Oleh :
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
kelancaran kepada kami dalam menyusun makalah ini yang berjudul “Keperawatan Jiwa”
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Endang
Susilawati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
anggota tim yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini dan berbagai sumber
yang telah kami pakai sebagai data pada makalah ini.
Penulis mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat di selesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu juga dengan makalah ini yang telah di selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. kami melakukan semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran. Penulis akan menerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai pembelajaran yang dapat memperbaiki makalah yang akan
datang. Sehingga makalah berikutnya dapat di selesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi kami maupun pembaca.
Tim penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
A. Konsep Teori ................................................................................................... 3
B. Pengkajian........................................................................................................ 12
C. Diagnosa ............................................................................................................ 19
D. Intervensi ........................................................................................................... 19
E. Implementasi ..................................................................................................... 21
F. Evaluasi ............................................................................................................. 21
BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................. 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari kecil
menjadi besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan, yaitu dari
pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan kemampuan, seperti
berjalan, berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di kemudian hari. Didalam
mempelajari proses perkembangan manusia dengan tugas-tugas perkembangannya kita
harus memahami dengan baik istilah seperti ; belajar dan kematangan. Belajar adalah
adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar kematangan dari
orang yang sedang belajar itu dan kematangan adalah kelengkapan dari pertumbuhan dan
perkembangan fungsi-fungsi badan dan mental sehingga seseorang dapat menjalankan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Perkembangan anak tidak selalu akan sesuai dengan usia
anak. Terkadang perkembangan anak dapat mengalami penyimpangan. Penyimpangan
perkembangan akan berdampak pada kelangsungan hidup anak yang pada akhirnya akan
menyebabkan gangguan sosialisasi anak. Dampak jangka panjang juga akan berpengaruh
pada kecerdasan emosi dan mental terganggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Anak usia toddler merupakan anak yang berada di rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Anak usia toddler adalah anak yang berada pada
usia 1-3 tahun (Wong, 2008). Salah satu hal yang penting untuk dipantau adalah
perkembangan anak khususnya pada anak usia toddler. Usia toddler merupakan masa
golden period/periode keemasan bagi kecerdasan anak, termasuk juga perkembangan
anak (Loeziana Uce, 2015).
Jika perkembangan kemandirian toodler tidak didukung oleh orangtua, maka rerata
anak akan memiliki kepribadian yang ragu-ragu, dan jika anak dibuat merasa buruk pada
saat kegiatan stimulasi ia melakukan kegagalan, maka anak akan menjadi pemalu dan
pendiam (Lestari & Hati, 2016). Kualitas generasi penerus bangsa tergantung dari kualitas
tumbuh kembang anak, terutama usia toodler (1-3) tahun, dimana anak menunjukkan
perkembangan otak yang sangat signifikan, keluarga harus mengupayakan agar anaknya
dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal untuk mengindari tumbuh kembang
yang abnormal, meragukan ataupun menyimpang. Penyimpangan tumbuh kembang harus
1
dideteksi (ditemukan) sejak dini, terutama sebelum berumur 3 tahun, supaya dapat segera
di intervensi (diperbaiki), bila deteksi terlambat, maka penanganan terlambat, sehingga
penyimpangan sukar untuk diperbaiki (Cecily L., Betz. Showden., 2009). Masa anak
dianggap sebagai fase yang penting karena akan menentukan kualitas kesehatan,
kesejahteraan, pembelajaran, dan perilaku dimasa yang akan dating serta masa depan
masyarakat tergantung pada anak-anak yang mampu mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (WHO, 2017). Stimulasi adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus
pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu dan pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan
dalam kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Dewi & Winarsih, 2017).
Stimulus orang tua yang dilakukan terhadap anak harus diberikan secara terus menerus
dan stimulasi membutuhkan alat sederhana sebagai obyek yang digunakan untuk
merangsang perkembangan motorik anak (Kuncoro, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori anak usia toddler?
2. Bagaimana teori perkembangan pada anak usia toddler?
3. Apa saja model perkembangan psikoseksual pada anak usia toddler?
4. Bagaimana perkembangan kognitif anak usia toddler?
5. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada anak usia toddler?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori anak usia toddler.
2. Untuk mengetahui teori perkembangan anak usia toddler.
3. Untuk mengetahui model perkembangan psikoseksual pada anak usia toddler.
4. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak usia toddler.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada anak usia toddler.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
kesulitan dalam kehidupan sehari-hari (Marcelina & Nur, 2020). Kesehatan jiwa pada
Salah satu tahap perkembangan yang perlu mendapat perhatian dari keluarga
adalah tahap perkembangan anak usia toddler, dimana tugas perkembangan yang
memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Bila interaksi antara anak dan orang tua
terdapat suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu
kemandirian. Namun, jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap kurang baik,
maka anak akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu (Thahir, 2018). Karena itu
sangat diperlukan peran serta orang tua dan keluarga serta lingkungan dalam upaya
anak dengan memberikan stimulus optimal bagi anak dengan berbagai aktivitas yang
sesuai dengan usia dan tugas perkembangan anak (Puspitasari & Wati, 2018).
2. Pengertian toddler
Toddler adalah anak yang berusia di antara 12 (dua belas) hingga 36 (tiga
3
puluh enam) bulan. Istilah toddler ini berasal dari kata dalam bahasa Inggris "to
toddle" yang berarti berjalan dengan tidak stabil. Anak usia toddler merupakan
anak yang berada antara rentang usia 12-36 bulan (Soetjiningsih dan Gde Ranuh,
2013). Masa ini juga merupakan masa golden age/masa keemasan untuk
B. Teori Perkembangan
pertumbuhan fisik, dimana pada tahun kedua anak akan mengalami kenaikan
berat
badan 1,5-2,5 kg dan panjang badan 6-10 cm. pertumbuhan otak juga mengalami
keterlambatan yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi
susu termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring hingga seluruhnya berjumlah
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk
4
Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik,
Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat bermain
Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan kubus ke
dalam kotak.
Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan tangan,
menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk,
Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas (Soetjiningsih
c. Perkembangan Bahasa
Usia 10-16 bulan anak mampu memproduksi kata-kata sendiri, menunjuk bagian
usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana, perbendaharaan kata
meningkat pesat, menucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih
usia 24-36 bulan pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah sering
1. Perkembangan personal-sosial
5
a. Usia 12-18 bulan anak mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa yang
sudah dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis, anak
b. Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua tangan, belajar
makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki serta mampu melepas
mengeluh bila basah atau kotor, frekuensi buang air kecil dan besar sesuai,
muncul kontrol buang air kecil biasanya tidak kencing pada siang hari,
mampu mengontrol buang air besar, mulai berbagi mainan dan bekerja
terhalang, mampu makan dengan sendook dan garpu secara tepat, mampu
dengan baik minum dari cangkir, makan nasi sendiri tanpa banyak yang
Tahap ini anak akan selalu memasukkan segala sesuatu yang berada di
6
memberikan pengertian bahwa tidak semua makanan dapat dimakan.
Anak senang memegang genetalia, anak cenderung akan dekat dengan orang
tua yang berlawanan jenis kelamin (anak perempuan akan lebih dekat dengan
bapak) dan mempunyai rasa persaingan ketat dengan orang tua sesama jenis
Anak mulai megeksplor dunia luar, mulai mencari teman sebaya untuk diajak
bermain.
e. Fase Genital
belajar untuk tidak tergantung dengan orang tua, bertanggung jawab pada
dirinya sendiri, mulai ada perasaan senang dengan lawan jenis (Ridha, 2014).
a. Sensori motor (0-2 tahun) Tahap ini perkembangan panca indra sangat
berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesar anak adalah menyentuh atau
perbuatannya.
pelit karena tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak memiliki
7
kecenderungan meniru orang disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak sudah mulai
mengerti motivasi, tetapi mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis.
c. Operasional konkret (7-11 tahun) Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-
abstrak dan imajinasi lebih baik, pengertian terhadap ilmu dan teori lebih
2. Perkembangan moral
pada usia toddler. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun)
anak mampu menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari hasilnya
berupa hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun anak berada pada tahap orientasi
mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret.
Timbal balik atau keadilan menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul
1. Faktor genetik
yang telah dibuahi dapat ditentukan kulitas dan kuantitas perkembangan. Hal
8
yang terkandung dalam faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan
2. Faktor lingkungan
cacat bawaan bahkan lahir mati. Gizi yang buruk sewaktu hamil juga
bayi baru lahir (BBL), BBL menjadi mudah terkena infeksi, dan bisa
Toksin/zat kimia
cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil,
penyakit Minamata).
Endokrin
Radiasi
bawaan lainnya.
Infeksi
janin.
Stress
Anoksia embrio
Faktor fisik yang terdiri dari cuaca, musim, keadaan geografis suatu
(Cahyaningsih, 2011).
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengertian
Merupakan tahap perkembangan anak usia 18-36 bulan dimana pada usia ini anak
belajar melatih kemandiriannya untuk melakukan tindakan biasanya dicirikan anak
mengeksplor lingkungan sekitar. Jika anak tidak mampu mencapai tugas perkembangan
pada masa ini anak akan cenderung kurang percaya diri.
B. Pengkajian
1. Pengkajian Ners
1.2 Psikologis
Intelegensi/kemampuan verbal (kognitif): 18-4 bulan: menyebut nama dan menunjuk
kegiatan tubuh dengan benar, 2-3 tahun: menyatakan keinginan paling sedikit dengan
dua kata
Moral: memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara, selalu
mencoba sesuatu yang menjadi keinginannya, egosentris, mengungkapkan keinginan
tanpa berteriak/marah, kooperatif/mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tidak
mendorong/menendang anak dibawah usianya
Emosi: menangis saat permintaan tidak dituruti, selalui ingin tahu, banyak bertanya
Psikososial: Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan cium, senang
melakukan gerakan motoric
Spiritual: senang melakukan kegiatan ibadah
Konsep diri tahu namanya, kenal bagian tubuhnya, tahu jenis kelamin dan belajar
mengendalikan toilet training g. Self kontrol: Menangis saat dilarang, Menolak saat
akan digandeng orang yang tidak dikenal dan berkenalan dengan orang lain sesuai
keinginannya.
1.3 Sosiokultural
Adanya dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang di usia 18 bulan –
3 tahun
Anak kandung/anak angkat (adopsi), anak yang diinginkan
Latar belakang budaya dilibatkan acara adat istiadat
Ras/suku bangsa bangsa kulit putih mempunyai petumbuhan somatik lebih tinggi
daripada bangsa Asia
Agama dan keyakinan : dilibatkan dalam kegiatan ibadah
Stimulasi keluarga : diberi minum dan makan saat haus dan lapar
13
Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi: digandeng, dipeluk dan dibuai saat
menangis
Dilibatkan dalam kegiatan sederhana sehari-hari: meniru pekerjaan rumah tangga
Tidak ada labeling diri negative dari keluarga anak perempuan meniru perilaku
ibunya, anak laki-laki meniru perilku bapaknya
Keluarga menstimulasi rasa percaya diri: bermain sendiri/solitere
Peran sosial: diterima sebagai anggota keluarga dan Masyarakat.
Melatih anak berjalan jinjit dengan menunjukkan cara pada anak, melatih anak
melompat dengan menunjukkan cara pada anak, melatih anak berdiri dengan satu
kaki dengan menunjukkan cara, melatih anak menggambar garis lurus, lingkaran
dan segitiga serta menggambar wajah, mengajak anak bermain membuat: model
dari lili/tanah/adonan kue, memasukkan benda kelubang yang sesuai, menyusun
potongan gambar, mengikuti aturan bermain, mengikuti perintah sederhana,
melatih anak untuk menceritakan apa yang dilihat dan dikerjakannya, melatih anak
berpakaian sendiri, melatih anak berpisah dengan orangtua (ibu) untuk sementara.
- Usia 2-3 tahun :
2) Internal/keluarga
1. Diterima dan disayangi oleh lingkungan keluarga
2. Diberi pujian akan keberhasilan
3. Dikenalkan dengan tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, baik dan buruk
dengan kalimat positif
4. Mengajak anak belajar bergaul, melambaikan tangan, memberi salam
2.2 Origin
a. Internal: inisiatif dan imajinasinya tinggi, Pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia
b. Eksternal: pola asuh dan stimulasi dari keluarga baik (bio, psiko, sosio,
cultural), masyarakat menerima dan mendukung keberadaannya, ketersediaan
dana dan fasilitas memadai
2.3 Timing
Stimulasi perkembangan dilakukan sejak dalam kandungan sampai dengan
usia 3 tahun, dan stimulasi diberikan secara konsisten dan sensitif (kebutuhan anak)
2.4 Number
Jumlah stressor tidak berlebihan dan stimulasi perkembangan yang sesuai dengan
15
usia (bio,sosio,kultural)
3.2 Afektif
Menunjukkan perasaan gembira dan senang, tersenyum dan tertawa, mengenali
namanya, membedakan orang asing dari orang yang dikenal dan berespon terhadap
keduanya, mencari orang terdekat untuk dukungan dan rasa nyaman selama masa stress,
menikmati permainan yang banyak, menggunakan aktifitas motorik (melompat,
berjinjit,berjalan, berlari, naik tangga,dll), mengekplorasi bagian tubuhnya sendiri.(awal
pembetukan konsep diri), menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek,
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu, memperlihatkan rasa
cemburu bersaing, ada keinginan untuk makan sendiri, dan tumbuh kepercayaan diri untuk
memanjat tempat yang lebih tinggi (tidak takut mencoba).
3.3 Fisik
Tinggi badan bertambah sesuai usia, berat badan bertambah sesuai usia, temperatur :
36 derajat - 37 derajat celcius, nadi: 80-130 kali permenit, tekanan darah 74/46 mmHg -
110/38-72 mmHg, pernapasan: 30-50 kali permenit, penampilan umum dan fungsi tubuh
sesuai usia perkembangan.
3.4 Motorik
a. Motorik Kasar
Berdiri sendiri tanpa pegangan, berjalan, berdiri dengan satu kaki, berjalan mundur 5
langkah, menendang bola kecil, bertepuk tangan, melambai-lambai, berjalan naik anak
tangga tanpa bantuan, melempar dan melompat
16
b. Motorik Halus
Menumpuk 2-4 kubus, memasukkan kubus ke dalam kotak, memungut bola kecil
dengan ibu jari dan telunjuk, mencorat-coret kertas dengan pensil.
3.5 Bahasa
Memanggil ayah dengan sebutan "papa" dan memanggil ibu dengan sebutan "mama"
menyebutkan 3-6 kata yang mempunyai arti, bicara dengan baik menggunakan 2 kata
seperti "minta minum" dan "mau makan".
3.7 Perilaku
18-24 bulan: berjalan mundur sedikitnya 5 langkah, mencorat-coret dengan alat tulis
di dinding, tertarik menggaris vertikal dan atau horizontal, mulai kesulitan makan
karena anak sudah mengetahui rasa, tekstur dan jenis makanan, anak ingin/mau
makan dengan alat makannya sendiri.
25-36 bulan: berdiri dengan satu kaki tanpa pegangan selama paling sedikit 2
hitungan, meniru membuat garis lurus, membereskan mainan sendiri dan mengambil
baju sendiri.
3.8 Sosial
Memilih mainannya sendiri, berbagi mainannya dengan teman yang lain dan
mengucapkan terimakasih ketika dipinjami mainan, mampu mengenal anggota keluarga
yang lain, dapat dimintai bantuan mengambilkan sesuatu.
4. Sumber Koping
4.1 Personal Ability:
17
Masa intrauterin baik dan tidak ada gangguan, pertumbuhan dan perkembangan
normal (schat), senang menerima stimulasi, tidak ada gangguan fungsi tubuh, percaya
diri melakukan sesuatu.
.4.2 Social Support:
Orangtua lengkap, orangtua/keluarga mempunyai komitmen dan motivasi tinggi
untuk stimulasi perkembangan, sanitasi lingkungan baik, masyarakat di sekitarnya baik
(aturan, norma, agama dan pendidikan), orangtua mengetahui cara menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia anak, penerimaan teman sebaya.
4.3 Material Assets:
Orangtua bekerja. pelayanan kesehatan tersedia, sosial ekonomi: memadai, sarana
dan prasarana tersedia sesuai dengan usia perkembangan, punya tabungan yang cukup,
mempunyai asuransi kesehatan untuk anak.
4.4 Positive Belief:
Orangtua/keluarga memahami atau menerima perilaku anak saat sedang dalam
kondisi tidak nyaman/negatif sebagai kebutuhan yang belum terpenuhi,
orangtua/keluarga melakukan reward dan punishment sesuai usia perkembangan,
orangtua/keluarga memahami perbedaan cara berkomunikasi sesuai dengan usia
perkembangan (tidak berkata kasar pada anak), orangtua /keluarga memahami kesehatan
anak akan mempengaruhi tumbang anak. keyakinan orangtua/keluarga bahwa anak
adalah anugerah dan titipan Tuhan.
5. Mekanisme Koping
5.1 Konstruktif
Anak mengenal namanya sendiri, anak bertanya segala hal yang haru/asing menurutnya,
anak melakukan kegiatan sendiri tanpa dihantu, anak sering mengatakan tidak/jangan,
anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang tua, anak mulai
belajar untuk mengikuti kegiatan agama, mengerjakan sesuatu yang sederhana dalam
beberapa hal dengan kemampuan sendiri.
5.2 Destruktif
Tidak berani melakukan sesuatu/kegiatan, selalu merasa takut bertindak, merasa
terpaksa bila mengerjakan sesuatu, melakukan tindakan dengan rasa ragu-ragu. selalu
mengompol dan sulit diarahkan mengikuti toilet training, meminta sesuatu dangan
18
memaksa, mudah melanggar aturan yang telah disepakati, sering merengek, mudah
menangis, selalu minta tolong untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, dan mudah
ngambek jika keinginan tidak tidak dituruti.
C. Diagnosis Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Toddler
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan Ners
19
d. Diskusikan tentang apa yang harus dilakukan jika ada tanda-tanda perkembangan
anak yang menyimpang
e. Diskusikan tentang tindak lanjut cara merawat stimulasi dengan menyusun tindakan
yang akan dilakukan dalam melatih kemandirian anak dan cara mencegah terjadinya
perkembangan anak yang menyimpang
20
E. Implementasi
Tahapan implementasi program yang ditekankan pada program promosi kesehatan melalui
pendidikan kesehatan dan penerapan kebijakkan serta peraturan terkait pengelolaan
kesehatan. Green (1991 dalam Notoatmodjo. 2012).
F. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dilakukan pada tahapan sembilan, tindakan yang dilakukan pada tahapan ini
mengukur perubahan jangka panjang berupa perubahan dalam kesehatan dan manfaat sosial
atau kualitas hidup (Green (1991) dalan Notoadmojo, 2012). Ini memakan waktu yang sangat
lama untuk mendapatkan hasil dapat bertahun-tahun sebelum perubahan nyata dalam kualitas
hidup terlihat.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia balita merupakan masa keemasan bagi perkembangan anak. Pada usia 1-3 tahun
inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat. Tahap-
tahap perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan anak dalam
bersosialisasi, perkembangan mental. dan aktifitas fisiknya. Perkembangan batita sejatinya
merupakan perkembangan yang sangat cepat hingga mau tidak mau, orang tua harus selalu
waspada dan selalu bersiap untuk "terkejut melihat perkembagan batita mereka.
B. Saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan didikan anak usia toddler dengan
tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan perkembangan dan
pertumbuhannya dalam aspek fisik dan pisikis yang didampingi dengan perhatian pula pada
gangguan - gangguan yang dialami oleh anak dan cara penanggulangan serta
cara mengatasinya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, D.H (2013). Hubungan antara Stimulasi Ibu dengan Perkembangan Motorik
Halus dan Kasar pada Anak Usia Toddler. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nyimas Purwati, Titi Sulastri (2017). Tinjauan Elsevier Keperawatan Anak Edisi 1,
Perkembangan Pada Anak Usia Toddler.
Karomah, Hidayatul. (2015). Karya Tulis Ilmiah: Hubungan Pengetahuan Ibu Dalam
Penerapan Toilet Training Pada Usia Toddler 12-36 Bulan Di Paud MPA Daycare Bumi
Teluk Jambe Karawan, Periode Sepetember 2015. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara.
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah Genis
B) Jakarta: Erlangga.
Muh, Daud. Novita Siswanti, Dian & Maulidya Jalal, Novita. 2021. Buku Ajar Psikologi
Perkembangan Anak Edisi Pertama. Kencana 14,8 x 21 cm, 216 hlm. Cetakan ke-
1, Februari 2021.
23