Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TAWURAN

Guna Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pembimbing : Hj. Wahyu Endang Setyowati,S.KM.,M.Kep

Oleh :
Riris Ristiyani
30901900190
C

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirohim
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaika makalah tentang “Nasionalisme dan
Kemerdekaan di Asia Tenggara”. Dan kami berterima kasih kepada ibu Hj. Wahyu Endang
Setyowati, S.Kep.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa 2 yang telah memberikan
tugas kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai fakta sosial di sekitar kita khususnya tentang tawuran antar pelajar.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain.
Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon dengan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.

Demak, 06 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi 3
B. Penyebab Terjadinya Tawuran 5
C. Faktor Yang Terjadi Dari Tawuran 6
D. Dampak Dari Tawuran 7
E. Upaya Mengatasi Tawuran 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian 10
B. Diagnosa Keperawatan 10
C. Intervensi dan Implementasi ______________________________________11

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ____________________________________________________12
B. Saran _________________________________________________________12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai ragam agama, adat, suku, bahasa dan budaya oleh karena itu tak heran
indonesia disebut negara yang multikulturalisme. Untuk mempertahankan negara seperti
Indonesia ini sangatlah sulit karena rentan sekali terjadinya konflik. Maka untuk
mempersatukannya perlu lah memupuk rasa persatuan antar warga, namun hal ini pun akan
berdampak buruk apabila terjadinya kubu-kubu antar warga. Simmel mengatakan bahwa
semakin kuat hubungan dalam kelompok, potensi tindak permusuhan juga makin menigkat. Hal
ini berkaitan dengan realita salah satu kenakalan remaja saat ini seperti tawuran antar pelajar.
Tawuran sering terjadi dan dilakukan oleh sekelompok remaja sudah bukan hal yang biasa,
hal ini sudah sering kita dengar bahkan tidak asing lagi bagi telinga kita. apalagi di sekolah
menengah kejuruan (SMK) atau sering disebut dengan STM. Biasanya tawuran ini dilakukan
secara turun temurun yang dilakukan antar sekolah. Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat
jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat. Tawuran ini terjadi akibat konflik antar satu
sekolah, entah karena perasaan solidaritas antar siswa dan sebagainya..
Tawuran antar pelajar ini sangatlah menganggu ketertiban dan keamanan lingkungan
sekitarnya. Saat ini tawuran tidak hanya terjadi disekolah atau lingkungan sekitarnya tetapi
tawuran saat ini melakukan aksinya dijalanan dan menggunakan alat-alat bantu ( senjata tajam).
Yang dapat menimbulkan kerugian yang serius yang dapat mengakibatkan korban yang tidak
bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tawuran?
2. Mengapa tawuran dapat terjadi?
3. Apa faktor terjadinya tawuran?
4. Apa dampak yang ditimbulkan dari tawuran tersebut?
5. Bagaimana upaya untuk mengatasi tawuran tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu tawuran
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab tawuran
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor terjadinya tawuran
4. Untuk mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan dari tawuran tersebut
5. Untuk mengetahui dan memahami upaya untuk mengatasi tawuran tersebut
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada tawuran
BAB II
PEMABAHASAN

A. Definisi
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi
banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Dan “kelompok”
adalah sekumpulan orang yang mengindetifikasi satu sama lain dan merasa bahwa mereka saling
memiliki. Suatu kelompok ketika dua atau lebih orang berinteraksi selama lebih dari beberapa
saat, saling mempengaruhi satu sama lain melalui beberapa cara, dan memikirkan diri mereka
sebagai “kita”. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal
perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

a) Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan”


mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
b) Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila
dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui
bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah geng yang
mana dari pembentukan geng inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman
sebayanya
Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan
baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah
umur 17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari:
1) Aspek perilaku yang melanggar aturan atau status,
2) Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain,
3) Perilaku yang mengakibatkan korban materi dan
4) Perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian massal yang dilakukan
oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang berbeda. Tawuran
terbagi dalam tiga bentuk:
1) Tawuran pelajar yang telah memiliki rasa permusuhan secara turun temurun,
2) Tawuran satu sekolah melawan satu perguruan yang didalamnya terdapat beberapa
jenis sekolah dan
3) Tawuran pelajar yang sifatnya insidental yang dipicu oleh situasi dan kondisi
tertentu. Tawuran juga dapat didefinisikan sebagai perkelahian massal yang adalah
perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan kepada kelompok
pelajar dari sekolah lain.
Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di
Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran adalah salah satu
kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar sering terjadi di kota-
kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para
pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian
di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar.
Dari konflik ini dapat kita analisis dengan teori konflik Ibn Khaldun, ia membaginya
menjadi tiga perspektif. Pertama, perspektif psikologis yag merupakan dasar sentimen dan ide
yang membangun hubungan sosial diantara berbagai kelompok manusia (keluarga, suku, dan
lainnya). Kedua, fenomena politik yang berhubungan dengan perjuangan memperebutkan
kekuasaan dan kedaulatan yang melahirkan imperium, dinasti, dan negara. Ketiga, fenomena
ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi baik pada tingkat individu,
keluarga, masyarakat maupun keluarga. Dengan teori ini kita dapat berpacu bahwa tawuran dapat
terjadi karena hubungan kelurga yang kurang dan lebih memilih untuk berhungan dengan teman
yang dapat membuatnya lebih nyaman sehingga timbullah rasa solidaritas pada dirinya tehadap
kelompoknya dan kemudian adanya keinginan penguasaan wilayah yang diperjuangkan dengan
melakukan kekerasan antar pelajar sekolah.

B. Penyebab Terjadinya Tawuran


Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu
permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan
pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok
kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan
Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor, beberapa contoh
di antaranya, yaitu:
1) Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di
tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
2) Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan
pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
3) Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.Untuk mengkaji lebih jauh
permasalahan tawuran antar pelajar.

Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah
atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan
menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika
ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya
adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar
pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah
lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan
pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.

C. Faktor Terjadinya Tawuran Antar Pelajar


Faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar dibagimenjadi dua, yaitu : faktor internal
dan eksternal.
1. Faktor intenal
a) Ingin menonjolkan kebenaran diri sendiri baik dihadapan temen sesekolah dan
ataupun dimata STM menjadi lawan.
b) Ingin membalaskan rasa sakit hati, kepada orang yang melecehkan
c) Tidak mau direndahkan oleh teman-teman
d) Memanfaatkan waktu untuk mencari pengalaman, baik sifat positif maupun
negatif (tawuran) karena menurutnya tidak akan tau benar jika tidak mengenal
salah.

2. Faktor ekstern
a) Bujukan teman
b) Dipicu sekolah lain
c) Seragam sekolah dipakai sekolah lain
d) Seragam sekolahnya ditempel pantat, dikaki dan sepatu
e) Sekolah lain menantang untuk ketemuan disuatu tempat
f) Diskomunikasi antar sekolah dan orang tua
g) Lewat lagu-lagu

D. Dampak Tawuran
Adapun dampak dari tawuran yang dia rasakan antara lain adalah dampak positif dan
negative :
1. Dampak positif
a) Merasa puas apabila mengalahkan lawan pada saat itu
b) Diri dan komunitas dikatakan paling kuat, paling tangguh,paling kompak ,dan
paling disegani oleh pihak lawan apabila lawan telah dikalahkan
c) Baik itu nama sendiri dan komunitas terkenal oleh pihak lawan apabila telah
mengalahan lawan tersebut.
d) Bebas bergerak dan tidak terkekang apabila lawannya telah di kalahkan
e) Tidak ada yang melecehkan lagi

2. Dampak negative
a) Kalau ketahuan dari pihak sekolah otomatis kena sanksi yang sangat berat
(contohnya di tampar,di pusap, di telanjangi dan di jemur 1 hari)
b) Di marahi masyarakat karena mungkin meresahkan masyarakat merasa di
resahkan
c) Di tangkap polisi
d) Apabila ketahuan oleh orang tua di asingkan dari keluarga dan menjadi
gelandangan
e) Dan yang paling patal bisa menyebabkan korban jiwa

E. Upaya Mengatasi Tawuran


1. Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan dan
badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah
menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang
lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler, dll
2. Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara:
A. Mengasuh anak dengan baik.
a. Penuh kasih saying
b. Penanaman disiplin yang baik
c. Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
d. Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
e. Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai
prestasi tertentu.
B. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu untuk
pulang ke rumah.
C. Meluangkan waktu untuk kebersamaan Orang tua menjadi contoh yang baik dengan
tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
D. Memperkuat kehidupan beragama Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan,
melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari.
E. Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan
kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan
usianya.
F. Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki
keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).Bahkan lebih ekstrem
biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal,
tindakan kekerasan, dsb.

3. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:


a. Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bisa
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan
berkeyakinan kepada Tuhan.
b. Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan
olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas remaja.
c. Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan
koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola
penanggulangan dan penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau
acara kesenian bersama di antara sekolah-sekolah yang secara "tradisional
bermusuhan" itu..
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn Y
Usia : 40 Tahun
Alamat : Demak
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
No cm : 00159445

2. Identitas penanggung jawab


Nama :Ny. P
Usia : 32 Tahun
Alamat : Demak
Hubungan dengan klien : Istri

B. Alasan Masuk
Pasien mengatakan di bawa ke IGD RSJ karena berkelahi dengan polisi mudah marah-
marah dimanapun, sulit tidur, mengamuk, berteriak-teriak serta mondar mandir tidak
jelas, pasien ada masalah dikantor dan merasa tertekan oleh atasannya.

C. Faktor Predisposisi
Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS pada tahun 2019 karena pasien mudah marah,
sulit tidur dan tidak terkontrol serta lupa minum obat pada tahun 2018 juga mengalami
hal yang sama. Yang telah dilakukan oleh keluarga adalah membawa pasien ke
puskesmas dan dilakukan rawat inap selama satu hari dan hasilnya pasien di rujuk ke RSJ

D. Fisik
1. TTV
a. TD : 120/90 mmHg
b. Nadi : 94x/mnt
c. Suhu : 36,2 celcius
d. RR : 22 x/mnt
2. TB dan BB
a. TB : 168 cm
b. BB : 74 kg
3. Keadaan Fisik
Pasien mengeluh pandangan matanya kurang jelas, berjalan lambat

E. Psikososial
1. Genogram
Pasien merupakan anak laki-laki satu satunya pasien dengan keluarga bersikap baik, jika
ada masalah dengan istrinya klien selalu bercerita dengan keluarganya, pola asuh klien
ada pada keluarganya.

F. Konsep Diri
1. Citra tubuh/gambaran diri
Pasien mensyukuri bagian tubuhnya tapi pasien tidak suka bagian lengan atasnya karena
ada tatto nya.
2. Identitas diri
Pasien merupakan anak tunggal, berpendidikan S1 pasien bekerja di kecamatan sebagai
PNS pasien merasa puas dengan status sosialnya dan pekerjaannya.
3. Peran
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang ayah dari dua anak, pasien bekerja sebagai
kepala bagian seksi dan dimasyarakat aktif. Pasien merasa mampu dalam melakukan
tugasnya sebagai kepala keluarga.
4. Ideal diri
Pasien mengatakan bisa sembuh dan kembali ke kehidupan seperti biasanya untuk
menjalankan peran dan tugasnya. Pasien berharap masih bisa diterima dilingkungan
rumahnya dan diterima oleh masyarakat sekitar. Pasien optimis bahwa penyakitnya bisa
disembuhkan dan bisa sembuh.
5. Harga diri
Pasien mengatakan tidak berdaya fan tidak mampu bekerja

G. Hubungan sosial
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengan dirinya adalah orang tuanya serta
keluarganya. Pasien mengatakan aktif dalam lingkungan keluarganya, pasien juga oernah
menjadi kepala paguyuban didesanya.

H. Spiritual
Pasien beragama islam pasien mengatakan sering melakukan ibadah ketika dirumah,
sesekali shalat dimasjid. Klien dirumah sakit selalu shalat 5 waktu.
I. Status mental
1. Penampilan
Pasien terlihat kurang rapi, karena kancing baju tidak dikenakan sesuai dengan benar,
celana kepanjangan dan tidak dilipat
2. Pembicaraan
Intonasi cepat dan kadang membentak
3. Aktifitas motorik
Klien Nampak labil
4. Alam perasaan
Pasien murung
5. Afek Afek pasien labil, bila ditanya dijawab dengan nada yang tinggi dank eras
6. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi klien kadang menjawab dengan nada tinggindan tidak bisa fokus
7. Persepsi
Pasien tidak ada halusinasi apapun
8. Proses piker
Pasien mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan.
9. Isi pikir
Tidak ada gangguan isi pikir
10. Tingkat kesadaran
Pasien tidak disorientasi diri waktu dan tempat
11. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan memori jangka pendek
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien tidak bisa berfikir dan berkonsentrasi ketida ditanya
13. Kemampuan penilaian
Pasien mampu mengambil keputusan sederhana seperti beberes setelah
makan.

J. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan
Pasien makan sehari 3 kali dengan lauk dan sayur, klien bisa makan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain.
2. Defeksi atau berkemih
Pasien mampu kekamar mandi secara mandiri
3. Mandi
Pasien mandi sehari 2 kali tanpa bantuan dari perawat dan bisa dilakukan sendiri
4. Berpakaian
Pasien mampu berpakaian sendiri dan mandiri, tetapi klien berpakaian tidak rapi dan
masih berantakan
5. Istirahat dan tidur
Pasien bisa tidur siang 1 sampai 2 jam sehari, dan tidur malam selama 7 jam.
6. Penggunaan obat
Pasien bisa minum obat secara mandiri tapi didampingi oleh perawat yang mengawasinya
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien dalam bantuan kesehatan dibantu oleh keluarga
8. Aktifitas diluar dan didalam rumah
Pasien mengatakan ketika didalam rumah bisa membantu istrinya sementara ketika diluar
rumah melakukan kegiatan seperti kerja.

K. Mekanisme koping
Pasien mengatakan ketika marah selalu bercerita kepada keluarganya,

L. Masalah psikologi dan lingkungan


Pasien mengatakan aktif dilingkungan rumahnya dan mengatakan ada masalah
dilingkungan kerjanya

M. Pengetahuan
Pasien mengatakan bahwa dirinya terdapat gangguan kejiwaan.

N. Aspek medik
Diagnosa medik : F20.3
Therapy medic
1. Clorilex 50 mg/24 jam
2. Trihexyphenidil 2 mg/12 jam
3. Haloperidol 1 tab/12 jam

ANALISIS DATA

No Tanggal Data Fokus Masalah


1 17/5/2020 DS : Resiko perilaku
-Pasien mengatakan kesal dan jengkel kekerasan
terhadap atasannya karena ditegur oleh
atasannyadikantornya
-Pasien mengatakan telah berkelahi
dengan polisi karena salah paham
-Pasien mengatakan dirumah sering
marah-marah karena kunci motor sering
disembunyikan istrinya
-Pasien mengatakan susah tidur

DO :
-Postur tubuh kaku tangan mengepal
-Afek labil karena mendengar suara
-Mondar mandir suara keras
-Sering mengancam dan melotot
2 17/5/2020 DS : Resiko mencederai diri,
-Pasien mengatakan tidak takut untuk orang lain dan lingkungan
berkelahi terhadap apa yang dianggapnya
benar
-Pasien terakhir kali dibawa ke RSJ
karena berkelahi dengan polisi
DO :
-Afek labil
-Terdapat bekas luka ditangan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi


1 Resiko perilaku TUM: klien dapat Setelah 2 X pertemuan klien 1. bina hubungan saling
kekerasan mengontrol perilaku menunjukan tanda tanda percaya dengan:
kekerasan percaya kepada perawat a. beri salam setiap
TUK -wajah cerah berinteraksi
1. Klien dapat membina -mau berkenalan b. perkenalkan nma
hubungan salingpercaya -ada kontak mata c. tanyakan dan panggil
-bersedia menceritakan nama kesukaan
Perasaan d. tunjukan sikap empati
e. tanyakan perasaan klien
f. buat kontrak interaksi
2. Klien dapat Setelah 2X klien yang jelas
mengidentifikasi menceritakan penyebab g. dengarkan dengan
penyebab perilaku perilaku kekerasan yang penuh perhatian ungkapan
kekerasan yang dilakukannya perasaan klien
dilakukan - menceritakan penyebab
jengkel, kesal baik dari diri
sendiri ataupun lingkungan

3. Klien dapat setelah 2 X pertemuan klien diskusikan dengan


mengidentifikasi jenis menjelaskan : klien perilaku kekerasan
perilaku kekerasan a. jenis ekspresi kemarahan yang dilakukan nya selama
yang pernah yang selama ini telah ini
dilakukannya dilakukannya a. motivasi klien
b. perasaan setelah menceritakan jenis-jenis
melakukan kekerasan tindak kekerasan yang
c. efektifitas cara yang selbama ini pernah
dipakai dalam dilakukannya
menyelesaikan masalah b. motivasi klien
menceritakan kekerasan
klien setelah tindakan
klien yang dilakukan
c. diskusikan apakan
dengan tindakan kekerasan
yang dilakukan masalah
yang dialami selesai

4. Klien dapat Setelah 2X Diskusikan dengan klien


mengidentifikasi akibat pertemuan klien akibat negative
perilaku kekerasan menjelaskan akibat (kerugian) cara yang
tindak kekerasan dilakukan pada :
yang dilakukannya a. diri sendiri
a. diri sendiri : luka, dijauhi b. orang lain atau
teman dll keluaraga
b. orang lain atau keluarga : c. lingkungan
luka, tersinggung, ketakutan
dll
c. Lingkungan : barang atau
benda rusak dll

5. Klien dapat Setelah 2X Diskusikan dengan


mengidentifikasi cara pertemuan klien : klien
konstruktif dalam a. menjelaskan cara-cara a. apakah klien mau
mengungkapkan sehat mengungkapkan mencoba cara baruu
kemarahan marah mengungkapkan dengan
sehat
b. jelaskan berbagai
alternative pilihan
untuk mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien
c. jelaskan cara sehat
untuk mengungkapkan
marah
- cara fisik : Tarik nafas
dalam, pukul bantal atau
kasur, olah raga
-verbal :
mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal
-. Sosial : latian asertif
orang lain
-spiritual :
sembahyang, doa, zikir,
dsb sesuai keyakinan
agama masing masing

D. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Resiko Perilaku a. Melakukan BHSP dengan cara S : paaien mengatakan sudah bisa
Kekerasan memperkenalkan diri, menanyakan melakukan tarik nafas dalam jika emosi
nama kesukaan dengan sikap terbuka O : pasien mampu mendemonstrasikan
b. Melakukan interaksi SP 1 RPK, relaksasi nafas dalam
mengidentifikasi penyebab tanda A : RPK
geja serta akibat dari RPK dengan P : evaluasi cara nafas dalam dan
nafas dalam dan aerobic mengajarkam mengontrol emosi dengan
c. Melibatkan klien dalam penkes Spiritual
dengan tema mencegah kekambuhan

a.Melakukan evaluasi tentang cara S : pasien mengatakan sudah berusaha


mengontrol emosi dengan tarik nafas berbicara baik dengan temannya
dalam O : pasien mampu mendemonstrasikan
b. Melakukan interaksi dengan nafas dalam dan pasien mampu
mengontrol RPK dengan cara Mendemonstrasikan berbicara yang baik
berbicara yang baik baik Postur tubuh masih kaku, tangan mengepal
c. Melibatkan klien dalam TAK suara keras dan agresif
d. Melibatkan dalam kegiatan rohani A : RPK
P : evaluasi cara berbicara yang baik dan
mengajarkan cara spiritual dan melibatkan
aerobic
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tawuran adalah perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar antar
kelompok pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada kenakalan remaja.
Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.
Tawuran ini terjadi akibat konflik antar satu sekolah, entah karena perasaan solidaritas antar
siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar merupakan gejala sosial yang serius yang dapat
mengakibatkan korban yang tidak bersalah dan dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar.
Dan tawuran antar pelajar ini terjadi turun temurun pada sekolah tersebut.

B. Saran
Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari informasi lebih banyak lagi agar
menambah pengetahuan dan wawasan tentang tawuran antar pelajar. Karena dalam tawuran
pelajar sangat tidak baik bagi generasi bangsa, lebih tepatnya merugikan diri sendiri dan orang
lain. Dampak yang terjadinya tawuran antar pelajar pun akan mengakibatkan korban jiwa dan
merusak fasilitas-fasilitas yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 1. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Jurdi syarifuddin. 2013. Sosiologi Nusantara. Jakarta : Kencana

Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika Aditama

Dalami. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Elita dkk. 2012. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Bandung: EGC

Kelliat. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai