Anda di halaman 1dari 15

Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M.

Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

MENTORING KEPALA RUANGAN MENINGKATKAN KEPATUHAN PERAWAT


DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Muhamad Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kader Bangsa Palembang1


Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Andalas Padang2,3
muhamad.andikasp@gmail.com1
yulastriarif@nrs.unand.ac.id2
vettypriscilla@nrs.unand.ac.id3

ABSTRAK
Latar belakang: Kepatuhan perawat yang kurang dalam melaksanakan pendokumentasian
asuhan keperawatan masih menjadi fenomena diberbagai rumah sakit di Indonesia. Fenomena
ini tentu memiliki dampak yang negatif baik bagi mutu pelayanan rumah sakit maupun bagi
pasien. Sebagai seorang manajer, kepala ruangan tentu tidak hanya perlu melakukan supervisi
namun perlu juga melakukan mentoring. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan peran mentoring kepala ruangan terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Islam Palembang. Metode: Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasi melalui pendekatan cross
sectional. Sampel berjumlah 63 orang perawat pelaksana dan 63 buah dokumen asuhan
keperawatan. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan peran
mentoring kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan (p=0,413). Saran: Kepala ruangan diharapkan mengoptimalkan peran mentoring
agar dapat membantu peningkatan kinerja pelaksanaan pendokumentasian yang dilakukan
perawat.
Kata Kunci : Peran Mentoring, Pendokumentasian, Asuhan Keperawatan

ABSTRACT
Background: Nurse adherence that lacks in documenting nursing care is still a phenomenon
in various hospitals in Indonesia. This phenomenon certainly has a negative impact on the
quality of hospital services and for patients. As a head manager of a room, of course not only
do supervision but also need to do mentoring. Aims: This study aims to determine the
relationship of the role mentoring head nurse with nurse adherence in documenting of nursing
care documentation in Islamic Hospital Palembang. Method: This research is a quantitative
study with a correlation method through a cross sectional approach. The sample consisted of
63 implementing nurses and 63 nursing care documents. Results: The results of the study
showed that there was no correlation between the role mentoring head nurse with nurse
adherence in documenting of nursing care documentation (p = 0.413). Suggestion: The head
nurse is expected to optimize the role of mentoring so that it can help improve the
performance of the nursing care documentation by nurses.

Keywords : Role of Mentoring, Documentation, Nursing Care

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 168


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

PENDAHULUAN perawat yang tidak patuh


Pendokumentasian asuhan mendokumentasikan asuhan keperawatan
keperawatan merupakan bagian penting maka akan semakin tinggi resiko terjadinya
dalam pemberian pelayanan kesehatan di kesalahan dalam pemberian asuhan
rumah sakit, dan setiap pelaksanaannya keperawatan, semakin kurang bukti
tidak jauh dari lima proses keperawatan tanggung jawaban dan tanggung gugat
yang meliputi pengkajian, diagnosa, perawat. Sebagai upaya untuk menghindari
intervensi, implementasi, dan evaluasi hal ini, maka peran seorang manajer
(Prabowo, 2017; Potter & Perry, 2010). keperawatan dalam pengelolaan
Penerapan kelima proses ini masih menjadi dokumentasi proses keperawatan sangat
permasalahan di berbagai rumah sakit di penting, terutama terkait dengan
Indonesia. Hasil penelitian beberapa tahun ketidakpatuhan perawat.
terakhir melaporkan masih banyak angka Ketidakpatuhan perawat merupakan
ketidakpatuhan perawat dalam kunci kegagalan dalam pendokumentasian
mendokumentasikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan. Ketidakpatuhan
seperti penelitian yang dilakukan di ICU- merupakan suatu kejahatan entitas, baik
ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri Jawa sengaja maupun tidaknya seseorang
Timur 57,9%, di ruang rawat inap RSUD terhadap suatu rencana atau aturan (Utami,
Ambarawa 53,84%, dan di RS GMIM 2017; Meivinia, 2017). Berbagai penelitian
Pancaran Kasih Manado 65,78% (Natasia, tentang ketidakpatuhan perawat dalam
Loekqijana, & Kurniawati, 2014; Nurseto, mendokumentasikan asuhan keperawatan
Sukesi, & Wulandari, 2014; Rapar, Kundre, telah dilakukan. Hasil penelitian tersebut
& Kallo, 2018). melaporkan terdapat empat faktor yang
Ketidakpatuhan perawat dalam menghambat kepatuhan perawat dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan mendokumentasikan asuhan keperawatan
bisa mengakibatkan malpraktek dan yaitu : (1) tidak seimbangnya jumlah
duplikasi tindakan keperawatan yang tenaga perawat dengan pekerjaan yang ada,
dilakukan. Menurut konsep asuhan (2) format terlalu panjang, (3) rendahnya
keperawatan salah satu tujuan motivasi perawat mendokumentasikan, dan
pendokumentasian adalah sebagai alat (4) pengetahuan perawat yang kurang baik
komunikasi, mekanisme pertanggung (Aswar, Hamsinah, & Kadir, 2014;
gugatan dan sebagai audit pelayanan Nuryani & Hariyati, 2014; Pribadi, 2009).
keperawatan (Hidayat, 2009; Purwanti, Selain hasil penelitian, beberapa teori
2012; Nurman, 2013). Semakin banyak kinerja menjelaskan faktor-faktor yang

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 169


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

mempengaruhi kinerja perawat, termasuk profesional, bahkan sebagai alur


kinerja dalam mendokumentasikan asuhan peningkatan jenjang karir (Pelan, 2012).
keperawatan. Beberapa penelitian mengungkapkan
Banyak teori kinerja yang digunakan bahwa program mentoring mampu
dalam bidang keperawatan, salah satunya mendongkrak kualitas kerja perawat
adalah teori kinerja yang dikemukakan sehingga perawat mampu bekerja secara
Gibson tahun 1987. Menurut konsep profesional (Norwood, 2010; McSwain,
kinerja Gibson ada tiga variabel utama 2011; Jaya, 2015). Akantetapi tidak semua
yang mempengaruhi kinerja seseorang orang dapat menjadi mentor.
yaitu : (1) variabel individu, (2) variabel Perlunya keahlian khusus menjadi
oragnisasi dan (3) variabel psikologis. batasan bagi seseorang untuk menjadi
Variabel individu meliputi kemampuan, mentor. Seorang mentor harus memiliki
keterampilan, latar belakang pendidikan, enam peran dan fungsi yaitu : (1)
dan pengalaman kerja perawat dalam memanajemen waktu dari perencanaan
mendokumentasikan asuhan keperawatan. hingga evaluasi, (2) pemberi konsep yang
Sedangkan variabel organisasi meliputi mudah dipahami, (3) pembimbing,
sumber daya yang mendukung pelaksanaan pengajar, membantu dan konselor, (4)
pendokumentasian, kepemimpinan kepala pemberi dukungan, motivasi serta inspirasi,
ruangan dalam mentoring pelaksanaan (5) penjaga hubungan profesional, dan (6)
pendokumentasian asuhan keperawatan, pemberi pengalaman dibidangnya
imbalan atau reward, struktur kerja yang (Hodgson & Scanlan, 2013; Houghty &
berkaitan dengan proses pendokumentasian Siswadi, 2015; Sulung, 2016). Guna
dan desain pekerjaan. Variabel psikologis memperlancar proses pelaksanaan
meliputi persepsi, sikap, kepribadian, mentoring, seorang mentor sebaiknya
belajar dan motivasi perawat dalam memahami peran dan fungsinya ini
mendokumentasikan asuhan keperawatan terhadap mentee. Pelaksanaan kegiatan
(Gibson, Ivancevich, Donnelly, & mentoring sering kali tidak terlaksana
Konopaske, 2012). karena beberapa faktor.
Mentoring menjadi program yang Terhambatnya kegiatan mentoring di
tidak hanya dipakai sebagai jalan sebuah instansi disebabkan karena
penyelesaian masalah namun juga sebagai beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
langkah pembinaan dan peningkatan meliputi : (1) keterbatasan fasilitas, (2)
kualitas kinerja perawat dalam penyediaan waktu pertemuan, (3)
memberikan pelayanan keperawatan ketidaksiapan mentee maupun mentor

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 170


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

dalam aktivitasnya, (4) kurangnya dokumen asuhan keperawatan 26% yang


komitmen untuk melaksanakan, (5) kurang tidak diisi oleh perawat. Ada beberapa
paham dengan tujuan kegiatan mentoring, aspek dokumentasi asuhan keperawatan
(6) kurangnya kemampuan berkomunikasi yang tidak terisi dan tidak dilampirkan atau
mentor, dan (7) keterbatasan kemampuan dimasukkan ke dalam dokumen rekam
mentor (Bally, 2007; Belinda & Haryadi, medik, kebanyakan pada form diagnosa
2014). Dapat disimpulkan bahwa terdapat dan intervensi kereperawatan. Masih ada
faktor internal dan eksternal yang perawat yang menuliskan aktivitas non
mempengaruhi terlaksana atau tidaknya keperawatan pada form implementasi
aktivitas mentoring. seperti mengganti linen dan operan shift
Berdasarkan hasil wawancara dengan namun tidak mencantumkan kegiatan yang
kepala instalasi rawat inap Rumah Sakit tertera pada form intervensi, perawat juga
Islam Palembang dokumentasi asuhan ada yang tidak menuliskan nama dan
keperawatan yang digunakan adalah jenis mencantumkan tanda tangan atau paraf.
check list pada bagian asesmen, diagnosa Menurut keterangan kepala instalasi
keperawatan. Pada bagian evaluasi/catatan rawat inap saat diwawancara, aktivitas
perkembangan pasien menggunakan model mentoring dikoordinasi melalui diklat
SOAP (Subjective data, Objective data, dengan mengadakan pelatihan-pelatihan
Assesment, Planning). Sejak tahun 2015 terhadap staf rumah sakit, dan rutin
diagnosa dan intervensi keperawatan diadakan empat kali dalam satu tahun.
merujuk pada diagnosa NANDA. Kepala Sementara wawancara dengan kepala
intalasi juga mengatakan bahwa belum ruangan, aktifitas mentoring kadang
diketahui berapa persentase kepatuhan dilakukan saat melakukan supervisi dan
perawat dalam mendokumentasikan asuhan kadang diatur terpisah apalagi aktifitas
keperawatan, hal ini dikarenaka pihak mentoring-nya bersifat menyita banyak
rumah sakit belum melakukan perhitungan waktu seperti membahas tentang Standar
berdasarkan kelima aspek proses Prosedur Operasional (SPO). Selain itu
pendokumentasian asuhan keperawatan. mentoring juga dilakukan terhadap tenaga
Untuk mengetahui lebih lanjut, maka atau staf baru yang perlu dibimbing serta
peneliti melakukan observasi terhadap diarahkan agar tugas yang dikerjakannya
sepuluh status pasien di beberapa ruangan, sesuai prosedur terutama dibagian asuhan
dengan hasil : pengkajian 12,5%, diagnosa keperawatan, dan belum ada model
43,4%, intervensi 53,4%, implementasi mentoring spesifik yang diterapkan.
42,5%, evaluasi 40%, dan kelengkapan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 171


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Melihat dari fenomena di atas Data peran mentoring kepala


membuat peneliti tertarik untuk melakukan ruangan didapat dengan menyebar
penelitian terkait hubungan peran kuesioner yang telah disetujui dan diisi
mentoring kepala ruangan dengan oleh perawat pelaksana. Kuesioner ini
kepatuhan perawat dalam melaksanakan terdiri dari enam item peran mentoring
pendokumentasian asuhan keperawatan di kepala ruangan yang terbagi menjadi 17
Rumah Sakit Islam Palembang. pertanyaan dalam bentuk positif dan
negatif dengan rentang skala 1-4 yang diuji
METODE PENELITIAN normalitas selanjutnya dikategorikan,
Metode yang digunakan dalam kuesioner ini telah diuji validitas dan
penelitian kuantitatif ini adalah korelasi reliabilitas di sebuah rumah sakit yang
melalui pendekatan cross sectional. setipe dengan rumah sakit tempat
Metode ini dipilih karena peneliti penelitian. Data kepatuhan perawat dalam
mengukur hubungan antar variabel peran pendokumentasian asuhan keperawatan
mentoring kepala ruangan dengan diambil menggunakan lembar observasi
kepatuhan perawat dalam ceklis instrumen baku Departemen
pendokumentasian asuhan keperawatan Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015,
yang dilakukan dalam satu satuan waktu. yang meliputi item pengkajian, diagnosa,
Penelitian dilakukan mulai bulan Juni intervensi, implementasi, evaluasi, dan
2017 hingga Mei 2018, data penelitian kelengkapan catatan dokumen dengan
diambil pada bulan Maret hingga April standar nilai >80% dikategorikan patuh.
2018 di ruang rawat inap salah satu rumah Dokumen yang diobservasi merupakan
sakit islam di Palembang dengan sampel dokumentasi pasien baru yang telah tiga
sebanyak 63 orang perawat pelaksana dan hari dirawat dan bukan pasien pindahan
63 buah dokumen asuhan keperawatan dari ruang rawat inap lain atau rumah sakit
yang diambil dengan tekhnik lain.
proportionate random sampling. Terdapat Penelitian ini telah melalui tahap uji
tujuh ruangan yang diteliti meliputi ruang etik penelitian, Komisi Etik Penelitian
penyakit dalam 22 responden, ruang bedah Rumah Sakit Umum Pusat Muhammad
8 responden, ruang anak 8 responden, Hoesin dan Fakultas Kedokteran
ruang perinatal 4 responden, ruang VIP A Universitas Sriwijaya Palembang
8 responden, ruang VIP B 5 responden, menyatakan penelitian ini layak dilakukan
dan ruang VIP C 8 responden. di tempat penelitian dengan nomor
sertifikat : 72/kepkrsmhfkunsri/2018.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 172


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

HASILN PENELITIAN perawat pelaksana tidak patuh dalam


Karakteristik perawat pelaksana pendokumentasian asuhan keperawatan
dalam penelitian ini lebih dari setengah (98,41%), dan lebih dari setengan perawat
berusia <35 tahun (73,02%), berjenis pelaksana mempersepsikan peran
kelamin perempuan (93,65%), mentoring kepala ruangan kurang baik
berpendidikan vokasional (95,24%), lama (58,73%).
kerja ≥2 tahun (96,83%), dengan status
pegawai tetap (95,24%). Sebagian besar

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Peran Mentoring Kepala Ruangan dan Kepatuhan
Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
No Variabel f %
1 Peran Mentoring Kepala Ruangan
a. Baik 26 41,27
b. Kurang Baik 37 58,73
2 Kepatuhan Perawat Melaksanakan
Pendokumentasian
a. Patuh 1 1,59
b. Tidak Patuh 62 98,41

Tabel 1 menunjukkan lebih dari sebagian besar perawat pelaksana tidak


setengah perawat pelaksana patuh dalam melaksanakan
mempersepsikan peran mentoring kepala pendokumentasian asuhan keperawatan
ruangan kurang baik (58,73%), dan (98,41%).

Tabel 2.
Hasil Uji Statistik Peran Mentoring Kepala Ruangan dengan Kepatuhan
Perawat Pelaksana dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

No Kepatuhan Perawat dalam


Peran
Pendokumentasian Asuhan
Mentoring Total
Keperawatan p value
Kepala
Ruangan Patuh Tidak Patuh
n % n % n %
1 Baik 1 3,85 25 96,15 26 100
0,413
2 Kurang baik 0 0 37 100 37 100
Total 1 1,59 62 98,41 63 100

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 173


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Tabel 2 menunjukkan dari 26 perawat akan berdampak baik pula


perawat pelaksana yang mempersepsikan terhadap kinerja serta kemampuan perawat
peran mentoring kepala ruangan baik dalam mendokumentasikan asuhan
hanya 3,85% yang patuh dalam keperawatan (Norwood, 2010; Jakubik,
pendokumentasian asuhan keperawatan, Eliades, Gavriloff, & Weese, 2011;
sedangkan dari perawat 37 orang yang Hodgson & Scanlan, 2013). Hasil
mempersepsikan peran mentoring kurang penelitian di Rumah Sakit Islam
baik semuanya tidak ada yang patuh dalam Palembang ini justru menunjukkan hal
pendokumentasian asuhan keperawatan berbeda dimana peran mentoring kepala
(100%). Hasil ini juga menunjukkan tidak ruangan tidak memiliki hubungan dengan
ada hubungan peran mentoring kepala kepatuhan perawat dalam
ruangan dengan kepatuhan perawat dalam mendokumentasiakan asuhan keperawatan.
pendokumentasian asuhan keperawatan. Kuat dugaan hal ini disebabkan oleh
kurang optimalnya peran mentoring kepala
PEMBAHASAN
ruangan ditambah adanya pengaruh lain.
Hasil penelitian menunjukkan dari 26
Dugaan kurang optimalnya peran
perawat pelaksana yang mempersepsikan
mentoring kepala ruangan dibuktikan
peran mentoring kepala ruangan baik
dengan data lebih dari setengah perawat
hanya 3,85% yang patuh dalam
pelaksana mempersepsikan peran
pendokumentasian asuhan keperawatan,
mentoring kepala ruangan kurang baik
sedangkan dari perawat 37 orang yang
(58,73%). Peran mentoring kepala ruangan
mempersepsikan peran mentoring kurang
yang buruk dapat diakibatkan oleh
baik semuanya tidak ada yang patuh dalam
beberapa faktor seperti kurang tepatnya
pendokumentasian asuhan keperawatan
tekhnik pendekatan terhadap mentee (Jaya,
(100%). Hasil ini juga menunjukkan tidak
2015). Tekhnik pedekatan seorang kepala
ada hubungan peran mentoring kepala
ruangan terhadap perawat pelaksana juga
ruangan dengan kepatuhan perawat dalam
mempengaruhi proses mentoring.
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Norwood (2010) mengatakan
Hasil penelitian ini cukup berbeda
ketidakmampuan seorang kepala ruangan
dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
dalam melakukan pendekatan terhadap
Beberapa penelitian terkait peran
bawahannya akan menimbulkan sebuah
mentoring kepala ruangan menyatakan
batasan antara keduanya sehingga
bahwa mentoring yang baik yang
bawahannya cenderung malas atau segan
dilakukan oleh kepala ruangan terhadap
untuk bertanya. Berdasarkan uraian ini

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 174


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

maka kepala ruangan perlu membenahi akademi, namun dapat dalam bentuk
mekanisme pendekatan terhadap mentee pelatihan-pelatihan tertentu atau spesifik.
sehingga tidak muncul kesenjangan dan Pelatihan maupun peningkatan jenjang
keengganan bertanya. pendidikan akan mempengaruhi sikaf, sifat,
Faktor selanjutnya yaitu rendahnya serta pola pikir seseorang, sehingga
motivasi dari kepala ruangan untuk mampu mengatasi setiap permasalahan
melakukan mentoring (McSwain, 2011). yang terjadi sesuai dengan bidang yang
Rendahnya motivasi kepala ruangan dalam dikuasai (Jakubik, Eliades, Gavriloff, &
melakukan mentoring bisa terjadi akibat Weese, 2011). Berdasarkan analisis pada
kurangnya pengetahuan kepala ruangan masalah ini kepala ruangan dapat
terhadap aktifitas mentoring dan mengikuti berbagai pelatihan yang
pengetahuan tentang pendokumentasian berhubungan dengan kepemimpinan dan
asuhan keperawatan. Menurut Dermawan manajemen asuhan keperawatan atau
(2012) seorang kepala ruangan harus dengan meningkatkan jenjang pendidikan
memiliki motivasi untuk menyelesaikan kemudian dibagikan kepada perawat
sebuah permasalahan atau melakukan pelaksana melalui kegiatan mentoring.
kegiatan mentoring sehingga sangat Faktor pengalaman serta pemahaman
diperlukan sifat empati, semangat yang dalam keilmuan yang minim (Jayanna et
tinggi juga mau meluangkan waktu disela- al., 2016). Pengalaman serta pemahaman
sela kesibukannya. Berdasarkan masalah di bidang keilmuan yang linier akan sangat
ini maka kepala ruangan sebagai manajer mempengaruhi performa seorang kepala
memiliki kewajiban untuk memotivasi diri ruangan (Bally, 2007). Hal ini akan
sendiri serta meluangkan waktu dalam berdampak pada pengetahuan serta
melakukan kegiatan mentoring agar pemahaman yang didapat oleh perawat
kepatuhan perawat pelaksana dalam pelaksana dalam melaksanakan
melaksanakan pendokumentasian asuhan pendokumentasian asuhan keperawatan di
keperawatan dapat meningkat. ruangan, karena dalam proses mentoring
Faktor pendidikan yang masih rendah. kepala ruangan akan berbagi pengalaman
Jayanna et al (2016) mengatakan faktor serta keilmuan yang dimiliki (Belinda &
pendidikan yang masih rendah sebagai Haryadi, 2014). Berdasarkan uraian ini
salah satu faktor penyebab buruknya peran kepala ruangan sebaiknya merupakan
mentoring kepala ruangan. Menurut orang yang memiliki pengalaman dan
Hodgson & Scanlan (2013) tidak semua pengetahuan keilmuan dibidangnya, karena
pendidikan perawat harus dalam bentuk sesuai dengan peraturan Peraturan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 175


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Kementrian Kesehatan (2009) Nomor Dampak buruk ketidakpatuhan


971/MENKES/ PER/XI/2009 tentang perawat dalam pendokumentasian asuhan
standar Kompetensi Pejabat Struktural keperawatan berpotensi menyebabkan
Kesehatan, seorang kepala ruangan harus terjadinya malpraktik, tidak adanya
memenuhi standar kompetensi yakni perlindungan hukum, dan terjadinya
berpendidikan minimal sarjana sesuai tindakan keperawatan yang berulang. Aziz
dengan bidangnya, dan selama satu tahun (2014) mengatakan bahwa dampak
telah mengikuti berbagai pelatihan seperti ketidakpatuhan perawat dalam
kepemimpinan dan kewirausahaan, mendokumentasikan asuhan keperawatan
rencana aksi strategis, perencanaan dapat merugikan pasien. Triyoga & Dewi
implementasi dan lain-lain. (2015) menambahkan bahwa dokumentasi
Berdasarkan hasil penelitian, asuhan keperawatan digunakan sebagai
sebagian besar perawat pelaksana tidak alat pengidentifikasi keluhan dan penyakit
patuh dalam melaksanakan yang dialami pasien serta tindakan yang
pendokumentasian asuhan keperawatan akan dilakukan. Sehingga apabila perawat
(98,41%). Hasil beberapa penelitian di tidak melakukan pendokumentasian
rumah sakit di Indonesia juga mengungkap dengan baik maka kemungkinan kesalahan
ketidakpatuhan perawat dalam dalam melakukan tindakan juga akan
mendokumentasikan asuhan keperawatan semakin besar.
seperti di Ruang Rawat Inap RSUD Walaupun pelaksanaan mentoring
Pariaman (60,46%), di Ruang Rawat Inap telah dilakukan namun belum banyak
RSUD Ambarawa (53,84%), di Rumah berpengaruh terhadap kepatuhan perawat,
Sakit GMIM Pancaran Kasih Manado hal ini dibuktikan bahwa kurang dari
(65,78%) (Sandra, Sabri, & Wanda, 2012; setengah perawat mempersepsikan peran
Nurseto, Sukesi, & Wulandari, 2014; metoring kepala ruangan baik (41,27%).
Rapar, Kundre, & Kallo, 2018). Menelaah Hal ini menandakan bahwa kepala ruangan
dari beberapa penelitian di atas telah berusaha untuk melaksanakan
ketidakpatuhan perawat di Ruang Rawat mentoring namun masih belum optimal.
Inap Rumah Sakit Islam Palembang Jika dilihat dari sisi perawat pelaksana ada
ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
rumah sakit setipe lainnya di Indonesia. ketidakpatuhan perawat dalam
Ketidakpatuhan dalam pendokumentasian mendokumentasikan asuhan keperawatan.
akan berdampak buruk bagi perawat dan Faktor yang pertama yaitu motivasi diri
pasien. perawat yang rendah (Lait, Suter, Arthur,

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 176


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

& Deutschlander, 2011). Menurut Pribadi & Hariyati, 2014; Pribadi, 2009).
(2009) rendahnya motivasi perawat dalam Berdasarkan uraian ini maka selain
melaksanakan pendokumentasian asuhan melakukan aktifitas mentoring oleh kepala
keperawatan akan berdampak buruk ruangan juga perlu berkolaborasi dengan
terhadap pelaksanaan pendokumentasian mengadakan pelatihan bagi perawat untuk
asuhan keperawatan, oleh sebab itu peran memenuhi bagian yang belum terpenuhi
kepala ruangan sangat diperlukan dalam terkait pelaksanaan pendokumentasian
memberikan motivasi namun jika kepala asuhan keperawatan.
ruangan sendiri memiliki motivasi yang Faktor beban kerja yang berlebih
rendah dalam melakukan mentoring akan (Bally, 2007; Belinda & Haryadi, 2014).
diikuti pula oleh bawahannya (Dermawan, Terlalu tingginya beban kerja perawat akan
2012). Berdasarkan uraian ini maka perlu mempengaruhi performa seorang perawat
dilakukan tindakan untuk memberikan dalam mendokumentasikan asuhan
motivasi kepada perawat pelaksana melalui keperawatan (Widyaningtyas, 2010).
kegiatan mentoring yang optimal agar Beban kerja yang berlebih akan membuat
proses pelaksanaan pendokumentasian perawat tidak fokus melakukan pengisian
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan format asuhan keperawatan apalagi
baik. ditambah format asuhan keperawatan yang
Faktor pengetahuan yang kurang panjang (Diyanto, 2007). Dalam penerapan
(Bally, 2007; Belinda & Haryadi, 2014). metode tim peran masing-masing perawat
Pengetahuan yang baik sangat penting bagi dapat dibagi sesuai penugasan sehingga
seorang perawat dalam melaksanakan akan lebih efektif dalam pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan proses pendokumentasian asuhan
(Aswar, Hamsinah, & Kadir, 2014). keperawatan mana perawat yang mengisi
Seorang perawat pelaksana yang tidak pendokumentasian asuhan keperawatan
memiliki pengetahuan dan pemahaman dan mana perawat yang melaksanakan
yang baik dalam melaksanakan standar tugas lainnya (Bakri, 2017). Berdasarkan
prosedur operasional (SPO) analisis maka dalam proses mentoring
pendokumentasian asuhan keperawatan kepala ruangan sebaiknya memperjelas
akan mempengaruhi hasil yang kurang metode penugasan tim agar tidak ada
baik pula dalam melaksanakannya, penumpukan tugas pada satu orang
sehingga apa yang diharapkan oleh perawat sehingga proses
institusi rumah sakit dalam proses asuhan pendokumentasian asuhan keperawatan
keperawatan tidak akan tercapai (Nuryani dapat berjalan lebih efektif.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 177


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Faktor terbatasnya ketersediaan perawat pelaksana bisa mendapatkan


fasilitas (Bally, 2007; Belinda & Haryadi, pengetahuan, pemahaman, arahan juga
2014). Ketersediaan format motivasi maupun tempat bekonsultasi
pendokumentasian asuhan keperawatan (Allan, 2010; Specht, 2013; Huybrecht,
juga sangat penting karena setiap tindakan Loeckx, Quaeyhaegens, Tobel, & Mistiaen,
perawat harus tercatat dalam rekam medis 2011). Setelah dilakukannya kegiatan
dokumentasi asuhan keperawatan, dan ini mentoring yang terprogram secara optimal,
menjadi tugas bagi rumah sakit untuk harapan kedepannya perawat pelaksana
menyediakan fasilitas format dapat lebih profesional dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan melaksanakan tugas serta kewajiban,
(Priyadi, 2012). Berdasarkan uraian ini, namun kemampuan kepala ruangan dalam
dengan adanya proses kedekatan dalam memberikan mentoring juga harus
mentoring, perawat pelaksana tidak akan ditingkatkan.
segan melaporkan keterediaan fomat
asuhan keperawatan kepada kepala KESIMPULAN DAN SARAN
ruangan sehingga format ini selalu ada di Kesimpulan
ruang rawat inap. Hasil penelitian ini menunjukkan
Melihat dari beberapa faktor di atas bahwa peran mentoring kepala ruangan
baik dari sudut kepala ruangan maupun kurang baik dan perawat pelaksana tidak
perawat pelaksana, dapat asumsikan bahwa patuh dalam melaksanakan
ada faktor internal dan eksternal yang pendokumentasian asuhan keperawatan,
mempengaruhi kepatuhan perawat dan tidak ada hubungan peran mentoring
pelaksana dalam mendokumentasikan kepala ruangan dengan kepatuhan perawat
asuhan keperawatan dan di sisi lain perlu dalam mendokumentasikan asuhan
adanya optimalisasi pelaksanaan mentoring keperawatan di Rumah Sakit Islam
yang dilakukan oleh kepala ruangan agar palembang hal ini dikarenakan adanya
kepatuhan perawat pelaksana dalam pengaruh faktor internal dan eksternal.
mendokumentasikan asuhan keperawatan Perlu dilakukan optimalisasi peran
dapat meningkat. Mentoring merupakan mentoring kepala ruangan, evaluasi juga
aktifitas tindak lanjut dari proses supervisi perbaikan terhadap faktor-faktor yang
yang dilakukan oleh kepala ruangan. menjadi penghambat pelaksanaan peran
Mentoring menjadi instrumen penting bagi mentoring dan pelaksanaan
rumah sakit dan perawat pelaksana karena pendokumentasian asuhan keperawatan.
dengan adanya mentoring yang terprogram,

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 178


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Saran oleh perawat pelaksana dengan


1. Bagi Pendidikan Keperawatan mengoptimalkan peran mentoring
Hasil ini diharapkan agar dapat serta melibatkan katim.
menjadi bahan kajian ilmiah dalam Perawat pelaksana diharapkan
perkembangan ilmu keperawatan dan mengikuti program mentoring yang
dapat menjadi bahan pembelajaran diadakan kepala ruangan maupun
bagi mahasiswa yang akan praktik mengikuti pelatihan untuk menambah
maupun nanti bekerja di rumah sakit. pengetahuan serta pemahaman terkait
2. Bagi Rumah Sakit pendokumentasian asuhan
Rumah sakit diharapkan dapat keperawatan yang digunakan di rumah
memberikan evaluasi kepada perawat sakit, membaca dan menerapkan
terkait pendokumentasian asuhan kembali pendokumentasian asuhan
keperawatan dan pengisian format keperawatan sesuai dengan SPO yang
asuhan keperawatan yang digunakan, ada sesuai tugas dan wewenang secara
serta melakukan audit internal optimal.
dokumentasi asuhan keperawatan 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
secara berkala. Peneliti selanjutnya dapat
Kepala ruangan diharapkan melanjutkan penelitian dengan metode
mengikuti pelatihan terkait kualitatif atau metode kuantitatif
kepemimpinan dan proses lainnya sehingga dapat menjawab
pendokumentasian asuhan kekurangan dari penelitian ini karena
keperawatan yang digunakan di rumah penelitian ini terbatas hanya melihat
sakit, mengoptimalkan pengisian form hubungan antar variabel.
proses keperawatan yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Allan, H. (2010). Mentoring Overseas Nurses: Barriers to Effective and Non-Discriminatory


Mentoring Practices. Nursing Ethics, 17(5), 603–613.
https://doi.org/10.1177/0969733010368747

Aswar, S., Hamsinah, S., & Kadir, A. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Parepare. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 5(4), 460–466.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 179


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Aziz, A. (2014). Tinjauan Kriminologi Mengenai Malpraktik Medik yang Dilakukan Oleh
Perawat. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, 2(2), 1–10. Retrieved from
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/LO/article/view/5703/4471

Bakri, M. H. (2017). Manajemen Keperawatan, Konsep dan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Bally, J. M. G. (2007). The Role of Nursing Leadership In Creating a Mentoring Culture In


Acute Care Environments. Nursing Economic, 25(3), 143–149.

Belinda, F., & Haryadi, B. (2014). Mentoring dalam Proses Suksesi Kepemimpinan Bisnis
Keluarga pada PT ABD. Agora, 2(2).

Dermawan, D. (2012). Mentorship dan Perceptorship Dalam Keperawatan. Jurnal Profesi, 08,
1–9.

Diyanto, Y. (2007). Analisis Faktor-faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di


Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang, 1–77.

Gibson, J., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. H., & Konopaske, R. (2012). Organizations:
Behavior, Structure, Processes (14th ed.). Boston: McGraw-Hill.

Hidayat, D. R. (2009). Ilmu Perilaku Manusia, Pengantar Psikologi untuk Tenaga Kesehatan
Medis. Jakarta: Trans Info Media.

Hodgson, A. K., & Scanlan, J. M. (2013). A Concept Analysis of Mentoring in Nursing


Leadership. Open Journal of Nursing, 3, 389–394.
https://doi.org/10.4236/ojn.2013.35052

Houghty, G. S., & Siswadi, Y. (2015). Persepsi Mentor dan Mentee Tentang Program
Mentorship. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(2), 1–11.

Huybrecht, S., Loeckx, W., Quaeyhaegens, Y., Tobel, D. De, & Mistiaen, W. (2011).
Mentoring in Nursing Education : Perceived Characteristics of Mentors and The
Consequences of Mentorship. Nurse Education Today Journal, 31(3), 274–278.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2010.10.022

Jakubik, L. D., Eliades, A. B., Gavriloff, C. L., & Weese, M. M. (2011). Nurse Mentoring
Study Demonstrates a Magnetic Work Environment : Predictors of Mentoring Benefits
Among Pediatric Nurses. Journal of Pediatric Nursing, 26(2), 156–164.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2010.12.006

Jaya, K. (2015). Mentoring Budaya Organisasi Oleh Manajer Keperawatan. Jurnal


Manajemen Keperawatan, 2(2), 94–102.

Jayanna, K., Bradley, J., Mony, P., Cunningham, T., Washington, M., Bhat, S., … Avery, L.
(2016). Effectiveness of onsite nurse mentoring in improving quality of institutional
births in the primary health centres of high priority Districts of Karnataka, South India: A
cluster randomized trial. PLOS ONE, 11(9), 1–18.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0161957

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 180


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Kemenkes, M. K. R. I. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


971/MENKES/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
(2009). Republik Indonesia.

Lait, J., Suter, E., Arthur, N., & Deutschlander, S. (2011). Nurse Education in Practice
Interprofessional Mentoring : Enhancing Students ’ Clinical Learning. Nurse Education
in Practice, 11(3), 211–215. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2010.10.005

McSwain, A. M. E. (2011). Perceived Mentoring Responsibilities of Charge Nurses, The


Nursing-Unit Frontline Leaders: A Phenomenological Study. University of Phoenix.

Meivinia, L. (2017). Ketidakpatuhan. Retrieved from


https://www.coursehero.com/file/p23gmup/80-DEFINISI-Ketidakpatuhan-Tindakan-
penghilangan-atau-tindakan-kejahatan-oleh/

Natasia, N., Loekqijana, A., & Kurniawati, J. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 21–25.

Norwood, A. W. (2010). The Lived Experience of Nurse Mentors: Mentoring Nurses in The
Profession. University of Missouri-Columbia.

Nurman, M. (2013). Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Pendokumentasian


Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bangkinang, 19, 1–13.

Nurseto, I. D., Sukesi, N., & Wulandari. (2014). Pengaruh Kepuasan Perawat Terhadap
Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Ambarawa, 1–10.

Nuryani, D., & Hariyati, R. T. S. (2014). Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap
Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit H Jakarta, 1–9.

Pelan, V. (2012). The Difference Between Mentoring and Coaching. Talent Management
Magazine, 34–37.

Potter, & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo, T. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Pribadi, A. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi, dan Persepsi Perawat
Tentang Supervisi Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet Jepara Provinsi Jawa Tengah.
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Priyadi, G. (2012). Panduan Audit Sistem Mutu. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanti, E. D. (2012). Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan dan


Karakteristiknya Pada Pasien Rawat Inap Dewasa Non Kebidanan Di Rumah Sakit Haji
Jakarta. Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 181


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 M. Andika Sasmita Saputra1, Yulastri Arif2, Vetty Priscilla3

Rapar, R. A., Kundre, R., & Kallo, V. (2018). Hubungan Kepuasaan Kerja Perawat dengan
Pelaksanaan Pendokumentasian Keperawatan di Rumah Sakit GMIM Pancaran Kasih
Manado. E-Jurnal Keperawatan (e-Kp), 6(1).

Sandra, R., Sabri, R., & Wanda, D. (2012). Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana
dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Pariaman.

Specht, J. A. (2013). Mentoring Relationship and The Levels of Role Conflict and Role
Ambiguity Experienced by Novice Nursing Faculty. Journal of Professional Nursing,
29(5), 25–31. https://doi.org/10.1016/j.profnurs.2013.06.006

Sulung, N. (2016). Efektifitas Metode Preseptor dan Mentor dalam Meningkatkan


Kompetensi Perawat Klinik. Jurnal Ipteks Terapan, 9(2), 224–235.

Triyoga, A., & Dewi, P. A. K. (2015). Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan di Instalasi


Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal Penelitian Keperawatan, 1(2), 155–164.

Utami, I. (2017). Ketidak Patuhan. Retrieved June 26, 2017, from


https://www.scribd.com/document/336893143/ketidakpatuhan

Widyaningtyas, K. S. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan, 1–10.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 182

Anda mungkin juga menyukai