PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tim. Selain itu, perawat juga harus dapat melaksanakan proses keperawatan yang
tepat hingga proses dokumentasi selesai (Suratmi, 2012).
Dalam proses pelaksanaan MPKP satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga
keperawatannya, beberapa jenis tenaga yang ada meliputi kepala ruang rawat,
Clinical Care Manager (CCM), perawat primer (PP), serta perawat assosiet (PA).
Peran dan fungsi antara PP dan PA harus jelas dan sesuai dengan tanggug
jawabnya. Pada ruang MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan
kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman, dan pada MPKP tingkat 1
adalah perawat dengan kemampuan S.Kep/Ners dengan pengalaman (Sitorus &
Panjaitan, 2011).
Hal senada juga diungkapkan oleh Warsito (2006) bahwa perawat pelaksana
mempunyai persepsi tentang fungsi pengarahan yang tidak baik, maka cenderung
menunjukkan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan yang tidak baik pula.
Demikian juga perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi
pengawasan kepala ruangan yang tidak baik, cenderung memiliki pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan yang tidak baik. Selain itu, dalam melaksanakan
tugas dan profesinya perawat rentan terhadap stress. Setiap hari dalam
melaksanakan pengabdiannya, seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan
2
pasien, tetapi juga keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja sesama perawat,
dokter dan peraturan di tempat kerja serta beban kerja yang terkadang tidak sesuai
dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya (Saam dan Wahyuni, 2013) Untuk
mencapai target dalam meningkatkan kualitas pelayanan, perawat dirumah sakit
seharusnya diberikan dukungan secara psikologis.
Robbins & Judge, (2008) mengatakan motivasi kerja, kepuasan kerja dan stres
kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam mempengaruhi keadaan
psikologis seseorang. 4 Hasil penilitian Mudayana (2010) mengatakan motivasi
yang kuat dari dalam diri perawat dapat menghasilkan semangat tinggi dalam
memberikan layanan keperawatan terbaik bagi pasien. Penelitian Mangkunegara
(2006) mengatakan motivasi adalah sesuatu yang mendorong dan mempengaruhi
seseorang untuk bangkit, memberikan arahan dan menjaga sikap dalam lingkungan
pekerjaan. Tidak hanya dalam melakukan tindakan keperawatan untuk pasien,
motivasi juga berlaku pada saat melakukan dokementasi. Motivasi yang baik
untuk melakukan proses dokumentasi dapat menghasilkan dokumentasi
berkualitas baik. Hal selanjutnya yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
perawat adalah motivasi. Perawat yang memanfaatkan semua kemampuan yang
dimilikinya akan dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi yang dibentuk
sehingga tercapai kepuasan kerja (Sari et al., 2010).
Menurut Sudalhar (2011) bahwa ada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan mempunyai tingkat kepuasan yang
berbeda , tergantung penilaian individu terhadap aspek pekerjaan antara lain
imbalan, promosi jabatan, kondisi kerja, rekan kerja, dan pengawasan yang
dirasakan sesuai dengan keinginan individu tersebut.semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakannya dan apabila semakin sedikit aspek dalam
pekerjaan tersebut yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin rendah
tingkat kepuasan yaang dirasakan.
3
Jurnal yang hasil Hardani (2016) kepuasan kerja perawat masih rendah
sebanyak 5 61%. Jayanegara & Hartantik, (2016) mengatakan terdapat hubungan
antar kepuasan kerja. Semakin rendah kepuasan maka kinerja perawat semakin
menurun. Pekerjaan seorang perawat merupakan pekerjaan yang memiliki stres
yang tinggi, karena dalam bekerja, perawat berhubungan langsung dengan
berbagai macam pasien dengan diagnosa penyakit dalam respon yang berbedabeda
(Desima, 2013). Penelitian Desima (2013) mengatakan tingkat stres kerja perawat
di rawat inap tergolong memiliki stres sedang.
Menurut Jusminar, (2012) mengatakan ada beberapa sumber bagi stres kerja
perawat sumber stres bagi perawat, anatara lain; beban kerja yang berlebih,
kurangnya jumlah tenaga perawat, konflik dengan rekan kerja atau dengan dokter,
kurangnya pengalaman perawat, dan kepala ruangan yang selalu memonitor
ruangan kerja Berdasarkan penelitian yang sudah diuraikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kondisi psikologis perawat sangat penting dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan bagi pasien. Perawat yang memiliki psikologis yang baik
akan melakukan kinerja dengan baik, begitu pula sebaiknya, perawat yang
memiliki psikologis seperti motivasi yang kurang, akan menghasilkan kinerja yang
menurun. Kinerja yang menurun akan berdanpak pada penurunan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dan menurunnya tingkat kepuasan
pasien.
B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat di ruang MPKP.
b. Untuk mengetahui gambaran motivasi perawat di ruang MPKP.
4
c. Untuk mengetahui gambaran kepuasan perawat di ruang MPKP.
d. Untuk mengetahui gambaran stres perawat di ruang MPKP.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PEN1GERTIAN
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
B. TUJUAN MODEL KEPERAWATAN
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawata.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap
anggota tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
1. Nilai professional
2. Pendekatan manajemen
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
4. Hubungan professional
1
Apriyani, R. (2012). Model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Jakarta:
TIM Hal 202-203
6
5. System penghargaan dan kompensasi
2
Apriyani, R. (2012). Model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Jakarta:
TIM. Hal 205-206
7
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat
duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-
obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
· Kerugian metode fungsional:
Pasien mendapat banyak perawat.
Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
Pelayanan terputus-putus
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
Sederhana
-Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
8
Contoh metode fungsional
Perawat A 3tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien
3
Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC. Hal 130-131
4
Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC.hal 133-134
9
Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
Kebutuhan pasien terpenuhi.
Pasien merasa puas.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim
yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien. Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
10
Tercipta kerja sama yang baik .
Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
Kekurangan metode tim
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran
tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
Akontabilitas dalam tim kabur.
5
Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC.hal 135-138
11
Mengkoordinasi pelayanan
Menerima dan menyesuaikan rencana
menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
Ada otonomi
Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan: :
Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional
sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1) Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.
12
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
6
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 111-
113
13
4) memberikankepuasan pada anggota tim
5) d. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
6) ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
7) ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing
E. KARATERISTIK MPKP
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer
Tahap persiapan :
Pembentukan team
7
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.hal 115-
116
14
1) Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan,
ketua MPKP
2) Rancangan penilaian mutu
3) Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi
kepuasan klien.
4) Presentasi MPKP
5) Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat
presentasi.
6) Penetapan tempat implementasi
7) Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas
tenaga perawat apakah ada staf baru.
8) Identifikasi jumlah klien
9) Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
10) Penetapan tenaga keperawatan
11) Penetapan jenis tenaga:
a. kepala ruang rawat
b. clinical care manager
c. perawat primer
d. perawat asociate
12) Pengembangan standar asuhan keperawatan
13) Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga
waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan
14) Penetapan format dokumentasi keperawatan
15) Identifikasi fasilitas:
a. Badge atau kartu nama tim
b. Papan nama
c. Papan MPKP
Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP
15
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
Tahap evaluasi :
1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap
klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat
16
BAB III
GAMBARAN DI RUMAH SAKIT DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
a. Falsafah
b. Motto
c. Visi
d. Misi
17
3) Bertindak sebagai pusat pelatihan, pendidikan, penelitian dan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan
4) Menjadikan Rumah Sakit yang terakreditasi secara nasional
e. Tujuan
18
a. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, dengan Emergency Traumatic Centre
(ETC), yang dilengkapi dengan kamar operasi Cito.
b. Pelayanan Rawat jalan (Poli Umum, Gigi, Anak, Penyakit Dalam, Bedah,
Kebidanan, Syaraf, Jiwa, Kulit kelamin, Gigi dan Mulut.
c. Pelayanan Rawat inap dengan kapasitas 388 tempat tidur yang terbagi pada 19
ruang rawat inap antara lain bedah, penyakit dalam, paru, syaraf, anak,
kebidanan, jiwa dan tahanan. Ruang tersebut terdiri dari VIP, kelas 1, kelas 2
dan kelas 3, untuk perawatan pasien anggota Polisi dan keluarga, peserta
ASKES dan pasien umum.
d. Pelayanan laboratorium lengkap
e. Pelayanan radiologi lengkap
f. Pelayanan Apotek lengkap (Apotek Dinas dan Umum)
g. Pelayanan Ruang operasi dengan 6 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk
operasi Bedah, Kebidanan dan Kandungan, Mata dan THT
h. Pelayanan Perinatologi
i. Pelayanan Kamar Bersalin
j. ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU
k. Pelayanan Keperawatan Jiwa
l. Pelayanan Kesehatan Tahanan
m. Pusat Pelayanan Terpadu
4. Penampilan Kerja
Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit, data triwulan dari bulan
Januari sampai dengan bulan September tahun 2008 yaitu:
b. BOR 81,59 %
d. BTO 11,71
19
e. TOI 1,62
Observasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya visi dan misi rumah
sakit, ruangan dan bidang keperawatan, struktur organisasi ruangan,
SOP/SAK, ketersediaan format dokumentasi asuhan keperawatan dan menilai
dokumentasi proses keperawatan dengan menggunakan instrumen A Depkes
pada 10 (sepuluh) berkas rekam medis pasien di 3 (tiga) ruangan.
20
2. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen diruangan Mawar
a. Fungsi Perencanaan
Wawancara, menurut Kepala ruangan sampai saat ini belum ada visi,
misi, filosofi diruangan mawar, karena belum ada perintah dari atasan
untuk membentuk hal tersebut.
2) Filosofi keperawatan
3) Peraturan organisasi
21
Masalah :-
b. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Masalah : -
22
kepada ketua tim. Dan pada struktur organisasi di ruangan sudah
menunjukkan penerapan metode tim.
3) Uraian tugas
Masalah : -
4) Metode penugasan
23
5) Pendokumentasian asuhan keperawatan
24
Observasi : Format daftar shif diruangan menggunakan proporsi
jumlah perawat yang ada.
c. Fungsi pengarahan
Masalah : -
2) Komunikasi
25
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori baik
(97,5%).
Masalah : -
3) Pendelegasian
d. Fungsi pengendalian
26
akan segera diberikan kepada tiap-tiap unit rawat inap diadakan revisi
ulang dan saat ini yang sudah berjalan adalah ruang Jiwa.
Masalah : -
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor
2 Pelaksanaan 4 3 4 4 4 768
27
pembuatan catatan
harian, bulanan dan
tahunan belum
dilaksanakan
3 Pemahaman tentang
metode penugasan
5 5 5 5 4 2500
tim-primer belum
seragam
5 Dan seterusnya
28
Seleksi alternatif penyelesaian masalah menggunakan pembobotan CARL,
yaitu :
Dan seterusnya
Dari tabel diatas maka dibuat prioritas penyelesaian masalah sebagai berikut :
29
5. Jadual waktu dan Rancangan pelaksanaan
2 Pembuatan Terbentuk
perangkat format catatan
MPKP harian
Terbentuk
- Buku catatan
format
harian
pengkajian
- Format audit
keperawatan
catatan harian
Terbentuk
- Format
rencana
pengkajian
diagnosis (10
awal
diagnosa)
keperawatan
Terbentuk
- Renpra (10
format
diagnosis yg.
discharge
Sering
planning
30
dipakai) Terbentuk
- Format format BOR,
discharge ALOS dan TOI
planning
- Format
pendelegasian
- Format
penghitungan
BOR, LOS,
TOI
DST
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian data diruang praktek manajemen memakai alat kuesioner,
wawancara dan lembar observasi dan dari hasil analis ditemukan 10 masalah
yang perlu dilkuakn diruangan antara lain visi dan misi belum ada, kegiatan
manajmeen belum menjadi suatu protap atau standart, kegiatan manajemen
belum dijalankan sesuai kegiatan fungsi manajemen yang baik
2. Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan memakai model modifikasi
TIM dan Primer dengan pembagian tim menjadi 2 kelompok besar yang
diketuai oleh kepala tim dan bertindak sebagai perawat primer
3. Kegiatan manajemen dilakukan dengan mengikuti standart operasional
prosedur dengan rutinitas kegiatan antara lain Operan, Prekonference, Post
konference, Ronde keperawatan, Supervisi Keperawatan, Discharge planning,
dan Dokumentasi Keperawatan.
4. Kegiatan evaluasi untuk kegiatan manajemen dengan beberapa standart antara
lain BOR mengalami peningkatan sebesar 78 %, ALOS rata-rata 3 hari, TOI:
turn over interval rata-rata 3 tempat tidur tidak terpakai, Kejadian infeksi
nosokomial tidak terjadi, angka cedera 0 % dan kepuasan pasien meningkat
dari rata-rata 75 % menjadi 85 % pasien puas
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
1. Pimpinan / kepala
a. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya note book dan
penyediaan format asuhan keperawatan yang telah diuji cobakan, bagi
terselenggaranya ruang MPKP.
b. Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi
keperawatan untuk mengembangkan karir dan pendidikan berkelanjutan ke
32
D3 dan S1 Keperawatan yang diperlukan diruang MPKP.
2. Subdepartemen Keperawatan
a. Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah
terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan,
memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan
motivasi dan kualitas kerja perawat.
b. Memberikan pengkayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama
pada fungsi pengawasan.
c. Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
yang telah diuji cobakan diruang Cemara 2.
3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim
a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada
perawat pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan
keperawatan.
b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang
atau dalam proses perawatan.
c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh direksi Rumah Sakit.
4. Perawat Pelaksana
a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang
profesionalisme perawat.
5. Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil
residensi terdahulu khususnya di ruang percontohan MPKP dan menambah
kegiatan lain yang belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan,
bulanan, dan ronde keperawatan dan menyempurnakan format pengkajian dan
rencana intervensi yang sudah ada.
33
DAFTAR PUSTAKA
34