Anda di halaman 1dari 77

PROPOSAL

PENGELOLAAN RUANG RAWAT INAP FILIPUS

DI RUMAH SAKIT IMMANUL BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

Disusun oleh:

David Fahredo

1490122002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Manajemen Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Pembimbing Klinik
Program Studi Profesi Ners Institut Kesehatan Immanuel

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

(Juliansyah Gustiana, S.Kep., Ners) (Fanny Octavian Manoppo, S.Kep., Ners)

Menyetujui

Koordinator Mata Kuliah Manajemen Keperawat Pembimbing Stase


an

(Herwinda Sinaga, S.Kep., Ners., M.KEP) Lidya Maryani, S.Kep., Ners, MM, M.Kep)

Ka UP Program Studi Profesi Ners

(Herwinda Sinaga, S.Kep., Ners., M.KEP)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
yang berjudul “Pengelolaan Ruang Rawat Inap Filipus di Rumah Sakit I
mmanuel Bandung” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaiaka
n stase keperawatan manajemen dan kepemimpinan.

Makalah ini berisikan tentang kajian situasi atau temuan masalah yang di
temukan diruang rawat inap Filipus.Dalam pembuatan makalah ini tidak lepa
s dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini izinkan kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untu
k itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harap
kan, agar kami dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. Harap
an kami semoga makalah ini dapat bermanfaat guna memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan bagi ruang lingkup Institut Kesehatan Immanuel Bandung
khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi maupun dosen.

Bandung, Oktober 2020

Stasia Septory

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
A. BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1. Rumusan Masalah.................................................................................3
2. Tujuan Umum.......................................................................................4
3. Tujuan Khusus......................................................................................4
4. Sistematika Penulisan...........................................................................4
B. BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................5
1. Konsep Kepemimpinan Dalam Keperawatan.......................................5
2. Konsep Manajemen Keperawatan .......................................................7
3. Model Praktik Keperawatan Profesional (MKP)..................................11
4. Konsep Edukasi ...................................................................................23
5. Analisis SWOT.....................................................................................32
6. Analisis Fishbone..................................................................................37
7. Penghitungan Bor .................................................................................39
C. BAB III KAJIAN SITUASI.........................................................................42
1. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung...............................................42
2. Profil Ruang Filipus .............................................................................44
3. Kajian Situasi Ruang Filipus................................................................45
4. Identifikasi SWOT................................................................................61
D. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................84
1. Implementasi dan Evaluasi...................................................................84
2. Jurnal Pendukung..................................................................................86
3. Hasil Interpretase Grafik......................................................................87
4. Rencana Tindak Lanjut.........................................................................89
E. BAB V PENUTUP.......................................................................................90
1. Kesimpulan...........................................................................................90
2. Saran.....................................................................................................91
F. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................92
G. Lampiran......................................................................................................94

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan tem
pat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan m
eningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang opti
mal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, p
eningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan pen
yakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpa
du serta berkesinambungan (Sudarmaji dan Pratama, 2021). Selain itu menurut
Hasibuan dan Siribuan (2018), Rumah sakit merupakan suatu institusi yang komplek,
pada pakar dan modal. Kompleksitan dalam pelayanan rumah sakit menyangkut berba
gai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian serta mencakup berbagai tingkatan m
aupun jenis disiplin, agar mampu melaksanakan fungsi yang profesional.
Fungsi praktis Rumah Sakit umum adalah untuk menyelenggarakan pelayanan m
edis, pelayanan rujukan, pelayanan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelit
ian dan pengembangan administrasi keuangan (Irawan, 2012 dalam Mahdarsari,
2021). Salah satu profesi yang menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan d
irumah sakit adalah perawat.Undang-undang No.38 tahun 2014 mengatakan bah
wa perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik did
alam maupun di luar negeri yang telah diakui oleh pemerintah sesuai dengan peratura
n perundang-undangan yang memiliki hak dan kewajibandalam praktik keperawata
n.Pelayanan kesehatan yang memadai sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan
yang ada didalamnya (Permenkes, 2019).
Keperawatan adalah disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif
harus mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi menggunakan
proses keperawatan dalam setiap aktifitas asuhan keperawatannya, melaksanakan i
ntervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan, meneri
ma akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilakuk
an oleh perawat serta mampu mengendalikan linkungan praktek keperawatan. Sel

1
uruh kegiatan ini harus mampu dilakukan oleh seorang manajer keperawatan me
lalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan perawat pe
laksana (Mugianti, 2016).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk proses keperawatan yangmeng
gunakan fungsi-fungsi manajemen keperawatan yang terdiri dari perencanaan, p
engorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian. Masing-masing fungsi t
ersebut saling keterkaitan satu sama lain. Hal ini menjadi sangat penting untuk dilaku
kan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yai
tu dengan meningkatkan sumber daya manusia dan manjemen keperawatan (Marquis,
2013).
Manajemen keperawatan terbagi dua yaitu manajemen layanan dan manajemen asu
han keperawatan. Manajemen layanan di rumah sakit dikelola oleh bidang peraw
atan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial yaitu tingkat manajerial puncak,
menengah dan bawah. Agar mencapai hasil yang baik, manajer harus memilikikema
mpuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan menjalan
kan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen. M
anajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang menggunakan
konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan, pengorganisasian, imp
lementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini menekan
kan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini melekat pada diri seorang
perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses k
eperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien(Mugianti, 2016).
Rumah Sakit Immanuel adalah rumah sakit swasta yang diselenggarakan oleh Yay
asan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan. Rumah Sakit Immanuel sebagai ru
mah sakit pendidikan swasta yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan ke
sehatan, pendidikan serta penelitian di bidang kedokteran, keperawatan dan kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan da
n pemulihan serta melaksanakan upaya rujukan, yang dilaksanakan secara serasi dan t
erpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Salah satu unit pelayanan kesehatan di RS Immanuel adalah Ruang Filipus. Ruang
Filipus merupakan ruang bedah dan penyakit dalam laki-laki, memiliki jumlah tempat
tidur sebanyak 19 yang diantaranya 9 tempat tidur ruang bedah, 9 tempat tidur ruang
penyakit dalam dan 1 tempat tidur ruang tenang. Kemudian memiliki tenaga
keperawatan sebanyak 19 orang serta 1 orang tenaga inventaris dan kepala ruangan.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dirumuskan adalah
Bagaimana pelaksanaan kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruang Filipus
RS. Immanuel Bandung?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan kajian mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Kepemim
pinan dan Manajemen sesuai dengan masalah-masalah yang ada, berupa menyusu
n suatu rencana strategis untuk mengatasi masalah berdasarkan prioritas dan men
gaplikasikannya secara profesional dan bertanggung jawab.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen dan kep
emimpinan dalam tatanan unit pelayanan keperawatan.
b. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi manajemen dalam pengelolaan unit pel
ayanan keperawatan.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis internal dan eksternal (SWOT) di R
uang Rawat Inap Ruangan Filipus RS Immanuel.
d. Mahasiswa mampu membuat perumusan dan prioritas masalah.
e. Mahasiswa mampu melakukan analisis Fish Bone.
f. Mahasiswa mampu membuat rencanan kegiatan (planning of action/ POA) ber
dasarkan prioritas masalah.

D. Sistematika Penulisan
1. BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan pe
nulisan, dan sistematika penulisan.

3
2. BAB II :Tinjauan pustakaterdiri dari teori-teori terkait kepemimpinan dan
manajemen keperawatan, model praktik keperawatan profesional, konsep masker,
konsep edukasi, konsep implementasi keperawatan yang belum sesuai dengan
diagnosa keperawatan, analisis SWOT, analisis fishbone, dan perhintungan bor
3. BAB III :Kajian situasi ruangan terdiri dari profil rumah sakit, profil ruangan
Filipus, kajian situasi ruanganFilipus, matriks IFE, matriks EFE, diagram Cartesi
us, prioritas masalah dan alternative pemecahan masalah, fish bone analisis, anali
sisi SWOT dan planing ofAction (POA).
4. BAB IV :Implementasi dan evaluasi, berisi tentang pelaksanaan implementasi
dari rencana kegiatan yang telah disusun dan melakukan evaluasi terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan serta menentukan rencana tindak lanjut dari
hasil evaluasi.
5. BAB V : Kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepemimpinan Dalam Keperawatan


1. Pengertian Kepemimpinan

4
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa ara
b disebut Zi’amah atau Imamah. Dalam terminologi yang dikemukakan oleh Mari
field dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memo
bilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yan
g terlibat dalam usaha bersama (Stogdill, 2017).
Kepemimpinan adalah mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk me
miliki motivasi dalam mencapai suatu tujuan. Kedudukan pemimpin dalam suatu
organisasi sangatlah penting untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa kepemimpi
nan organisasi hanya merupakan kelompok manusia yang kacau, tidak teratur dan
tidak akan menghadirkan perilaku bertujuan ( Azis dkk, 2019).
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan kepimpinan adalah ke
mampuan dalam mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi para bawahannya
agar mereka mau bertindak, berperilaku dan berkarya sedemikian rupa sehingga m
ampu memberikan pekerjaan yang baik demi mencapainya tujuan perusahaan.
2. Syarat Pemimpin
Pemimpin yang handal harus mempunyai syarat menunjukkan kecakapannya. Ada
3 syarat pemimpin yaitu: kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan (Mugianti,
2016).
a. Kekuasaan merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk memimpin suatu kelompok
b. Kewibawaan merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang
membuat orang lain bersedia melakukan perbuatan tertentu
c. Kemampuan merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap
melebihi kemampuan anggota kelompok lainnya

6. Azas-Azas Kepemimpinan
a. Azas Kemanusian
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia
b. Azas Efisiensi
Dengan sumber daya yang terbatas, pemimpin dapat mengefisienkan untuk
kepentingan kelompoknya
c. Azas kesejahteraan yang lebih merata

5
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang dapat
mengganggu jalannya organisasi (Mugianti, 2016)
7. Fungsi Kepemimpinan
a. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
b. Menjalin komunikasi yang baik
c. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan yang
telah ditetapkan lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi
contoh peran bagi yang lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti
sosok Ki Hajar Dewantoro. (Mugianti, 2016)
d. Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantoro
(Mugianti, 2016)
1) Ing Ngarso sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh
2) Ing Madyo Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas
3) Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan
dorongan dan motivasi.
8. Aspek kekuasaan dan wewenang
a. Otoriter (Otokratik)
Pemimpin berorientasi pada tugas yang harus segera diselesaikan, menggunak
an posisi dan power dalam memimpin.Pemimpin menentukan semua tujuan da
n pengambilan keputusan. Pada gaya kepemimpinan ini motivasi yang dilakuk
an dengan memberikan reward dan punishment.
b. Demokratis
Pemimpin menghargai sifat dan kemampuan tiap staf. Menggunakan pribadi
dan posisi untuk mendorong munculnya ide dari staf serta memotivasi kelomp
ok untuk menentukan tujuan sendiri. Oleh karena itu mereka didorong untuk
membuat rencana, melaksanakan dan melakukan pengontrolan sesuai dengan
yang disepakati.
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otokratik dengan demokratik, yaitu pimpinan me
nyampaikan hasil analisa dari masalah dan mengusulkan tindakan kepada baw
ahan.Untuk itu, staf dimintai saran dan kritik dan selanjutnya keputusan akhir
dilakukan bersama-sama.
d. Bebas Tindak (Laisez-Faire)
6
Pimpinan hanya sebagai official, staf, yang menentukan sendiri kegiatan yang
akan dilaksanakan tanpa pengarahan, super visi dan koordinasi. Sehingga kend
ali yang dilakukan pimpinan yang sangat minimal dan hanya bersifat laporan
(Suyanto, 2014).

B. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui or
ang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber–su
mber dalam mencapai tujuan (melalui kerjaan orang lain) yang mencerminkan din
amika suatu organisasi (Gillies, 2010 dalam Nursalam 2015). Manajemen kepera
watan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk membe
rikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2015).
2. Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan o
rganisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk
mencapainya, melalui perencanaan yang akan dapat ditetapkan tugas- tugas sta
f. Dengan tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melak
ukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan ol
eh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya.

b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun s
emua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) \
Penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka m
ampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ket
rampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang terse
dia. Menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana b

7
ekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, ter
motivasi secara interval.
d. Pengendalian / pengawasan (controling)
Pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaa
n rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyim
pangan yang terjadi. Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai
sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pe
ngendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai. Hakikat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi org
anik administrasi dan manajemen (Mugianto, 2016).
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
Perencanaan merupakan yang utama untuk seluruh aktivitas atau dari fungsi-f
ungsi manajemen. Perencanaan akan menolong pekerja-pekerja mencapai kep
uasan bekerja. Nursalam (2011) menspesifikasikan 6 tahap dalam proses peren
canaan:
1) Tahap merancang;
2) Tahap delegasi;
3) Tahap mendidik;
4) Tahap perkembangan;
5) Tahap implementasi;
6) Tahap tindak lanjut.
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif. Keberhasilan
rencana perawat klinis dipengaruhi oleh penggunaan waktu yang efektif.Manaj
emen keperawatan adalah pembuatan keputusan. Manajemen keperawatan me
mbutuhakan keputusan yang dibuat oleh perawat manajer pada setiap tingkata
n bagian di bangsal atau unit.
c. Manajemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian tujuan sosial.
Perubahan sosial penting dalam hubungannya dengan kebutuhan kesehatan ora

8
ng miskin, orang yang tinggal di kota besar dan orang yang berpaparan dengan
polusi lingkungan.
d. Manajemen Keperawatan adalah pengorganiasian. Pengorganisasian adalah pe
ngidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakuk
an dan menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk memenuhi kebutuh
an-kebutuhan. Ada empat bentuk stuktur organisasi: 1) unit; 2) departemen; 3)
puncak: divisi atau tingkat eksekutif dari manajemen organisasi; 4) tingkat ope
rasional, meliputi semua fase pekerjaan dalam struktur organisasi.
e. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, di
siplin dan bidang studi. Divisi keperawatan mempunyai fungsi manajemen ten
tang pemenuhan tujuan dan sasaran, tugas-tugas manajemen dan kerja manaje
men. Aktivitas-aktivitas ini dilakukanoleh perawat manajer dengan jabatan ya
ng menunjukkan peningkatan tanggung jawab.
f. Manajemen keperawatan adalah bagian aktif divisi keperawatan. Divisi kepera
watan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerj
a yang baik.
g. Manajemen keperawatan mengarahkan dan memimpin.Pengarahan adalah ele
men tindakan dari manajemen keperawatan, proses interpersonal yang dengan
nya petugas keperawatan menyelesaikan sasaran keperawatan.
h. Manajemen keperawatan merupakan komunkasi efektif. Komunikasi yang efe
ktif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian. Peng
endalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian t
entang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan meneta
pkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan d
engan standar dan memperbaiki kekurangan. Fungsi pengendalian dari man
ajemen keperawatan sering disebut pengevaluasian.
4. Proses Manajemen
Proses manajemen merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang berkaita
n secara utuh dan komprehensif, yang di lakukan manajemen secara umum, dari p
roses perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses penge
ndalian, dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Keempat proses itu merupakan
ikhtisar dari berbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai manajemen.
9
Proses manajemen keperawatan dilakukan menggunakan sistem terbuka, masi
ng masing komponen saling berkaitan, berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkung
an yang terdiri dari 5 elemen. yaitu dalam sistem terbuka meliputi (Goyena & Fall
is, 2019):
a. Input
Input merupakan suatu proses manajemen keperawatan yang terdiri dari infor
masi, personal, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Proses yaitu kelompok manajer atau dari tingkat pengelola keperawatan tertin
ggi sampai perawat pelaksana yang mempunyai tugas danwewenang untuk me
lakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam p
elaksana pelayanan keperawatan.
c. Output
Proses dari manajemen keperawatan merupakan asuhan keperawatan, pengem
bangan staf dan riset.
d. Kontrol
Kontrol merupakan suatu proses manajemen keperawatan terdiri dari budgetin
g keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan akre
ditasi.
e. Umpan balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finasnsial dari hasil audit kepe
rawatan (Goyena & Fallis, 2019).

C. Model Praktik Keperawatan Profesional (MKP)


1. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, menga
tur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jum
lah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat s
esuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesu
ai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk m
elakukan tindakan keperawatan.Model praktek keperawatan profesional (MPKP)
sebagai suatu sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai pofesional sangat m

10
enekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesio
nalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tena
ga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan dan sistem pen
ghargaan yang memadai (La ode Syaiful Islamy,dkk, 2019).
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) didefenisikan sebagai model
praktik profesional yang menggambarkan nilai-nilai keperawatan dan mendefenis
ikan struktur serta proses dalam mendukung perawat untuk mengontrol dan mem
berikn praktik perawatatan berkualitas (Slatyer, Coventry, Twigg, & Davis, 2016).

Adapun tujuan dalam model praktik keperawatan profesional (MPKP) yakni :

a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan


b) Mengurangi konflik, tumpang tindih, bahkan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan (La ode Syaiful Islamy,dkk, 2019)

2. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)


MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan ter
masuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam,
2013).
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberian a
suhan keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam m
enghadapi tren pelayanan keperawatan.
a. Fungsional (bukan model MAKP)
Sistem tugas di sini mengacu pada ilmu managemen yang diterapkan pada
bidang administrasi bisnis, yang berfokus pada tugas/pekerjaan yang harus dis

11
elesaikan.Dalam pendekatan yang berorientasi pada tugas ini, tenaga dengan la
tar belakang pendidikan kurang melakukan tugas yang lebih ringan atau tidak
kompleks dibandingkan dengan perawat profesional.
1) Keuntungan metode fungsional
Keuntungan metode fungsional diantaranya perawat terampil untuk tug
as/pekerjaan tertentu, mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat set
elah selesai tugas, kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenag
a yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana dan memu
dahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang prak
tek untuk ketrampilan tertentu.
2) Kerugian metode fungsional
Kerugiannya pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga
proses keperawatan sulit dilakukan, apabila pekerjaan selesai cenderung m
eninggalkan klien dan melakukan tugas non keperawatan, kepuasan kerja
keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya terhadap pe
layanan dan Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keteramp
ilan saja.
b. MAKP Tìm
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-b
eda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompokpasien. Per
awat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atastenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecilyang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawati
nap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat. Konsep metode Tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakanberba
gai teknik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawata
n terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasilbila
didukung oleh kepala ruang.(Slatyer, Coventry, Twigg, & Davis, 2016).
Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
12
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudahdiatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi ti
m, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.
3. Konsep Metode Tim
Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai tekni
k kepemimpinan;
a. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatanterja
min
b. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil biladidu
kung oleh kepala ruang.
1) Tanggung jawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggungjawabnya
kerja sama dengan anggota tim dan antar tim
b) Memberikan laporan.
2) Tanggung jawab ketua tim:
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi;
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat  kebutuhan
pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi.
3) Tanggung jawab kepala ruang
a) Perencanaan:
(1) Menunjukketua tim yang akan bertugas di ruangan masing  masing
(2) Mengikuti serah teriMa pasien pada sif sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,transisi dan pers
iapan pulang, bersama ketua tim
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan
/penjadwalan
13
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindak
an medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan den
gan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhankeperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan  dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan dis
kusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada  pa
sien atau keluarga yang baru masuk
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
(9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
(10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit. (Slat
yer, Coventry, Twigg, & Davis, 2016)
b) Pengorganisasian:
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
(5) Mengatakan dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
ketua tim
(9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pa
sien
(10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
(11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya
c) Pengarahan:
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
(2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik

14
(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan de
ngan asuhan keperawatan pada pasien
(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d) Pengawasan:
(1) Melalui komunikasi: melakukan fungsi pengawasan dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuha
n keperawatan yang diberikan kepada pasien
(2) Melalui supervisi:
i. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati s
endiri,atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
ii. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membacadan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dib
uat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokume
ntasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
iii. Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan renca
na keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
iv. Audit keperawatan. (Slatyer, Coventry, Twigg, & Davis, 2016).
c. Model Modular
Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawat
an yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (terampil) unt
uk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tan
ggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat yang berp
engetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan Idealnya 2-3 p
erawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini sampai deng
an gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer (Arwani, 2006).
a. Keuntungan Model Modular

15
Keutunganan model modular diantaranya memfasilitasi pelayanan kepera
wtan yang komprehensif dan holistic dengan pertanggung jawaban yang je
las, memungkinkan pencapaian proses keperawatan, konflik atau perbedaa
n pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk
belajar, memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal, m
emungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda de
ngan aman dan efektif, produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral,
model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan,
memberikan kepuasan kerja bagi perawat, memberikan kepuasan bagi pasi
en dan keluarga yang menerima asuhan keperawatan, lebih mencerminkan
otonomi, menurunkan dana perawat.
b. Kekurangan Model Modular
Kekurangannya antara lain beban kerja tinggi terutama jika jumlah klie
n banyak sehingga tugas rutin yang sederLukas terlewatkan, pendelegasia
n perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab pas
ien bertugas, biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain, perawat
harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran, p
erawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan, masalah komunikas
i.
d. Metode Kasus
Juga disebut sebagai perawatan total (total care) yang merupakan modal p
aling awal. Ini merupakan metode client centered, di mana seorang perawat be
rtanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam w
aktu 8 atau 12 jam setiap shift. Pegawai tersebut mengkaji, menyusun diagnosa,
membuat rencana, melakukan tindakan dan evaluasi pada setiap pasien. Pasie
n akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift (jaga).
Metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat.Untuk memen
uhi kekurangan perawat, para manager sering merekrut lebih banyak perawat d
engan latar belakang persiapan pendidikan kurang daripada perawat profession
al.
e. Metode Primer
Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963).
Ini merupakan sistem di mana seorang perawat bertanggung jawab selama 24 j

16
am sehari, 7 hari per minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawa
tan secara komprehensif, individual dan konsisten.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap
kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan re
ncana keperawatan, dan mengevaluasi keefektivitasan perawatan. Keperawata
n primer melibatkan semua aspek peran profesional, termasuk pendidikan kese
hatan, advokasi, pembuatan keputusan, dan kesinambungan perawatan.
Keuntungannya model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan
atau diterapkan, memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif, mem
ungkinkan penerapan proses keperawatan, memberikan kepuasan kerja bagi pe
rawat, dan emberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan kepe
rawatan. Kerugiannya hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional, relatif l
ebih tinggi dibandingkan metode lain.

D. Edukasi
1. Definisi Edukasi
Edukasi merupakan suatu proses interaktif yang mendorong terjadinya
pembelajaran, dan pembelajaran, dan pembelajaran merupakan upaya menambah
pengetahuan baru, sikap, serta keterampilan melalui penguatan praktik dan
pengalaman tertentu (Potter& Perry , 2009). Edukasi kesehatan adalah proses
perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan pula
seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya
kesadaran diri dalam individu, kelompok, atau masyarakat (mubarak dan chayatin
2009). Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan (Maulana, 2009).
2. Tujuan Edukasi
Sasaran edukasi kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatannya
sendiri. Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian
informasi untuk mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif.

17
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.23
tahun 1992 maupun WHO yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social, pendidikan kesehatan
disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan itu sendiri (Maulana,
2009).
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009) berpendapat bahwa sasaran
pendidikan kesehatan dibagi menjadi dalam tiga kelompok yaitu:
a) Sasaran primer (Primary Target), sasaran langsung pada masyarakat segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan.
b) Sasaran sekunder (Secondary Target), sasaran para tokoh masyarakat adat,
diharapkan kelompok ini pada umumnya akan memeberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat disekitarnya.
c) Sasaran tersier (tersiery Target), sasaran pada pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, diharapkan dengan
keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok
sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer.
3. Model-Model Metode Pendidikan Kesehatan
Ada berbagai metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan kesehatan baik
yang berupa pendidikan individual, kelompok maupun massa (Notoatmodjo,
2007).
a) Metode Pendidikan Individual.
Metode ini merupakan metode yang digunakan dalam membina perilaku
barau atau seseorang yang telah mulai tertarik dengan suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan perorangan antara lain :
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidanceandconseling). Melalui pendekatan
ini petugas secara intensif melakukan kontak dengan klien sehingga
permasalahan yang dihadapi dapat dikorekdan dibantu penyelesaiannya.
2) Wawancara (interview). Wawancara pada dasarnya merupakan bagian dari
bimbingan dan penyuluhan. Melalui metode ini, informasi mengenai
mengapa klien tidak atau belum menerimaperubahan dapat digali. Apabila
18
klien belum mempunyai pengertian dan kesadaran yang kuat tentang
perilaku yang sudah atau akan diadopsi, maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam.
b) Metode Pendidikan Kelompok.
Metode pendidikan kelompok mempunyai beberapa bentuk baik yang
sifat komunikasinya berpusat pada pemateri maupun yang berpusat pada
peserta (Sudjana, 2011). Beberapa bentuk pendidikan kelompok yakni :
c) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah. Kunci dan keberhasilan metode ini
adalah penceramah harus menguasai materi dan sasaran ceramah. Oleh karena
itu, seorang penceramah harus bersikap dan berpenampilan meyakinkan, suara
hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada seluruh
peserta, berdiri di depan atau di tengah dan menggunakan alat-alat bantu lihat
semaksimal mungkin.

d) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang
memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta mengenai suatu proses,
situasi, atau benda tertentu baik berupa benda sebenarnya maupun hanya
sekedar benda tiruan. Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna, selain itu peserta dapat mengamati dan memperhatikan apa yang
diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
e) Diskusi kelompok.
Pengaturan formasi duduk para peserta harus diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapat saling berhadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya bentuk lingkaran atau segi empat. Hal ini penting, agar para
peserta dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi.
f) Curah pendapat
Metode ini pada dasarnya sama dngan metode diskusi kelompok.
Namun dalam metode ini, pada awal diskusi pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah, kemudian tiap peserta memberikan tanggapan atau
jawaban. Setiap tanggapan atau jawaban yang diberikan ditulis di papan tulis.
19
Setelah semua peserta mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari dan pada akhirnya terjadi diskusi
g) Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan dibagi menjadi tiga macam berdasarkan fungsinya
(Notoatmodjo, 2003) :
1) Media cetak
i. Boocklet merupakan media penyampaian pesan dalam bentuk buku
ii. Leaflet merupakan media penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat atau gambar atau kombinasi keduanya. Flyer, seperti
leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan
iii. Flipchart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku dimana tiap
lembar berisi gambar peragaan dan baliknya berisi kalimat sebagai
pesan atau infromasi terkait gambar
iv. Rubric atau tulisan-tulisan pada surat kabar, jurnal, atau majalah

2) Media Elektronik
i. Televisi
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui televisi dapat
berupa sandiwara, sinetron, forum diskusi atau Tanya jawab, quiz,
atau cerdas cermat
ii. Radio
Penyampaian pesan dapat berupa obrolan, ceramah, radio spot
iii. Video
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat melalui video
media ini dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam oleh
mata dan pikiran sasaran, serta dapat memacu diskusi mengenai
sikap dan perilaku
iv. Slide
Media slide cocok digunakan untuk sasaran yang jumlahnya relative
besar, dan pembuatannya relative murah dan mudah digunakan
3) Media papan Bill board yang dipasang di tempat-tempat umum yang berisi
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan bentuk lipatan.

20
E. Analisis SWOT
1. Pengertian
Menurut Rangkuti (2016) Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategi
s yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness
es), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis.Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strength
s, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor interna
l dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
a. Kekuatan (strengh) adalah suatu kondisi dimana organisasi mampu melakukan
semua tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata industri)
b. Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana organisasi kurang mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan prasarananya
kurang mencukupi.
c. Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang dapat
diraih oleh organisasi yang masih belum tersentuh oleh pihak manapun
d. Ancaman (threats) adalah suatu potensi yang datang dari luar yang dapat
menjadi ancaman bagi suatu organisasi

Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berba
gai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuata
n (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancama
n (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

2. Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2016) Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor
strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jel
as bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan deng
an kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan
empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti berikut:

21
a. Strategi SO (Sterngths-oppotunies) adalah menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar perusahaan.
b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah startegi yang bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan
memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
c. Strategi ST (Strength-threats) adalah strategi perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman esternal
d. Startegi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk bertahan dengan cara
mengurangi kelemahan internal serta menghimdari ancaman

Tabel 1.1 Matriks SWOT

Streghts-S catatlah Weakness-W catatlah


Eksternal Internal kekuatan-kekuatan kelemahan-kelemahan
internal perusahaa internal perusahaan
n

Opportunities-O catatlah pe Strategi SO daftar Strategi WO daftar unt


luang- peluang eksternal ya kekuatan untuk m uk memperkecil kelem
ng ada eraih keuntungan ahan dengan memanfa
dari peluang yang atkan keuntungan dari
ada peluang yang ada

Threats-T catatlah ancama Strategi ST daftar Strategi WT daftar unt


n-ancaman eksternal yang a kekuatan untuk m uk memperkecil kelem
da enghindari ancam ahan dan mengendali a
an ncaman

3. Diagram Kartesius
Diagram kartesius adalah suatu bangunan yang terdiri atas 4 bagian yang
dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik X dan Y. titik
X adalah rata-rata dari sport tingkat pelaksanaan/ kinerja. Sedangkan titik Y
merupakan rata-rata skor tingkat harapan/ kepentingan. Para bidang koordinat,
biasnya disepakati auran sebagai berikut:
a. Sumbuh-sumbuh koordinat diambil yang tegak lurus 1 sama lain

22
b. Sumbuh X adalah garis mendatar (horizontal) dengan koordinat positif ara
kanan dari titik pusat, dan sumbuh Y adalah garis fertikal dengan koordinat
positif kearah atas dari titik pusat koordinat.
c. Digunakan skala yang sama pada kedua sumbuh koordinat. Sumbuh- sumbuh
koordinat memisahkan bidang kedalam 4 daerah, yang biasanya di sebut
kuadran di indentifikasi dengan angka romawi sebagai mana di tunjukan
dalam gambar. Titik-titik pada sumbuh koordinat tidak masuk pada
sembarangan kuadran. Urutan tanda dari absis dan ordinat (x, y) di tunjukan
dalam gambar seperti

4. Matriks EFE dan IFE


a. Matriks EFE
Untuk mengevaluasi hal-hal yang menyangkut peluang dan ancaman yang
ada dalam hitungan eksternal digunakan matriks ex ternal factor evalution
(EFE). Tahapan kerja dari matriks efe sebagai berikut:
1) Identifikasi factor eksternal yang mempunyai dampak penting pada
kesuksesan dan kegagalan usaha yang mencakup perihal peluang dan
tantangan
2) Buat pembobotan untuk setiap factor antara 0,0 bila tidak penting dan 1,0
bila semua penting. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.
3) Buat nilai atau reting pada setiap critical succsess factor antara 1-4, dengan
arti nilai sebagai berikut :
1 = Dibawah rata-rata
2 = Rata-rata
3 = Diatas rata-rata
5 = Sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektifan strategi perusahaan, dengan
demikian nilainya didasarkan pada kondisi perusahan.
a) Kalikan bobot dan reting untuk menentukan skor bobot setiap factor
b) Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi
perusahaan yang dinilai. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa
perusahan merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-
peluang yang ada dan meghindari ancaman-ancaman di pasar

23
industrinya. Sementara skor total sebesar 1,0 menunjukan bahwa
perusahan tidakmemanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak
mengindari ancaman-ancaman eksternal.
b. Matriks IFE
Untuk mengevaluasi factor-faktor internal perusahaan yang berkaitan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting, digunakan matriks
IFE penilaian intuitif diperlukan dalam mengembangjan matriks IFE, jadi
penampilan peningkatan ilmia diinterpretasikan, berarti ini merupakan theknik
yang amat ampuh, pemahaman mendalam mengenai factor-faktor yang
dimasukan lbih penting dari pada angkanya sendiri. Tahapan kerja matriks IFE
pada prinsipnya sama dengan matriks EFE, tahapan kerja matriks IFE adalah
sebagai berikut:
1) Buatlah daftar critical success factor untuk aspek interal kekuatan dan
kelemahan
2) Tentukan bobot dari critical success factor dengan skala yang lebih tinggi
ntuk yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh
bobot harus sebesar 1,0. Bila bobot di cari dan dihitung berdasarkan rata-
rata industrinya.
3) Beri reting atau nilai 1-4 bagi masing-masing factor yang meiliki arti :
1 = Kelemahan utama ( mayor waeaknesses)
2 = Kelemahan kecil ( minor weaknesses)
3 = Kekuatan kecil ( minor strengths )
4 = Kekuatan utama (mayor strengths)
Rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategi perusahaan, dengan
demikian nilainya berdasarkan pada kondisi perusahaan.
4) Kalikan antara bobot dan reting dari masing-masing factor untuk
menetuksn nilai skornya
5) Jumlahnya semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan
yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 0,5
menandahkan bahwa secara internal perusahan adalah lemah. Sedangkan
nilai yang berada diatas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Jumlah
factor-faktor tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu
berjumlah 1,0.

24
F. Analisis Fishbone
1. Pengertian Fish Bone
Fish bone diagram atau yang disebut sebagai “ diagram tulang ikan” adalah al
at yang sistematis menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebabnya
yang membuat berkontribusi pda efek tersebut. Melihat dari definisi tersebut biasa
nya fish bone diagram disebut juga sebagai cause- and-effect diagram. Secara umu
m diagram tersebut terlihat sama seperti kerangka dari seekor ikan.
Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai se
bab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah di
mengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesun
gguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumla
h kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, pro
sedur, kebijakan dan sebagainya.
2. Manfaat Yang Didapat Dari Penggunaan Fish Bone Diagram
Manfaat yang didapat dari penggunaan fish bone diagram yaitu :
a) Untuk mempelajari masalah/issue dan menentukan akar penyebabnya
b) Menemukan semua kemungkinan alasan mengapa suatu proses mulai mengala
mi kesulitan, masalah,bahkan kegagalan
c) Mengidentifikasi area dalam pengumpulan data
d) Mengetahui mengapa sebuah proses tidak bekerja dengan baik atau hasil prod
uksi yang diinginkan
3. Langkah-Langkah Penerapan
1) Langkah 1 : menyiapkan sesi analisa tulang ikan
(a) Analisa tulang ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60 menit
(b) Peserta dibagi dalam kelompok, maksimum 6 orang per kelompok
(c) Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau kompo
nen pelayanan yang akan di Analisa
(d) Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok
(e) Butlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini
(f) Tentukan seorang pencatat. Tugas pencatat adalah mengisi diagram tulang
ikan
2) Langkah 2 : mengidentifikasi akibat atau masalah
Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling ka
nan diagram tulang ikan. Misalnya laporan anggaran akhir bulan terlambat
25
3) Langkah 3: mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama
(a) Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi “caba
ng”. Setiap cabang mewakili “sebab utama dari masalah yang ditulis”
(b) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga
masuk dengan situasi/ kategori-kategori ini bisa diringankan seperti :
(1) Sumber Daya Alam, sumber daya manusia, mesin, materi, pengukuran
(2) Metode, mesin, material, manusia (4M)
(3) Tempat (place), Prosedur, manusia, kebijakan
(4) Lingkungan, pemasok, system, keterampilan

Kategori tersebut hanya sebagai saran, bisa menggunakan kategori lain yan
g dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih
dari 6 kotak.

4) Langkah 4 : menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran


(a) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan men
ggunakan curah pendapat
(b) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab ters
ebut harus ditempatkan dalam Diagram Tulang Ikan. (yaitu, tentukan diba
wah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. Misalnya di
kategori mesin)
(c) Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil k
eluar dari garis horizontal utama
(d) Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (mis
alnya, menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia da
n system)
5) Langkah 5
Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari s
atu kategori sebab-sebab inilah yang merupakan petunjuk “sebab yang tampak
nya paling mungkin” lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkinkan
pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart terpisah

Bagan 1.1 Fish Bone

26
G. Penghitungan Bor
1. Definisi
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tin
gkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator- indikator
berikut bersumber dari sensus harian rawat inap. BOR (Bed Occupancy Ratio = A
ngka penggunaan tempat tidur). BOR menurut Huffman, BOR adalah the ratio of
patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Se
dangkan menurut Depkes RI, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pad
a satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya ting
kat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI).
2. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
a. Rumus Barber Johnson
Pengisian, Pengolahan Dan Penyajian BOR (Bed Occupancy Rate =Angka pen
ggunaan tempat tidur), menurut Barber Johnson:
BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR = (O / A) × 100 %

LOS (Length of Stay)


LOS=(O×t) / D

TOI (Turn OverInterval)


TOI=((A-O)×t) / D

BTO (Bed Turn Over)


BTO=D / A
Keterangan:
27
O=Rata-rata tempat tiduryang terisi.
A = Rata-rata tempat tidur siap pakai/tersedia.
D=Pasien pulang/keluar (Hidup +Mati).
t=Waktu (Hari/bulan/tahun)

b. Rumus PPNI

Pengisian, Pengolahan Dan Penyajian BOR (Bed Occupancy Rate = Angka pe


nggunaan tempat tidur), menurut PPNI:TP=Ax52 (Mg) x7hr (TT xBOR)+ 125
%41 (Mg) x 40 Jam /Mg
TP=Tenaga perawat
A = Jumlah jam perawatan / 24 jam 41
Mg = 365 -52 (HrMing.)-12 hr libur-12 hr cuti=289/7
Produktivitas
Perawat =75% STP x 125 %
c. Rumus Douglas Klasifikasi Pasien
Tabel 1.2 Rumus Klasifikasi Pasien menurut Douglas
Jumlah Klasifikasipasien
pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

d. Rumus Ilyas
Tenaga Perawat (TP)=Ax B365
255x Jam kerja/hari
Keterangan:
A = Jumlah jam perawatan/24 jam
B= Sensus harian
365 = jumlah hari kerja selama setahun

28
255=Hari kerja efektif perawat pertahun (365-(12 hari libur nasional +12 hari
libur cuti tahunan) x ¾=255 hr)

BAB III

KAJIAN SITUASI

A. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung


Rumah Sakit Immanuel merupakan Rumah Sakit Swasta yang diselenggaraka
n oleh Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan. Rumah Sakit Immanuel
(RSI) juga mempunyai tugas upaya kesehatan salah satunya adalah menjadi Rumah S
akit Pendidikan utama yang merupakan wahana Pendidikan, pelayanan, penelitian dan
pengembangan untuk tenaga profesi dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain
nya. Selain berperan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit Immanuel (RSI) j
uga selalu mengupayakan pelayanan kesehatan yang prima sehingga dapat berdaya gu
na dan berhasil guna dengan tetap mengedepankan penyembuhan dan pemulihan serta
melaksanakan upaya rujukan yang dilakukan secara terpadu dan konsisten.

Rumah Sakit Immanuel Bandung (RSI) sudah setara dengan tipe B setelah
Terakreditasi secara Nasional dan berkesinambungan dengan pelayanan Rumah Sakit
yang memiliki sertifikat ISO 9001-2015 dari SGS yang memastikan
unit/bagian/bidang pelayanan di Rumah Sakit memiliki standar Nasional dan
Internasional.

Rumah Sakit Immanuel Bandung (RSI) mempunyai pelayanan yang terdiri


dari pelayanan Medis (Rawat Inap, Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Senior
Klinik, Kamar Bedah) dan Pelayanan Pendukung. Pelayanan (Laboratorium, instalasi
Nutrisi, Hemodialisa, Radiologi, Rehabilitasi Medis, Instalasi Farmasi, ESWL,Cath
Lab, Home Care, Medical CheckUp, Senior Klinik).

29
1. Logo Rumah Sakit Immanuel Bandung (RSI)

” Heman Geten Ka Papancen”


Artinya yang tersirat dalam logo Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja
Kristen Pasundan :
Heman : Penuh kasih sayang
Geten : Penuh perhatian dan telaten
Ka : Kepada
Papancen : Tugas dan kewajiban
Arti warna pada lambang Rumah Sakit Immanuel menunjukkan :
Warna merah : Darah Yesus Kristus yang menyelamatkan
Warna Biru : Kedamaian, kejujuran, ketulusan
Warna kuning :Keagungan karya penyaliban Yesus Kristus Juruselamat dunia.
2. Visi dan Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
a) Visi Rumah Sakit Immanuel Bandung
Memberikan pelayanan dan Pendidikan kesehatan yang prima dan inovasif
berfokus kepada pasien sebagai perwujudan cinta kasih Allah”.
b) Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan
berbasis keselamatan pasien.
- Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dana mengembangkan budaya
ilmiah di bidang kesehatan
- Mengembangkan layanan primer, unggul dan berkembang

30
- Membangun budaya kerja dan karakter sumber daya manusia yang
berlandaskan nilai-nilai kristiani agar memberikan pelayanan terbaik,
handal dan beretika dalam menjalankan kompetensinya
- Menjalani kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat
peran rumah sakit dalam pelayanan dan pendidikan kesehatan
3. Kebijakan Mutu Rumah Sakit Immanuel Bandung
Rumah Sakit Immanuel berkomitmen memenuhi kepuasan dan keselamatan
pasien dengan senantiasa menerapkan sistem manajemen mutu, manajemen risiko,
pendidikan dan penelitian kesehatan yang berbasis bukti secara konsisten dan
berkeseimbangan. Kebijikan mutu RS, Immanuel ditetapkan untuk memenuhi
visi/misi organisasi yang sudah ditetapkan.

B. Profil Ruang Filipus


Ruangan Filipus Rumah Sakit Immanuel merupakan ruang penyakit dalam dan be
dah laki-laki serta dikelola oleh seorang kepala ruangan Lulusan Program Profesi Ner
s, lama bekerja kurang lebih 14,8 tahun. Ruangan Filipus terdiri dari 19 bed diantaran
ya 9 bed pasien penyakit dalam, 9 bed pasien bedah dan 1 bed pasien tenang

Denah Ruangan Filipus


Ket.
R = Ruangan
B = Bed

Bagan 1.2 Denah Ruangan Filipus

Nurse Stasion

B 12 B 14 B 15 B 16 B 17 B 18 B 19 R.
R. Tenang
Ganti
Perawa
Interpretasi : Denah ruangan diruang Filipus sudah baik dikarenakan ruangan
Masuk

R.
Pintu

B 11 memiliki
B 10 Bbed
9 yang
B 8 cukup.
B 7 Nursestation
B6 yang dekat
B 5 dengan
B 4 ruangan
B3 pasien
BB 12 yang
memudahkan perawat melakukan aktivitas langsung kepada Linen
Interpretasi : Denah ruangan diruang Filipus sudah baik dikarenakan ruangan
memiliki bed yang cukup. Nurse station yang dekat dengan ruangan pasien yang

31
memudahkan perawat melakukan aktivitas langsung kepada pasien, pada bagian
kanan terdapat ruang linen dan sebelah kiri terdapat ruangan khusus ganti perawat.

C. Kajian Situasi Ruang Filipus


1. Sumber Daya Manusia (Man)
a) Struktur Organisasi

Bagan 1.3 Struktur Organisasi

Manajerial Primer II
Asep Suhendar, S.Kep., Ners

Kepala Ruangan
Fani Anggia Andayani, S.Kep., Ners

TIM I TIM II
(Perawat Penanggung Jawab Shift) (Perawat Pelaksana)

1. Juandi Heryadi, S.Kep.,Ners 1. Shella Theodora Singal, S.Kep., Ners


2. Renny Septiany, S.Kep.,Ners 2. Neulis Marlina, S.Kep., Ners
3. Fanny Octavian Manoppo, S.Kep., Ners 3. Hangry Borsalino N. S.Kep., Ners
4. Juliansyah Gusliana, S.Kep., Ners 4. Faizal Niko Aprianto, S.Kep., Ners
5. Taufik Saleh, AMK 5. Amir, AMK
6. Erlin Damelia Simbolon, S.Kep., Ners 6. Viendra Meydizka, S.Kep., Ners
7. Rina Karlina, AMK 7. Tryman Fidta Lase, S.Kep., Ners
8. Hermanto Aleksander M., AMK 8. Reza Tumpak Manalu, S.Kep., Ners
9. Dini Silmi Abdila, S.Kep., Ners
10. Sandi Indra Gunawan, AMK
11. Ferdiansyah Marbun, S.Kep., Ners

INVENTARIS
Lilis Winangsih
32
b) Ketenagaan
Ketenagaan diruang Filipus terdiri dari Keperawatan dan Non Keperawatan
1) Ketenagaan Keperawatan

Tabel 1.3 Distribusi Tenaga Perawat


Lama
No Nama Jabatan Pendidikan PK
Kerja

Fani Anggia Andayan Kepala R


1
i, S.Kep.,Ners uangan S1 14,8 2
Juandi Heryadi,
2 PJ S1 34,2 3
S.Kep.,Ners
Renny Septiany,
3 PJ S1 9,5 2
S.Kep.,Ners
Fanny Octavian
4 Manoppo, S.Kep., PJ S1 9,0 2
Ners
Juliansyah Gusliana,
5 PJ S1 8,0 2
S.Kep., Ners
6 Taufik Saleh, AMK PJ D3 11,8 2
Erlin Damelia
7 Simbolon, S.Kep., PJ S1 10,2 2
Ners
8 Rina Karlina, AMK PJ D3 8,6 2
Hermanto Aleksander
9 PJ D3 8,0 2
M., AMK

Shella Theodora
10 PP S1 6,4 2
Singal, S.Kep., Ners

Neulis Marlina,
11 PP S1 5,0 2
S.Kep., Ners
12 Hangry Borsalino N. PP S1 4,2 2

33
S.Kep., Ners
Faizal Niko Aprianto,
13 PP S1 0,6 PraPK
S.Kep., Ners
2
14 Amir, AMK PP D3 26,3

Viendra Meydizka,
15 PP S1 5,0 2
S.Kep., Ners
Tryman Fidta Lase,
16 PP S1 3,5 2
S.Kep., Ners
Reza Tumpak Manalu,
17 PP S1 0,7 PraPK
S.Kep., Ners
Dini Silmi Abdila,
18 PP S1 0,6 PraPK
S.Kep., Ners
Sandi Indra Gunawan,
19 PP D3 10,2 2
AMK
Ferdiansyah Marbun,
20 PP S1 3,6 2
S.Kep., Ners
(Sumber : Doc. Ruang Rawat Inap Filipus 2022)
Interpretasi : Jumlah perawat di Ruang Filipus sebanyak 20 orang. Ruang
Filipus memiliki 1 kepala ruangan, 8 perawat PJ Shift dan 11 perawat
pelaksana, dimana perawat lulusan D3 sebanyak 5 orang, S1 sebanyak 14 or
ang, PK sebanyak 16 orang dan PraPK sebanyak 3 orang.
2) Ketenagaan Non Keperawatan

Tabel 1.4 Distribusi Tenaga Non Keperawatan


No. Nama Jabatan Pendidikan Lama kerja
1 Lilis Winangsih Inventaris SMA 38 tahun
(Sumber : Doc. Ruang Rawat Inap Filipus 2022)
Interpretasi :Ruang Filipus memiliki 1 orang inventaris yang bertugas unt
uk memfasilitasi kebutuhan ruangan dan memiliki pendidikan terakhir SL
TP.
3) Kualisifikasi Pendidikan

Tabel 1.5 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Perawat Diruang Filipus


No Tenaga Keperawatan DiRuang Filipus

Pendidikan Jumlah Presentase %

34
1. S1 15 75%
2. D3 5 25%

Interpretasi :Keterangan di Ruangan Filupus memiliki perawat dan lulus


an S1 Ners sebanyak 75% dan perawat D3 sebanyak 25%.

c) Pasien
1) Jumlah Penyakit Selama Satu bulan terakhir (September 2022) di Ruang
Filipus
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku laporan bulanan ruang Filipus
didapatkan bahwa satu bulan terakhir di ruangan Filupus penyakit
terbanyak, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.6 Penyakit Terbanyak di Ruangan Filipus Bulan


Februari 2022
No Penyakit Jumlah
1 Colic Abdomen 6
2 Stroke 8
3 Congestive Heart Failure (CHF) 10
4 Tuberculosis Paru 4
5 Diabetes Melitus 4
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) 4
7 Percutaneous Coronary Intervention 13
(PCI)
(Sumber : Doc Ruang Rawat Inap Filipus 2022)

Interpretasi :Penyakit terbanyak satu bulan terakhir diruangan adalah penyaki


t Percutaneous Coronary Intervention (PCI) 13 orang, CHF sebanyak 10 orang,
stroke 8 orang colic abdomen 6 orang, PPOK sebanyak 4 orang, DM 4 orang,
TB 4 orang.

35
Diagnoasa Keperawatan Selama Satu bulan terakhir (September 2022) di
Ruang Filipus

Tabel 1.7 Diagnosa Keperawatan di Ruangan Filipus Bulan


September 2022
No Penyakit Jumlah Presentase %
1 Nyeri Akut 53 51
2 Resiko Infeksi 18 17
3 Intoleransi Aktifitas 18 17
4 Perfusi Jaringan
16 15
Serebral
(Sumber : Doc Ruang Rawat Inap Filipus 2022)

Interpretasi :Diagnosa Keperawatan di Ruangan Filipus Bulan September


2022 adalah nyeri akut sebanyak 53 orang (51%), resiko infeksi sebanyak
18 orang (17%), intoleransi aktifitas sebanyak 18 orang (17%), perfusi
jaringan serebral 16 orang (15%).

d) BOR (Bed Occupansy Rate)


1) Jumlah BOR satu bulan terakhir (September 2022) berdasarkan data di
ruangan Filipus, yaitu : 36,39 %
2) Jumlah BOR berdasarkan hasil kajian situasi dari tanggal 3-5 Oktober
2022 yaitu :
3/10/2022
Jumlah Klien
BOR= × 100 %
JumlahTempat Tidur
4
¿ ×100 %
19
¿ 0,22 ×100 %
=22 %
Jadi BOR diruangan Filipus tanggal 3 Oktober 2022, yaitu: 22%

36
4/10/2022
Jumlah Klien
BOR= × 100 %
JumlahTempat Tidur
3
¿ ×100 %
19
¿ 0,15 ×100 %
=15 %
Jadi BOR diruangan Filipus tanggal 4 Oktober 2022, yaitu: 15%

5/10/2022
Jumlah Klien
BOR= × 100 %
JumlahTempat Tidur
5
¿ ×100 %
19
¿ 0,26 ×100 %
=26 %
Jadi BOR diruangan Filipus tanggal 5 Oktober 2022, yaitu: 26%

Interpretasi : Maka didapatkan hasil BOR tanggal 3/10/2022 sebanyak


22%, BOR tanggal 4/10/2022 sebanyak 15%, BOR tanggal 5/10/2022
sebanyak 26%.
e) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Perawat
Kebutuhan Tenaga Perawat
1) Douglas

Tabel 1.9 Kebutuhan Tenaga Perawat Tanggal 3/10/2022


Kualifikasi pasien Tingkat kebutuhan tenaga
Tingkat keterga Jumlah
Pagi Sore Malam
ntungan pasien
Partial 3 3 x 0,27 = 3 x 0,15 = 3 x 0,10 =
0,81 0,45 0,3
Total 1 1 x 0,27 = 1 x 0,15 = 1 x 0,10 =
0,27 0,15 0,10
Jumlah 4 1,08 0,6 0,4
1 orang 1 orang 1 orang

37
Total tenaga perawat :
1 orang pagi + 1 orang sore + 1 orang siang = 3 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :
Keterangan : angka 86 merupakan j
86 x 4
=1,23 (dibulatkan menjadi 1) umlah hari tak kerja dalam 1 tahun,
279 sedangkan 279 adalah jumlah hari k
erja efektif dalam 1 tahun

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Filipus adalah 3 orang + 1 orang lepas dinas + 1 orang kepala ruangan,
maka didapatkan hasil 5orang.

Tabel 1.10 Kebutuhan Tenaga Perawat Tanggal 4/10/2022


Kualifikasi pasien Tingkat kebutuhan tenaga
Tingkat keterg Jumlah pa
Pagi Sore Malam
antungan sien
Partial 2 2 x 0,27 = 2 x 0,15 = 2 x 0,10 =
0,54 0,3 0,2
Total 1 1 x 0,27 = 1 x 0,15 = 1 x 0,10 =
0,27 0,15 0,10
Jumlah 3 0,74 0,9 0,02
1 orang 1 orang 1 orang

Total tenaga perawat :


1 orang pagi + 1 orang sore + 1 orang siang = 3 orang
Keterangan : angka 86 merupakan ju
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :
mlah hari tak kerja dalam 1 tahun, sed
86 x 3 angkan 279 adalah jumlah hari kerja e
=0,92 (dibulatkan 1) fektif dalam 1 tahun
279
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Filipus adalah 3 orang + 1 orang lepas dinas + 1 orang kepala ruangan,
maka didapatkan hasil 5 orang.

Tabel 1.11 Kebutuhan Tenaga Perawat Tanggal 5/10


/2022
Kualifikasi pasien Tingkat kebutuhan tenaga Present
ase %
Tingkat keterg Jumlah pa
Pagi Sore Malam
antungan sien

38
Partial 4 4 x 0,27 4 x 0,15 4 x 0,1 40
= = 0,6 0=
1,08 0,4
Total 1 1 x 0,27 1 x 0,15 1x
= = 0,10 = 10
0,27 0,15 0,10
Jumlah 5 1,35 0,75 0,8 50
1 orang 1 orang 1 orang 100

Total tenaga perawat :


2 orang pagi + 1 orang sore + 1 orang siang = 4 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari : Keterangan : angka 86 merupakan ju
mlah hari tak kerja dalam 1 tahun, sed
86 x 5
=1,54 (dibulatkan 2) angkan 279 adalah jumlah hari kerja e
279 fektif dalam 1 tahun

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Filipus adalah 4 orang + 2 orang lepas dinas + 1 orang kepala ruangan,
maka didapatkan hasil 7 orang.
2) Rumus Ilyas
(a) Tanggal 3/10/2022
a. Kebutuhan jam perawatan
(1) Waktu perawatan langsung
Partial care : 3 jam x 3 pasien = 6 jam
Total care : 5 jam x 1 pasien = 5 jam
(2) Waktu perawatan tidak langsung
38 x 4 pasien = 152 : 60 menit = 2,53 jam
(3) Waktu penyuluhan kesehatan
15 mnt x 4 pasien = 60 : 60 menit = 1 jam
Jadi waktu perawatan = 6 + 5 + 2,53 + 1 = 14,53 : 4 pasien =
3, 63dibulatkan menjadi 4 jam
b. Sensus Harian
BOR x TT = 22% x 4 = 88%
4 x 4 x 365 hari
Tenaga perawat (TP) = =4 , , 49/¿ 5 pera
24 jam x 52 minggu
wat
(b) Tanggal 4/10/2022

39
a. Kebutuhan jam perawatan
(1) Waktu perawatan langsung
Partial care : 2 jam x 2 pasien = 4 jam
Total care : 5 jam x 1 pasien = 5 jam
(2) Waktu perawatan tidak langsung
38 x 3 pasien = 114 : 60 menit = 1,9 jam
(3)Waktu penyuluhan kesehatan
15 mnt x 3 pasien = 40 : 60 menit = 7 menit
Jadi waktu perawatan = 4 + 5 + 1,9 + 7 menit = 11,6 : 4 pasi
en = 2,9 jam
b. Sensus Harian
BOR x TT = 15% x 3 = 45%
2,15 x 3 x 365 hari
Tenaga perawat (TP) = =1,81/¿ 2 peraw
24 jam x 52 minggu
at
(c) Tanggal 5/10/2022
a. Kebutuhan jam perawatan
(1) Waktu perawatan langsung
Partial care : 2 jam x 4 pasien = 8 jam
Total care : 5 jam x 1 pasien = 5 jam
(2) Waktu perawatan tidak langsung
38 x 5 pasien = 190 : 60 menit = 3,16 jam
(3) Waktu penyuluhan kesehatan
15 mnt x 5 pasien = 75 : 60 menit = 1,25 jam
Jadi waktu perawatan = 8 + 5+ 3,16 + 1,25 = 17,41 :4 pasien =
4,35 jam
b. Sensus Harian
BOR x TT = 26% x 5 = 1,3 %\
4,35 x 5 x 365 hari
Tenaga perawat (TP) = =6.36 /¿ 6 perawat
24 jam x 52 minggu
3) Rumus PPNI
Rumus PPNI
(a) Tanggal 3/10/2022
(1) Waktu perawatan langsung

40
Partial care : 3 jam x 3 pasien = 6 jam
Total care : 5 jam x 1 pasien = 5 jam
Jadi 6+5 = 11 jam
(2) Waktu perawatan tidak langsung
38 x 4 pasien = 152/60 menit = 2,53 dibulatkan 3
(3) Waktu penyuluhan kesehatan
15 menit + 4 pasien = 60/60 menit = 1
Jadi, waktu perawatan 11 + 3 + 1 = 15
Rumus :
TP = (Ax52 minggu) x 7 hari (TTxBOR)/41 minggu x 40 jam
= (15x52) x 7 (19x22%)/41x40
= 13,91 (14 perawat)
Jadi dari rumus perhintungan PPNI didapatkan kebutuhan tenaga
keperawatan sebanyak 14 perawat
(b) Tanggal 4/10/2022
(1) Waktu perawatan langsung
Partial care : 3 jam x 2 pasien = 6 jam
Total care : 5 jam x 1 pasien = 5 jam
Jadi 6 +5 = 11 jam
(2) Waktu perawatan tidak langsung
38 x 3 pasien = 114/60 menit = 1,9 dibulatkan 2
(3) Waktu penyuluhan kesehatan
15 menit + 3 pasien = 45/60 menit = 0,75 dibulatkan 1
Jadi, waktu perawatan 11 + 2 + 1 = 14
Rumus :
TP = (Ax52 minggu) x 7 hari (TTxBOR)/41 minggu x 40 jam
= (14x52) x 7 (19x15%)/41x40
= 8,85 (9 perawat)
Jadi dari rumus perhintungan PPNI didapatkan kebutuhan tenaga
keperawatan sebanyak 9 perawat
(c) Tanggal 5/10/2022
(1) Waktu perawatan langsung
Partial care : 3 jam x 4 pasien = 12 jam
Total care : 5 jam x 1 pasien = 5 jam
41
Jadi 12+5 = 17 jam
(2) Waktu perawatan tidak langsung
38 x 5 pasien = 190/60 menit = 3,16
(3) Waktu penyuluhan kesehatan
15 menit x 5 pasien = 75/60 menit = 1,25
Jadi, waktu perawatan 17 + 3 + 1 = 21
Rumus :
TP = (Ax52 minggu) x 7 hari (TTxBOR)/41 minggu x 40 jam
= (21 x52) x 7 (19x26%)/41x40
= 23,02 (23 perawat)
Jadi dari rumus perhintungan PPNI didapatkan kebutuhan tenaga
keperawatan sebanyak 23 perawat.

Interpretasi :Dari rumus Douglas didapatkan jumlah tenaga perawat


tanggal 28 Maret 2022 sebanyak 5 perawat, 29 Maret 2022 sebanyak 5
perawat dan 30 Maret sebanyak 7 perawat. Kemudian rumus Ilyas
didapatkan jumlah tenaga perawat tanggal 28 Maret 2022 sebanyak 5
perawat, 29 Maret 2022 sebanyak 2 perawat dan 30 Maret sebanyak 6
perawat. Sedangkan rumus PPNI didapatkan jumlah tenaga perawat
tanggal 28 Maret 2022 sebanyak 14 perawat, 29 Maret 2022 sebanyak 9
perawat dan 30 Maret sebanyak 23 perawat. Maka rumus yang tepat atau
mendekati untuk digunakan pada ruang filipus adalah rumus PPNI
3) Money
Biaya perawatan pasien di ruang Filipus ada 4 jenis pembayaran yaitu BPJS,
Mandiri, Asuransi dan Tunai
4) Methode
a) Model Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 4 Oktober 2022 didapatkan
bahwa penerapan metode penugasan untuk asuhan keperawatan di ruang
Filipus adalah menggunakan Model asuhan keperawatan profesional
Modullar.Metode ini pada ruangan filipus merupakan gabungan antara model
asuhan keperawatan profesional primer dan model asuhan keperawatan
profesional TIM untuk meningkatkan efektifitaskonsep keperawatan, yang

42
mana pada ruangan filipus dipimpin oleh perawat register (Ners) dan terdapat
perawat penanggung jawab shift serta perawat pelaksana.
b) Operan Shift
Operan yang dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pergantian shift mal
am ke pagi (pukul 07.00) dan pagi ke sore (pukul 14.00) serta sore ke malam
(21.00). Sebelum melakukan operan shift perawat mengawali dengan doa.
Kemudian dilanjutkan membaca status pasien bagi perawat yang akan
melaksanakan dinas dan selanjutnya melakukan ronde keperawatan bagi
pasien di ruangan filipus.
c) Edukasi Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada
perawat di Ruang Filipus, didapatkan bahwa perawat dalam memberikan
edukasi perawatan bagi pasien baru maupun pasien pulang tidak menggunakan
lembar edukasi (leaflet), tetapi perawat lebih fokus menggunakan dokumentasi
pemeriksaan untuk melakukan edukasi sedangkan lembaran edukasi (leaflet)
telah tersedia diruangan, sehingga hal ini menyebabkan pemberian edukasi
(leaflet) belum optimal.
Tabel. 1.12Perawat Memberikan Edukasi Ke Pasien Menggunakan
Media (Leaflet)

Tindakan Pemberian Eduk


asi Menggunakan Media ( L
Hari/ Jumlah Pasien Pasien
No Shift eaflet )
Tgl Perawat Baru Pulang
Tidak
Dilakukan
Dilakukan
1. Senin, Pagi 3 Bed 8 Bed 6 - √
03-10-2 Siang - - - -
2
022
2. Pagi 2 - - - -
Selasa, Siang Bed 5 Bed 10 - √
04-10-2 2
022
3. Rabu, Pagi 4 - - - -
05-10-2 Siang 2 - Bed 14 - √
022
4. Kamis, Pagi 2 - - - -
06-10-2 Siang 2 Bed 5 - - √
022
5. Jumat,0 Pagi 3 Bed 14 - - √
6-10-20 Bed 17
22 Siang Bed 3 Bed 14 - √

43
3 Bed 14

6. Sabtu, Pagi Bed 11 Bed 16 - √


07-10-2 4 Bed 22 Bed 17
022 Bed 22
Siang 3 Bed 22 - - √

7. Senin, Pagi 4 - - - -
08-10- Siang 3 Bed 2 Bed 12 - √
2022 Bed 3 Bed 15
Bed 19 Bed 22
Bed 18
Bed 16
Bed 8
(Sumber : Hasil Obervasi Dari Tanggal 03 Oktober – 08 Oktober 2022
Di Ruang Rawat Inap Filipus)

Interpretasi :Dari hasil observasi dari tanggal 03 – 08 Oktober 2022


didapatkan bahwa 100% perawat tidak menggunakan media leaflet untuk
edukasi bagi pasien baru dan pasien pulang

5) Material

Tabel 1.13 Sarana dan Prasarana (Material)


Kondisi
No Nama Barang Jumlah
Baik Rusak
1 Kursi tunggu pasien 19 seat √ -
2 Trolly Shopping bag 1 √ -
3 Tiang infus roda 1 √ -
4 Senter kecil 2 √ -
5 Kursi bulat 6 √ -
6 Urinal 13 √ -
7 Stoples kaca besar 1 √ -
8 Kalkulator 2 √ -
9 Tissu di nurse station 1 √ -
10 Keyboard 2 √
11 Dispenser 2 √ -
12 Lemari es obat-obatan 1 √ -
13 Kulkas sedang 2 pintu 1 √ -

44
14 Sabun di nurse station dan 2 √ -
ruang tenang
15 Mouse 3 √ -
16 Tissu dan sabun di toilet - −¿ -
pasien
17 Pesawat telepon 1 √ -
18 Baki kayu besar 3 √ -
19 Jam dinding 2 √ -
20 Kursi lipat 4 √ -
21 Lemari status 2 √ -
22 Meja tulis 4 √ -
23 Emergency trolley 1 √ -
24 Trolley dua tahap 3 √ -
25 Hekter besar 1 √ -
26 Hekter kecil 1 √ -
27 Perporator kecil 1 √ -
28 Bed side cabinet 19 √ -
29 Lampu emergency 1 √ -
30 Roda line alat tenun kotor 1 √ -
31 Tempat sampah 13 √ -
32 Pigura visi misi 1 √ -
33 Cermin 8 √ -
34 White board 1 √ -
33 Tourniquet 2 √ -
34 Tempat tidur 19 √ -
35 Box plastic 4 √ -
36 Meja kaca - √ -
37 Cermin 8 √ -
38 Baki kecil 4 √ -
39 Kom kecil 3 √ -
40 Kom besar 2 √ -
41 Baki plastic sedang 4 √ -

45
42 Lemari kayu 1 √ -
43 Lemari arship 1 √ -
44 Papan informasi 1 √ -
45 Meja biro 1 √ -
46 Stetoskop 2 √ -
47 Regulator O2 biasa 19 √ -
48 Sputum Pot 3 √ -
49 Tensimeter 4 √ -
50 Kursi roda 1 √ -
51 Gunting jaringan 1 √ -
52 Pincet anatomis 4 √ -
53 Temometer digital (sensor) 2 √ -
54 Pincet chirurgis 4 √ -
55 Tiang infuse 1 √ -
56 Baskom mandi 14 √ -
57 Suction pump 1 √ -
58 Bak instrument 3 √ -
59 Bak spuit metal 3 √ -
60 Gerusan obat/ mortar 2 √ -
61 Nierbeken 3 √ -
62 Oximetry 2 √ -
63 Pispot 19 √ -
64 Resusitasi / amubag 1 √ -
65 Tempat tidur 19 √
66 Bide side cabinet 19 √
(Sumber : Doc Inventaris Ruang Rawat Inap Filipus 2022)

Interpretasi :Dalam Ruangan Filipus didapatkan semua material yang ada di


ruangan filipus semua dalam kondisi yang baik. Namun, belum tersedianya sabun
dan tissue di kamar mandi pasien.

46
6) Mechine

Tabel 1.14 Mechine di Ruangan Filipus


Kondisi Presentase
No Nama Alat Jumlah
Baik Rusak (%)
1 Telepon ruangan 1 √ - 10
2 EKG 1 √ - 10
3 Computer 3 √ - 20
4 CPU 3 √ - 20
5 Nebulizer 2 √ - 20
6 Suction 1 √ - 10
7 Dispenzer 1 √ - 10
(Sumber : Hasil Observasi Ruang Rawat Inap Filipus)

Interpretasi :Dalam Ruangan Filipus didapatkan semua mechineyang ada di


ruangan filipus semua dalam kondisi yang baik.

7) Environment
Kondisi lingkungan Ruang Filipus RS.Immanuel Bandung tampak tenang dan
bersih, selain itu, perawat yang bertugas tampak rapi dan bersih, fasilitas yang
disediakan seperti tempat duduk pengunjung pasien, disediakannya handrub di
pintu masuk ruangan. Kondisi tempat tidur pasien berbentuk barak dan jarak
antara bed pasien yang terlalu dekat. Karena menurut Kemenkes (2020),
menyatakan bahwa jarak bed ideal adalah 1,5 meter. Tetapi mengenai pelayanan
perawat kepada pasien sangat baik, dan hubungan antar tenaga medis di ruang
filipus sangat baik dan harmonis

47
D. Identifikasi SWOT
1. Analisis Lingkungan Internal
a. Kekuatan / Strength
1) Adanya visi dan misi Rumah Sakit.
2) Adanya kebijakan Rumah Sakit Immanuel Bandung dalam mengadakan pe
latihan-pelatihan bagi perawat.
3) Menggunakan sistem metode asuhan keperawatan professional modular.
4) Ruangan Filipus dipimpin oleh seorang kepala ruangan dengan jenjang pe
ndidikan S.Kep., Ners dan pengalaman kerja 14,8 tahun.
5) Terdapatnya perawat dengan latar belakang pendidikan S.Kep, Ners seban
yak 15 perawat (75%) dan D3 keperawatan sebanyak 5 perawat (25%), ad
anya tenaga penunjang seperti tenaga inventaris dengan lama kerja 38
tahun.
6) Jumlah tenaga perawat 20 orang
7) Ruang Filipus memiliki kapasitas 19 tempat tidur yang diantaranya 9 temp
at tidur pasien bedah, 9 tempat tidur pasien dalam, dan 1 tempat tidur untu
k kamar tenang.
8) Ruang Filipus merupakan ruangan yang digunakan sebagai lahan praktik
(pendidikan) bagi mahasiswa.
9) Kondisi lingkungan Ruang Filipus merupakan RS Immanuel Bandung tam
pak tenang dan bersih dengan pencahayaan dan ventilasi yang baik.
10) Letak nurse station berada di tengah ruangan yang memudahkan dalam ko
ntroling pasien
11) Adanya kerja sama antar rumah sakit dan universitas/perguruan tinggi dala
m pendidikan tingkat lanjut
12) Ruang Filipus memiliki sistem komputerterisasi (avicenna)
13) Rumah sakit memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan j
enjang pendidikan
b. Kelemahan/ Weakness

48
1) Belum optimalnya media edukasi tentang bahaya infeksi nosokomial terha
dap keluarga yang mendampingi pasien dan tidak melakukan cuci tangan
sesuai SPO
2. Analisis Lingkungan Eksternal
a. Peluang / Opportunity
1) Adanya UU No.38 tahun 2014 tentang keperawatan dalam melakukan pela
yanan keperawatan
2) Adanya UU Konsumen dan PerMenKes No. 169 Tentang Keselamatan
Pasien
3) Adanya perguruan tinggi yang berada di lingkungan Rumah Sakit Immane
l Bandung sehingga pihak Rumah Sakit dapat memberikan kesempatan ke
pada Perawat untuk studi lanjut
4) Kemudahan akses informasi kesehatan bagi masyarakat sekitar
b. Ancaman / Threat
1) Adanya Rumah Sakit Swasta lain di sekitar wilayah Bandung Selatan yang
memiliki kualitas kurang lebih sama yaitu RS Santoso Kopo Bandung yan
g dapat diakses lebih mudah oleh masyarakat sekitar Bandung Selatan
2) Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat yang menginginkan pelayanan kep
erawatan yang lebih professional

49
3. Matriks SWOT

Tabel 1. 14 Matriks SWOT`

50
Kekuatan / Strength Kelemahan/ Weakness
Internal
1) Adanya visi dan misi Rumah Sakit. 1) Belum optimalnya media
2) Adanya kebijakan Rumah Sakit Immanuel Bandung edukasi tentang bahaya i
dalam mengadakan pelatihan-pelatihan bagi perawa nfeksi nosokomial terhad
t. ap keluarga yang menda
3) Menggunakan sistem metode asuhan keperawatan p mpingi pasien dan tidak
rofessional modular. melakukan cuci tangan
4) Ruangan Filipus dipimpin oleh seorang kepala ruan sesuai SPO
gan dengan jenjang pendidikan S.Kep., Ners dan pe
Eksternal
ngalaman kerja 14,8 tahun.
5) Terdapatnya perawat dengan latar belakang pendidi
kan S.Kep, Ners sebanyak 15 perawat (75%) dan D
3 keperawatan sebanyak 5 perawat (25%), adanya te
naga penunjang seperti tenaga inventaris dengan
lama kerja 38 Tahun
6) Jumlah tenaga perawat 20 orang
7) Ruang Filipus memiliki kapasitas 19 tempat tidur ya
ng diantaranya 9 tempat tidur pasien bedah, 9 tempa
t tidur pasien penyakit dalam, dan 1 tempat tidur unt
uk kamar tenang.
8) Ruang Filipus merupakan ruangan yang digunakan
sebagai lahan praktik (pendidikan) bagi mahasiswa.

51
Opportunities (O) SO Strategi : WO strategi :
1) Dilakukannya Peningkatan mutu pelayanan kepera
1) Adanya UU No.38 tahun 2014 tentang kep 1. Memotivasi perawat untuk se
watan yang sesuai dengan Visi Misi yang ada di Rua
erawatan dalam melakukan pelayanan kepe lalu membantu menghentikan
ngan terhadap pemberian peluang kepada perawat penyebaran infeksi nosokomi
rawatan
yang melanjutkan studi. al dengan cara mencuci
2) Adanya UU Konsumen dan PerMenKes
tangan sesuai SPO dan mener
2) Dilakukanya peningkatan akses informasi kesehatan
No. 169 Tentang Keselamatan Pasien. apkan five moment.
bagi pasien di ruangan 2. Melakukan evaluasi hasil dal
3) Adanya perguruan tinggi yang berada di lin
am pelaksanaan SPO pember
gkungan Rumah Sakit Immanel Bandung s
ian pelayanan asuhan kepera
ehingga pihak Rumah Sakit dapat memberi watan.
kan kesempatan kepada Perawat untuk stud 3. Meningkatkan akses
informasi kesehatan bagi
i lanjut
masyarakat sekitar
4) Kemudahan akses informasi kesehatan bagi 4. Melengkapi dan memberikan
masyarakat sekitar edukasi mengenai fasilitas ru
angan.

Threats : SO Strategi : WO strategi :


1) Koordinasi dengan kepala r
1) Adanya Rumah Sakit Swasta lain di sekit 1) Meningkatkan kompetensi keperawatan melalui
uangan untuk mengawasi at
ar wilayah Bandung Selatan yang memili pelatihan-pelatihan dan seminar untuk
au mengarahkan perawat. p
ki kualitas kurang lebih sama yaitu RS Sa mengembangkan mutu pelayanan keperawatan.
elaksana agar tindakan kepe
ntoso Kopo Bandung yang dapat diakses l 2) Menyebarkan brosur atau iklan yang berisi promosi
rawatan dapat dilakukan ses
ebih mudah oleh masyarakat sekitar Ban mengenai RS Immanuel dan kelebihan yang dimiliki
uai dengan SPO yang ada d
dung Selatan

52
2) Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat y dari berbagai aspek i ruangan.
ang menginginkan pelayanan keperawata 3) Mengembangkan mutu pelayanan keperawatan 2) Melakukan resosialisasi me
n yang lebih professional dengan penerapan komunikasi terapeutik dan ngenai SPO yang ada di rua
couching terhadap SAK tenaga keperawatan yang ngan.
profesional. 3) Mengoptimalkan edukasi
kepada pasien maupun
keluarga pasien untuk
memberikan kepuasan
kepada pasien dan keluarga
pasien.

53
4. Matriks IFE dan EFE
Setelah dilakukan pengelompokan hasil kajian situasi selama tiga hari mak
a dilakukan pembobotan (skoring) terhadap aspek-aspek kajian yaitu aspek
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sehingga didapatkan nilai sko
r item-item dari aspek tersebut sebagai berikut :
a. Matriks IFE

Tabel 1.15 Matriks IFE


No Data Fokus Bobot Rating Skor
Strength/Kekuatan
1 Adanya visi dan misi Rumah Sakit. 0,05 2 0,1
Adanya kebijakan Rumah Sakit Immanuel B
2 andung dalam mengadakan pelatihan-pelatih 0,06 2 0,12
an bagi perawat.
Menggunakan sistem metode asuhan kepera
3 0,10 3 0,30
watan professional modular
Ruangan Filipus dipimpin oleh seorang kepal
4 a ruangan dengan jenjang pendidikan S.Kep., 0,06 3 0,18
Ners dan pengalaman kerja 14,8 tahun.
Terdapatnya perawat dengan latar belakang p
endidikan S.Kep, Ners sebanyak 15 perawat
5 (75%) dan D3 keperawatan sebanyak 5 pera 0,04 2 0,08
wat (25%), adanya tenaga penunjang seperti t
enaga inventaris dengan lama kerja 38 tahun.
6 Jumlah tenaga perawat 20 orang 0,11 3 0,33
Ruang Filipus memiliki kapasitas 19 tempat t
idur yang diantaranya 9 tempat tidur pasien b
7 0,05 2 0,1
edah, 9 tempat tidur pasien dalam, dan 1 tem
pat tidur untuk kamar tenang.
BOR satu bulan terakhir februari 2022
8 0,06 2 0,12
sebanyak 36,39%
9 Ruang Filipus merupakan ruangan yang digu 0,06 3 0,18
nakan sebagai lahan praktik (pendidikan) bag

54
i mahasiswa.
Kondisi lingkungan Ruang Filipus merupaka
n RS Immanuel Bandung tampak tenang dan
10 0,06 3 0,18
bersih dengan pencahayaan dan ventilasi yan
g baik.
Letak nurse station berada di tengah ruangan
11 0,06 2 0,12
yang memudahkan dalam kontroling pasien
Adanya kerja sama antar rumah sakit dan uni
12 versitas/perguruan tinggi dalam pendidikan ti 0,05 2 0,1
ngkat lanjut.
Ruang Filipus memiliki sistem komputerteris
13 0,04 2 0,08
asi (avicenna)
Rumah sakit memberikan kesempatan kepada
14 perawat untuk melanjutkan jenjang pendidika 0,05 2 0,1
n.
Tingkat fleksibilatas ruangan filipus lebih
15 0,03 2 0,06
tinggi
SUB TOTAL 1 2,51
Weakness/Kelemahan
Belum optimalnya media edukasi tentang
bahaya infeksi nosokomial terhadap keluarga
1 0.2 2 0.4
yang mendampingi pasien yang tidak
melakukan cuci tangan sesuai SPO
SUB TOTAL 1 2,4
NILAI TOTAL 0,11

Interprestasi : Berdasarkan tabel 3.12 Didapatkan hasil matrik ife yait


u S + W (2,51 – 2,4 = 2,62) rumah sakit memiliki kekuatan yang dapat
menyelesaikan kelemahan dalam ruangrawat inap filipus.

55
b. Matriks EFE

Tabel 1.16 Matriks EFE


N Bobo Ratin
o Faktor t g Skor

Opportunity/Peluang

Adanya UU No.38 tahun 2014 tentang keperawatan dalam


1
melakukan pelayanan keperawatan 0,3 3 0,9

Adanya perguruan tinggi yang berada di lingkungan Ruma


h Sakit Immanel Bandung sehingga pihak Rumah Sakit dap
2
at memberikan kesempatan kepada Perawat untuk studi lanj
ut 0,3 4 1,2

Kemudahan akses informasi kesehatan bagi masyarakat sek


3
itar 0.4 4 1,6

SUB TOTAL 1 3,7

Threat/Ancaman

Adanya UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsum


1 en dan UU No.4 tahun 2009 pasal 32 tentang perlindungan 0,5 3 1,5

hak pasien
Adanya Rumah Sakit Swasta lain di sekitar wilayah Bandu
ng Selatan yang memiliki kualitas kurang lebih sama yaitu
2 0,5 3 1,5
RS Santoso Kopo Bandung yang dapat diakses lebih mudah
oleh masyarakat sekitar Bandung Selatan
Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat yang menginginkan
3
pelayanan keperawatan yang lebih professional
SUB TOTAL 1 3

NILAI TOTAL 0,7

Interprestasi :Berdasarkan tabel 3.13 Didapatkan hasil matrik EFE y

56
aitu O + T (3,7 – 3 = 6,7) , rumah sakit memiliki peluang yang dapat
mempengaruhi ruang rawat inap Filipus

5. Diagram Kartesius

Tabel Diagram Kartesius 1.17

o
2.5

2
X= 1,97
Y= 0,38
1.5

0.5

0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5

-0.5

-1

-1.5

-2

-2.5

Interprestasi : Berdasarkan tabel 3.14 Didapatkan hasil diagram yaitu kua


dran I, rumah sakit memiliki strategi kuadran I (Agressif) yang dimana situ
asi ini dapat menguntungkan ruang rawat inap Filipus

57
6. Strategi Kuadran I Agresif
Berdasarkan hasil analisa SWOT diatas didapatkan nilai IFE dan EFE
termasuk dalam kuadran 1. Kuadran 1 merupakan situasi yang sangat
menguntungkan, memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Strategi yang dapat dilakukan diantaranya :

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit


Peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit salah
satunya adalah perawat, dimana setiap tindakan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat harus sesuai dengan kompetensi yang ada
dirumah sakit tersebut. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus
bersifat professional yang dimana perawat mendapatkan pelatihan
seminar, mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
b. Memanfaatkan peluang dalam mutu pelayanan.
Peluang yang terdapat didalam ruangan tersebut harus dimanfaatkan
oleh perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, karena
melalui peluang tersebut dapat memungkinan perawat dalam mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dirumah sakit maupun diruang rawat
inap
c. Meningkatan kualitas perawat professional
Pelayan professional mengharuskan setiap perawat melakukan
tugasnya dengan professional dan tanggungjawab, sehingga kualitas
perawat dapat dipandang sebagai perawat yang berkompeten
d. Menetapkan dan melakukan pelayanan strategi yang mendukung
kebijakan dalam peluang

58
Strategi yang dilakukan dalam mendukung kebijakan untuk meraih
peluang harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
suatu rumah sakit dan yang sudah ditetapkan oleh UU.

59
7. Analysis Fishbone

Bagan Analysis Fishbone Kurangnya Media Perawat Dalam Pemberian Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien
Belum optimalnya media edukasi tentang b
ahaya infeksi nosokomial terhadap keluarg
Material
a yang mendampingi pasien dan tidak
Man Methode melakukan cuci tangan sesuai SPO

Dari 19 pasien didapatkan 10 Belum adanya pengajuan


Belum optimalnya pembaharuan leafleat
keluarga pasien mencuci tangan
pendistribusian media
tidak sesuai SPO
leaflet bagi keluarga
klien

Tersedianya Computer,
AC Lingkungan di ruangan
Pembayaran di ruangan
filipus tampak tenang,
filipus ada 4 yaitu, BPJS,
besih dan sudah sangat
Mandiri, Asuransi, Tunai.
baik.

Machine Environment

Money

60
8. Prioritas Masalah
Perumusan prioritas masalah ditentukan berdasarkan metode PAHO

Tabel 1.18 Priotitas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Ket

Belum optimalnya media


edukasi tentang bahaya infe
ksi nosokomial terhadap kel
1 uarga yang mendampingi pa 4 3 3 5 3 21
sien dan tidak melakukan I
cuci tangan sesuai SPO

BerdasarkMaka metode PAHO diatas didapatkan prioritas masalah, sebagai


berikut:

a. Kurangnya Media Perawat Dalam Pemberian Edukasi Kepada Pasien Dan Kel
uarga Pasien

Ket :

- Mmagnetude (Mg) : Kecendrungan besar dan seringnya masalah


terjadi
- Saferity (Sp) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini
- Manageability (Mn) : Berfungsi pada keperawatan sehingga dapat
diatur untuk perubahannya
- Nursing consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat
- Afforgarbility (Af) : Ketersediaan sumber daya

61
Rentang nilai yang digunakan 1-5 yaitu :

5 = Sangat penting

4 = Penting

3 = Cukup penting

2 = Kurang penting

1 = Sangat kurang penting

9. Penyelasaian masalah
a. Kurangnya Media Perawat Dalam Pemberian Edukasi Kepada Pasi
en Dan Keluarga Pasien

Tabel 1.21 Penyelesaian Masalah Kurangnya Media Perawat


Dalam Pemberian Edukasi Kepada Pasien Dan Perawat

Total N
No. Altenatif penyelesaian masalah C A R L Keterangan
ilai

Belum Optimalnya pelaksanaan


 1. pasien safety: pencegahan pasien 5 4 5  5 500 I
dengan resiko jatuh
Belum optimalnya media edukasi tenta
ng bahaya infeksi nosokomial terhadap
2. keluarga yang mendampingi pasien dan 5 4 5 4 400 II
tidak melakukan cuci tangan sesuai
SPO

Kurangnya penggunaan media leaflet


oleh perawat dalam pemberian edukasi
3. kepada keluarga dan pasien tentang 5 4 4 4 320 III
penggunaan masker dengan baik dan
benar

Seleksi seleksi penyelesaian masalah menggunakan pembobotan CAR


L,
yaitu:
C : CAPABILITY: Kemampuan mesanakan alternatif
A : ACCEEABILITY: Kemudahan menggunakan alternatif
R : READINESS: Kesiapan dalam melaksanakan alternatif

62
L : LEVERAGE: Daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah
Rentang penilaian 1-5 yaitu
5= Sangat mampu
4= Mampu
3= Cukup mampu
2= Kurang mampu
1= Tidak mampu

63
10. POA (Planning Of Action)
Table 2.22 POA (Planning Of Action)

INDIKATOR
MASALAH TUJUAN STRATEGI KEGIATAN SASARAN WAKTU PJ
KEBERHASILAN
Belum Mengoplimalkan Koordinasi Mendistribusika Perawat Selasa 11 Karu, CI,
optimalnya me pelayanan dalam dengan karu n media leaflet Oktober mahasiswa
dia edukasi ten pemberian dan CI tentang 2022/Jam
tang bahaya in informasi sehingga ruangan pentingnya cuci 08:00-
feksi nosokom pasein dan keluarga tentang tangan sesuai 08:45
ial terhadap ke
dapat memahami. penggunaan SPO kepada WIB dan
luarga yang m
endampingi pa leaflet pada keluarga yang Jam
sien dan tidak pemberian mendampingi 21:10-
melakukan edukasi pasien masuk di 21:25
cuci tangan (pendidikan ruang Filipus WIB
sesuai SPO kesehatan)
kepada pasien

64
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


NO MASALAH WAKTU TEMPAT IMPLEMENTASI EVALUASI PRESENTASE
PELAKSANAA (%)
N
1 Belum 1. Selasa 11 Rumah Sakit 1. Melakukan konsultasi 1. Perawat diruang filipus 80%
optimalnya med Oktober Immanuel materi edukasi leaflet menyetujui kontrak waktu
ia edukasi tenta 2022/Jam Bandung/Ruang dengan CI di ruang yang diberikan
ng bahaya infek 08:00-08.45 Filipus filipus 2. keluarga pasien terlihat m
si nosokomial te WIB 2. Mendistribusikan media enunjukkan minat terhada
rhadap keluarga 2. Selasa 11 leaflet tentang p kegiatan edukasi yang d
yang mendampi Oktober pentingnya cuci tangan ilaksanakan
ngi pasien dan 2022/Jam sesuai SPO kepada 3. Keluarga pasien kooperati
tidak melakukan 21.10-21-25 keluarga yang f selama kegiatan berlang
cuci tangan WIB mendampingi pasien sung dan memberikan res
sesuai SPO masuk di ruang Filipus pon bertanya yang baik
3. Melakukan edukasi cara 4. Keluarga pasien
mencuci tangan sesuai mengikuti arahan sesuai
SPO kepada keluarga yang instruksi dari
yang mendampingi perawat.
pasien
4. Mempraktekan cara
mencuci tangan sesuai
SPO kepada keluarga
pasien

65
B. Jurnal Pendukung Dari 1 Masalah Yang Telah Diimplementasikan Pada
Ruangan Filipus, Antara Lain :

1.Kurangnya penggunaan media leaflet oleh perawat dalam pemberian


edukasi kepada pasien dan keluarga pasien

Penelitian yang dilakukan oleh Enindelastri (2021), menunjukan bahwa


edukasi kesehatan melalui media leaflet efektif dalam penyampaian
informasi, sehingga dapat memberikan pemahaman dan meningkatkan
perilaku. Media leaflet juga merupakan media tertulis yang berisi
penyampaian pesan-pesan kesehatan melalui selembar kertas dan memiliki
dua atau lebih lipatan dan berisi informasi dapat dalam bentuk kalimat atau
gambar maupun keduanya. Penelitian ini mendukung kelompok untuk
melakukan implementasi mengenai sosialisasi bagi perawat diruang filipus
tentang pengoptimalan media leaflet dalam pemberian edukasi kesehatan bagi
pasien dankeluarga.
C. Hasil Interpretase
1 Kurangnya Penggunaan Media Leaflet oleh Perawat Dalam
Pemberian Edukasi Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien

120%

100% 100%
80% 80%
60% Pre 100%
Post 85%
40%

20%

0%
Pre Post

Keterangan : Hasil Presentase Pre dan Post setelah dilakukan


implementasi

66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya
untuk mengarahkan orang lain serta bertanggungjawab atas pekerjaaan orang tersebut dalam
mencapai suatu tujuan. Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik
kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadari
(unconscious needs), berbentuk materi atau non materi, kebutuhan fisik maupun rohani
(Hasibuan, 2016).
Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugas-tugas manajemennya.
Manajemen membantu agar setiap tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam
rumah sakit, diharapkan setiap tenaga kesehatan mampu melaksanakan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan yaitu memberikan asuhan keperawatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan analisa SWOT, ada 3 masalah yang diperoleh kelompok di Ruang Filipus, antara
lain :

1. Kurangnya media perawat dalam pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga pasien
yang disebabkan oleh Perawat lebih sering menggunakan metode dokumentasi hasil
pemeriksaan dan jarang menggunakan media lain yang tersedia seperti leaflet.
B. Saran
1. Bagi RS Immanuel
Saran dari kami untuk pihak RS terutama untuk kepala bidang atau direktur utama
adalah untuk lebih memperketat atau mengoptimalkan para karyawan khususnya perawat
diharapkan dalam pengoptimalan penggunaan leaflet sebagai media edukasi dan
memberikan pelatihan mengenai SDKI, SLKI dan SIKI, serta selalu mengingatkan
keluarga pasien untuk tetap taat pada protokol kesehatan terutama penggunaan dalam
penggunaan masker.

67
Berkaitan dengan simpulan dari kelompok kami, hasil kajian dan penemuan masalah
yg telah kami dapatkan selama di ruangan Filipus yang sudah di diskusikan bersama
Kepala Ruangan, CI dan Staf Ruangan, setelah adanya solusi penyelesaian dari masalah-
masalah yang ada, diharapkan Ruang Filipus dapat meningkatkan kinerja dan mutu
pelayanan RS Immanuel.
2. Bagi STIK Immanuel
Diharapakan bagi institusi pendidikan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan praktek
khususnya dalam mata ajar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, guna
meningkatkan lulusan Ners yang handal dan berkompeten serta mampu bersaing ditingkat
nasional maupun internasional.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa bisa lebih lagi memperdalam ilmu agar di kemudian hari
penulisan laporan dan mengkaji situasi ruangan lebih bisa terarah dan lebih sistematik.
Demikian laporan akhir stase manajemen di RS Immanuel selama dua minggu, harap
pihak yang bersangkutan dapat memeklumi kekurangan dalam penulisan laporan
kelompok ini.

68
DAFTAR PUSTAKA

Asriani,dkk. 2016. Pengaruh Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesion


al (MPKP)Terhadap Standar Asuhan Keperawatan Dan Kepuasan Kerja
Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Jurn
al Miral Management, Vo.1 No.2, Oktober Tahun 2016
Hasibuan, A. S., & Siburian, M. W. (2018). Sikap Petugas terhadap Pengisian R
ekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Sinar Husni Tahun 2017. Jurnal I
lmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 3(1), 363-369.
Kemenkes RI (2020). “Kemenkes Sarankan 3 Jenis Masker Untuk Dipakai. Dipu
blikasikan pada senin 21 September 2020. Diakses tanggal 3 April 2022. ht
tps://www.kemkes.go.id/article/view/20092200001/kemenkes-sarankan-3-jenis-
masker-untuk-dipakai.html
Kemenkes RI (2021). “Cara Memakai Masker Yang Benar”. Diakses tanggal 3
April 2021, https://covid19.kemkes.go.id/warta-infem/beginilah-cara-memakai-
dan-melepaskan-masker-yang-benar/
Marquis, B.L & Huston C.J. (2013). Kepemimpinan dan manajemen keper
awatan.Alih bahasa Widyawati, dkk. Jakrta: EGC
Mugianti, S (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktik Keperaw
atan. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta
Nursalam. 2013. Manajemen dan Kepemimpinan Keperawatan Profesional. Jak
arta. Salema Medika.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26. (2019). Tentang Peraturan Pelaksa
naan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Jaka
rta : Kementerian Kesehatan RI
Putri, S. I.(2020). “Studi literature:efektivitas penggunaan masker kain dalam pe
ncegahan transisi Covid-19”. Jurnal Kesehatan Manarang, 6(10).
Sudarmadji, S., & Pratama, B. A. (2021). Pengolahan Data Pasien Pada Rumah
Sakit Islam Metro. JIKI (Jurnal llmu Komputer & lnformatika), 1(2).\

69
Yuliastuti, C., Novita, N. W., & Narsih, S. (2019). Tingkat pengetahuan tb paru
mempengaruhi penggunaan masker pada penderita tb paru. Jurnal Ilmiah
Kesehatan (Journal of Health Sciences), 7(2), 122-137.
Simamora., (2019). Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC Systemcahnage, Le
adership, And Principle. Sydney: Issue Paper
Kusumaningrum, P. R. (2022). Penerapan 3S (SDKI, SLKI, SIKI) dalam Asuha
n Keperawatan di Rumah Sakit. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia, 2(2),
577-582.
Enindelastri, E., & Kusnan, A. (2021). PENGARUH EDUKASI MELALUI ME
DIA LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA S
MAN 14 BOMBANA TENTANG COVID 19. NURSING UPDATE: Jurn
al Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN: 2085-5931 e-ISSN: 2623-2871, 12
(4), 67-77.

70
LAMPIRAN

71
1. Lembar Observasi Pemberian Edukasi Menggunakan Media Leaflet

Tindakan Pemberian Ed
ukasi Menggunakan
Hari / T Jumlah Pasien Pasien Pulan
No Shift Media ( Leaflet )
anggal Perawat Baru g
Tidak Dilak
Dilakukan
ukan

2. Lembar Wawancara

LEMBAR WAWANCARA

1. Apa saja media yang digunakan dalam memberikan edukasi di ruangan ?

Jawaban :

72
2. Media apa yang sering di gunakan dalam memberikan edukasi di ruangan?

Jawaban :

3. Apakah pernah menggunakan leaflet saat melakukan edukasi (penggunaan

masker)?

Jawaban :

4. Apakah dari pihak promkes memberikan leaflet mengenai penggunaan

masker medis selain masker kain ?

Jawaban :

73

Anda mungkin juga menyukai