Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Nasution
2. Warniati
3. Hendra gustiawan
4. Nuriman
5. Lili alpizamara
2023/2024
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.Latar Belakang........................................................................................1
B.Tujuan......................................................................................................2
BAB IV PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Pada Rentang Kehidupan Bayi. Toddler dan Pra Sekolah" untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosen Pengampu dan juga kepada semua pihak yang
telah mendukung penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dan
semoga makalah ini dapat menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa.
BAB I
PENDAHULU
A. Latar belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa secara umum
disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin
setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan
Jiwa; menjamin setiap orang dapat mengembangkan potensi kecerdasan; memberikan
pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK (Orang dengan Masalah
Kejiwaan) dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) berdasarkan hak asasi manusia;
memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, menjamin ketersediaan dan
keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa, meningkatkan mutu Upaya
Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi: dan memberikan
kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai
Warga Negara Indonesia. Sehingga target kesehatan jiwa adalah (1) sehat jiwa tetap sehat, (2)
risiko gangguan jiwa jadi sehat jiwa dan (3) gangguan jiwa jadi mandiri dan produktif
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan Jiwa dapat dicapai apabila seluruh konflik dalam tahap perkembangan
dapat terselesaikan dengan baik.
Berdasarkan teori perkembangan oleh para ahli, diyakini bahwa penyimpangan yang terjadi saat
dewasa dipengaruhi oleh perkembangan saat anak-anak. Masa bayi berada dalam kandungan
hingga beberapa tahun pertama lahirnya merupakan periode yang istimewa. Banyak hal istimewa
yang terjadi dalam rentang masa tersebut sehingga masa tersebut diistilahkan dengan the Golden
age, yakni suatu masa emas dalam rentang kehidupan manusia. Berbagai penelitian
mengungkapkan bahwa pertumbuhan otak berlangsung dengan kecepatan yang tinggi dan
mencapai proporsi terbesar yakni hamper seluruh dari jumlah sel otak yang normal selama janin
berada dalam kandungan seorang ibu. Kemudian berlangsung agak lambat dengan proporsi yang
lebih sampai anak berusia 24 bulan. Setelah itu praktis tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron
baru, walaupun proses pematangannya masih berlangsung sampai anak berumur
tiga tahun. Sebagian ahli ada yang mengatakan proses pematangan sel-sel neuron tersebut masih
dapat berlangsung lebih dari tiga tahun, yakni hingga anak berusia empat atau lima tahun.
Berdasarkan kajian neurologi, bahwa ketika anak dilahirkan, otak bayi tersebut mengandung
sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel selama tahun-tahun
pertama, Otak bayi tersebut berkembang sangat pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun
sambungan antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan yang trilyunan
tersebut harus diperkuat melahi berbagai rangsangan psikososial. Karena bila sambungan
tersebut tidak diperkuat dengan ransangan psikososial akan mengalami antrofi (penyusutan) dan
musnah yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian- lain
diungkapkan bahwa, sekitar 50 % kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur 4
tahun. 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak
berumur sekitar 18 tahun. Sementara itu disisi lain dalam penelitian di bidang psikologi,
fisiologi, dan gizi juga menyodorkan temuan yang memperkuat hasil riset di atas yang
menunjukkan bahwa separuh dari perkembangan kognitif anak berlangsung dalam kurun waktu
antara konsepsi dan umur 4 tahun, sekitar 30% umur 4-8 tahun dan sisanya yaitu 20%
berlangsung dalam umur 8-17 tahun. Jika dalam periode ini tidak tersedia zat gizi yang memadai,
maka kapasitas otak yang terbentuk tidak maksimum, sehingga mengakibatkan lemahnya
kecerdasan intelektual sang anak 2 Hasil riset tersebut mengisyaratkan pada kita semua bahwa
perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan
perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan sesudah masa itu
perkembangan otak anak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya mengapa masa ini disebut
dengan masa emas (golden age) karena setelah lewat masa ini, berapan kapabilitas kecerdasan
yang dicapai oleh masing-masing individu tidak akan mengalami peningkatan lagi.
Oleh karenanya, penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tahap perkembangan sehat
jiwa pada rentang kehidupan Bayi, Toddler dan Pra sekolah serta Standar Asuhan Keperawatan
yang dilaksanakan pada setiap tahapnya.
B. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
berikut:
menentukan tumbuhnya kemauan baik dan kemauan keras, anak mempelajari apakah yang
diharapkan dari dinnya, apakah kewajiban- kewajiban dan hak-haknya disertai apakah
pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Orang tua dapat mendorong atau
memaksa anak melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya. Hal ini akan menumbuhkan
rasa percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi anak berlebihan atau tidak peka
terhadap rasa malu anak di hadapan orang lain dapat menumbuhkan pribadi pemalu dan ragu-
ragu yang bersifat menetap
2. Inisiatif Vs Kesalahan.
Masa Bermain, berlangsung pada usia 3-6 tahun. Tahap ini menumbuhkan inisiatif, suatu masa
untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri
lebih maju dan lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan, jika orang tu mampu. mendorong
atau memperkuat kreativitas inisiatif dari anak. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan
kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas- tugasnya maka anak akan tumbuh sebagai pribadi
yang selalu takut salah.
3.Kerajinan VS Inferioritas.
Masa Usia Sekolah, berlangsung antara usia 6-11 tahun, pada masa ini berkembang kemampuan
berfikir deduktif, disiplin diri dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa
ingin tahu akan meningkat. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari
ketekunan dan kerajinan, perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-
angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif dan alat-alat serta perkakas-
perkakas yang dipakai untuk berkerja. Apabila lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk
sekolah dapat menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan
tetapi penuh ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior).
Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-20 tahun. Selama masa ini individu mulai
merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik,
namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini
bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat yang melekat
pada dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang
dikejarnya di masa depan kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa
dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin
menjadi apakah ia di masa yang akan datang ( masa untuk membuat rencana-rencana karier).
Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada kutup positif dan identitas
ego yang kacau pada kutub negatif.
5. Keintiman VS Isolasi.
Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun. Pada masa ini, mereka
mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman hidupnya. Menurut Erickson, masa ini
menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain, tanpa merasa
takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut Intimasi.
Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat
menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup (menutup diri).
6. Generativitas Vs Stagnasi.
Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika
individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan keturunan, produk-
produk, ide-ide, dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi-generasi
mendatang adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak
diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami kemiskinan serta stagnasi, jika
pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan kesenangan din sendiri saja.
Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai perseorangan maupun
sebagai anggota masyarakat.
7. Integritas Vs Keputusasaan.
Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses epigenetis
perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang
dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide,
dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-
kegagalan dalam hidup Sedangkan keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan
siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan
hidup dihadapkan kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti.
bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati. Masa ini
menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang ditandai sikap bijaksana,
rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya,
kepribadian yang pecah selalu menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan
menerima kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian.
Perkembangan Psikoseksual terdiri dari beberapa fase, dimana pada perkembangan setiap fase
mempunyai ciri tersendiri dan anatara satu fase dengan fase yang lain saling berhubungan. Fase-
fase tersebut adalah:
Adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi mendapat kepuasan dan kenikmatan yang
bersumber pada mulut. Rasa Ipar dan haus mendorongnya untuk mengenal hubungan social.
Pada saat haus bila tak menyusu ibunya. bayi akan masukan jari-jari tangannya ke mulut sebagai
pengganti kepuasan oral.
Pada fase ini anak berfokus pada kepuasan di daerah anus, terutama pada saat BAB. Pada fase ini
waktu yang tepat latih kedisiplinan pada anak terutama tentang toilet training.
Pada fase ini anak memperoleh kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai ada ketertarikan pada
perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki lebih dekat dan terkait pada
ibunya. Kedeketan ini disertai dengan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut odipus
kompleks Tetapi perasaan ini menimbulkan rasa kecemasan terhadap ayahnya yang dianggap
sebagai saingan. Konflik ini akan terselesaikan bila sesorang anak sudah dapat menerima,
menyukai dan mengagumi saingannya.
Fase ini merupakan masa tenang, walaupun sebenarnya terdapat kecemasan dan ketakutan yang
terjadi pada fase sebelumnya namun perasaan tersebut ditekan atau disembunyikan. Anak laki-
laki lebih suka bergaul dengan teman segendernya, demikian anak perempuan. Anak mencari
figur ideal diantara orang dewasa yang berjenis kelamin sama dengannya.
5. Fase Genetalia
Fase ini ditandai dengan maturnya alat-alat reproduksi dan kepuasan pada daerah kelamin. Rasa
cintanya terhadap anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawanan jenis.
Pengalaman masa sebelumnya menjadi bekal untuk memasuki masa dewasa.
Perkembangan kognitif merupakan suat proses genetic, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seorang,
maka makin komplekslah susunansel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek lainnya
e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya
2. Tahap pm Operasional (1.5-7 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda dan
mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional
dan intuitif
a. Tahap Preoperasional
Pada tahap ini, pada usia 2-4 tahun, anak sudah dapat menggunakan bahasa untuk
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana.
2) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
4) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan
antara deretan
b. Tahap Intuitif
Tahap ini pada umur 47 tahun, anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada
kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-
kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik
terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
4) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek
yang teratur dan cara mengelompokkannya.
5) Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan
volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun
objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
a. anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya
dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk
memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya
c. Taraf berpikimya sudah dapat dikatakan maju Anak sudah tidak memusatkan diri pada
karakteristik perseptual pasif.
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis
dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe
hipathetica-deduti dan inductha sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Tahap perkembangan moral menurut Piaget (dalam Slavin, 2011) berlangsung dalam 2 (dua)
tahap, yaitu:
Selama periode heteronom, seorang anak selalu dihadapkan terhadap orang tua atau orang
dewasa lain yang memberitahukan kepada mereka manakah hal yang salah dan manakah hal
yang benar. Pada usia ini, seorang anak akan memikirkan bahwa melanggar aturan akan selalu
dikenakan hukuman dan orang yang jahat pada akhirnya akan dihukum. Selain itu Piaget (dalam
Slavin, 2011) menegaskan bahwa anak pada usia kanak-kanak awal menilai sebuah perilaku
yang jahat adalah hal yang menghasilkan konsekuensi negatif sekalipun maksudnya adalah
sebuah kebaikan.
2. Tahap Moralitas otonom (Moralitas Kerjasama) usia 7-12 tahun anak-anak mulai tidak
menggunakan dan menaati aturan dari suara hati. Moralitas otonom disebut pula sebagai
moralitas kerja sama. Moralitas tersebut muncul ketika dunia sosial anak itu meluas hingga
meliputi makin banyak teman sebaya. Dengan terus-menerus berinteraksi dan bekerja sama
dengan anak lain, gagasan anak tersebut tentang aturan dan karena itu juga moralitas akhirnya
berubah.
BAB II
Adalah tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar
mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri (Otonom).
Menurut Ericson tahap psikosoial pada masa toddler adalah Otonomi Vs Perasan Malu dan
Keragu-raguan.
e. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang tua
g. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena pemaparan negative
h. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat malu/mempermalukan
anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang tua dapat memberikan sikap yang arif ketika
anak menjalani masa ini.
3. ASUHAN KEPERAWATAN
a. pengkajian
1) Kemandirian
d) Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah, misalnya minum sendiri, makan
sendiri, berpakaian sendiri.
3) Motorik kasar
a) Berdini dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling sedikit 2 hitungan
4) Motorik halus
b. Diagnosa Keperawatan
Tujuan
1) Untuk anak
2) Untuk keluarga
Intervensi Generalis
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada anak
(memukul, menjambak, menendang dll)
Intervensi Generalis
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada anak
(memukul, menjambak, menendang dll)
Intervensi Spesialis
2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2) Memiliki rasa persaingan misalnya ingin menjadi lebih pintar dari teman, meraih juara
pertama
3) Terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat
tidur,menyapu dll
6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar
7) Memliliki teman akrab untuk bermain
8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan pada toddler
Intervensi
6) Mengembangkan kecerdasan
Masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang menuntut perhatian
ekstra kerena masa itu merupakan masa yang cepat dan mudah dilihat serta diukur Jika
terjadi hambatan perkembangan maka akan mudah untuk dilakukan intervensi sehingga
tercapai kedewasaan yang sempurna. Masa Anak Usia Dini atau masa kakak-kanak
sering disebut dengan istilah The Golden Age, yakni masa keemasan, dimana segala
kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak akan dapat terulang untuk
kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering disebut sebagai masa penentu bagi
kehidupan selanjutnya. Pada kondisi the golden age ini juga merupakan suatu peluang
emas untuk intervensi yang dapat memacu dalam perkembangan kehidupan anak..
Apabila masa itu dilepas begitu saja dari pengawasan orang tua atau para pendidik, maka
biasanya akan merugikan anak dalam pertumbuhan selanjutnya.
Untuk memastikan setiap perkembangan anak dari bayi, Toddler hingga Pra sekolah
berjalan secara normal, diperlukan keterlibatan semua pihak, baik pengasuh maupun
orang tua. Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol
perkembangan Anak dari Bayi khususnya perkembangan psikososial karena pola
perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan anak
selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain dan dunia
luar, dan untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis
mengenai perkembangan psikososial bayi. Toddler dan anak Pra sekolah karena ini
sangat penting dan berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan
komunikasi pada saat akan melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
ocument, downloads/direct/4100897567?
extension=doc&t=1623504432&t=1623508042&user_id=370634616&hl=P
ChMdrSZEEx5ml-aTBqfoIBKUKI (Diakses Tanggal 12 Juni 2021)
13 Juni 2021)
Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Purwanto. Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Rudolp, M Abraham. Buku Ajar Pediatri Udolp Volume 1. EGC Slavin, Robert E. 2011.
Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik Bandung: Nusa Media.