Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN MENSTRUASI DI RUANG POLIKLINIK


KANDUNGAN RUMAH SAKIT TK. III 03.06.01 CIREMAI
KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh :

Ichsan Nur Fajar JNR0200107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan
darah uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan
yang mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki
usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan
adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau
endometrium. Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan
sehat lamanya 3-6 hari dengan satu siklus normal 21-35 hari yang terjadi
akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi (Baziad,
2013).
Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal:
panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid (Manuaba, 2013).
II. Etiologi
Etiologi gangguan menstruasi menurut Baziad, (2013), yaitu:
1. Fungsi hormon terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di
otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan
mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila
sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun
akan terganggu.
2. Masalah kelenjar tiroid
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi
penyebab tak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi
kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu
rendah (hipotiroid). Pasalnya, sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
3. Kelainan sistemik wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus
Hal ini bisa mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem
metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik. Atau
penderita penyakit diabetes, juga akan memengaruhi sistem
metabolisme sehingga siklus menstruasinya pun tak teratur.
4. Management stres yang tidak baik
Stres jangan dianggap enteng sebab akan mengganggu sistem
metabolisme di dalam tubuh. Bisa saja karena stres, perempuan
menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan,
sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolisme terganggu,
siklus menstruasi pun ikut terganggu.
5. Hormon prolaktin (hormon menyusui) yang berlebihan pada wanita
menyusui
Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung
menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan
wanita. Pada kasus ini tak masalah, justru sangat baik untuk
memberikan kesempatan pada wanita guna memelihara organ
reproduksinya. Sebaliknya, jika tidak sedang menyusui, hormon
prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan pada
kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
III. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gangguan menstruasi menurut Baziad, (2013),
yaitu:
1. Nyeri
Merupakan tanda khas yang paling sering ditemukan pada
dismenore, selain itu nyeri juga sering menyertai pada gangguan
mastodinia.
2. Kelemahan
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi: hipermenorea,
PMS, dismenorea.
3. Pusing
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi: hipermenorea,
amenorea.
4. Muntah
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi: dismenorea,
hipermenorea.
5. Spotting (bercak)
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi: hipomenorea,
metroragia.
6. Kram perut
Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi: hipermenorea,
dismenorea.
IV. Penatalaksanaan
Menurut Baziad, (2013) penatalaksanaan gangguan menstruasi adalah:
1. Hormonal
Pemberian terapi hormonal bertujuan untuk menekan ovulasi.
Biasanya diberikan dalam bentuk pil KB yang mengandung hormon
progesteron tinggi, contoh: MPA 10 mg/hari, didrogesteron 10
mg/hari, metiltestosteron 5 mg sehari diberikan secara sublingual.
Terapi hormonal biasanya diberikan pada orang yang mengalami
gangguan menstruasi seperti: hipermenorea, oligomenorea, PMS,
mastodinia atau mastalgia, dismenorea, polimenorea dan amenorea.
2. Medikamentosa
1) Pemberian obat analgetik, contoh obat: asam mefenamat yang
digunakan pada gangguan dismenorea atau PMS.
2) Aspirin, naproksen, indometasin digunakan pada gangguan
menstruasi seperti PMS.
3) Dopamin, bromokriptin atau cabergolin dan agonis dopamine
yang menghasilkan penurunan konsentrasi prolaktin dan
kembalinya menstruasi.
4) Suplemen zat besi untuk mencegah anemia untuk gangguan
menstuasi polimenorea.
3. Diet
Diet harian: makan makanan dalam porsi kecil, batasi konsumsi
gula, garam, alkohol, nikotin, pemberian vit B6, kalsium,
magnesium dan melakukan olahraga atau aktivitas lainnya. Diet ini
biasanya digunakan untuk gangguan menstruasi PMS, oligomenorea.
V. Komplikasi
Komplikasi paling ditakuti yang terjadi pada gangguan menstruasi
adalah: infertilitas, karena ketidakseimbangan hormon reproduksi
(estrogen dan progesteron) yang dikeluarkan, akibatnya menyebabkan
kesuburan wanita terganggu. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya
dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV, selain
itu muncul gejala lain akibat insufisiensi hormon, seperti osteoporosis
(Baziad, 2013).
VI. Diagnosa Banding
Diagnosa banding menurut Baziad, (2013), yaitu:
1. Amenorea.
2. Infertilitas.
B. Pengkajian
I. Wawancara
Wawancara pada ibu gangguan menstruasi menurut Reeder, Martin
& Koniak-Griffin (2014), yaitu meliputi:
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat, tanggal masuk
rs, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan nomer rekam medis.
b. Identitas penanggung jawab
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat dan hubungan
dengan klien.
c. Keluhan utama
Nyeri pada perut.
d. Riwayat menstruasi
Wanita yang mengalami masalah gangguan menstruasi perlu
dikaji untuk mendapatkan riwayat menstruasi seperti periode
menstruasi, jumlah perdarahan, kebutuhan pembalut, berapa hari
perdarahan berlangsung, adakah nyeri, kram, atau gejala
ketidaknyamanan lainnya.
e. Riwayat kontrasepsi
Selain mengkaji riwayat menstruasi, alat kontrasepsi seperti
jenis kontrasepsi yang digunakan sebelumnya (misal menggunakan
KB oral, suntik), seksual, obstetrik (riwayat kehamilan, melahirkan
dan apakah pernah mengalami keguguran) juga perlu dikaji.
Perawat harus mengenali persepsi wanita tentang kondisinya,
pengaruh etnik dan budaya, pengalaman dengan tenaga kesehatan
lain, gaya hidup dan pola koping.
Jumlah nyeri yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-
hari, obat-obatan dirumah dan resep untuk meredakan rasa tidak
nyaman, dicatat. Suatu catatan gejala, yang memuat rincian catatan
gejala: emosi, perilaku, fisik, diet, pola latihan dan pola istirahat
merupakan alat diagnostik yang bermanfaat.
II. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu gangguan menstruasi menurut Reeder,
Martin & Koniak-Griffin (2014), yaitu meliputi:
1. Pemeriksaan umum
a. Berat badan.
b. Tinggi badan.
c. Suhu tubuh.
d. Denyut nadi.
e. Tekanan darah.
2. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
3. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan/rasa tidak nyaman pada perut dapat terjadi.
III. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG.
2. Terapi obat hormon progesteron (Reeder, Martin & Koniak-Griffin
2014).
IV. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS: Pasien mengatakan Krisis situasional Ansietas
khawatir terhadap
kondisi yang sedang
dialaminya.
DO: Pasien tampak
tegang, tekanan darah
dan nadi pasien
meningkat.
2 DS: Pasien mengatakan Agen pencedera Nyeri akut
nyeri pada perut bagian fisiologis: haid
bawah. tidak keluar
DO: Pasien tampak
menahan nyeri.
P: Saat haid tidak
keluar.
Q: Seperti ditekan.
R: Nyeri di perut bagian
bawah.
S: Skala nyeri 2.
T: Nyeri muncul hilang
timbul.
3 DS: Pasien mengatakan Kurang terpapar Defisit
tidak tau terhadap informasi pengetahuan
kondisi yang sedang tentang gaya
dialaminya. hidup sehat
DO: Pasien tampak
binggung.

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis: haid tidak keluar d.d pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah dan pasien tampak menahan
nyeri.
P: Saat haid tidak keluar.
Q: Seperti ditekan.
R: Nyeri di perut bagian bawah.
S: Skala nyeri 2.
T: Nyeri muncul hilang timbul.
2. Ansietas b.d krisis situasional d.d pasien mengatakan khawatir terhadap
kondisi yang sedang dialaminya serta pasien tampak tegang, tekanan
darah dan nadi pasien meningkat.
3. Defisit pengetahuan tentang gaya hidup sehat b.d kurang terpapar
informasi d.d pasien mengatakan tidak tau terhadap kondisi yang sedang
dialaminya dan pasien tampak binggung.
D. Rencana Asuhan dan Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan Manajemen nyeri
pencedera fisiologis: haid intervensi selama 1 x Observasi:
tidak keluar d.d pasien 24 jam diharapkan 1. Identifikasi
mengatakan nyeri pada tingkat nyeri dapat lokasi,
perut bagian bawah dan menurun dengan karakteristik,
pasien tampak menahan kriteria hasil: durasi, frekuensi,
nyeri. 1. Kemampuan kualitas dan
P: Saat haid tidak keluar. menuntaskan intensitas nyeri.
Q: Seperti ditekan. aktivitas 2. Identifikasi skala
R: Nyeri di perut bagian meningkat. nyeri.
bawah. 2. Keluhan nyeri 3. Identifikasi
S: Skala nyeri 2. menurun. respons nyeri non
T: Nyeri muncul hilang 3. Meringis verbal.
timbul. menurun. 4. Identifikasi faktor
Kode SDKI: D.0077 4. Diaforesis yang
menurun. memperberat dan
5. Perasaan takut memperingan
mengalami cedera nyeri.
berulang 5. Identifikasi
menurun. pengetahuan dan
6. Perineum terasa keyakinan tentang
tertekan menurun. nyeri.
7. Tekanan darah 6. Identifikasi
membaik. pengaruh budaya
8. Frekuensi nadi terhadap respon
membaik. nyeri.
Kode SLKI: L.08066 7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup.
8. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik.
Terapeutik:
1. Berikan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(misalnya: TENS,
hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin dan
terapi bermain).
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (misalnya:
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur.
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi:
1. Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
5. Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Kode SIKI: I.08238
2 Ansietas b.d krisis Setelah diberikan Reduksi ansietas
situasional d.d pasien intervensi selama 1 x Observasi:
mengatakan khawatir 24 jam diharapkan 1. Identifikasi saat
terhadap kondisi yang tingkat ansietas dapat tingkat ansietas
sedang dialaminya serta menurun dengan berubah
pasien tampak tegang, kriteria hasil: (misalnya:
tekanan darah dan nadi 1. Verbalisasi kondisi, waktu
pasien meningkat. kebingungan dan stresor).
Kode SDKI: D.0080 menurun. 2. Identifikasi
2. Verbalisasi kemampuan
khawatir akibat mengambil
kondisi yang keputusan.
dihadapi 3. Monitor tanda-
menurun. tanda ansietas
3. Perilaku gelisah (verbal dan non
menurun. verbal).
4. Perilaku tegang Terapeutik:
menurun. 1. Ciptakan suasana
5. Keluhan pusing terapeutik untuk
menurun. menumbuhkan
6. Anoreksia kepercayaan.
menurun. 2. Temani pasien
7. Palpitasi untuk mengurangi
menurun. kecemasan, jika
8. Frekuensi memungkinkan.
pernapasan 3. Pahami situasi
menurun. yang membuat
9. Frekuensi nadi ansietas.
menurun. 4. Dengarkan
10. Tekanan darah dengan penuh
menurun. perhatian.
11. Diaforesis 5. Gunakan
menurun. pendekatan yang
12. Tremor menurun. tenang dan
13. Pucat menurun. meyakinkan.
14. Konsentrasi 6. Tempatkan
membaik. barang pribadi
15. Pola tidur yang memberikan
membaik. kenyamanan.
16. Perasaan 7. Motivasi
keberdayaan mengidentifikasi
membaik. situasi yang
17. Kontak mata memicu
membaik. kecemasan.
18. Pola berkemih 8. Diskusikan
membaik. perencanaan
19. Orientasi realistis tentang
membaik. peristiwa yang
Kode SLKI: L.09093 akan datang.
Edukasi:
1. Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami.
2. Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis.
3. Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika perlu.
4. Anjurkan untuk
melakukan
kegiatan yang
kompetitif, sesuai
kebutuhan.
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi.
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan.
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat.
8. Latih teknik
relaksasi.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu.
Kode SIKI: I.09134
3 Defisit pengetahuan tentang Setelah diberikan Edukasi kesehatan
gaya hidup sehat b.d kurang intervensi selama 1 x Observasi:
terpapar informasi d.d 24 jam diharapkan 1. Identifikasi
pasien mengatakan tidak tau tingkat pengetahuan kesiapan dan
terhadap kondisi yang dapat membaik kemampuan
sedang dialaminya dan dengan kriteria hasil: menerima
pasien tampak binggung. 1. Perilaku sesuai informasi.
Kode SDKI: D.0111 anjuran 2. Identifikasi
meningkat. faktor-faktor yang
2. Verbalisasi minat dapat
dalam belajar meningkatkan dan
meningkat. menurunkan
3. Kemampuan motivasi perilaku
menjelaskan hidup bersih dan
pengetahuan sehat.
tentang suatu Terapeutik:
topik meningkat. 1. Sediakan materi
4. Kemampuan dan media
menggambarkan pendidikan
pengalaman kesehatan.
sebelumnya yang 2. Jadwalkan
sesuai dengan pendidikan
topik meningkat. kesehatan sesuai
5. Perilaku sesuai kesepakatan.
dengan 3. Berikan
pengetahuan kesempatan untuk
meningkat. bertanya.
6. Pertanyaan Edukasi:
tentang masalah 1. Jelaskan faktor
yang dihadapi risiko yang dapat
menurun. mempengaruhi
7. Persepsi yang kesehatan.
keliru terhadap 2. Ajarkan perilaku
masalah menurun. hidup bersih dan
8. Menjalani sehat.
pemeriksaan yang 3. Ajarkan strategi
tidak tepat yang dapat
menurun. digunakan untuk
9. Perilaku meningkatkan
membaik. perilaku hidup
Kode SLKI: L.12111 bersih dan sehat.
Kode SIKI: I.12383
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. (2013). Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Manuaba, I.B.G. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB Untuk


Pendidikan Bidan. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Koniak-Griffin, D. (2014). Keperawatan


Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. Edisi 18. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai