Anda di halaman 1dari 21

ASKEP SEHAT JIWA PADA USIA DEWASA

Dosen Pengampu : Ns. Ni Made Sumartyawati, M.Kep

OLEH:

KELOMPOK 7

Jihan Fadila (021.01.3795)

Putri Aina’ul Mardiyah (021.01.3819)

Siti Halimah (021.01.3829)

Risti Ristiana (021.01.3825)

Lusi Yusrianti (021.01.3803)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
tak lupa kita memanjatkan segala bentuk pujian hanya kepada-Nya yang telah melimpahkan
Rahmat,Hidayah dan Inayahya kepada kami,sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ASKEP SEHAT JIWA PADA USIA DEWASA
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Alam Nabi Besar
Muhammad SAW,yang telah membawa umatnya dari alam kejahatan ,menuju keislaman
yang penuh kemuliaan seperti yang kita rasakan saat ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Usia Dewasa 2
2.2 Pembagian Masa Dewasa 2
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Dewasa 7
2.4 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Dewasa 9
2.5 Fase-Fase Interaksi Dalam Askep Klien Dewasa 10
BAB III ASKEP SEHAT JIWA DEWASA 12
3.1 Pengkajian 12
3.2 Diagnosa Keperawatan 12
3.3 Perencanaan Keperawatan 12
3.4 Implementasi Keperawatan 15
3.5 Evaluasi Keperawatan 15
BAB IV PENUTUP 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya. Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang yang terus
tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta
terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan
individu di mulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya
dimulai dari bayi (0-18 bulan), masa toddler (1,5-3 tahun), masa anak-anak awal atau pra
sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-
35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun).
Perkembangan tahap dewasa adalah tahap perkembangan seorang individu mampu
terlibat dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peningkatan perkembangan dewasa
lebih meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan, mencoba untuk mandiri dan
mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja. Pada tahap ini, individu mencoba untuk
mandiri dan mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja. Interaksi yang dilakukan
mengarah pada bekerja, perkawinan, dan mempunyai keluarga yang menjadi bagian dari
masyarakat
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian usia dewasa?
2) Apa saja pembagian masa dewasa?
3) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dewasa?
4) Bagaimana tugas-tugas perkembangan masa dewasa?
5) Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia dewasa?
6) Bagaimana fase-fase interaksi dalam askep klien dewasa?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Pengertian usia dewasa
2) Untuk mengetahui pembagian masa dewasa
3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dewasa
4) Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan masa dewasa
5) Untuk mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia dewasa

4
6) Untuk fase-fase interaksi dalam askep klien dewasa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Istilah dewasa merupakan organisme yang telah matang. Tetapi lazimnya
merujuk pada manusia. Dewasa ialah orang yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi
pria atau wanita seutuhnya. Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang
panjang seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa sebelumnya, masa
dewasa ialah waktu yang paling lama dalam rentang kehidupan.
Masa dewasa ialah masa awal dan masa sulit seseorang individu dalam
menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan baru dan harapan soaial barunya. Pada masa
ini, seorang individu dituntut untuk melepaskan ketergantungan kepada orang tua dan
berusaha untuk mandiri sebagai seorang manusia dewasa.
2.2 Pembagian Masa Dewasa
a. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif
yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode
isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,
kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umur antara 21
sampai 40 tahun. Ciri-ciri masa dewasa dini yaitu:
 Masa Pengaturan (Settle Down)
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan
mana yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan per-manen. Ketika ia telah
menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai
yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
 Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan
masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan

5
berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini, organ reproduksi sangat
produktif dalam menghasilkan keturunan (anak).
 Masa Bermasalah
Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini
dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran
barunya (perkawinan vs. pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya, maka
akan menimbulkan masalah. Ada tiga faktor yang membuat masa ini begitu
rumit yaitu; pertama, individu ini kurang siap dalam menghadapi babak
baru bagi dirinya dan tidak dapat menyesuaikan dengan babak/peran baru
ini. Kedua, karena kurang persiapan, maka ia kaget dengan dua peran/lebih
yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh
bantuan dari orang tua atau siapa pun dalam menyelesaikan masalah
 Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya
tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada
masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga
khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya
yang baru sebagai orang tua. Namun ketika telah berumur 30-an, seseorang
akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
 Masa Keterasingan Sosial
Masa dewasa dini adalah masa di mana seseorang mengalami “krisis
isolasi”, ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial
dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan
teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan
dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
 Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah
komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen
baru.
 Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih
punya ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instansi yang
mengikatnya.
 Masa Perubahan Nilai

6
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini
berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai
sudah mulai dipandang dengan kacamata orang dewasa. Nilai-nilai yang
berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang
berubah nilai-nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh
kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti aturan-aturan yang telah
disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman
pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah
menjadi sosial ketika ia telah menikah.
 Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih
bertanggung jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda
(peran sebagai orang tua dan pekerja)
 Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas
untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun kreativitas tergantung pada
minat, potensi, dan kesempatan.
b. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun.
Karakteristik usia madya antara lain :
 Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Ciri pertama dari usia madya ialah masa tersebut merupakan periode yang
sangat menakutkan. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia
madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan
manusia. Oleh karena itu, orang-orang dewasa tidak akan mau mengakui
bahwa mereka telah mencapai usia ini, sampai kalender dan cermin
memaksa mereka untuk mengakui hal ini.
 Usia Madya Merupakan Masa Transisi
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-
kanak ke masa remaja kemudian dewasa. Demikian pula usia madya
merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani
dan perilaku masa dewasanya dan memasuki masa suatu periode dalam
kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.

7
Seperti yang telah diuraikan, bahwa periode ini merupakan masa di mana
pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam kesuburan.
 Usia Madya Merupakan Masa Stres
Ciri ketiga dari usia madya ialah usia masa stres. Penyesuaian secara
radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai
dengan berbagai perubahan isik, selalu cenderung merusak homeostatis isik
dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stres, suatu masa bila
sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis, dan
aspek sosial kehidupan mereka
 Usia Madya Merupakan ”Usia yang Berbahaya”
Ciri keempat bahwa umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai
usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara biasa menginterpretasi
“usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan
pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut.
Terhadap apa saja yang di sekelilingnya, kelihatannya bahwa orang yang
berusia madya berusaha mencari percontohan kegiatan dan pengalaman
baru. Periode ini dapat didramatisasi dengan lolosnya episodik kedalam
hubungan ekstramarital, atau dengan bentuk alkoholisme. Bagi beberapa
orang krisis usia madya dapat berakhir dengan kesusahan yang permanen
dan semakin permanen dan semakin pendeknya usia mereka.
 Usia Madya merupakan ”Usia Canggung”
Ciri kelima dari usia madya dikenal dengan istilah “usia serba canggung”.
Sama seperti remaja, bukan anak-anak dan bukan juga dewasa, demikian
juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tetapi bukan juga
tua. Orang yang berusia madya seolah-olah bediri di antara generasi
pemberontak yang lebih muda dan generasi warga senior. Mereka secara
terus-menerus menjadi sorotan dan menderita karena hal-hal yang tidak
menyenangkan dan memalukan yang disebabkan oleh kedua generasi
tersebut.
 Usia Madya Merupakan Masa Berprestasi
Ciri keenam merupakan masa berprestasi. Menurut Erikson, usia madya
merupakan masa krisis di mana baik “generasivitas” kecenderungan untuk
menghasilkan maupun stagnasi kecenderungan untuk tetap berhenti akan
dominan. Menurutnya selama usia madya, orang akan menjadi lebih sukses

8
atau sebaliknya mereka akan berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu
apapun lagi. Apalagi usia madya mempunyai kemauan yang kuat untuk
berhasil dan
menunggu dari masa-masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan
sebelumnya.
 Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi
Ciri ketujuh dari usia madya ialah usia ini merupakan masa evaluasi diri.
Karena usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita
mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini juga
merupakan saat mengevaluasi prestasi ini berdasarkan aspirasi mereka
semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan
teman. Acher, menyatakan: “Pada usia 20 kita akan mengikat diri pada
pekerjaan atau perkawinan. Selama akhir 30-an dan awal 40-an adalah
umum bagi pria untuk melihat Kembali keterikatan-keterikatan masa awal
ini”.
 Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Ciri kedelapan dari usia madya ialah masa ini dievaluasi dengan standar
ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Walaupun
perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan
wanita, baik di rumah, perusahaan, perindustrian, profesi, maupun
kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda dalam usia. Mekipun
standar ganda ini banyak mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan
pria dan wanita usia mady
 Usia Madya Merupakan Masa Sepi
Ciri kesembilan dari usia madya ialah masa sepi (emptynest), masa ketika
anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Kecuali dalam beberapa
kasus di mana pria dan wanita menikah lebih lambat dibandingkan dengan
usia rata-rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan
dalam karier, atau mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya
merupakan masa sepi dalam kehidupan perkawinan. Setelah bertahun-tahun
hidup dalam sebuah rumah yang berpusat pada keluarga, umumnya orang
dewasa menemukan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan rumah yang
berpusat pada pasangan suami istri. Keadaan ini terjadi karena selama
masa-masa mengasuh anak, suami dan istri selalu berkembang terpisah dan

9
mengembangkan minat masing-masing. Akhirnya mereka hanya memiliki
sedikit persamaan setelah minat mereka terhadap anak-anak berkurang dan
ketika mereka harus saling menyesuaikan diri dengan sebaik-baiknya.
 Usia Madya Merupakan Masa Jenuh
Ciri ke-10 ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan pada akhir
usia 30-an atau 40-an. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin
sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan
sedikit hiburan. Wanita, yang menghabiskan waktunya untuk memelihara
rumah dan membesarkan anak-anaknya, bertanya-tanya apa yang akan
mereka lakukan pada usia setelah 20 atau 30 tahun kemudian. Wanita, yang
tidak menikah yang mengabdikan hidupnya untuk bekerja atau karier,
menjadi bosan dengan alasan yang sama bagi pria.
c. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup ses-eorang. Masa ini
dimulai dari umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikolo-gis yang semakin menurun. Adapun ciri-
ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya sebagai berikut:
 Perubahan yang menyangkut kemampuan motoric
 Kekuatan fisik
 Perubahan dalam fungsi psikologis
 Perubahan dalam sistem saraf
 Penampilan
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Dewasa
a. Kemampuan Fisik
Secara fisik, usia, rangka tubuh, tinggi, dan lebarnya tubuh seseorang dapat
menunjukkan sifat kedewasaan pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa
digunakan sebagai ukuran kedewasaan. Akan tetapi, segi fisik saja belum dapat
menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa. Sebab
banyak orang yang telah cukup usia dan kelihatan dewasa akan tetapi ternyata dia
masih sering memperlihatkan sifat kekanak-kanakannya. Oleh sebab itu, dalam
menentukan tingkat kedewasaan seseorang dari segi fisiknya harus pula dengan
mengetahui : Apakah dia dapat menentukan sendiri setiap persoalan yang dia hadapi,
dan apakah ia telah dapat membedakan baik buruknya serta manfaat dan ruginya
sebuah permasalahan hidup. Selain itu, juga adanya kepercayaan pada diri sendiri

10
dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat naik pitan dan marah, serta tidak
menggerutu di saat menderita dan menerima cobaan dari Tuhan, sehingga nantinya ia
dapat dilihat bagaimana tingkat kedewasaan seseorang tersebut dalam mengatasi
semua persoalan hidup yang dia alami.
b. Kemampuan Mental
Dari segi mental atau rohani, kedewasaan seseorang dapat dilihat. Orang yang
telah dewasa dalam cara berpikir dan tindakannya berbeda dengan orang yang masih
kekanak-kanakan sifatnya. Dapat berpikir secara logis, pandai mempertimbangkan
segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat menilai semua pengalaman hidup
merupakan salah satu ciri-ciri kedewasaan pada diri seseorang.
Berbagai persoalan hidup ini dapat diatasi bila ada kemampuan mental dalam dirinya.
Dan kemampuan mental ini dapat diusahakan perkembangannya bila orang (calon
suami dan istri) tidak menutup diri dari kemajuan zaman. Selain itu, sering membaca
buku-buku atau surat kabar dan majalah merupakan cara yang baik untuk memupuk
perkembangan mental dalam diri seseorang. Sikap kedewasaan yang sempurna itu
jika ada keserasian antara perkembangan fisik dan mentalnya.
c. Pertumbuhan Sosial
Sifat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari pertumbuhan sosialnya.
Pertumbuhan sosial adalah suatu pemahaman tentang bagaimana dia menyayangi
pergaulan, bagaimana dia dapat memahami tentang bagaimana watak dan
kepribadian seseorang, dan bagaimana cara dia mampu membuat dirinya agar disukai
oleh orang lain dalam pergaulannya. Perasaan simpatik kepada orang lain dan bahkan
terhadap seseorang atau hal-hal yang paling tidak ia sukai sekalipun merupakan ciri
kedewasaan secara sosial. Orang yang dapat berbuat seperti itu dia pasti pandai
menguasai keadaan meskipun terhadap orang yang berlaku tidak baik terhadap
dirinya meskipun untuk hal yang paling menyakitkan dalam hatinya sekalipun.
d. Emosi
Emosi sangat erat hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kehidupan yang menyangkut sendi-sendi dalam kehidupan berumah tangga.
Emosi adalah keadaan batin manusia yang berhubungan erat dengan rasa senang,
sedih, gembira, kasih sayang, dan benci. Kedewasaan seseorang itu dapat dilihat dari
cara seseorang dalam mengendalikan emosi ini. Jika orang pandai mengendalikan
emosinya, maka berarti semua tindakan yang dilakukannya bukan hanya
mengandalkan dorongan nafsu, melainkan dia telah menggunakan akalnya juga.

11
Menyalurkan emosi dengan dikendalikan oleh akal dan pertimbangan sehat akan
dapat melahirkan sebuah tindakan yang telah dewasa, dan yang tetap akan berada
dalam peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam agama.
Emosi dapat dikendalikan jika berbahaya dari hari ke hari. Emosi ini tidak dapat
diperoleh sekonyong-konyong. Kesungguhan dan kemampuan seseorang untuk
mengendalikan emosi harus berhati-hati semenjak lama.
Orang yang telah menguasai dan mengendalikan emosinya de ngan disertai oleh
kemampuan mental yang cukup dewasa, dia pasti dapat mengendalikan dirinya
menuju kehidupan yang bahagia di karenakan selalu bersifat terbuka dalam
menghadapi berbagai ke nyataan-kenyataan hidup, tabah dalam menghadapi setiap
kesulitan dan persoalan hidup, dan dapat merasa puas dan sanggup menerima segala
sesuatunya dengan lapang dada.
e. Pertumbuhan Spiritual dan Moral
Faktor kelima yang dapat dijadikan pedoman bahwa seseorang ini sudah dewasa
ialah dengan melihat dari pertumbuhan spiritual dan moralnya. Kematangan spiritual
dan moral bagi seseorang yang mendorong dia untuk mencintai dan melayani orang
lain dengan baik. Oleh karena itu, pertumbuhan ini harus dimulai sejak awal dan
dikembangkan untuk dapat menghayati rahmat Allah Swt. Sehingga, dengan
demikian orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang pandai mensyukuri
nikmat-Nya
Seseorang yang telah berkembang pertumbuhan moral dan spiritualnya akan lebih
pandai dan lebih tenang dalam menghadapi berbagai kesulitan dan persoalan hidup
yang menimpa dirinya, sebab dengan demikian segalanya akan dipasrahkan kepada
Allah Yang Mahakuasa dengan disertai ikhtiar menurut kemampuannya sendiri.
2.4 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Dewasa
a. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)
Masa dewasa awal merupakan fase perkembangan saat seorang remaja mulai
memasuki masa dewasa yakni usia 21-40 tahun. Adapun tugas-tugas perkembangan
orang dewasa dini adalah:
 Bergabung dengan suatu aktifitas atau perkumpulan sosial
 Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara.
 Mulai bekerja atau membangun karir.
 Memiliki pasangan hidup
 Belajar hidup bersama sebagai pasangan suami istri

12
 Mengelola rumah tangga.
b. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)
Tugas perkembangan masa dewasa madya dapat dibagi menjadi 4 bagian
besar, yaitu:
 Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan penyesuaian
dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia madya
 Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan minat
Orang yang berusia madya seringkali mengasumsikan tanggung jawab
warga negara dan sosial serta mengembangkan minat pada waktu luang
yang berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa ini
 Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan
Tugas ini berkisaran pada pemantapan dan pemberian standar hidup yang
relatif mapan
 Tugas-tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan seseorang sebagai pasangan menyesuaikan diri dengan orang tua
yang lanjut usia dan membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab dan bahagia
c. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)
 Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan
kesehatan secara bertahap.
 Menyesuaikan diri dengan masa kemunduran / pensiun dan
berkurangnya pendapatan keluarga.
 Menyesuaikan diri atas kematian pasangan.
 Menjadi anggota kelompok sebaya.
 Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban-kewajiban sebagai
warga negara.
 Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan dan
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel
2.6 Fase-Fase Interaksi Dalam Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Klien Dewasa
a. Pra Interaksi

13
Dimulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat mengeksplorasikan
perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan. Tugas tambahan
pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak
pertama
b. Perkenalan atau Orientasi
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya, penerimaan,
dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan pasien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama
perawat-pasien dapat optimal. Diharapkan pasien berperan serta secara penuh dalam
kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya pasien dengan gangguan realita maka
kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontak jika kontak realitas
pasien meningkat.
c. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran,
perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien mengatasi kecemasan,
meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri, dan mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku yang maladaptif menjadi
adaptif merupakan fokus fase ini.
d. Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dalam hubungan terapeutik.
Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada dalam
tingkat yang optima
Kriteria penetapan kesiapan pasien untuk terminasi yaitu:
 Klien mengalami kelegaan dari masalah yang ada.
 Fungsi klien sudah meningkat.
 Harga diri klien meningkat dan rasa identitas diri yang kuat.
 Klien menggunakan respon koping yang lebih adaptif.
 Klien telah mencapai hasil asuhan yang telah direncanakan.
 Kendala sudah ditemukan dalam hubungan perawat-klien yang tidak dapat
diselesaikan

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA KLIEN DEWASA

3.1 Pengkajian
Perkembangan psikososial individu dewasa adalah individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya.
Masa dewasa ditandai dengan kebebasan pribadi, kestabilan keuangan, dan
interaksi sosial yang baik karena pada masa ini individu mular beranjak dewasa
dan berkeluarga. Individu dewasa akan menyadari bahwa tanggung jawab
bertambah pada masa ini. Kegagalan dalam mencapai ke mampuan tersebut dapat
menyebabkan ketergantungan, baik dalam pekerjaan maupun keuangan

3.2 Diagnosa Keperawatan


 Potensial (normal) : Potensial untuk produktif
 Risiko (Penyimpangan) : Risiko terjadi stagnasi/terhambat

3.3 Perencaan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial dewasa bertujuan:
a. Individu dewasa mampu memahami perkembangan psikososial yang
normal dan menyimpang
b. Individu dewasa mampu memahami tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
c. Individu dewasa mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikosososial yang normal.
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan :
a. Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan per-
kembangan individu dewasa yang normal dan menyimpang

15
b. Keluarga mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan
psikososial dewasa.
c. Keluarga mampu memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa.
d. Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial dewasa yang normal.

Diagnosa Intervensi
Potensial (normal) Tindakan Untuk Pasien :
: Potensial untuk 1. Diskusikan dengan individu dewasa mengenal
produktif perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang.
2. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial
yang normal.
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran
yang terjadi di keluarga.
 Menikmati kebebasan dan kemandirian, seperti
dapat mengatur kegiatannya, melakukan hal-hal
yang disenangi, membeli barang yang disukai.
 Berinteraksi dengan baik dan berbagi aktivitas
rumah tangga dengan pasangan.
 Memperluas dan memperbarui minat dan
kesenangan.
 Melakukan aktivitas sampingan (hobi) yang
diminati.
3. Motivasi dan berikan dukungan untuk melakukan
tindakan yang dapat memenuhi perkembangan psikososial
dewasa.
4. Motivasi dan dorong dalam membimbing generasi
berikutnya.
Tindakan Untuk Keluarga :
1. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan
psikososial individu dewasa yang normal dan

16
menyimpang.
2. Diskusikan dengan keluarga mengenal cara memfasilitasi
perkembangan individu dewasa yang normal.
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran
yang terjadi di keluarga.
 Menikmati kebebasan dan kemandirian.
 Berinteraksi dengan baik dan berbagi aktivitas
rumah tangga dengan pasangan.
 Memperluas dan memperbarui minat dan
kesenangan.
 Melakukan aktivitas sampingan (hobi) yang di-
minati.
3. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan
psikososial individu dewasa.
Risiko Tindakan Pada Pasien :
(Penyimpangan) :
1. Diskusikan dengan individu dewasa mengenai penyebab
Risiko terjadi
stagnasi/terhamba hambatan dalam mencapai tugas perkembangannya,
t
seperti sakit kronis/terminal, tugas perkembangan
sebelumnya tidak tercapai, perpisahan/kehilangan dalam
keluarga.
2. Diskusikan cara mengatasi hambatan tersebut.
 Mengobati penyakit fisik yang dialami.
 Memenuhi tugas perkembangan secara optimal.
 Motivasi dan dampingi individu dalam
menyelesaikan masalah.
 Motivasi/berikan dukungan pada individu untuk
melakukan tindakan yang dapat memenuhi
perkembangan psikososialnya.
Tindakan Pada Keluarga
1. Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab
hambatan dalam mencapai tugas perkembangan- nya saat
ini, seperti tidak mencapai tugas perkembangan
sebelumnya, penyakit fisik, perpecahan keluarga.

17
2. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara
menyelesaikan masalah anggota keluarga dewasa.
3. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara mengatasi
hambatan.
 Mengobati penyakit fisik yang dialami anggota
keluarga.
 Memenuhi tugas perkembangan anggota keluarga
secara optimal.
4. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara mencapai
perkembangan psikososial anggota keluarga dewasa.
 Menerima proses penuaan dan perubahan peran
yang terjadi di keluarga.
 Menikmati kebebasan dan kemandirian.
 Berinteraksi dengan baik dan berbagi aktivitas
rumah tangga dengan pasangan.
 Memperluas dan memperbarui minat dan
kesenangan.
 Melakukan aktivitas sampingan (hobi) yang
diminati.

3.4 Implementasi
1. SP 1 Dewasa :
 Menjelaskan ciri perkembangan psikososial dewasa yang normal dan
menyimpang,
 Cara mencapai perkembangan psikososial dewasa yang normal, dan
 Menjelaskan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial
dewasa yang normal
2. SP1 Keluarga :
 Membina hubungan saling percaya dengan keluarga yang mempunyai
anggota keluarga dewasa,
 Menjelaskan ciri perkembangan individu dewasa yang normal dan
menyimpan dan cara menstimulasinya

18
3.5 Evaluasi
Evaluasi formatif dilakukan pada saat proses terminasi SP berlangsung dan pada
pertemuan yang disepakati untuk melakukan evaluasi sumatif, khususnya pada fase
kerja untuk menilai kemampuan klien usia dewasa dan keluarga dengan klien usia
dewasa dalam mengetahui tugas perkembangan usia dewasa yang normal dan
menyimpang.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang
kontradiksi terhadap masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.

19
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa dewasa ialah masa awal dan masa sulit seseorang individu dalam
menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan baru dan harapan soaial barunya. Masa
dewasa adalah masa terpanjang setelah masa anak-anak dan masa remaja. Masa ini
adalah masa di mana seseorang harus melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua
dan mulai belajar mandiri karena telah mempunyai tugas dan peran yang baru. Masa
Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult) berlangsung dari umur antara 21
sampai 40 tahun. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood) berlangsung dari umur 40
sampai 60 tahun. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult) ini berlangsung dari
umur 60 sampai akhir hayatnya
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa jika tidak di optimalkan dengan baik
akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perubahan minat,
mobilitas sosial, dan penyesuaian peran seks pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi
tiap individu.
4.2 Saran
Bagi kita yang masih remaja dan akan mengalami masa dewa-sa, hendaknya kita
dapat memikirkan apa yang akan kita perbuat. Jangan sampai kelakuan di masa remaja
sekarang akan menimbulkan penyesalan di masa dewasa. Apalagi menyangkut soal cita-
cita.

20
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, Dkk. 2007. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa. Jakarta:EGC.

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, (1999). Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan , Edisi Kimia Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan. ECG.
Jakarta

Yudrik, Jahja. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.

21

Anda mungkin juga menyukai