Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Keperawatan adalah bentuk layanan atau asuhan profesional dan


ilmu keperawatan serta berorientasi pada kebutuhan nyata dari pasien, melihat
lansung pada standar profesional keperawatan dan menjadikan etika keperawatan
sebagai landasan utama tuntutan kerja (Nursalam, 2015).

Menurut Kemenkes (2017) keperawatan adalah kegiatan dalam memberikan


asuhan pada individu keluarga dan kelompok baik dalam kondisi sehat maupun
sakit. Perawat merupakan ujung tombak dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap pasien sehingga perawat memiliki tugas sangat penting untuk mencapai
kualitas yang baik dalam pelayanan kesehatan. Dalam memberikan asuhan
keperawatan digunakan beberapa metode. Metode keperawatan adalah hal yang
diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien untuk
meningkatkan kepuasan pasien dan derajat kesahatan. Di Indonesia terdapat
beberapa metode keperawatan diantaranya; metode primer, metode kasus, metode
tim dan metode fungsional (Sumijatun, 2010).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) merupakan pengelolaan


struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat
sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan 2 professional.
Peningkatan MPKP dapat menggambarkan usaha berbagai negara untuk
memajukan kualitas asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat (Sitorus &
Panjaitan, 2011) Guna mencapai target kualitas pelayanan yang baik pelaksanaan
model praktik asuhan keperawatan harus didukung oleh adanya tenaga perawat
yang masing-masing mengetahui tugas mereka dan dapat bekerja sama dengan

1
tim. Selain itu, perawat juga harus dapat melaksanakan proses keperawatan yang
tepat hingga proses dokumentasi selesai (Suratmi, 2012).

Dalam proses pelaksanaan MPKP satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga
keperawatannya, beberapa jenis tenaga yang ada meliputi kepala ruang rawat,
Clinical Care Manager (CCM), perawat primer (PP), serta perawat assosiet (PA).
Peran dan fungsi antara PP dan PA harus jelas dan sesuai dengan tanggug
jawabnya. Pada ruang MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan
kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman, dan pada MPKP tingkat 1
adalah perawat dengan kemampuan S.Kep/Ners dengan pengalaman (Sitorus &
Panjaitan, 2011).

Fenomena yang terjadi dewasa ini adalah pengelolaan manajerial keperawatan


yang belum optimal. Pada kenyataannya saat ini tenaga perawat yang ada di
lapangan masih belum memenuhi standar. Pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
keperawatan masih banyak yang bersifat monoton atau cenderung fungsional,
motivasi yang masih kurang serta sikap pemimpin atau supervisor 3 dalam
memberikan bimbingan atau pembinaan yang belum mempunyai standar (Depkes,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2009) di RSUD kota Semarang
mengenai analisis peran kepemimpinan dan aspek manajerial terhadap kepuasan
kerja menyatakan bahwa aspek manajerial mempengaruh kepuasaan kerja perawat
pelaksana.

Hal senada juga diungkapkan oleh Warsito (2006) bahwa perawat pelaksana
mempunyai persepsi tentang fungsi pengarahan yang tidak baik, maka cenderung
menunjukkan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan yang tidak baik pula.
Demikian juga perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi
pengawasan kepala ruangan yang tidak baik, cenderung memiliki pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan yang tidak baik. Selain itu, dalam melaksanakan
tugas dan profesinya perawat rentan terhadap stress. Setiap hari dalam
melaksanakan pengabdiannya, seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan

2
pasien, tetapi juga keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja sesama perawat,
dokter dan peraturan di tempat kerja serta beban kerja yang terkadang tidak sesuai
dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya (Saam dan Wahyuni, 2013) Untuk
mencapai target dalam meningkatkan kualitas pelayanan, perawat dirumah sakit
seharusnya diberikan dukungan secara psikologis.

Robbins & Judge, (2008) mengatakan motivasi kerja, kepuasan kerja dan stres
kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam mempengaruhi keadaan
psikologis seseorang. 4 Hasil penilitian Mudayana (2010) mengatakan motivasi
yang kuat dari dalam diri perawat dapat menghasilkan semangat tinggi dalam
memberikan layanan keperawatan terbaik bagi pasien. Penelitian Mangkunegara
(2006) mengatakan motivasi adalah sesuatu yang mendorong dan mempengaruhi
seseorang untuk bangkit, memberikan arahan dan menjaga sikap dalam lingkungan
pekerjaan. Tidak hanya dalam melakukan tindakan keperawatan untuk pasien,
motivasi juga berlaku pada saat melakukan dokementasi. Motivasi yang baik
untuk melakukan proses dokumentasi dapat menghasilkan dokumentasi
berkualitas baik. Hal selanjutnya yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
perawat adalah motivasi. Perawat yang memanfaatkan semua kemampuan yang
dimilikinya akan dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi yang dibentuk
sehingga tercapai kepuasan kerja (Sari et al., 2010).

Menurut Sudalhar (2011) bahwa ada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan mempunyai tingkat kepuasan yang
berbeda , tergantung penilaian individu terhadap aspek pekerjaan antara lain
imbalan, promosi jabatan, kondisi kerja, rekan kerja, dan pengawasan yang
dirasakan sesuai dengan keinginan individu tersebut.semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakannya dan apabila semakin sedikit aspek dalam
pekerjaan tersebut yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin rendah
tingkat kepuasan yaang dirasakan.

3
Jurnal yang hasil Hardani (2016) kepuasan kerja perawat masih rendah
sebanyak 5 61%. Jayanegara & Hartantik, (2016) mengatakan terdapat hubungan
antar kepuasan kerja. Semakin rendah kepuasan maka kinerja perawat semakin
menurun. Pekerjaan seorang perawat merupakan pekerjaan yang memiliki stres
yang tinggi, karena dalam bekerja, perawat berhubungan langsung dengan
berbagai macam pasien dengan diagnosa penyakit dalam respon yang berbedabeda
(Desima, 2013). Penelitian Desima (2013) mengatakan tingkat stres kerja perawat
di rawat inap tergolong memiliki stres sedang.

Menurut Jusminar, (2012) mengatakan ada beberapa sumber bagi stres kerja
perawat sumber stres bagi perawat, anatara lain; beban kerja yang berlebih,
kurangnya jumlah tenaga perawat, konflik dengan rekan kerja atau dengan dokter,
kurangnya pengalaman perawat, dan kepala ruangan yang selalu memonitor
ruangan kerja Berdasarkan penelitian yang sudah diuraikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kondisi psikologis perawat sangat penting dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan bagi pasien. Perawat yang memiliki psikologis yang baik
akan melakukan kinerja dengan baik, begitu pula sebaiknya, perawat yang
memiliki psikologis seperti motivasi yang kurang, akan menghasilkan kinerja yang
menurun. Kinerja yang menurun akan berdanpak pada penurunan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dan menurunnya tingkat kepuasan
pasien.

B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran


psikologis perawat pelaksana di unit MPKP

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat di ruang MPKP.
b. Untuk mengetahui gambaran motivasi perawat di ruang MPKP.

4
c. Untuk mengetahui gambaran kepuasan perawat di ruang MPKP.
d. Untuk mengetahui gambaran stres perawat di ruang MPKP.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)

A. PEN1GERTIAN
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
B. TUJUAN MODEL KEPERAWATAN
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawata.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap
anggota tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
1. Nilai professional
2. Pendekatan manajemen
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
4. Hubungan professional

1
Apriyani, R. (2012). Model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Jakarta:
TIM Hal 202-203

6
5. System penghargaan dan kompensasi

C. M2ACAM METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN


Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu
metode pendekatan di bawah ini :
1. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi
menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara
umum, sebagai berikut :

a. Kepala Ruangan, tugasnya :


Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat
penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.

b. Perawat staf, tugasnya :


 Melakukan askep langsung pada pasien
 Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan

c. Perawat Pelaksana, tugasnya :


Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam
masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu
tindakan sederhana (ADL).

d. Pembantu Perawat, tugasnya :

2
Apriyani, R. (2012). Model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Jakarta:
TIM. Hal 205-206

7
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat
duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-
obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
· Kerugian metode fungsional:
 Pasien mendapat banyak perawat.
 Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
 Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
 Pelayanan terputus-putus
 Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
 Sederhana
-Efisien.
 Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
 Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
 Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
 Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

8
Contoh metode fungsional
Perawat A 3tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien

2. Metode 4penugasan pasien/metode kasus


Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan
untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.
Kekurangan metode kasus :
 Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
 Membutuhkan banyak tenaga.
 Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.

3
Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC. Hal 130-131

4
Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC.hal 133-134

9
 Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
 Kebutuhan pasien terpenuhi.
 Pasien merasa puas.
 Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
 Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim
yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien. Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.

Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :


 Ketua tim
 Pelakaana perawatan
 Pembantu perawatan
 Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang
lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim:
 Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
 Pasien dilayani secara komfrehesif
 Terciptanya kaderisasi kepemimpinan

10
 Tercipta kerja sama yang baik .
 Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
 Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
Kekurangan metode tim
 Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
 Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran
tugas terhambat.
 Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
 Akontabilitas dalam tim kabur.

4. Metode 5Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.

Tugas perawat primer adalah :


 Menerima pasien
 Mengkaji kebutuhan
 Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.

5
Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC.hal 135-138

11
 Mengkoordinasi pelayanan
 Menerima dan menyesuaikan rencana
 menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar :
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
 Ada otonomi
 Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

Ketenagaan: :
 Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
 Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
 Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional
sebagai asisten.

Kepala bangsal :
1) Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer:


- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

12
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:


- Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat,
Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik)


Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang.

Keuntungan dan Kerugian


Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah
dibahas pembicaraan yang sebelumnya.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI MODEL PRAKTIK


KEPERAWATAN 6PROFESIONAL

Kelebihan model praktek keperawatan professional :


1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

6
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 111-
113

13
4) memberikankepuasan pada anggota tim
5) d. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
6) ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
7) ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

Kekurangan model praktek keperawatan professional :


1) Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim,
membutuhkan waktu
2) dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
3) Akuntabilitas pada tim.Konsep
4) beban kerja tinggi
5) pendelegasian tugas terbatas
6) kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien tugas

E. KARATERISTIK MPKP
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

F. LANGKAH-LANGKAH 7IMPLEMENTASI MPKP

Tahap persiapan :
Pembentukan team

7
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.hal 115-
116

14
1) Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan,
ketua MPKP
2) Rancangan penilaian mutu
3) Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi
kepuasan klien.
4) Presentasi MPKP
5) Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat
presentasi.
6) Penetapan tempat implementasi
7) Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas
tenaga perawat apakah ada staf baru.
8) Identifikasi jumlah klien
9) Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
10) Penetapan tenaga keperawatan
11) Penetapan jenis tenaga:
a. kepala ruang rawat
b. clinical care manager
c. perawat primer
d. perawat asociate
12) Pengembangan standar asuhan keperawatan
13) Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga
waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan
14) Penetapan format dokumentasi keperawatan
15) Identifikasi fasilitas:
a. Badge atau kartu nama tim
b. Papan nama
c. Papan MPKP

Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP

15
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan

Tahap evaluasi :
1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap
klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat

16
BAB III
GAMBARAN DI RUMAH SAKIT DAN PEMBAHASAN
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Sejarah Singkat Rumah sakit Husada Setya

Sejarah rumah sakit dimulai dengan keluarnya Surat Keputusan


......................... yang mencantumkan keberadaan Rumah Sakit Husada Setya
berada dalam struktur organisasi. Pada tanggal 14 Mei 1966, penggunaan
Rumah sakit diresmikan oleh Menteri kesehatan dan sejak itulah
melaksanakan kegiatan operasional sampai sekarang.

2. Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan

Berdasarkan surat edaran No.SE/13/V/1999, Rumah Sakit Husada Setya


mempunyai falsafah, motto, visi, misi dan tujuan sebagai berikut:

a. Falsafah

Dengan Iman dan Taqwa berdasarkan Pancasila kita tingkatkan derajat


kesehatan masyarakat Indonesia.

b. Motto

Suksesku adalah kepuasan pasien (pelanggan)

c. Visi

Memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat

d. Misi

1) Bertindak sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat


2) Berperan sebagai pusat pelayanan kasus trauma (Traumatic centre)

17
3) Bertindak sebagai pusat pelatihan, pendidikan, penelitian dan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan
4) Menjadikan Rumah Sakit yang terakreditasi secara nasional

e. Tujuan

1) Menciptakan keluaran kerja:Aman, Informatif, Efektif, Efisien, Mutu,


dan Manusiawi
2) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang berbentuk
pelayanan:bio, psiko, sosio, spiritual pada kasus-kasus medis antara
lain:
(a) Bedah thorak kardiovaskular
(b) Bedah kepala dan leher
(c) Bedah tumor
(d) Bedah perut
(e) Bedah perkemihan
(f) Bedah plastik
(g) Bedah saraf
(h) Bedah tulang
3) Menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi operasi
4) Mencegah komplikasi
5) Menjamin kecukupan nutrisi
6) Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
7) Mengurangi morbiditas dan mortalitas
8) Menciptakan kerjasama yang baik antara petugas, pasien, dan keluarga
9) Memberikan rasa aman dan nyaman
3. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang ada meliputi pelayanan medik, penunjang medik,


keperawatan, rehabilitasi medik, farmasi dan gizi. Jenis pelayanan yang
diselenggarakan adalah:

18
a. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, dengan Emergency Traumatic Centre
(ETC), yang dilengkapi dengan kamar operasi Cito.
b. Pelayanan Rawat jalan (Poli Umum, Gigi, Anak, Penyakit Dalam, Bedah,
Kebidanan, Syaraf, Jiwa, Kulit kelamin, Gigi dan Mulut.
c. Pelayanan Rawat inap dengan kapasitas 388 tempat tidur yang terbagi pada 19
ruang rawat inap antara lain bedah, penyakit dalam, paru, syaraf, anak,
kebidanan, jiwa dan tahanan. Ruang tersebut terdiri dari VIP, kelas 1, kelas 2
dan kelas 3, untuk perawatan pasien anggota Polisi dan keluarga, peserta
ASKES dan pasien umum.
d. Pelayanan laboratorium lengkap
e. Pelayanan radiologi lengkap
f. Pelayanan Apotek lengkap (Apotek Dinas dan Umum)
g. Pelayanan Ruang operasi dengan 6 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk
operasi Bedah, Kebidanan dan Kandungan, Mata dan THT
h. Pelayanan Perinatologi
i. Pelayanan Kamar Bersalin
j. ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU
k. Pelayanan Keperawatan Jiwa
l. Pelayanan Kesehatan Tahanan
m. Pusat Pelayanan Terpadu

4. Penampilan Kerja

Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit, data triwulan dari bulan
Januari sampai dengan bulan September tahun 2008 yaitu:

a. Jumlah pasien yang dirawat 6381 orang

b. BOR 81,59 %

c. LOS 7,45 hari

d. BTO 11,71

19
e. TOI 1,62

B. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan di ruang


…………………………….
1. Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan wawancara dengan kepala komite keperawatan tanggal 14
Oktober 2008, diketahui bahwa masih banyak permasalahan yang ditemui
dalam penerapan manajemen keperawatan, baik dalam fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan pengendalian, dimana fungsi manajemen
tersebut belum dilaksanakan secara optimal. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 14 s/d 16 Oktober 2008 yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan aspek manajemen keperawatan melalui pendekatan
terhadap aspek manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan.
Pengkajian manajemen meliputi fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian,
fungsi pengawasan dan fungsi pengendalian. Metode yang digunakan untuk
memperoleh data adalah studi literatur dengan membaca laporan ruangan dan
laporan hasil praktek manajemen sebelumnya yang berkaitan dengan
manajemen, kemudian dikonfirmasi dengan masalah-masalah yang
dikemukakan oleh responden, konfirmasi dilakukan melalui observasi,
wawancara, penyebaran angket. Responden yang terlibat dalam pengisian
kuesioner sebanyak 100 orang perawat pelaksana dan 15 orang kepala
ruangan. Responden berasal dari seluruh ruang rawat inap dengan jumlah 15
ruangan.

Observasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya visi dan misi rumah
sakit, ruangan dan bidang keperawatan, struktur organisasi ruangan,
SOP/SAK, ketersediaan format dokumentasi asuhan keperawatan dan menilai
dokumentasi proses keperawatan dengan menggunakan instrumen A Depkes
pada 10 (sepuluh) berkas rekam medis pasien di 3 (tiga) ruangan.

20
2. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen diruangan Mawar

a. Fungsi Perencanaan

1) Visi, Misi Organisasi

Wawancara, menurut Kepala ruangan sampai saat ini belum ada visi,
misi, filosofi diruangan mawar, karena belum ada perintah dari atasan
untuk membentuk hal tersebut.

Observasi, hasil pengamatan di ruang Mawar tidak terlihat visi-misi


keperawatan yang ditempel di dinding ruangan yang dapat terbaca
dengan mudah oleh semua orang yang melewatinya.

Kuesioner, perawat pelaksana menunjukkan pengetahuan yang


kurang (85,5%) dalam bekerja berdasarkan visi dan misi keperawatan.

Masalah : Perumusan visi dan misi ruangan belum ada

2) Filosofi keperawatan

Wawancara, menurut Karu agar perawat dapat bekerja berdasarkan


filosofi ilmu mereka secara rutin dilakukan disetiap kesempatan
diantaranya pada saat apel pagi, kesamaptaan dan pada saat pelatihan.

Observasi, belum terlihat filosofi diruangan

Kuesioner, persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori kurang


baik (92%) dalam bekerja berdasarkan filosofi keperawatan.

Masalah : Filosofi ruangan belum ada

3) Peraturan organisasi

Wawancara, menurut kepala bidang keperawatan Rumah sakit sudah


memiliki peraturan yang merujuk ke Depkes, tetapi dalam
pelaksanaannya tetap memakai aturan yayasan.

Observasi, ada uraian peraturan kepegawaian

Kuesioner, persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori baik


(90%).

21
Masalah :-

4) Pembuatan rencana harian

Wawancara, menurut Karu di ruangan sudah membuat rencana harian


tetapi belum memiliki bentuk catatan harian yang baku.

Observasi, belum ada catatan harian, bulanan dan tahunan di ruangan

Kuesioner : Persepsi perawat pelaksana menunjukan kategori cukup


(67 %) dan kepala ruang dalam kategori cukup (64%).

Masalah : Pelaksanaan pembuatan catatan harian, bulanan dan


tahunan belum dilaksanakan

b. Pengorganisasian

1) Struktur Organisasi

Wawancara, menurut Kepala ruang didapatkan informasi bahwa


struktur ketenagaan yang ada sudah dibentuk 2 tim sebagai
penerjamaan dari konsep MPKP diruangan.

Observasi : adanya struktur organisasi yang di pasang di dinding


ruangan nurse station.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori cukup


baik (78,3% & 82 %),

Masalah : -

2) Pengorganisasian Perawatan klien

Wawancara : menurut Kepala ruang didapatkan data bahwa metode


penugasan yang dilakukan menggunakan metode tim, dengan
membentuk dalam ruangan 2 tim

Observasi : Hasil pengamatan ada 2 tim diruangan yang dibuat sesuai


tugas sehari-hari. Pembagian tanggungjawab terhadap pasien
dilakukan berdasarkan kamar, perawat pelaksana langsung
bertanggung jawab kepada kepala ruangan, tidak bertanggung jawab

22
kepada ketua tim. Dan pada struktur organisasi di ruangan sudah
menunjukkan penerapan metode tim.

Kuesioner : Persepsi perawat ruang menunjukkan katagori cukup baik


(75%) dalam bekerja berdasarkan metode modifikasi tim-primer.

Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode modifikasi tim-


primer.

3) Uraian tugas

Wawancara : Menurut Kepala ruanga setiap perawat sudah


mempunyai uraian tugas masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan.
Batas wewenang dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan
dibuat job discription dimasing-masing ruangan.

Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai


perannya.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang


menunjukkan katagori baik (86 % & 76 %).

Masalah : -

4) Metode penugasan

Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa


penghitungan jumlah tenaga sudah disesuaikan dengan rasio klien
tetapi menggunakan standart minimal dengan rumus Gillis.

Observasi : jumlah perawat masih kurang dengan dinas rincian dinas


sebagai berikut Pagi = 2, Siang = 2, malam 2, libur = 2 dan cuti 2.
Untuk dinas pagi ditambah 1 kepala ruang, 1 wakil kepala ruang dan
1 ketua tim.

Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana mengenai penghitungan


tenaga dengan kategori cukup (74 %)

Masalah : Rasio jumlah perawat belum sesuai dengan tingkat


ketergantungan klien.

23
5) Pendokumentasian asuhan keperawatan

Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa


pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan format yang ada
yang sudah disepakati bersama antara kepala ruang dan komite
keperawatan, tetapi audit secara rutin belum dilakukan, sehingga
sampai sekarang belum diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam
mengisi dokumentasi keperawatan.

Obseravasi : tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan.


Ada beberapa format yang tidak tersedia seperti format evaluasi
(SOAP). Pada format rencana keperawatan, kolom implementasi tidak
disediakan tersendiri namun disamakan dengan kolom intervensi.
Dalam dokumentasi tidak terlihat kesinambungan antara masalah dan
tindakan keperawatan : Pengkajian dan Diagnosa keperawatan belum
mencerminkan kondisi pasien yang seutuhnya, evaluasi belum
didokumentasikan secara kontinyu, tetapi format dokumentasi
keperawatan (pengkajian s/d evaluasi) yang sudah terisi tetapi belum
optimal. Format audit penulisan dokumentasi diruangan tidak ada.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana tentang penulisan


dokumentasi keperawatan dalam kategori baik (88,75 %)

Masalah : Belum optimalnya kegiatan audit dokumentasi


keperawatan

6) Pengaturan jadual dinas

Wawancara : Menurut Karu ruangan pengaturan shif yang dilakukan


oleh Kepala ruang disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di
ruangan dan tidak berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien,
karena disesuaikan dengan jumlah perawat dan kondisi Rumah Sakit.

24
Observasi : Format daftar shif diruangan menggunakan proporsi
jumlah perawat yang ada.

Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana menunjukan kategori kurang


(58,70 % & 74 %).

Masalah : Penjadualan belum menggunakan tingkat


ketergantungan klien.

c. Fungsi pengarahan

1) Motivasi kepada perawat

Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa peningkatan


motivasi sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara
langsung maupun tidak langsung. Misalnya diklat secara rutin
mengadakan pelatihan dan pembinaan.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana mengenai motivasi yang ia


dapatkan dari pimpinan dengan katagori baik (82 %) dalam
memberikan motivasi.

Masalah : -

2) Komunikasi

Wawancara : menurut Kasubdepwat didapatkan informasi bahwa


jalur komunikasi dilakukan secara bottum up dan top down. Asuhan
keperawatan yang didokumentasikan diberitahukan pada saat timbang
terima pasien dan ditindaklanjuti oleh perawat yang bertugas pada
shift berikutnya.

Observasi : komunikasi antara staff esuai dengan jalur. Pada saat


timbang terima pasien di ruangan, dilaporkan tindakan yang telah
dilakukan dan yang akan dilanjutkan oleh perawat pada shift
berikutnya.

25
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori baik
(97,5%).

Masalah : -

3) Pendelegasian

Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa


pendelegasian diruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya
dengan cara lesan.

Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori cukup


baik (74 %).

Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam


penerapan metode MPKP.

d. Fungsi pengendalian

1) Program pengendalian mutu

Wawancara : Menurut Karu sudah ada tim pengendalian mutu, tetapi


pelaksanaan gugus kendali mutu masih belum optimal.

Observasi: Belum ada sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan


pengendali mutu dan belum ada struktur kerja dan format
pengendalian diruangan.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang


menunjukkan katagori cukup baik (73 % & 62 %).

Masalah : Sistem pengendalian mutu belum optimal .

2) Pelaksanaan SOP dan SAK

Wawancara : Menurut Karu Asuhan keperawatan yang diberikan


sudah mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang sudah
ditetapkan. Dan saat ini sedang SOP dan SAK sedang direvisi dan

26
akan segera diberikan kepada tiap-tiap unit rawat inap diadakan revisi
ulang dan saat ini yang sudah berjalan adalah ruang Jiwa.

Observasi : SOP dan SAK sudah ada.

Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang


menunjukkan kategori baik (86 % & 86 %).

Masalah : -

3. Prioritas penyelesaian Masalah Manajemen Keperawatan

Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan


memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

- Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,


- Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
- Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah masalah,
- Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan,
- Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan kriteria sebagai
berikut :

- Nilai 1 = sangat kurang sesuai,


- Nilai 2 = kurang sesuai,
- Nilai 3 = cukup sesuai,
- Nilai 4 = sesuai
- Nilai 5 = sangat sesuai.
Tabel 2.2 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor

1 Visi, misi dan filosofi 2 4 5 4 5 800


belum terbentuk

2 Pelaksanaan 4 3 4 4 4 768

27
pembuatan catatan
harian, bulanan dan
tahunan belum
dilaksanakan

3 Pemahaman tentang
metode penugasan
5 5 5 5 4 2500
tim-primer belum
seragam

4 Operan belum berjalan


4 3 4 3 3 144
dengan baik

5 Dan seterusnya

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman tentang metode penugasan tim-primer belum seragam


2. Visi, misi dan filosofi belum terbentuk
3. Pelaksanaan pembuatan catatan harian, bulanan dan tahunan belum
dilaksanakan
4. Operan belum berjalan dengan baik
4. Alternatif Penyelesaian Masalah

Dari masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi, dengan


mempertimbangkan sumberdaya, waktu, kewenangan dan kemampuan untuk
mengatasi masalah yang ada, maka masalah yang diatasi hanya 5 masalah.
Dan berdasarkan prioritas masalah diatas maka skor tertinggi akan dilakukan
rencana tindak lanjut (masalah 1 sampai masalah 5). Tindak lanjut yang akan
diambil mempertimbangkan keterbatasan waktu, sumber daya, dana keuangan
dan kemampuan.

Seleksi Alternatif Penyelesaian masalah.

28
Seleksi alternatif penyelesaian masalah menggunakan pembobotan CARL,
yaitu :

- C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif,


- A = Accesability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif
- R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif,
- L = Leverage, artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan
masalah.
Rentang nilai 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai berikut :

- Nilai 1 = sangat kurang sesuai,


- Nilai 2 = kurang sesuai,
- Nilai 3 = cukup sesuai,
- Nilai 4 = sesuai
- Nilai 5 = sangat sesuai.
Tabel 2.3 Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah

N Alternatif Penyelesaian Masalah C A R L Tota


o l

1 Membuat visi misi ruangan 4 4 4 4 256

2 Membuat buku catatan harian 4 4 4 3 214

3 Membuat sop operan dan 4 3 4 4 192


pelaksaannya setiap hari

Dan seterusnya

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas penyelesaian masalah sebagai berikut :

1. Membuat visi misi ruangan


2. Membuat buku catatan harian
3. Membuat sop operan dan pelaksaannya setiap hari

29
5. Jadual waktu dan Rancangan pelaksanaan

Rencana kegiatan meliputi:

1. Membuat visi misi ruangan


2. Membuat buku catatan harian
3. Membuat sop operan dan pelaksaannya setiap hari

Tabel 3.1 Rencana kegiatan residensi manajemen Keperawatan di RS


Polpus R.S Sukanto

No Kegiatan Waktu Ruang Sasara Metoda Hasil yang


n diharapkan

1 Membuat visi &


misi

2 Pembuatan  Terbentuk
perangkat format catatan
MPKP harian
 Terbentuk
- Buku catatan
format
harian
pengkajian
- Format audit
keperawatan
catatan harian
 Terbentuk
- Format
rencana
pengkajian
diagnosis (10
awal
diagnosa)
keperawatan
 Terbentuk
- Renpra (10
format
diagnosis yg.
discharge
Sering
planning

30
dipakai)  Terbentuk
- Format format BOR,
discharge ALOS dan TOI
planning
- Format
pendelegasian
- Format
penghitungan
BOR, LOS,
TOI
DST

31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian data diruang praktek manajemen memakai alat kuesioner,
wawancara dan lembar observasi dan dari hasil analis ditemukan 10 masalah
yang perlu dilkuakn diruangan antara lain visi dan misi belum ada, kegiatan
manajmeen belum menjadi suatu protap atau standart, kegiatan manajemen
belum dijalankan sesuai kegiatan fungsi manajemen yang baik
2. Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan memakai model modifikasi
TIM dan Primer dengan pembagian tim menjadi 2 kelompok besar yang
diketuai oleh kepala tim dan bertindak sebagai perawat primer
3. Kegiatan manajemen dilakukan dengan mengikuti standart operasional
prosedur dengan rutinitas kegiatan antara lain Operan, Prekonference, Post
konference, Ronde keperawatan, Supervisi Keperawatan, Discharge planning,
dan Dokumentasi Keperawatan.
4. Kegiatan evaluasi untuk kegiatan manajemen dengan beberapa standart antara
lain BOR mengalami peningkatan sebesar 78 %, ALOS rata-rata 3 hari, TOI:
turn over interval rata-rata 3 tempat tidur tidak terpakai, Kejadian infeksi
nosokomial tidak terjadi, angka cedera 0 % dan kepuasan pasien meningkat
dari rata-rata 75 % menjadi 85 % pasien puas

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, disarankan kepada :
1. Pimpinan / kepala
a. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya note book dan
penyediaan format asuhan keperawatan yang telah diuji cobakan, bagi
terselenggaranya ruang MPKP.
b. Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi
keperawatan untuk mengembangkan karir dan pendidikan berkelanjutan ke

32
D3 dan S1 Keperawatan yang diperlukan diruang MPKP.
2. Subdepartemen Keperawatan
a. Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah
terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan,
memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan
motivasi dan kualitas kerja perawat.
b. Memberikan pengkayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama
pada fungsi pengawasan.
c. Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
yang telah diuji cobakan diruang Cemara 2.
3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim
a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada
perawat pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan
keperawatan.
b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang
atau dalam proses perawatan.
c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh direksi Rumah Sakit.
4. Perawat Pelaksana
a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang
profesionalisme perawat.
5. Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil
residensi terdahulu khususnya di ruang percontohan MPKP dan menambah
kegiatan lain yang belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan,
bulanan, dan ronde keperawatan dan menyempurnakan format pengkajian dan
rencana intervensi yang sudah ada.

33
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, R. (2012). Model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Jakarta:


TIM

Hidayat, A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kuntoro, A. (2010). Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika Kusnanto. (2010). Pengantar profesi dan praktik keperawatan
profesional. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sitorus, dkk. (2006). Model praktek keperawatan profesional di rumah sakit.


Jakarta: EGC. Sitorus & Panjaitan. (2011). Manajemen keperawatan:
manajemen keperawatan di ruang rawat. Jakarta: EGC.

34

Anda mungkin juga menyukai