokter sebagai ulkus peptikum

dengan pemberian aromaterapi jahe disebabkan karena efek dari aromaterapi

jahe yang memblokir reflek muntah dan dibantu dengan obat – obatan

farmakologi. Sedangkan pada penurunan mual dan muntah dari skor 10 ke skor

2 pasien 2 yang muntah tanpa darah dengan pemberian akupresur disebebkan

karena pasien hanya diberikan 1 kali akupresur selama 3 menit sedangkan dalam

Tanti (2018), pemberian akupresur diberikan selama 2 kali dalam 2 hari selama

3 menit baru terdapat penurunan mual dan muntah yang signifikan.

Jahe bekerja sebagai anti mual dan muntah melalui beberapa mekanisme.

Pertama, jahe menstimulasi motilitas traktus gastrointestinal yang sebelumnya

diturunkan oleh hormon progesteron, dan menstimulasi disekresikannya saliva,

empedu serta produk sekresi lambung yang lain. Kedua, jahe dapat menghambat

aktivasi 5-HT3, serta memiliki efek yang mirip dengan antagonis 5-HT3 dan

ondansetron yang menyebabkan perut berkontraksi sehingga timbul perasaan

mual dan muntah. Ketiga, jahe mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran

pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang. Keempat,jahe

menghambat efek karminatif, sehingga mencegah pengeluaran gas lambung.

Kelima, jahe memiliki efek seperti dimenhydrinate. Dimenhydrinate merupakan


92

antagonis histamin (H1) dan juga dapat menghambat stimulasi vestibular yang

bekerja pada sistem otolit dan pada dosis besar pada kanal semisirkular.

Keenam, jahe dapat menurunkan efek cisplatin melaui hambatan saraf pusat atau

perifer dengan meningkatkan 5-hydroxytryptamin, dopamin dan substansi P

(Masruroh, 2015).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan kedua masalah

pasien 1 dan pasien 2 geratasi, karena sudah sesuai dengan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI).

F. Kesenjangan

1. Adapun kesenjangan yang dihadapi peneliti berdasarkan kasus dengan teori

adalah :Keterbatasan jurnal yang membahas terkait aromaterapi jahe

terhadap mual muntah yang dialami pasien gastritis sehingga peneliti

mencari hubungan gastritis dengan hyperemesis gravidarum pada ibu hamil

dan kemoterapi.

2. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan intervensi

sedangkan peneliti mendapatkan pasien pada hari ke – 5 praktek.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan studi kasus diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

1. Pada pengkajian keperawatan ditemukan bahwa pasien 1 dan pasien 2 sama-

sama memiliki riwayat gastritis dengan keluhan utama yaitu mual dan muntah.

2. Diagnosa keperawatan yang sama-sama muncul pada kedua pasien adalah

nausea berdasarkan adanya data mayor dan minor yang mendukung ditegakkan

diagnosa keperawatan

3. Intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI (2018) dimana dilakukan

manajemen mual dan manajemen muntah yang dapat diberikan untuk

menurunkan mual dan muntah dengan memberikan aromaterapi jahe selama 5 –

10 menit dan akupresur pada titik ST36 dan PC6 selama 3 menit yang dilakukan

dalam sehari.

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi berdasarkan SIKI

(2018) yang dilakukan selama sehari di ruang IGD RSUD Patut Patuh Patdju.

5. Setelah evaluasi didapatkan hasil bahwa masalah keperawatan yaitu nausea

dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil. Peneliti mendapatkan hasil bahwa

pada pasien 1 terjadi penurunan mual dan muntah dari skor 10 ke skor 0,

sedangkan pada pasien 2 terjadi penurunan mual dan muntah dari skor 10 ke

skor 2. Intervensi aromaterapi jahe lebih efektif dalam menurunkan mual dan

muntah daripada akupresur. Didapatkan bahwa aromaterapi jahe dan akupresur


94

sama – sama mempengaruhi penurunan mual muntah melalui skor Numeric

Rating Scale (NRS).

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Perawat

Mempertimbangkan pemberian aromaterapi jahe dan akupresur sebagai

alternatif untuk menurunkan mual dan muntah pada pasien gastritis.

2. Bagi Institusi Pelayanan

Menerapkan intervensi keperawatan berbasis evidence based sehingga

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Menyediakan tinjauan dari berbagai referensi evidence based yang

terkait sehingga menunjang tugas akhir profesi

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Membuat studi kasus penurunan mual dan muntah mengguankan

intervensi aromaterapi jahe dan akupresur sehingga menambah referensi jurnal


DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Keperawatan (D. Dermawan &

T. Rahayuningsih, eds.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dermawan, Deden. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Dinas Kesehatan Lombok Barat. 2014. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Lombok

Barat. https://dinkes.ntbprov.go.id/. Diakses pada tanggal 8 Juni 2021 pada pukul

18.00 WITA

Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I

Made Kriasa. EGC.Jakarta

Ernawati , Istianah , Hapipah , Laela Badria. 2019. Penyuluhan Kesehatan Tentang

Gastritis Pada Santriwati Di Ponpes Darul Falah Pagutan Kota Mataram Tahun

2019. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 2 No.2, E-ISSN:

2622-6030, http://ejurnalmalahayati.ac.id. Diakses pada tanggal 8 Juni 2021 pada

pukul 18.00 WITA

Ida, M. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru.

Khotimah, Nur INtan Hayati. 2019. Pemberian Aromaterapi Jahe Selama 5 - 10 Menit

Menurunkan Keluhan Mual Muntah Pada Pasien Post Seksio Sesarea. Jurnal Riset

Kozier. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC
96

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2013. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika

Nirmalarumsari, Chrecencya dan Febriani Tandapasang. 2019. Faktor Resiko Kejadian

Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bantilang Tahun 2019. Jurnal Ners dan

Kebidanan, Vol. 7 No. 2. E-ISSN : 2548-3811.

https://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/507/pdf. Diakses pada tanggal 8

Juni 2021 pada pukul 18.00 WITA

Novitayanti, Eka. 2020. Identifikasi Kejadian Gastritis Pada Siswa SMU

Muhammadyah 3 Masaran. Vol. 1 No. 10. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan

Informatika Kesehatan, ISSN : 2086 – 2628

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan I

ndikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan

Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan

Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Robbins, S. L, Abbas, A. K., Aster, J. C., Kumar, V., . 2009. Robbins basic pathology

(Ninth edition.). Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.

Rosiani, Novi. 2020. Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis Dengan Motivasi

Untuk Mencegah Kekambuhan Gastritis. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 9, No. 1.


97

https://jurnal.stikes-alinsyirah.ac.id/index.php/keperawatan/article/view. Diakses

pada tanggal 8 Juni 2021 pada pukul 18.00 WITA.

Sapitri, Tantri Dewi. 2018. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Pada

Pasien Gastritis Di RSUD Kota Surakarta. Vol. 3 no. 1.

https://digilib.ukh.ac.id/gdl. Diakses pada tanggal 8 Juni 2021 pada pukul 18.00

WITA.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner

&Suddarth. Vol. 2. E/8. Jakarta : EGC.

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: CV. Trans

Info Media.

Suratun, Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Wirda. 2020. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Emesis

Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas

Mangarabombang Kabupaten Takalar. Journal Of Islamic Nursing. Vol. 2 No. 2.

2-ISSN:2549-5127. http://journal.uin-alauddin.ac.id/. Diakses pada tanggal 8 Juni

2021 pada pukul 18.00 WITA.


98

Anda mungkin juga menyukai