Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN POST PARTUM

OLEH :

NAMA : SULASTRIASTUTI
STANBUK : 14420211048
KELOMPOK : 8

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.......................................) (.....................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari, setelah masa nifas organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil (Faiqoh, 2019). Selama masa nifas perlu
mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa
nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum (Suryandri,
2019). Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru
dan keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan
tuntutan menjadi orang tua (Paramitha, 2017).
Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah pada pengkajian dan
modifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari masa nifas untuk
mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat
menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim),
Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy
(episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi
(Natalia, 2019)). Kemampuannya untuk mengemban peran perawatan bayi baru lahir,
dan transisi peran dan kemampuan fungsional ibu serta keluarganya (Zahroh, 2021).
Perawatan post partum yang tidak sesuai dengan standar bisa menyebabkan
komplikasi yang mengarah ke kematian ibu (Putri, 2019).
Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi penyebab obstetri langsung yaitu
perdarahan, preeklamsi/eklamsi, infeksi, dan penyebab tidak langsung yaitu trauma
obstetri (Dika, 2019). Menurut World Health Organization (WHO) dalam Profil
Kesehatan Indonesia 2013 kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cedera (Womakal, 2018). Oleh karena itu, saya selaku penyususn
merasa tertarik untuk membahas tentang “Laporan Pendahuuan Post Partum”

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penusunan laporan pendahuluan ini yaitu :
1. Mengetahui konsep medis dari post partum
1) Mengetahui definisi post partum
2) Mengetahui etiologi post partum
3) Mengetahui patofisiologi post partum
4) Mengetahui pahtway post partum
5) Mengetahui manifestasi klinik post partum
6) Mengetahui pemeriksaan penunjang post partum
7) Mengetahui penatalaksanaan post partum
8) Mengetahui komplikasi post partum
9) Mengetahui pronosisi post partum
2. Mengetahui konsep keperawatan post partum
1) Mengetahui pengkajian post partum
2) Mengetahui diagnosa post partum
3) Mengetahui intervensi keperawatan post partum
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Konsep Medis
1. Definisi
Post Partum atau masa nifas adalah masa dimulainya beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Suryandri, 2019) . Masa nifas
(puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu perubahan organ reproduksi ini disebut
involus (Suryandri, 2019). Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak
ada batasan waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari (Putri, 2019).
Menurut Anggraini 2010 dalam (Natalia, 2019), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1) Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2) Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
3) Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan.

2. Etiologi
Penyebab terjadi`nya persalinan belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang dianggap kemungkinan berperan dalam proses terjadinya
persalinan. Beberapa teori dibawah ini akan menjelaskan bagaimana terjadinya
persalinan tersebut, menurut Mochtar, R ( 1998 ) dalam Fitriani (2020) :

1) Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron


Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan
peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion.
2) Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen memungkinkan sintesa
prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi
uterus (miometrium).
3) Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama
dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi
reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada serviks
uteri.
4) Teori Ketegangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot – otot
rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero plasenter.
5) Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk pembentukan
prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
6) Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta menurun
segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi
hormone.
7) Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga serviks
menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segemen
Atas Rahim) dan SBR (Segemen Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga
terjadi kontraksi dan retraksi (Fitriani, 2020).

3. Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira
2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intra miometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon estrogen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
4. Pathway

Post partum

Trauma jalan lahir Pengeluaran janin

Aktivitas terganggu
Episiotomy Proteksi kurang
Penurunan peristaltik
Jaringan terputus Invasi bakteri
Konstipasi
Resiko infeksi
Meransang area sensorik

Nyeri dipersepsikan

Nyeri
Melahirkan
5. Manifestasi Klinik
Menurut Masriroh (2013) dalam Faiqoh (2019) tanda dan gejala masa post partum
adalah
1) Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
2) Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan)
3) Masa menyusui anak dimulai
4) Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan diasumsikan sebagai tanggung
jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

6. Komplikasi
1) Perdarahan post partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal.
Perdarahan post partum dibagi menjadi :
a. Perdarahan Post Partum Dini (early post partum hemorrhage), perdarahan post
pasrtum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.
b. Perdarahan pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhae), perdarahan pada masa
nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk
24 jam pertama setelah kala III (Womakal, 2018).
2) Atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum
yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan. atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan dapat mengarah pada
terjadinya syok hipovolemik (Dika, 2019)
3) Retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta terdiri dari
beberapa jenis yaitu :
1. Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta, adlah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium.
4. Plasenta pekreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta inkarserata, adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri,
disebabkan oleh kontriksi ostium uteri (Putri, 2019).
4) Laserasi jalan lahir
Ruptura perineum dan robekan dinding vagina tingkat perlukaan perineum dapat
dibagi dalam :
a. Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu
dijahit.
b. Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum
(perlu dijahit).
c. Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
d. Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum rujuk segera (Faiqoh, 2019).

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan janin
seperti pemantauan EKG, JDL dengan diferensial, elektrolit, hemoglobin/ hematokrit,
golongan darah, urinalisis, amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi,
pemeriksaan sinar X sesuai indikasi, dan ltrasound sesuai pesananan (Suryandri, 2019).

8. Penatalaksanaan
1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3) Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
4) Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5) Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Zahroh, 2021)

B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan, suku/bangsa,pekerjaan dan
alamat (Womakal, 2018).
2) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan, frekuensi, imunisasi,
keluhan selama kehamilan, pendidikan kesehatan yang diperoleh. (Faiqoh, 2019).
3) Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan terdiri dari tempat persalinan, penolong persalinan, jalannya
persalinan (Suryandri, 2019)
4) Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign
Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu : suhu, nadi, pernapasan dan juga tekanan
darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari post partum
karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu tubuh 38 ºC mungkin
disebabkan oleh dehidrasi pada 24 jam pertama setalah persalinan atau karena
awitan laktasi dalam 2 sampai 4 hari (Dika, 2019).
Demam yang menetap atau berulang diatas 24 jam pertama dapat menandakan
adanya infeksi. Bradikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6
sampai 10 hari post partum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/menit.
Frekuensi di atas 100 kali/menit dapat menunjukan adanya infeksi, hemoragi,
nyeri,atau kecemasan, nadi yang cepat, dan dangkal, yang dihubungkan, dengan
hipotensi, menunjukan hemoragi, syok, atau emboli (Fitriani, 2020).
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama kehamilan.Wanita
post partum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena dieresis dan diaphoresis,
yang menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovaskuler. Hipotensi menetap
atau berat dapat merupakan tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah
menunjukan hipertensi akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada
masa post partum. Kejang eklamsia di laporkan terjadisampai lebih dari 10 hari
post partum (Suryandri, 2019).
2. Kepala dan Wajah
a) Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normalnya rambut bersih, tidak
terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut tidak rontok), cloasma gravidarum,
keadaan sklera (normalnya sklera berwarna putih), conjungtiva (normalnya
conjungtiva berwarna merah muda, kalau pucat berarti anemis), kebersihan gigi
dan mulut (normalnya mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir , caries.
b) Palpasi palpebra, oedema pada mata dan wajah. Palpasi pembesaran getah
bening (normalnya tidak ada pembengkakan), JVP kelenjar tiroid.
3. Dada
a) Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung, hitung
frekuensi. Payudara : pengkajian payudara pada ibu post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi konsisten dan
apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Normalnya puting susu
menonjol, tidak ada bekas luka, aerola berwarna kecoklatan
b) Palpasi tidak ada nyeri tekan, payudara simetris dan tidak ada benjolan atau
massa.
4. Abdomen
Inspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka / insisi, adanya linea atau tidak.
5. Involution uteri
Kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali ke ukuran dan kondisinya sebelum
kehamilan, diukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus, masase
dan peremasan fundus dan karakter serta jumlah lokia 4 sampai 8 jam. Tinggi
fundus uteri (TFU) pada hari pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari di
bawah pusat, pada hari ke tiga 2 jari di bawah pusat, pada hari ke empat 2 jari di
atas simpisis, pada hari ke tujuh 1 jari di atas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi
simpisis. Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk bundar mulus. Fundus
yang lembek atau kendor menunjukan atonia atau subinvolusi. kandung kemih
harus kosong agar pengukuran fundus akurat, kandung kemih yang penuh
menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
6. Vulva dan vagina
Inspeksi apakah vulva bersih atau tidak, adanya tanda tanda infeksi atau tidak
Lochea : Karakter dan jumlah lochea secara tidak langsung menggambarkan
kemajuan penyembuhan endometrium. Pada proses penyembuhan normal, jumlah
lochea perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas yang
menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea. Jumlah lokia sangat
sedikit noda darah berukuran 2,5-5 cm = 10 ml, sedikit noda darah berukuran ≤ 10
cm = 10-25 ml, sedang noda darah berukuran < 15 cm = 25 ml, banyak pembalut
penuh = 50-80 ml. Karakteristik lochea rubra (merah terang, mengandung darah,
bau amis yang khas, hari ke 1 sampai ke 3 post partum), serosa (merah muda
sampai cokelat merah muda, tidak ada bekuan, tidak berbau, hari ke 4 sampai hari
ke 7), alba (krem ampai kekuningan, mungkin kecokelatan, tidak berbau, minggu
ke 1 sampai ke 3 post partum).
7. Perineum
Pengkajian daerah perinium dan perianal dengan sering untuk mengidentifikasi
karakteristik normal atau deviasi dari normal seperti hematoma, memar, edema,
kemerahan dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma,
perdarahan dan tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan). Daerah
anus dikaji apakah ada hemoroid, dan fisura. Wanita dengan persalinan spontan per
vagina tanpa laserasi sering mengalami nyeri perinium yang lebih ringan. Hemoroid
tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus dan merupakan sumber yang paling
sering menimbulkan nyeri perianal. Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot
dasar panggul oleh bagian terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan
akibat mengejan selama fase ekspulsi
2. Diagnosa Keperawatan(PPNI, 2017).
1) Nyeri melahirkan (D.0079) berhubungan dengan adanya pengeluaran janin
2) Konstipasi (D.0049) berhubungan dengan adanya penurunan motilitas
gastrointestinal
3) Resiko infeksi (D.0141) ditandai dengan adanya faktor resiko adanya rpsedue
invasif
3. Intervensi Keperawatan

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri melahirkan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0079) berhubungan tindakan keperawatan, 3 Observasi
dengan adanya x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi 1. Mengetahui lokasi,
pengeluaran janin tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,durasi,fr karakteristi, durasi,
dengan kriteria hasil ekuensi, kualitas dan frekuensi, kualitas dan
sebagai berikut : intensitas nyeri intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui tingkat
menurun keparahan rasa sakit yang
2. Meringis menurun dirasakan pasien
3. Perineum terasa 3. Identifikasi respon nyeri 3. Mengetahui respon tingkah
tertekan menurun laku pada nyeri
4. Tekanan darah 4. Identifikasi faktor yang 4. Memberikan penangan
membaik (PPNI , memperberat dan agar nyeri lebih ringan
2019) memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi 5. Mengajarkan tehnik tanpa
komplementer yang sudah menggunakan obat
diberikan
Terapeutik
1. Berikan teknik farmakologis 1. Mengurangi rasa nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Pertimbangkan jenis dan 2. Mengidentikasi sumber
sumber nyeri dalam dan jenis nyeri
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Mengetahui akibat
dan pemicu nyeri timbulnya nyeri

2. Jelaskan strategi 2. Memberikan penangan


meredahkan nyeri apabila nyeri datang secara
tiba-tiba
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Memudahkan pasien atau
secara mandiri keluarga mengontrol nyeri
4. Ajarkan teknik 4. Mengalihkan perhatian
nonfarmakologis untuk pasien dalam menghadapi
mengurangi rasa nyeri nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Memberikan efek
analgetik pengurangan rasa nyeri
secara farmakologis
2. Konstipasi (D.0149) Setelah dilakukan Manajemen Konstipasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan, Observasi
adanya penurunan diharapkan eliminasi 1 Periksa tanda dan gejala 1. Memastikan terjadinya
motilitas gastrointestinal fekal membaik dengan konstipasi
2) kriteria hasil sebagai 2 Periksa karakteristik usus 2. Mengetahui adanya
berikut : dan feses sumbatan pda sistem
1. Keluhan defekasi pencernaan atau tidak
lama dan sulit 3 Identifikasi faktor resiko 3. Meminimalisir terjasinya
menurun konstipasi konstipasi
2. Distensi abdomen Edukasi
menurun 1. Jelaskan etiologi masalah 1. Membantu pasien
3. Frekuensi defekasi dan alasan tindakan mengetahui alas an
membaik tindakan yang diberikan
2. Anjurkan peningkatan 2. Meminimalkan terjadinya
asupan cairan jika tidak ada gangguan sirkulasi yang
kontraindikasi semakin parah
3. Ajarkan cara menghindari 3. Memperingan konstipasi
konstipasi/impaksi yang terjadi pada pasien
Terapiutik
4. Anjurkan diet tinggi serat 4. Membantu mencegah
terjasinya kostipasi
5. Lakukan masase abdomen 5. Membantu mengurangi
jika perlu pada distensi abdomen
pada kejadian konstipasi
6. Lakukan evakuasi feses 6. Membantu pengeluaran
secara manual, jika perlu feses secara manual
7. Berikan enema atau irigasi, 7. Membantu pengekuaran
jika perlu feses
Kolaborasi
1. Kolaborasi obat pencahar, 1. Membatu meransang
jika perlu pengeluaran feses

3. Resiko infeksi (D.0141) Setelah dilakukan PERAWATAN PERINEUM


ditandai dengan adanya tindakan keperawatan, (I.07226)
faktor resiko adanya diharapkan tingkat Observasi
rpsedue invasif infeksi menurun dengan 1. Inspeksi insisi atau robekan 1. Mengetahui
kriteria hasil sebagai perineum (mis, episiotomy) adanya terjadinya infeksi
berikut : atau tidak
Terapeutik
1. Nyeri menurun
1. Fasiitasi dalam 1. Membantu
2. Kemerahan menurun
membersihkan perineum mempertahankan
3. Bengkak menurun
kebersihan dari perineum
(L.14137)
2. Pertahankan perineum tetap 2. Mempercepat
kering proses penyembuhan luka
perineum
3. Berikan posisi nyaman 3. Memberikan
respon rileks pada tubuh
4. Berikan kompres es, bila 4. Memberikan
perlu efek vaso kontriksi pada
area luka perineum
5. Bersihkan perineum secara 5. Mencegah
teratur terjadinya infeksi
6. Berikan pembalut yang 6. Membantu
menyerap cairan menyerap cairan darah
bekas luka perineum
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan 1. Menam
keluarga mengobservasi bah wawasan keluarga dan
tanda abnormal pada pasien dalam mengetahui
perineum (mis, infeksi, tanda infeksi
kemerahan, pengeluaran
cairan yang abnormal)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu 1. Membantu mencegah
2. Kolaborasi pemberian terjadinya infeksi
analgetik, jika perlu 2. Memba
ntu mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan
DAFTAR PUSTAKA

Dika. (2019). post partum. In dika (Vol. 8, Issue 5).

Faiqoh, Z. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas Post Partum H+ 0 Pada Ny. H


Dengan Persalinan Spontan Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Diruang Kenari
Rumah Sakit Daerah …. http://repository.unmuhjember.ac.id/id/eprint/6418

Fitriani, N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POSTPARTUM


SPONTAN DENGAN NYERI AKUT DI RUANG CEMPAKA RSUD dr.
SOEKARDJO TASIKMALAYA. Endocrine, 9(May), 6.
https://www.slideshare.net/maryamkazemi3/stability-of-colloids
%0Ahttps://barnard.edu/sites/default/files/inline/student_user_guide_for_spss.pdf
%0Ahttp://www.ibm.com/support%0Ahttp://www.spss.com/sites/dm-
book/legacy/ProgDataMgmt_SPSS17.pdf%0Ahttps://www.nep

Natalia Wisudawati Putri, Maria Magdalena Setyaningsih, S. F. (2019). Asuhan


Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dengan Masalah Nyeri Rupture Perineum.
11.

Paramitha, I. A. (2017). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center Di


Kota Tegal, 6–37.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan :


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Putri, F. A. (2019). Oleh : Firyunda Ayu Putri. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Post Partum Spontan.

Suryandri, N. L. G. Y. A. (2019). Bab Ii Tinjauan Pustaka Gambaran Asuhan


Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal Dengan Ketidaknyamanan Pasca
Partum Di Ruang Dara Rsud Wangaya Denpasar. 17.
Womakal, S. S. (2018). Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus Pada Ny.M.T Dengan Post
Partum Normal Di Ruang Flamboyan RSUD. Prof. DR.W.Z. Johannes Kupang.

Zahroh, N. F. (2021). Asuhan Keperawatan pada Ibu Masa Nifas Ny. S di Wilayah
Kerja Puskesmas Playen II. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6117/

Anda mungkin juga menyukai