Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT

JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN


PADA : TODLER
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas:
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Endang Susilawati, SKM, M.Kes

Oleh :

Kelompok 4 3B S.Tr Kep:

1. Marella Simangunsong (P07520221079)


2. Marlinda Silalahi (P07520221080)
3. Marsha Luthfi Yana Manurung (P07520221081)
4. Melva Yuniarti Manullang (P07520221082)
5. Nikita Estetika Br Tarigan (P07520221084)

POLITEKNIK KESEHAATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
kelancaran kepada kami dalam menyusun makalah ini yang berjudul “Keperawatan Jiwa”
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Endang
Susilawati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
anggota tim yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini dan berbagai sumber
yang telah kami pakai sebagai data pada makalah ini.
Penulis mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat di selesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu juga dengan makalah ini yang telah di selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. kami melakukan semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran. Penulis akan menerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai pembelajaran yang dapat memperbaiki makalah yang akan
datang. Sehingga makalah berikutnya dapat di selesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi kami maupun pembaca.

Medan, September 2023


Hormat kami,

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A. Konsep Teori ................................................................................................... 3

B. Teori Perkembangan .......................................................................................... 4

C. Model Psikoseksual ........................................................................................... 5

D. Perkembangan Kognitif Anak ............................................................................ 7

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ..................................... 12


A. Pengertian .......................................................................................................... 12

B. Pengkajian........................................................................................................ 12

C. Diagnosa ............................................................................................................ 19

D. Intervensi ........................................................................................................... 19

E. Implementasi ..................................................................................................... 21

F. Evaluasi ............................................................................................................. 21

BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 22

B. Saran ................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari kecil
menjadi besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan, yaitu dari
pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan kemampuan, seperti
berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di kemudian hari. Didalam
mempelajari proses perkembangan manusia dengan tugas-tugas perkembangannya kita
harus memahami dengan baik istilah seperti ; belajar dan kematangan. Belajar adalah
adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar kematangan dari
orang yang sedang belajar itu dan kematangan adalah kelengkapan dari pertumbuhan dan
perkembangan fungsi-fungsi badan dan mental sehingga seseorang dapat menjalankan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Perkembangan anak tidak selalu akan sesuai dengan usia
anak. Terkadang perkembangan anak dapat mengalami penyimpangan. Penyimpangan
perkembangan akan berdampak pada kelangsungan hidup anak yang pada akhirnya akan
menyebabkan gangguan sosialisasi anak. Dampak jangka panjang juga akan berpengaruh
pada kecerdasan emosi dan mental terganggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Anak usia toddler merupakan anak yang berada di rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Anak usia toddler adalah anak yang berada pada
usia 1-3 tahun (Wong, 2008). Salah satu hal yang penting untuk dipantau adalah
perkembangan anak khususnya pada anak usia toddler. Usia toddler merupakan masa
golden period/periode keemasan bagi kecerdasan anak, termasuk juga perkembangan
anak (Loeziana Uce, 2015).
Jika perkembangan kemandirian toodler tidak didukung oleh orangtua, maka rerata
anak akan memiliki kepribadian yang ragu-ragu, dan jika anak dibuat merasa buruk pada
saat kegiatan stimulasi ia melakukan kegagalan, maka anak akan menjadi pemalu dan
pendiam (Lestari & Hati, 2016). Kualitas generasi penerus bangsa tergantung dari kualitas
tumbuh kembang anak, terutama usia toodler (1-3) tahun, dimana anak menunjukkan
perkembangan otak yang sangat signifikan, keluarga harus mengupayakan agar anaknya
dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal untuk mengindari tumbuh kembang
yang abnormal, meragukan ataupun menyimpang. Penyimpangan tumbuh kembang harus

1
dideteksi (ditemukan) sejak dini, terutama sebelum berumur 3 tahun, supaya dapat segera
di intervensi (diperbaiki), bila deteksi terlambat, maka penanganan terlambat, sehingga
penyimpangan sukar untuk diperbaiki (Cecily L., Betz. Showden., 2009). Masa anak
dianggap sebagai fase yang penting karena akan menentukan kualitas kesehatan,
kesejahteraan, pembelajaran, dan perilaku dimasa yang akan dating serta masa depan
masyarakat tergantung pada anak-anak yang mampu mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (WHO, 2017). Stimulasi adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus
pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu dan pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan
dalam kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Dewi & Winarsih, 2017).
Stimulus orang tua yang dilakukan terhadap anak harus diberikan secara terus menerus
dan stimulasi membutuhkan alat sederhana sebagai obyek yang digunakan untuk
merangsang perkembangan motorik anak (Kuncoro, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori anak usia toddler?
2. Bagaimana teori perkembangan pada anak usia toddler?
3. Apa saja model perkembangan psikoseksual pada anak usia toddler?
4. Bagaimana perkembangan kognitif anak usia toddler?
5. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada anak usia toddler?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori anak usia toddler.
2. Untuk mengetahui teori perkembangan anak usia toddler.
3. Untuk mengetahui model perkembangan psikoseksual pada anak usia toddler.
4. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak usia toddler.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada anak usia toddler.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori

1. Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan

mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Kemenkes, 2014). Kesehatan

jiwa menunjukkan kemampuan individu dalam mengelola perasaan dan menghadapi

kesulitan dalam kehidupan sehari-hari (Marcelina & Nur, 2020). Kesehatan jiwa pada

seseorang berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan dengan tugas

perkembangan yang harus dicapai di setiap tahapnya.

Salah satu tahap perkembangan yang perlu mendapat perhatian dari keluarga

adalah tahap perkembangan anak usia toddler, dimana tugas perkembangan yang

harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian/otonomi sekaligus dapat

memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Bila interaksi antara anak dan orang tua

terdapat suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu

kemandirian. Namun, jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap kurang baik,

maka anak akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu (Thahir, 2018). Karena itu

sangat diperlukan peran serta orang tua dan keluarga serta lingkungan dalam upaya

mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan mencegah keterlambatan perkembangan

anak dengan memberikan stimulus optimal bagi anak dengan berbagai aktivitas yang

sesuai dengan usia dan tugas perkembangan anak (Puspitasari & Wati, 2018).

2. Pengertian toddler

Toddler adalah anak yang berusia di antara 12 (dua belas) hingga 36 (tiga
3
puluh enam) bulan. Istilah toddler ini berasal dari kata dalam bahasa Inggris "to

toddle" yang berarti berjalan dengan tidak stabil. Anak usia toddler merupakan

anak yang berada antara rentang usia 12-36 bulan (Soetjiningsih dan Gde Ranuh,

2013). Masa ini juga merupakan masa golden age/masa keemasan untuk

kecerdasan dan perkembangan anak (Loeziana Uce, 2015).

B. Teori Perkembangan

1. Pertumbuhan dan perkembangan toddler

Pertumbuhan pada tahun ke dua akan mengalami beberapa keterlambatan

pertumbuhan fisik, dimana pada tahun kedua anak akan mengalami kenaikan

berat

badan 1,5-2,5 kg dan panjang badan 6-10 cm. pertumbuhan otak juga mengalami

keterlambatan yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi

susu termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring hingga seluruhnya berjumlah

14-16 buah (Hidayat, 2005)

Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsing, 1998 & Tanuwijaya, S. 2003).

2. Perkembangan anak usia toddler

a. Perkembangan Motorik Kasar

 Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk

untuk memungut permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara mandiri,

berjalan mundur lima langkah.

4
 Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik,

anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.

 Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat bermain

dan menendang bola kecil.

b. Perkembangan Motorik Halus.

 Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus ke

dalam kotak.

 Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan,

menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk,

anak bisa menggelindingkan bola ke sasaran.

 Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas (Soetjiningsih

dan Gde Ranuh, 2013).

c. Perkembangan Bahasa

Tahapan perkembangan bahasa pada anak yaitu Reflective vocalization,

Bubbling, Lalling, Echolalia, dan True speech.

 Usia 10-16 bulan anak mampu memproduksi kata-kata sendiri, menunjuk bagian

tubuh atau mampu memahami kata-kata tunggal

 usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan kata

meningkat pesat, menucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih

 usia 24-36 bulan pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah sering

dilakukan di keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui kegiatan tanya-

jawab (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

C. Model Perkembangan Psoikoseksual

1. Perkembangan personal-sosial

5
a. Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa yang

sudah dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis, anak

mampu mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu,

memeluk orang tua, memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.

b. Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua tangan, belajar

makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki serta mampu melepas

pakaian tanpa kancing, belajar bernyanyi, menin aktifitas di rumah, anak

mampu mencari pertolongan apabila ada kesulitan atau masalah, dapat

mengeluh bila basah atau kotor, frekuensi buang air kecil dan besar sesuai,

muncul kontrol buang air kecil biasanya tidak kencing pada siang hari,

mampu mengontrol buang air besar, mulai berbagi mainan dan bekerja

bersama-sama dengan anak-anak lain, anak bisa mencium orang tua.

c. Usia 24-36 bulan anak mampu menunjukkan kemarahan jika keinginannya

terhalang, mampu makan dengan sendook dan garpu secara tepat, mampu

dengan baik minum dari cangkir, makan nasi sendiri tanpa banyak yang

tumpah, mampu melepas pakaian sendiri, sering menceritakan pengalaman

baru, mendengarkan cerita dengan gambar, mampu bermain pura-pura, mulai

membentuk hubungan sosial dan mampu bermain dengan anak-anak lain,

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan

isyarat. (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013)

2. Perkembangan seksualitas Menurut Freud:

a. Fase oral (umur 0-1 tahun)

Tahap ini anak akan selalu memasukkan segala sesuatu yang berada di

genggamannya ke dalam mulut. Peran dan tugas ibu disini adalah

6
memberikan pengertian bahwa tidak semua makanan dapat dimakan.

b. Fase anal (umur 2-3 tahun)

Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terhadap anus.

c. Fase phallic/oedipal (3-6 tahun)

Anak senang memegang genetalia, anak cenderung akan dekat dengan orang

tua yang berlawanan jenis kelamin (anak perempuan akan lebih dekat dengan

bapak) dan mempunyai rasa persaingan ketat dengan orang tua sesama jenis

(merasa tersaingi oleh bapak dalam mendapatkan kasih sayang ibu).

d. Fase Laten (6-12 tahun)

Anak mulai megeksplor dunia luar, mulai mencari teman sebaya untuk diajak

bermain.

e. Fase Genital

Pemusatan seksual pada genetalia, anak belajar menentukan identitas dirinya,

belajar untuk tidak tergantung dengan orang tua, bertanggung jawab pada

dirinya sendiri, mulai ada perasaan senang dengan lawan jenis (Ridha, 2014).

D. Perkembangan Kognitif Anak

1. Perkembangan kognitif menurut Piaget:

a. Sensori motor (0-2 tahun) Tahap ini perkembangan panca indra sangat

berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesar anak adalah menyentuh atau

memegang karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari

perbuatannya.

b. Pra-operasional (usia 2-7 tahun) Anak menjadi egosentris, sehingga terkesan

pelit karena tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak memiliki

7
kecenderungan meniru orang disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak sudah mulai

mengerti motivasi, tetapi mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis.

c. Operasional konkret (7-11 tahun) Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-

kejadian konkrit, proses berpikir menjadi lebih rasional.

d. Operasional formal (mulai umur 11 tahun) Perkembangan kemampuan nalar

abstrak dan imajinasi lebih baik, pengertian terhadap ilmu dan teori lebih

mendalam (Sulistyawati, 2015).

2. Perkembangan moral

Teori Kohlberg menyatakan perkembangan moral anak sudah harus dibentuk

pada usia toddler. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun)

anak mampu menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya

berupa hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun anak berada pada tahap orientasi

instrumental naif dimana segala tindakan ditujukan ke arah pemuasan kebutuhan

mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret.

Timbal balik atau keadilan menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul

tanganku, aku akan memukul tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai

loyalitas atau rasa terima kasih (Wong, 2008).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

menurut Sulistyawati (2015) adalah sebagai berikut:

1. Faktor genetik

Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

perkembangan anak. Instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur

yang telah dibuahi dapat ditentukan kulitas dan kuantitas perkembangan. Hal
8
yang terkandung dalam faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan

yang normal dan patologis, jenis kelamin, dan suku bangsa.

2. Faktor lingkungan

a. Faktor lingkungan prenatal

 Gizi pada ibu sewaktu hamil

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun

pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR,

cacat bawaan bahkan lahir mati. Gizi yang buruk sewaktu hamil juga

dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada

bayi baru lahir (BBL), BBL menjadi mudah terkena infeksi, dan bisa

terjadi abortus pada ibu hamil.

 Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap

zat-zat teratogen seperti obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin,

methadion, dan obat-obatan anti kanker. Ibu hamil, perokok

berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan BBLR, lahir mati,

cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil,

misalkan karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat

menyebabkan mikrosefali, serebral palsy (di Jepang dikenal dengan

penyakit Minamata).

 Endokrin

Hormon-hormon yang berperan dalam pertumbuhan janin

mungkin somatotropin, hormon plasenta, tiroid, insulin dan peptida-

peptida lain dengan aktivitas mirip insulin. Cacat bawaan sering


9
terjadi pada ibu yang mengalami diabetes dan tidak mendapat

pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu 35 tahun, defisiensi

yodium pada waktu hamil, phenyketonuria (PKU).

 Radiasi

Radiasi pada janin sebelum kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat

bawaan lainnya.

 Infeksi

Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan

adalah TORCH (Toxoplasmis, Rubella, Cytomegalovirus, Herves

Simplex). Infeksi lainnya yang juga menyebabkan penyakit pada janin

adalah varisella, cixsackie, echovirus, malaria, lues, HIV, polio,

campak, listeriosisleptospira, mikoplasma, virus influenza dan virus

hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak

janin.

 Stress

Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat

mempengaruhi tumbuh kembang janin yang dapat menyebabkan cacat

bawaan dan kelainan kejiwaan.

 Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali

pusat menyebabkan BBLR Riwayat kelahiran prematur.

b. Faktor lingkungan postnatal

Faktor lingkungan postnatal dibagi menjadi empat yaitu :


10
 Lingkungan biologis yang terdiri dari ras/suku bangsa, jenis kelamin,

umur, status gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis dan hormon.

 Faktor fisik yang terdiri dari cuaca, musim, keadaan geografis suatu

daerah, sanitasi dan radiasi.

 Faktor psikososial antara lain stimulasi, motivasi belajar, ganjaran

Atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta

dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan orang tua.

 Faktor adat dan istiadat yang meliputi pekerjaan dan pendapatan

keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah

tangga, adat-istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu dan agama.

(Cahyaningsih, 2011).

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengertian
Merupakan tahap perkembangan anak usia 18-36 bulan dimana pada usia ini anak
belajar melatih kemandiriannya untuk melakukan tindakan biasanya dicirikan anak
mengeksplor lingkungan sekitar. Jika anak tidak mampu mencapai tugas perkembangan
pada masa ini anak akan cenderung kurang percaya diri.

B. Pengkajian
1. Pengkajian Ners

1. Anak mampu mengenal dan mengakui namanya


2. Anak sering menggunakan kata "jangar/tidak/nggak"
3. Anak banyak bertanya tentang hal benda yang asing baginya (api, air, ketinggian,
warna atau benda)
4. Anak mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah, misalnya
minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri
5. Anak bertindak semaunya sendiri dan tidak mau diperintah
6. Anak mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
7. Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar keluarganya
8. Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua
9. Anak menunjukkan rasa suka dan tidak suka
10. Anak mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
11. Tampak percaya diri tampil di depan

2. Pengkajian Ners Spesialis


(1). Faktor Protektif
1.1 Biologis
 Latar belakang genetik latar belakang bawaan normal, tidak ada riwayat kembar
monozygot, tidak ada riwayat genetik gangguan jiwa dan tidak ada riwayat kelainan
kromosom 6,4,8,5,22 (seperti sindrom down, sindrom turner)
 Status Nutrisi: BB: tidak ada BBLR, gizi: baik, kecukupan gizi, keamanan makanan
12
 Kondisi kesehatan secara umum: riwayat penyakit yang diderita saat infant
 Imunisasi lengkap
 Riwayat pranatal, intranatal: baik
 F. Menerima ASI (minimal selama 6 bulan)
 Gizi ibu pada waktu hamil baik.

1.2 Psikologis
 Intelegensi/kemampuan verbal (kognitif): 18-4 bulan: menyebut nama dan menunjuk
kegiatan tubuh dengan benar, 2-3 tahun: menyatakan keinginan paling sedikit dengan
dua kata
 Moral: memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara, selalu
mencoba sesuatu yang menjadi keinginannya, egosentris, mengungkapkan keinginan
tanpa berteriak/marah, kooperatif/mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tidak
mendorong/menendang anak dibawah usianya
 Emosi: menangis saat permintaan tidak dituruti, selalui ingin tahu, banyak bertanya
 Psikososial: Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan cium, senang
 melakukan gerakan motoric
 Spiritual: senang melakukan kegiatan ibadah
 Konsep diri tahu namanya, kenal bagian tubuhnya, tahu jenis kelamin dan belajar
 mengendalikan toilet training g. Self kontrol: Menangis saat dilarang, Menolak saat
akan digandeng orang yang tidak dikenal dan berkenalan dengan orang lain sesuai
keinginannya.

1.3 Sosiokultural
 Adanya dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang di usia 18 bulan –
3 tahun
 Anak kandung/anak angkat (adopsi), anak yang diinginkan
 Latar belakang budaya dilibatkan acara adat istiadat
 Ras/suku bangsa bangsa kulit putih mempunyai petumbuhan somatik lebih tinggi
 daripada bangsa Asia
 Agama dan keyakinan : dilibatkan dalam kegiatan ibadah
 Stimulasi keluarga : diberi minum dan makan saat haus dan lapar

13
 Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi: digandeng, dipeluk dan dibuai saat
menangis
 Dilibatkan dalam kegiatan sederhana sehari-hari: meniru pekerjaan rumah tangga
 Tidak ada labeling diri negative dari keluarga anak perempuan meniru perilaku
ibunya, anak laki-laki meniru perilku bapaknya
 Keluarga menstimulasi rasa percaya diri: bermain sendiri/solitere
 Peran sosial: diterima sebagai anggota keluarga dan Masyarakat.

(2). Faktor Resiko


2.1 Nature
A. Faktor Biologi
1. Nutrisi gizi seimbang,
2. Tidak ada gangguan tidur saat ini: istirahat,tidur dan latihan berkualitas
3. Belajar keterampilan fisik / latihan :
- Usia 18-24 bulan:

Melatih anak berjalan jinjit dengan menunjukkan cara pada anak, melatih anak
melompat dengan menunjukkan cara pada anak, melatih anak berdiri dengan satu
kaki dengan menunjukkan cara, melatih anak menggambar garis lurus, lingkaran
dan segitiga serta menggambar wajah, mengajak anak bermain membuat: model
dari lili/tanah/adonan kue, memasukkan benda kelubang yang sesuai, menyusun
potongan gambar, mengikuti aturan bermain, mengikuti perintah sederhana,
melatih anak untuk menceritakan apa yang dilihat dan dikerjakannya, melatih anak
berpakaian sendiri, melatih anak berpisah dengan orangtua (ibu) untuk sementara.
- Usia 2-3 tahun :

Melatih anak bermain menumpuk dan menyusun balok, mencocokkan


gambar denganbenda sesungguhnya, memilih dan mengelompokkan benda
sesuai dengan jenisnya, melatih anak menghitung jumlah benda, melatih anak
menyebutkan namanya, melatih anak untuk mencuci tangan/kaki dan
mengeringkan sendiri, memberi kesempatan pada anak memilih baju yang akan
dipakai.
B. Faktor Psikologis
Menunjukkan rasa aman, rasa cinta dan kasih sayang, diberi kesempatan
14
bertanya. diberi kesempatan bermain dengan alat-alat bermain sederhana dan teman
sebaya, diberi kesempatan menceritakan perasaannya dengan menggunakan simbol.

C. Faktor Sosial Budaya


1) Eksternal
1. Diberi kesempatan mengenal teman sebaya
2. Keadaan rumah : struktur bangunan, ventilasi baik, kepadatan hunian layak
3. Didampingi saat beradaptasi dengan lingkungan baru
4. Mendapatkan kesempatan mengenal hal baru diluar rumah
5. Mendapat feedback positif dari lingkungan sekitar
6. Nyaman dengan lingkungan sekitar
7. Mendapatkan kesempatan mengenal hal baru diluar rumah
8. Mendapat feedback positif dari lingkungan sekitar
9. Nyaman dengan lingkungan sekitar

2) Internal/keluarga
1. Diterima dan disayangi oleh lingkungan keluarga
2. Diberi pujian akan keberhasilan
3. Dikenalkan dengan tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, baik dan buruk
dengan kalimat positif
4. Mengajak anak belajar bergaul, melambaikan tangan, memberi salam

2.2 Origin
a. Internal: inisiatif dan imajinasinya tinggi, Pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
b. Eksternal: pola asuh dan stimulasi dari keluarga baik (bio, psiko, sosio,
cultural), masyarakat menerima dan mendukung keberadaannya, ketersediaan
dana dan fasilitas memadai

2.3 Timing
Stimulasi perkembangan dilakukan sejak dalam kandungan sampai dengan
usia 3 tahun, dan stimulasi diberikan secara konsisten dan sensitif (kebutuhan anak)
2.4 Number
Jumlah stressor tidak berlebihan dan stimulasi perkembangan yang sesuai dengan
15
usia (bio,sosio,kultural)

3. Penilaian Terhadap Faktor Protektif dan Faktor Resiko


3.1 Kognitif
 1 -24 bulan menyebut nama dan menunjuk satu bagian tubuh dengan benar,belajar
berpakaian sendiri, anak melakukan gerakan berulang-ulang dengan obyek yang
baru, banyak bertanya, mencoba sesuatu yang baru.
 25-36 bulan : awal berpikir fungsi simbolik, menyatakan keinginan paling sedikit
dengan 2 kata, menyampaikan keinginan dengan bahasa yang baik, mengambil benda
dengan cara yang lain, contohnya mengambil sesuatu dengan benda yang lain.

3.2 Afektif
Menunjukkan perasaan gembira dan senang, tersenyum dan tertawa, mengenali
namanya, membedakan orang asing dari orang yang dikenal dan berespon terhadap
keduanya, mencari orang terdekat untuk dukungan dan rasa nyaman selama masa stress,
menikmati permainan yang banyak, menggunakan aktifitas motorik (melompat,
berjinjit,berjalan, berlari, naik tangga,dll), mengekplorasi bagian tubuhnya sendiri.(awal
pembetukan konsep diri), menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek,
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu, memperlihatkan rasa
cemburu bersaing, ada keinginan untuk makan sendiri, dan tumbuh kepercayaan diri untuk
memanjat tempat yang lebih tinggi (tidak takut mencoba).

3.3 Fisik
Tinggi badan bertambah sesuai usia, berat badan bertambah sesuai usia, temperatur :
36 derajat - 37 derajat celcius, nadi: 80-130 kali permenit, tekanan darah 74/46 mmHg -
110/38-72 mmHg, pernapasan: 30-50 kali permenit, penampilan umum dan fungsi tubuh
sesuai usia perkembangan.

3.4 Motorik
a. Motorik Kasar
Berdiri sendiri tanpa pegangan, berjalan, berdiri dengan satu kaki, berjalan mundur 5
langkah, menendang bola kecil, bertepuk tangan, melambai-lambai, berjalan naik anak
tangga tanpa bantuan, melempar dan melompat
16
b. Motorik Halus
Menumpuk 2-4 kubus, memasukkan kubus ke dalam kotak, memungut bola kecil
dengan ibu jari dan telunjuk, mencorat-coret kertas dengan pensil.

3.5 Bahasa
Memanggil ayah dengan sebutan "papa" dan memanggil ibu dengan sebutan "mama"
menyebutkan 3-6 kata yang mempunyai arti, bicara dengan baik menggunakan 2 kata
seperti "minta minum" dan "mau makan".

3.6 Moral Spiritual


Moral: Menggunakan tangan kanan untuk makan dan menggunakan tangan kanan atau
kedua tangannya untuk menerima atau memberi sesuatu.
Spiritual: Memperhatikan saat orang lain berdoa, sholat, atau membaca kitab suci,
tampak senang mengikuti tuntunan agana seperti berdoa sebelum makan dan membaca
kita suci.

3.7 Perilaku
 18-24 bulan: berjalan mundur sedikitnya 5 langkah, mencorat-coret dengan alat tulis
di dinding, tertarik menggaris vertikal dan atau horizontal, mulai kesulitan makan
karena anak sudah mengetahui rasa, tekstur dan jenis makanan, anak ingin/mau
makan dengan alat makannya sendiri.
 25-36 bulan: berdiri dengan satu kaki tanpa pegangan selama paling sedikit 2
hitungan, meniru membuat garis lurus, membereskan mainan sendiri dan mengambil
baju sendiri.

3.8 Sosial
Memilih mainannya sendiri, berbagi mainannya dengan teman yang lain dan
mengucapkan terimakasih ketika dipinjami mainan, mampu mengenal anggota keluarga
yang lain, dapat dimintai bantuan mengambilkan sesuatu.

4. Sumber Koping
4.1 Personal Ability:
17
Masa intrauterin baik dan tidak ada gangguan, pertumbuhan dan perkembangan
normal (schat), senang menerima stimulasi, tidak ada gangguan fungsi tubuh, percaya
diri melakukan sesuatu.
.4.2 Social Support:
Orangtua lengkap, orangtua/keluarga mempunyai komitmen dan motivasi tinggi
untuk stimulasi perkembangan, sanitasi lingkungan baik, masyarakat di sekitarnya baik
(aturan, norma, agama dan pendidikan), orangtua mengetahui cara menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia anak, penerimaan teman sebaya.
4.3 Material Assets:
Orangtua bekerja. pelayanan kesehatan tersedia, sosial ekonomi: memadai, sarana
dan prasarana tersedia sesuai dengan usia perkembangan, punya tabungan yang cukup,
mempunyai asuransi kesehatan untuk anak.
4.4 Positive Belief:
Orangtua/keluarga memahami atau menerima perilaku anak saat sedang dalam
kondisi tidak nyaman/negatif sebagai kebutuhan yang belum terpenuhi,
orangtua/keluarga melakukan reward dan punishment sesuai usia perkembangan,
orangtua/keluarga memahami perbedaan cara berkomunikasi sesuai dengan usia
perkembangan (tidak berkata kasar pada anak), orangtua /keluarga memahami kesehatan
anak akan mempengaruhi tumbang anak. keyakinan orangtua/keluarga bahwa anak
adalah anugerah dan titipan Tuhan.

5. Mekanisme Koping
5.1 Konstruktif
Anak mengenal namanya sendiri, anak bertanya segala hal yang haru/asing menurutnya,
anak melakukan kegiatan sendiri tanpa dihantu, anak sering mengatakan tidak/jangan,
anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang tua, anak mulai
belajar untuk mengikuti kegiatan agama, mengerjakan sesuatu yang sederhana dalam
beberapa hal dengan kemampuan sendiri.
5.2 Destruktif
Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan, selalu merasa takut bertindak, merasa
terpaksa bila mengerjakan sesuatu, melakukan tindakan dengan rasa ragu-ragu. selalu
mengompol dan sulit diarahkan mengikuti toilet training, meminta sesuatu dangan

18
memaksa, mudah melanggar aturan yang telah disepakati, sering merengek, mudah
menangis, selalu minta tolong untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, dan mudah
ngambek jika keinginan tidak tidak dituruti.

C. Diagnosis Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Toddler

D. Tindakan Keperawatan
 Tindakan Keperawatan Ners

1. Tindakan untuk Klien


1. Latih anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri
2. Puji keberhasilan yang dicapai anak.
3. Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi melatih anak memberikan pilihan
-pilihan dalam memuaskan keinginannya.
4. Berikan mainan sesuai usia perkembangan (boneka, mobil - mobilan, balon, bola,
kertas gambar, dan pensil warna).
5. E. Saat anak mengamuk (tempertantrum), pastikan ia aman dan awasi dari jauh.
6. f.Beri tahu tindakan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, tindakan baik
dan buruk dengan kalimat positif.
7. g. Libatkan anak dalam kegiatan keagamaan.

2. Tindakan untuk Keluarga


a. Mengkaji pemahaman keluarga tentang tahap perkembangan anak usia toddler yang
harus dicapai dan yang menyimpang, cara menstimulasi, apa yang harus dilakukan
jika ada tanda-tanda perkembangan anak yang menyimpang, tindak lanjut cara
merawat/stimulasi dan cara mencegah terjadinya perkembangan anak yang
menyimpang.
b. Diskusikan tentang tahap perkembangan anak usia toddler yang harus dicapai dan
yang menyimpang
c. Diskusikan tentang cara yang dapat digunakan untuk menstimulasi kemandirian anak
usia

19
d. Diskusikan tentang apa yang harus dilakukan jika ada tanda-tanda perkembangan
anak yang menyimpang
e. Diskusikan tentang tindak lanjut cara merawat stimulasi dengan menyusun tindakan
yang akan dilakukan dalam melatih kemandirian anak dan cara mencegah terjadinya
perkembangan anak yang menyimpang

3. Tindakan untuk Kelompok


Pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang anak usia toddler.

4. Tindakan Keperawatan untuk KKJ (Kader Keperawatan Jiwa)


Tatanan pelayanan keperawatan di komunitas memerlukan peran KKJ (Kader
Keperawatan Jiwa) dalam menggerakkan masyarakat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
maupun terapi kelompok yang diberikan oleh perawat. Upaya membantu anak toddler
mencapai tugas perkembangan di tatanan komunitas memerlukan bantuan KKJ (Kader
Keperawatan Jiwa), Rencana tindakan keperawatan untuk KKJ (Kader Keperawatan Jiwa)
dalam rangka membantu ibu dan anak toddler mencapai tugas perkembangan kemandirian
anak toddler sebagai berikut:
1. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan dan cara stimulasi
perkembangan kemandirian anak toddler.
2. Diskusikan dengan KKJ (Kader Keperawatan Jiwa) tentang ciri-ciri penyimpangan
perkembangan anak toddler dan kenalkan cara merujuk jika terdapat penyimpangan
perkembangan anak.
3. Latih KKJ (Kader Keperawatan Jiwa) melakukan deteksi dini keluarga dengan anak
usia toddler pada kelompok sehat.
4. Latih KKJ (Kader Keperawatan Jiwa) melakukan pergerakkan keluarga dengan anak
toddler untuk mengikuti kegiatan penyuluhan terapi kelompok terapeutik.
5. Latih KKJ (Kader Keperawatan Jiwa) untuk melakukan kunjungan rumah pada
keluarga dengan anak toddler yang telah mengikuti terapi kelompok terapeutik.
6. Latih KKJ (Kader Keperawatan Jiwa) untuk melakukan pemantauan perkembangan
anak toddler ketika penimbangan balita di posyandu.
7. Ciptakan iklim motivasi yang positif terhadap kinerja perawat. (Keliat. Akemat,
Daulima, & Nurhaeni, 2007).

20
E. Implementasi
Tahapan implementasi program yang ditekankan pada program promosi kesehatan melalui
pendidikan kesehatan dan penerapan kebijakkan serta peraturan terkait pengelolaan
kesehatan. Green (1991 dalam Notoatmodjo. 2012).

F. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dilakukan pada tahapan sembilan, tindakan yang dilakukan pada tahapan ini
mengukur perubahan jangka panjang berupa perubahan dalam kesehatan dan manfaat sosial
atau kualitas hidup (Green (1991) dalan Notoadmojo, 2012). Ini memakan waktu yang sangat
lama untuk mendapatkan hasil dapat bertahun-tahun sebelum perubahan nyata dalam kualitas
hidup terlihat.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Usia balita merupakan masa keemasan bagi perkembangan anak. Pada usia 1-3 tahun
inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat. Tahap-
tahap perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan anak dalam
bersosialisasi, perkembangan mental. dan aktifitas fisiknya. Perkembangan batita sejatinya
merupakan perkembangan yang sangat cepat hingga mau tidak mau, orang tua harus selalu
waspada dan selalu bersiap untuk "terkejut melihat perkembagan batita mereka.

B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan didikan anak usia toddler dengan
tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan perkembangan dan
pertumbuhannya dalam aspek fisik dan pisikis yang didampingi dengan perhatian pula pada
gangguan - gangguan yang dialami oleh anak dan cara penanggulangan serta
cara mengatasinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, D.H (2013). Hubungan antara Stimulasi Ibu dengan Perkembangan Motorik
Halus dan Kasar pada Anak Usia Toddler. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nyimas Purwati, Titi Sulastri (2017). Tinjauan Elsevier Keperawatan Anak Edisi 1,
Perkembangan Pada Anak Usia Toddler.

Karomah, Hidayatul. (2015). Karya Tulis Ilmiah: Hubungan Pengetahuan Ibu Dalam
Penerapan Toilet Training Pada Usia Toddler 12-36 Bulan Di Paud MPA Daycare Bumi
Teluk Jambe Karawan, Periode Sepetember 2015. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara.

Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah Genis
B) Jakarta: Erlangga.

Muh, Daud. Novita Siswanti, Dian & Maulidya Jalal, Novita. 2021. Buku Ajar Psikologi
Perkembangan Anak Edisi Pertama. Kencana 14,8 x 21 cm, 216 hlm. Cetakan ke-
1, Februari 2021.

Wuryaningsih. E. W. (2014). Penerapan Terapi Kelompok Terapeutik Dalam Menstimulasi


Perkembangan Anak Usia toddler. Pendekatan Model Stres Adaptasi Stuart Dan Teori
Modeling Role Modeling. Universitas Indonesia, FIK

23

Anda mungkin juga menyukai