Anda di halaman 1dari 80

KOMUNIKASI EFEKTIF

Ns. Hj. Dwi Heppy Rochmawati, M.Kep., Sp.Kep.J


A. TUJUAN

• Melakukan komunikasi scr terapeutik selama


memberikan askep kepada individu
• Melakukan komunikasi scr terapeutik selama
memberikan askep kepada keluarga
• Melakukan komunikasi scr terapeutik selama
memberikan askep kepada kelompok
• Melakukan komunikasi scr terapeutik kpd masy.
• Melakukan komunikasi pada anggota tim kes.
yang lain
B. PENGERTIAN

• KOMUNIKASI:
♥ komponen dasar dr hub. antar manusia,
meliputi pertukaran informasi, perasaan,
pikiran & perilaku antara 2 org/lebih.
♥ mempunyai 2 tujuan:
- pertukaran informasi
- mempengaruhi orang lain
C. SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI

• GERAKAN TUBUH
• JARAK
• SENTUHAN
• DIAM
• VOLUME DAN NADA SUARA
D. PENERAPAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK

Tahapan komunikasi terapeutik:


1. Tahap pra interaksi
2. Tahap perkenalan/orientasi
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi
1. Penerapan Komunikasi Terapeutik
Pada Individu

A. Tahap pra interaksi


Perawat perlu:
- mengevaluasi diri
- menetapkan perkembangan interaksi
dengan pasien
- mempersiapkan rencana interaksi
B. Tahap perkenalan
Merupakan kegiatan yang perawat
lakukan saat pertama kali bertemu dengan
pasien.
Perawat perlu:
- Memberi salam
- Menyepakati pertemuan/kontrak
- Melengkapi kontrak
- Menyepakati masalah pasien
C. Tahap orientasi
☺Dilaksanakan pada awal pertemuan
kedua dan seterusnya.
☺Tujuan tahap orientasi:
- mengevaluasi kondisi pesien
- memvalidasi rencana yang telah
ditetapkan
- mengevaluasi hasil tindakan yg lalu
Lanj. Tahap orientasi

Perawat perlu:
- memberi salam
- memvalidasi dan mengevaluasi keadaan
pasien
- Mengingatkan kontrak
D. Tahap Kerja
☺merupakan inti hubungan perawat-
pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
E. Tahap Terminasi
☺ merupakan akhir dari setiap pertemuan
perawat dan pasien.
☺ Terbagi menjadi 2:
- Terminasi sementara: akhir dari tiap
pertemuan perawat & pasien
- Terminasi akhir: terjadi jika pasien &
keluarganya telah mampu menyelesaikan
masalahnya.
♥ Terminasi sementara:
1. Evaluasi
2. Tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
♥ Terminasi akhir:
1. Evaluasi
2. Tindak lanjut
3. Eksplorasi perasaan
2. Penerapan Komunikasi Pada Keluarga

• Interaksi dengan keluarga dilakukan secara


bertahap:
a. Permulaan hubungan perawat-keluarga
 mulai dengan perkenalan, membina
hubungan saling percaya,
pengkajian pengalaman keluarga
dalam merawat pasien
b. Pendidikan kesehatan tentang
keterampilan keluarga merawat pasien
 pertemuan dengan metode ceramah,
tanya jawab, simulasi tentang cara
merawat anggota keluarga yang sakit
c. Penerapan cara merawat pasien
 pertemuan dengan metode
demonstrasi dan redemonstrasi
tentang cara merawat pasien dirumah
d. Peran klg merawat pasien dirumah-
masyarakat (follow-up care)
 Jika pasien dan klg telah mampu
merawat secara mandiri buat jadwal
kunjungan rumah secara periodik, misalnya
setiap bulan untuk mengeevalausi kondisi
dan kemampuan pasien dan klg
3. Penerapan Komunikasi
Terapeutik pada kelompok
Tujuan:
• Membantu anggota kelompok berinteraksi
dgn orang lain
• Membantu anggota kelompok merubah
perilaku
4. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada
Masyarakat

• Interaksi dgn kelompok besar ( > 12


orang)
• Tujuan: memberikan penkes pada
sekelompok besar orang ttg topik
kesehatan dgn tujuan untuk
mempengaruhi masyarakat tsb dan
mereka dapat mengadopsi perilaku sehat
• Metode:
a. Brainstorming/curah pendapat
 Beri kebebasan mengungkapkan
ide dan mendiskusikan dlm klp besar
kelompok besar
 Beri kesempatan pd anggota untuk
mengidentifikasi isu dan mencari solusi
b. Program Komunitas
 Pendekatan individu/kelompok program,
dilakukan melalui perencanaan sistematis
c. Demonstrasi
 Dilakukan dlm komunikasi massa
 Membantu peserta megerti scr visual
karena peserta melihat dan mencoba scr
langsung
d. Ceramah
 Digunakan saat presentasi verbal (tatap
muka)
 Pembicara harus berpengalaman, nyaman,
punya kemampuan berbicara, memberikan
penekanan pd point yg penting
 Kombinasi dgn media
 Batasi umpan balik peserta karena wktu
yg terbatas

e. Role Play (bermain peran)


 Efektif dlm mempengaruhi sokap dan opini
masy.
 Dpt mengembangkan kemampuan peserta
dlm menyelesaikan masalah dan berpikir
kritis
 Optimalkan partisipasi setiap anggota
 Kombinasikan dgn metode ceramah &
diskusi
Media yang digunakan pd komunikasi
massa:
a. Media cetak
Booklet: pesan kesehatan berbentuk buku, baik
tulisan/gambar
Leaflet: pesan melalui lembaran dilipat
Flyer (selebaran) spt leaflet tapi tdk dilipat
Flip chart (lembar balik)
Rubrik (tulisan pd surat kabar)
Poster ditempel di tembok/tempat umum
Foto yg mengungkap info kesehatan
b. Media elektronik
• Televisi: sandiwara, sinetron, diskusi, ceramah,
kuis, cerdas cermas, dsb
• Radio: tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio
spot, dsb

c. Media papan (Bill Board)


• Menempelkan informasi kesehatan jiwa yg
dibaca semua orang
5. Penerapan komunikasi pada tim
Kesehatan

• Perlu kemampuan untuk menyampaikan


kondisi pasien kpd anggota tim kesehatan
lain, spt dokter, perawat di komunitas
(CHN), dan pekerja sosial.
SIKAP PERAWAT
DALAM KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
• Dalam asuhan keperawatan disadari dan
diakui bahwa asuhan akan lebih efektif jika
diberikan dalam hubungan perawat klien
yang positif. Komunikasi yang therapeutic
merupakan media dalam mengembangkan
hubungan perawat-klien dan kualitas
komunikasi mempengaruhi kualitas
hubungan serta efektifitas dari asuhan
keperawatan . ( Cormier, Cormier and
Weisser, 1984, hal.2 )
• Keadaan stress dan cemas yang dialami
klien sering tidak berhubungan dengan
fasilitas fisik rumah sakit, khususnya
perawat. Beberapa situasi yang
menyebabkan stress dan cemas yang
tinggi adalah : tidak diberitahu keadaan
penyakit, pertanyaan yang disepelekan,
tidak mengetahui alasan dan hasil
prosedur atau pengobatan, suasana yang
serba sibuk dan tergesa-gesa. Situasi
tersebut dapat diatasi dengan
meningkatkan komunikasi antar perawat
klien.
• Perawat perlu menyadari diri sendiri
termasuk sikap dan caranya
berkomunikasi sebelum menggunakan
dirinya secara therapeutic untyuk
membantu dan kerja sama dengan klien
dalam memecahkan dan mengatasi
masalah kesehatan klien.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek
keperawatan ( Stuart and Sundeen, 1987, hal.
111 ) karena :
• Kemungkinan ada cara untuk membina
hubungan yang terapeutik, dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran.
• Maksud komunikasi adalah mempengaruhi
perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan
intervensi perawatan tergantung pada
komunikasi karena proses keperawatan
ditujukan untuk merubah perilaku dalam
mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
• Elemen yang harus ada pada proses
komunikasi adalah pengirim pesan,
penerima pesan, pesan media dan umpan
balik. Semua perilaku individu ( pengirim
dan penerima ) adalah komunikasi dan
komunikasi akan memberi efek pada
perilaku. Pesan yang disampaikan dapat
verbal maupun nonverbal.
Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji
pesan secara non verbal antara lain :
1. Vokal : Nada, kualitas, keras atau lembut,
kecepatan yang semuanya
menggambarkan suasana hati
2. Gerakan : Reflek, posture, ekspresi muka.
Gerakan yang berulang atau gerakan-
gerakan yang lain. Khusus gerakan dan
ekspresi maka dapat diartikan sebagai suasana
hati.
3. Jarak/space : Jarak dalam
berkomunikasi dengan orang lain
menggambarkan kesinambungan.
4. Sentuhan : Dikatakan sangat
penting, namun perlu pertimbangan
aspek budaya dan kebiasaan.
• Perawat dapat menampilkan komunikasi
non-verbal yang efektif yaitu bertatap
muka, kontak mata, sedikit membungkuk
kea rah klien, lingkungan yang nyaman.
• Perawat harus trampil menganalisa sesuai
pesan yang disampaikan klien baik verbal
maupun non-verbal. Untuk itu perawat
perlu mendengar secara aktif,
menganalisa pernyataan koien,
menyimpulkan arti pesan dan memberi
umpan balik.
• Dalam menanggapi pesan yang disampaikan
klien, perawat dapat menggunakan berbagai
teknik komunikasi terapeutik sbb : ( Stuart and
Sundeen,1987.hal124 )
1. Mendengar / Listening
• Merupakan dasar utama dalam komunikasi.
Dengan mendengar perawat dapat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak
pada klien untuk bicara.
• Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2. Pertanyaan terbuka / broad opening
• Memberi kesempatan pada klien untuk
memilih, misalnya; apakah yang sedang
saudara pikirkan ? / apa yang akan kita
bicarakan hari ini ?
• Beri dorongan dengan cara mendengar
atau mengatakan, saya mengerti atau
ooo.
3. Mengulang / restarting
• Mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan klien dan
memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien.
• Contoh : K : saya tidak dapat tidur,
sepanjang malam saya terjaga
P : saudara mengalami kesulitan untuk
tidur ?
4. Klarifikasi
• Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas,
tidak mendengar atau klien malu, tidak
lengkap, loncat mengemukakan
informasi, Misalnya : dapatkah anda
jelaskan kembali tentang…..
gunanya untuk kejelasan dan kesamaan
ide, perasaan dan persepsi perawat dan
klien.
5. Refleksi
– Refleksi isi, memvalidasi apa yang
didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian
perawat.
– Refleksi perasaan, memberi respon
pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui
dan menerima perasaannya.
Gunanya untuk :
1). Mengetahui dan menerima
perasaannya.
2). Mengoreksi.
3). Memberi keterangan lebih jelas.

Ruginya ialah :
1). Mengulang terlalu sering dan sama
2). Dapat menimbulkan marah, iritasi dan
frustasi.
6. Memfokuskan
• Membantu klien bicara pada topic yang
telah dipilih dan yang penting, menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu
lebih spesifik, lebih jelas, berfokus pada
realitas. Contoh : Klien : Wanita sering jadi
bulan-bulanan.
• Perawat : Coba seritakan bagaimana
perasaan anda sebagai seorang wanita.
7. Membagi Persepsi

• Meminta pendapat klien tentang hal yang


perawat rasakan dan pikirkan.. dengan
• Cara ini perawat dapat meminta umpan
balik dan memberi informasi. Contoh :
• Anda tertawa, tetapi saya rasa anda
marah pada saya.
8. Identifikasi Thema
• Latar belakang masalah yang dialami
klien yang muncul selama percakapan.
Gunanya untuk meningkatkan pengertian
dan mengeksplorasi masalah yang
penting. Misalnya : Saya lihat dari semua
keterangan yang anda jelaskan, anda
telah disakiti. Apakah ini latar belakang
masalahnya ?
9. Diam / silence

• Cara yang sukar, biasanya dilakukan


setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya memberi kesempatan berpikir
dan memotivasi untuk bicara. Pada klien
menarik diri, teknik diam berarti perawat
menerima klien.
10. Menunjukan penerimaan
Menerima belum tentu setuju
Menerima bersedia mendengarkan orang
lain tanpa ragu
Sikap: mendengar tanpa memutuskan pembicaraan,
hindari perbedaan, ekspresi keraguan.
11. Menyatakan hasil observasi
Perawat harus memberikan umpanbalik pd klien
dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga
dpt diketahui pesannya diterima dengan baik atau
tidak.
Contoh: “Anda tampak tegang” atau
“Anda tampak tidak tenang apabila anda…..”
12. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi
merupakan tindakan penyuluhan kesehatan
untuk klien.
Saat memberi informasi tidak
boleh memberi nasehat.
Tujuannya adalah : menfasilitasi pengambilan
keputusan
13. Meringkas
Pengulangan ide utama yg telah
dikomunikasikan sec singkat.
Tuj: membantu mengingat topik yg telah dibahas
sebelum meneruskan pembicaraan berikut.
Contoh :
“Selama 15 menit ini saya dan anda telah membicarakan
tentang……”

14. Memberikan penghargaan


Penghargaan janganlah menjadi beban bagi klien dalam
arti jangan klien berusah keras dan melakukan segala
demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas
perbuatan.
Contoh:
“Ibu nampak cocok sekali dg baju kuning ini.”
15. Memberi kesempatan pada klien memulai pembicaraan
Bagi klien yg ragu-ragu dan tdk pasti ttg perannya dlm
interaksi.
Perlu distimulus utk mengambil inisiatif dan merasakan
bahwa ia diharapkan membuka pembicaraan.
Contoh: “Adakah sesuatu yg ingin anda bicarakan?”
atau”Apakah yg sedang anda pikirkan?”

16. Menganjurkan utk meneruskan pembicaraan


Memberi kesempatan pd klien utk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan dan tertarik dg apa yg akan
dibicarakan selanjutnya.
Contoh: “Teruskan….”, “Dan kemudian……”, “Coba
ceritakan kepada saya ttg hal tersebut”.
17. Menempatkan kejadian sec berurutan
Tuj : membantu perawat dan klien untuk melihatnya dlm
suatu perspektif.
Contoh:
“Apakah yg terjadi sebelum dan sesudah kejadian
tersebut?” atau “Kapan kejadian tersebut terjadi?”

18. Memberikan kesempatan kepada klien untuk


menguraikan persepsinya
Bila igin mengerti klien, perawat hrs melihat segala
sesuatu dari perspektif klien. Klien hrs merasa bebas
menguraikan persepsinya pd perawat.
Perawat hrs waspada dg gej ansietas.
Contoh:
“ Ceritakan pada saya bagaimana perasaan anda saat
akan dioperasi.”
• Perawat perlu menganalisa teknik yang
tepat pada setiap komunikasi dengan
klien. Melalui komunikasi verbal dapat
disampaikan iyang akurat, namun aspek
emosi dan perasaan tidak dapat
diungkapkan seluruhnya melalui verbal.
• Perawat perlu pula trampil dalam
memfasilitasi hubungan intim terapeutik
dengan memperhatikan dimensi dan
dimensi tindakan ( action ).
• Dengan mengerti proses komunikasi dan
mempunyai berbagai ketrampilan
berkomunikasi, diharapkan perawat dapat
memakai dirinya sendiri secara utuh
( verbal dan non verbal) untuk memberi
efek therapeutic pada klien.
• Perawat perlu menyadari bahwa semua
tindakan keperawatan dilaksanakan dalam
bentuk komunikasi ( Verbal atau non
verbal ). Oleh karena itu, perawat
mengetahui fungsi komunikasi dan sikap
serta ketrampilan yang perlu
dikembangkan dalam komunikasi dengan
klien.
FUNGSI KOMUNIKASI DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN
Engel dan Morgan ( 1973, dikutip oleh
Cormier, dkk, hal.2-3 ) menguraikan 6
fungsi komunikasi yang therapeutik :
1. Membina hubungan
2. Perawat merupakan penghubung klien
dengan pelayanan kesehatan. Hubungan
saling percaya harus dikembangkan agar
asuhan yang efektif diterima oleh klien
2. Menetapkan peran dan tanggung jawab
• Melalui komunikasi dapat dijelaskan peran dan
tanggung jawab perawat dan klien. Hal ini
penting agar kerja sama dapat optimal.

3. Mengumpulkan data.
• Pengkajian data merupakan hal utama yang
selalu dilakukan perawat pada setiap tahap
proses keperawatan. Dengan komunikasi yang
efektif, perawat mendapatkan data yang akurat
dan lengkap.
4. Menganalisa dan memproses data.
• Perawat menganalisa dan mengartikan
data yang didapat. Kemampuan analisa
tetap dipengaruhi oleh ketrampilan
komunikasi dalam mendapatkan data
yang tepat dari klien.
5. Menetapkan kontrak

• Melalui komunikasi perawat-klien


membuat kontrak. Kontrak terdiri dari
tiga aspek yaitu (1) kesepakatan untuk
berinteraksi; (2) bertukar informasi; (3)
memberi dan menerima therapy.
6.Mencapai komunikasi perawat-klien
yang efektif
• Kerjasama yang baik antara perawat
klien akan terjadi jika komunikasi
berjalan dengan lancer. Keuntungannya
adalah informasi lebih lengkap dan
akurat; kerjasama klien lebih meningkat;
mengurangi perasaan curiga dan
bermusuhan; stress klien menurun atau
kepuasan klien meningkat.
• Dari fungsi komunikasi yang telah
diuraikan, maka asuhan keperawatan
tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi
karena tiap langkah asuhan keperawatan
harus dilakukan dengan menggunakan
komunikasi. Selain itu perawat perlu
mengetahui sikap yang terjadi pada waktu
berkomunikasi agar tujuan komunikasi
benar-benar tercapai.
BEBERAPA SIKAP PERAWAT
• Perawat hadir secara utuh ( fisik dan
psikologi ) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup
mengetahui teknik komunikasi dan isi
komunikasi, tetapi yang sangat penting
adalah sikap atau penampilan dalam
berkomunikasi.
Egan ( 1975, dikutip oleh Kozier dan Erb,
1983 hal 372 ) mengidentifikasi lima
sikap / cara untuk menghadirkan diri
secara fisik, yaitu :

1. Berhadapan
Arti dari posisi ini adalah “ saya siap untuk
anda “
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama
berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap
berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien
Posisi menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipatkan kaki atau tangan
menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi

5. Tetap Relaks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan
antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberi respon pada klien.
• Sikap fisik klien dapat pula disebut
perilaku non verbal, yang perlu dipelajari
dan dipraktekkan pada setiap tindakan
keperawatan.
• Kehadiran psikologis dapat dibagi dalam
dua dimensi yaitu : dimensi respond an
dimensi tindakan (Truax, Carkhoff dan
Benerson, dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1987,hal 126 )
DIMENSI HUBUNGAN
• Keterampilan tertentu dibutuhkan perawat
untuk mencapai dan mempertahankan
hubungan terapeutik. Keterampilan ini
menggabungkan keterampilan verbal dan
non verbal serta sikap dan perasaan
dibalik sikap perawat. Keterampilan ini
dibagi dalam dua dimensi secara luas
yaitu dimensi responsive dan tindakan.
Kategori Komunikasi Verbal
• Isyarat vocal :
1. Tekanan suara
2. Kwalitas suara
3. Tertawa
4. Irama dan kecepatan bicara
• Isyarat tindakan :
– Gerakan tubuh
– Ekspresi wajah dan gerakan tubuh
Kategori Komunikasi Non verbal
• Isyarat Objek
Objek yang digunakan sengaja atau tidak sengaja, seperti:
– Pakaian
– Perhiasan
• Ruang: Isyarat kedekatan hubungan antara dua orang
• Sentuhan: Kontak fisik antara dua orang
• Isyarat tindakan: semua gerakan tubuh.
• Isyarat Vokal: semua kualitas bicara non verbal.

• Komunikasi non verbal yang paling personal dipengaruhi


oleh:
– Tatanan dan latar belakang budaya
– Jenis hubungan
– Jenis kelamin
– Usia
– Harapan
DIMENSI RESPON
• Dimensi respon terdiri dari respon perawat
yang ikhlas, menghargai, simpati dan
konkrit. Dimensi respon sangat penting
pada awal hubungan dengan klien untuk
membina hubungan saling percaya dan
komunikasi yang terbuka. Respon ini terus
dipertahankan sampai pada akhir
hubungan.
1. Keikhlasan
• Perawat menyatakan keikhlasan melalui
keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan
berperan aktif dalam berhubungan
dengan klien. Perawat berespon dengan
tulus, tidak berpura-pura,
mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya dan spontan
2. Menghargai
• Perawat menerima klien apa adanya.
Sikap perawat harus tidak
menghakimi,tidak mengejek atau tidak
menghina. Rasa menghargai dapat
dikomunikasikan melalui : duduk diam
bersama klien yang menangis, minta
maaf atas hal yang tidak disukai klien,
menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu
3. Empati
• Empati dalam kemampuan masuk dalam
kehidupan klien agar dapat merasakan
pikiran dan perasaannya. Perawat
memandang melalui pandangan klien,
merasakan melalui perasaab klien dan
kemudian mengidentifikasi masalah klien
serta membantu klien mengatasi
masalah tersebut.
Melalui penelitian, Mansfield ( dikutip oleh Stuart and
Sundeen, 1987,hal 129 ) mengidentifikasikan perilaku
verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati
yang tinggi :
• Memperkenalkan diri pada klien
• Kepala dan badan membungkuk kea rah klien
• Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada
kekuatan dan sumber daya klien
• Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien,
misalnya nada suara gelisah, ekspresi wajah.
• Tunjukkan perhatian minat, kehangatan melalui ekspresi
wajah
• Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan
respon verbal.
4. Konkrit
• Perawat menggunkan terminology yang
spesifik, bukan abstrak. Ini perlu untuk
menghindarkan keraguan dan
ketidakjelasan. Ada tiga kegunaannya
yaitu : a). mempertahankan respon
perawat terhadap perasaan klien ; b).
memberi penjelasan yang akurat oleh
perawat ; c). mendorong klien
memikirkan masalah yang spesifik.
DIMENSI TINDAKAN
• Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan
dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan
harus dalam konteks kehangatan dan
pengertian. Perawat senior sering masuk
dimensi tindakan tanpa membina hubungan
yang adekuat sesuai dengan dimensi respon.
Dimensi respon membawa klien pada tingkat
penilikan diri yang tinggi dan kemudian
dilanjutkan dengan dimensi tindakan.Dimensi
tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegaran,
keterbukaan, emosional chatharsis dan bermain
peran ( Stuart and Sundeen, 1987, hal. 131 ).
Konfrontasi
• Konfrontasi adalah ekspresi perasaan
terawat tentang perilaku klien yang tidak
sesuai. Carkhoff ( dikutip oleh Stuart and
Sundeen, 1987,hal 131 ) mengidentifikasi
tiga kategori konfrontasi yaitu :
• Ketidaksesuaian antara konsep diri klien
( ekspresi klien tentang dirinya ) dan
ideal diri klien ( keinginan klien ).
• Ketidaksesuaian antara ekspresi non
verbal dan perilaku klien
• Ketidaksesuaian antara pengalaman
klien dan pengalaman perawat
• Konfrontasi berguna untuk meningkatkan
kesadaran klien akan kesadaran perasaan,
sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi
dilakukan dilakukan secara asertif, bukan marah
atau agresif
• Sebelum melakukan konfrontasi, perawat perlu
mengkaji antara lain : tingkat hubungan saling
percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan
klien, kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat
diperlukan pada klien y ang telah mempunyai
kesadaran diri tetapi perilaku belum berubah.
Kesegeraan
• Kesegeraan berfokus pada interaksi dan
hubungan perawat klien saat ini. Perawat
sensitive terhadap perasaan klien dan
berkeinginan membantu dengan segera.
Keterbukaan Perawat
• Pada keterbukaan, perawat memberikan
informasi tentang dirinya, idealnya,
perasaannya, sikapnya, nilainya. Perawat
membuka diri tentang pengalaman yang
sama dengan pengalaman klien. Tukar
pengalaman ini memberi keuntungan pada
klien untuk melakukan kerjasama memberi
dorongan.
• Melalui penelitian ditemukan bahwa
peningkatan keterbukaan antara perawat
klien menurunkan tingkat kecemasan
perawat klien ( Johnson, dikutip oleh
Stuart Sundeen, 1987, hal 134 ).

“ Emotional Catharsis “
• Emosional katarsis terjadi jika klien
diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan
dan pengalaman dibuka dan menjadi topic
diskusi antara perawat klien.
• Perawat harus dapat mengkaji kesiapan
klien, mendiskusikan perasaannya. Jika
klien mengalami kesukaran
mengekspresikan perasaannya, perawat
dapat membantu dengan
mengekspresikan perasaannya jika
berada pada situasi klien.
• Jika klien menyadari bahwa ia
mengekspresikan perasaan dalam
suasana yang menerima dan aman maka
klien akan memperluas kesadaran dan
penerimaan pada dirinya.
KESIMPULAN
• Kesadaran diri perawat merupakan dasar
utama dalam membina hubungan
terapeutik dengan klien.Hubungan
terapeutik selalu ditandai oleh komunikasi
yang terapeutik. Dalam komunikasi yang
terapeutik, sikap perawat merupakan
kunci utama tercapainya tujuan asuahn
yaitu membantu klien mengatasi
masalahnya.
• Sikap fisik dan psikologis yang diuraikan
dalam sikap non verbal, dimensi respond
an dimensi tindakan perlu dipelajari dan
dipakai dalam praktek keperawatan.
Kepuasan klien akan asuhan keperawatan
banyak dipengaruhi oleh sikap perawat
dalam berkomunikasi dengan klien.
• Integrasi sikap yang terapeutik dalam
berkomunikasi dalam setiap tindakan
keperawatan merupakan keharusan untuk
mencapai asuhan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai