BAB I
PENDAHULUAN
inap, jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative (UU NO.40
TAHUN 2009, 2009). Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian dari
sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang diberikan oleh profesi yang
berperan dalam pelayanan kesehatan. Salah satu profesi yang berperan penting dalam
melakukan pelayanan keperawatan serta dapat berinteraksi lebih lama dengan pasien
yaitu perawat.
Menurut Hidayat (2012), peran perawat adalah sebagai pemberi perawatan (Care
Giver), sebagai advocat keluarga, sebagai upaya dalam pencegahan penyakit, sebagai
sebagai peneiti. Menurut Koizer terdapat 3 fungsi perawat yaitu fungsi keperawatan
pelayanan professional dan pelayanan bermutu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
diperlukan perawat yang kompeten dalam memberikan pelayanan yang aman kepada
1
2
pasien dan sesuai dengan kode etik profesi. Sehingga dalam hal ini, perawat dituntut
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam
diukur dari pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga pasien merasakan puas
atau tidak puas (Kurniadih, 2013). Kinerja perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Gibson terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja individu yaitu 1)
faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, 2) faktor psikologi terdiri
dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi sedangkan 3) faktor organisasi
terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
Dalam hal ini bahwa kinerja perawat tidak akan terlepas dari faktor yang
disemua layanan keperawatan, hal yang terjadi dalam masyarakat ini karena
pelayanan yang masih rendah. Kinerja perawat yang rendah dapat memberikan
dampak terhadap kualitas pelyanan keperawatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus
memiliki perawat yang bekerja baik yang akan menunjang kinerja rumah sakit
sehingga dapat tercapainya kepuasan pasien. Salah satu upaya untuk menjaga kinerja
perawat tetap baik dengan menerapkan system jenjang karir dirumah sakit.
oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, maka perawat tersebut akan
kompetensi perawat pada tiap jenjang, akan memudahkan dalam rekruitmen, seleksi,
perawat profesioanal, didalamnya mengatur empat jalur karir yang dapat ditempuh
oleh perawat meliputi, Perawat Klinik (PK), Perawat Manajer (PM), Perawat
perawat di rumah sakit maupun pelayanan primer memiliki 5 (lima) level yaitu, level
I sampai dengan level V. Dalam hal ini, dalam Permenkes no 40 tahun 2017 telah
mengatur jenjang karir perawat professional perawat klinik menjadi 5 tingkatan yaitu
Beberapa rumah sakit telah menerapkan sistem jenjang karir perawat sesuai
karir pada saat ini lebih menekankan pada posisi atau jabatan baik struktural maupun
beberapa kendala atau hambatan, antara lain: belum optimalnya dukungan pimpinan
dimana belum adanya kebijakan dan ketentuan jenjang karir perawat, bervariasinya
4
penerapan jenjang karir perawat, dan perawat belum memahami sistem jenjang karir
dengan baik (Reza, 2015). Selain itu, sebagian perawat juga mempersepsikan bahwa
pelaksanaan jenjang karir di rumah sakit menjadi beban tersendiri bagi perawat
tersebut, karna semakin tinggi level jenjang karir maka akan semakin berat tugas
yang akan dikerjakan. Penelitian yang dilakukan Rahmad pada tahun 2015 di RSUD
Tugurejo menunjukan bahwa persepsi perawat tentang jenjang karir masih cukup
rendah sebanyak 27,9%, hal ini dikarenakan perawat belum mendapatkan informasi
tingkat kepuasan perawat di rumah sakit dan hal ini akan mempengaruhi motivasi
kerja perawat. Perawat merasa bahwa kinerja mereka tidak dihargai dan hal ini
et al., 2014). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti S, Hendriani S,
dipengaruhi dengan adanya sebagian perawat merasa bahwa gaji yang mereka terima
tidak mencukupi sehingga adanya turnover karyawan yang cukup tinggi, kurangnya
pengakuan di tempat kerja, adanya perawat yang merasa diberlakukan tidak adil
dalam upah dan promosi ditempat keja, kondisi kerja yang kurang mendukung.
Dalam hal ini, kepuasan kerja mempunyai peran penting dalam rangka mendukung
tercapainya tujuan. Teori hirarki Maslow, yang mengatakan bahwa setiap individu
akan merasakan kepuasan setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi dan selalu berusaha
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem jenjang karir di rumah
sakit dapat meningkatkan kinerja perawat, dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan
sistem jenjang karir. Untuk itu, dalam pencapaian tujuan rumah sakit, dan untuk
perawat yang memiliki persepsi yang baik, karna jika persepsi perawat baik mengenai
kinerja perawat dan kepuasan kerja masih menjadi masalah di semua pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian untuk melihat bagaimana
persepsi perawat tentang jenjang karir, sehingga didapatkan informasi yang jelas
motivasi dan kepuasan kerja pada perawat. Apabila perawat termotivasi dan puas
terhadap pekerjaannya, maka perawat akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pasien. Tetapi disamping itu perawat memiliki kepuasan kerja yang cukup rendah
dikarenakan persepsi perawat tentang jenjang karir yang masih rendah. Sehingga
peneliti tertarik untuk melihat kajian literatur persepsi perawat tentang jenjang karir
1.4 Manfaat
keperawatan dan menjadi referensi pembelajaran terkait jenjang karir bagi perawat
dan atasan rumah sakit mengenai persepsi perawat tentang jenjang karir.
Diharapkan hasil literature ini dapat menjadi hasil artikel jurnal yang
bermanfaat bagi tenaga kesehatan terutama perawat dan bagi penulis dalam hal riset
penelitian lanjutan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karir merupakan suatu deretan posisi yang yang diduduki oleh seseorang
selama perjalanan usianya (Robbins, 2006). Karir diartikan sebagai semua pekerjaan
yang dipegang seseorang selama kehidupan dalam pekerjaannya (Davis & Werther,
1996 dalam Meldona 2009). Karir perawat menurut Departemen Kesehatan RI (2014)
(Umaya, 2017). Jenjang karir merupakan jalur mobilitas vertikal yang ditempuh
pengalaman praktik klinis yang diakui. Dengan arti lain, jenjang karir merupakan
penerapannya, jenjang karir memiliki kerangka waktu untuk pergerakan dari satu
level ke level lain yang lebih tinggi dan dievaluasi berdasarkan penilaian kinerja
7
8
jenjang karir perawat yaitu kepribadian kerja, kinerja, dan orientasi profesional serta
Depkes juga menyebutkan bahwa terdapat 4 komponen sistem jenjang karir yang
terdiri dari:
1) Alur karir
seseorang.
2) Tujuan karir
Merupakan suatu pandangan tentang masa depan yang ingin dicapai oleh
3) Perencanaan kakrir
Merupakan proses dimana seseorang memilih dan memilah tujuan dan arus karir
4) Pengembangan karir
tersebut.
ditentukan oleh hal lain yaitu adalah peran dan perawat itu sendiri. Hal ini sejalan
dengan teori yang disampaikan oleh Davis dan Werther (1996) dalam Meldona
(2009) terdapat 5 faktor yang terkait dengan jenjang karir yaitu bagaimana
9
kerja.
Ada beberapa prinsip dalam pengembangan jenjang karir perawat (Depkes RI,
2014) yaitu:
1. Kualifikasi
perawat masih ada yang lulusan SPK, maka perlu dilakukan penanganan
2. Penjenjangan
5. Standar profesi
10
6. Komitmen pimpinan
keperawatan.
pendidikan keperawatan.
Tujuan dari pengembangan jenjang karir dapat meninkatkan moral kerja dan
mengurangi kebutuhan karir (dead end job/career), dengan adanya jenjang karir
11
RI (2014) adalah :
digambarkan tentang jenjang karir perawat profesional yang meliputi perawat klinik,
perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti. Dimana secara umum:
c. Perawat Pendidik (PP) yaitu seseorang yang berperan dalam pendidikan dan
bidang dan ini artinya bersifat terbuka tetapi harus memenuhi kualifikasi sebagai
1) Perawat Klinik I
pengalaman kerja 2 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan
2) Perawat Klinik II
dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus
pendidikan profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners spesialis dengan
pengalaman kerja 0 tahun dan memiliki sertifikat PK III. Bagi lulusan D-III
4) Perawat Klinik IV
pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners spesialis dengan
5) Perawat Klinik V
tahun atau Ners spesialis konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun dan
memiliki sertifikat PK V.
14
klinis di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinis
a. Perawat Klinis I
keperawatan.
dasar.
klien.
b. Perawat Klinis II
yaitu:
care.
keperawatan.
klien.
intervensi keperawatan.
klien.
asuhan keperawatan.
klinis.
10) Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien.
keperawatan spesifik.
keperawatan.
17
rawat.
keperawatan.
d. Perawat Kinis IV
yaitu:
area spesialistik.
10) Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
Mode & Effect Analysis atau Analisis Efek & Mode Kegagalan di
e. Perawat Klinis V
lintas disiplin.
spesialistik.
20
11) Melakukan pembinaan tata laku dan pertimbangan etik profesi, legal
diadaptasi dari Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart
profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advence Beginner, (3) Competent, (4) proficient
1) Novice
Tingkatan novice pada akusisi peran Model Dreyfus adalah seseorang tanpa
latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut
untuk melihat situasi yang relevan dan irelevan. Secara umum level ini
2) Advence Beginner
suatu situasi. Fungsi perawat pada situsi ini dipandu dengan aturan dan
pasien. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
3) Competent
dan sudah dapat dilepaskan. Selain itu tahap kompetent ditandai dengan
responsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat
4) Proficient
22
dan pasien.
5) Expert
mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek
Model jenjang karir Swansburg (2000) ini banyak dikembangkan oleh negara-
sejak tahun 2006 mengalami proses modernisasi dengan model karir yang
dengan konsep Benner (84) dan Swansburg (2000), yang menetapkan empat jalur
pathways yang meliputi : Family and public health, Acute and critical care, First
contact, acces and urgent care, Supporting long-term care, Mental health and
psychosocial care.
dikembangkan oleh negara-negara di Benua Asia dan Afrika, antara lain Jepang,
dengan kualifikasi tertentu. Secara umum kenaikan karir perawat di tiga Negara
terdiri dari perawat generalis dan advanced spesialis. Perawat general memiliki
Nurse (RN), Public Health Nurse (PHN) dan Bidan. Karir perawat lanjutan
Nurse (CN), Certified Nurse Administrator (CNA) dan Clinical Nurse Specialist
lanjut, kesehatan anak, kesehatan wanita, perawatan kronis, perawatan kritis, dan
Nurse Practitioner (NP) yang memiliki dua area spesialis medis dan bedah.
Perawat harus memiliki izin Registered Nurse Practitioner (RNP), lima tahun
praktek di area khusus tersebut, dan mendapat pengesahan dari manajemen rumah
Nurses /APNs); Clinical Nurse Specialist (CNS) yang memiliki lima area
spesialis termasuk medis dan bedah, anak, kesehatan mental dan kejiwaan, usia,
dan keperawatan bersalin. Nurse Practitioner (NP) yang saat ini difokuskan pada
nasional untuk lisensi dan pemeriksaan semua program APN. Calon yang
mengejar lisensi sebagai APN, baik CNS maupun NP, harus menyelesaikan gelar
Secara umum manfaat penerapan sistem jenjang karir menurut Sulistiyani dan
Manfaat sistem jenjang karir perawat berdasarkan riset dan penerapan di rumah sakit
1) Pengembangan karir
dapat dipandang sebagai proses hidup kritis yang melibatkan individu dan
manajemen suatu organisasi untuk menciptakan jalur karir termasuk cara yang
dapat ditempuh oleh pegawainya agar mencapai karir tersebut. Penciptaan tangga
karir dan program melanjutkan pendidikan oleh organiasi juga dapat mengarah
pada pemberdayaan perawat (Laschinger & Havens, 1996 dalam Marquis &
klinik melalui praktek keperawatan di rumah sakit (Benner, 84). Sistem jenjang
karir juga bermanfaat untuk memperbaiki moral perawat melalui kepuasan kerja
2) Pengakuan
Sistem jenjang karir klinik dapat meningkatkan pengakuan dari profesi lain
dengan kepuasan kerja perawat. Bentuk pengakuan yang tampak adalah memberi
mereka (Robins, 2006). Pengakuan dan iklim kerja yang baik antara Perawat
dengan profesi lain seperti dokter, dapat menurunkan stres kerja dan
3) Penghargaan
Organisasi dalam hal ini dituntut untuk tidak hanya memberikan pekerjaan
kepada pekerja untuk hidup mereka, tetapi organisasi atau perusahaan dapat
27
dalam kondisi yang kacau. Pengembangan karir yang paling mendasar adalah
karyawan (Neubaeur,1995 dalam Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir
dukungan untuk mencapai tingkat yang lebih maju dan sertifikasi serta
mengandung konskuensi dan tanggung jawab yang semakin besar pada tiap
levelnya. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai tantangan bagi perawat untuk terus
dengan pernyataan Robins (2006), bahwa pekerjaan yang sedikit tantangan akan
menimbulkan kebosanan.
5) Promosi
biasanya diikuti dengan kenaikan gaji (Marquis & Huston, 2010). Promosi
berkaitan erat dengan peningkatan status, perubahan titel, kewenangan yang lebih
banyak dan tanggung jawab yang lebih besar. Peneliti berpendapat bahwa
promosi menjadi hal penting yang diharapakan oleh sebagian besar atau bahkan
28
seluruh karyawan. Sehingga sistem jenjang karir dapat menjadi alat yang
keperawatan secara khusus dan layanan kesehatan pada umumnya dalam upaya
Hermina Grup, 2014). Sutrisno (2009) mengemukakan bahwa jenjang karir secara
organisasi atau institusi dari bahwa sampai ke atas. Jenjang karir juga bertujuan untuk
implementasi jenjang karir perawat di rumah sakit melibatkan beberapa unsur terkait
yaitu pimpinan rumah sakit, kepala bidang keperawatan, komite keperawatan dan unit
rumah sakit dalam implementasi jenjang karir sebagai pengarah dan pembuat
rumah sakit.
drumah sakit.
sebagai berikut :
30
e) Pada akhir magang bagi perawat baru untuk memberi pengakuan sebagai PK I
dan pada perawat sesuai hasil mapping untuk validasi dan pengakuan terhadap
di rumah sakit.
e) Pada akhir magang bagi perawat baru untuk memberi pengakuan sebagai PK I
dan pada perawat sesuai hasil mapping untuk validasi dan pengakuan terhadap
di rumah sakit.
3) Komite Keperawatan
sebagaiberikut:
verifikasi bagi yang berhak untuk diterbitkan penugasan klinis oleh direktur
rumah sakit.
dipergunakan.
jenjang karir perawat merupakan manajemen informasi dalam bentuk dan proses
informasi tentang perkembangan karir perawat yang bertujuan agar perawat, bidang
keperawatan dan jajaran, komite keperawatan, pimpinan rumah sakit dan unit-unit
1) Data dasar profil perawat di rumah sakit yang selalu di updatesetiap 6 bulan.
2) Kema yang menggambarkan proses implementasi jenjang karir baik bagi perawat
Semua informasi tersebut di atas dapat dengan mudah diakses oleh semua
dikatakan bahwa penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah
1. Praktek professional, etis, legal, dan peka budaya adalah kemampuan perawat
undangan yang berlaku serta memperhatikan budaya dan adat istiadat klien.
dalam mengelola dan memberikan asuhan keperawatan pada klien atau pasien.
situasi tertentu perawat dapat melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi
dan kewenangan nya dengan bimbingan penuh dan terbatas oleh perawat yang
perlu dijabarkan kedalam sub kompetensi dan kriteria untuk kerja, sehingga dapat
Sertifikasi
yang harus dilakukan oleh setiap individu perawat dalam rangka mempertahankan
perawat agar tetap dapat melaksanakan tugas berorientasi pada proses dan
keselamatan klien. Dalam mencapai karirnya setiap perawat harus mengikuti program
CPD. Terdapat 2 (dua) alasan perlunya CPD yaitu: 1) Gap kompetensi hasil
kredensial, atau karena terjadi perkembangan IPTEK sehingga perlu penyesuaian atau
memperoleh kompetensi baru, dan terhadap kompetensi baru ini perlu dilakukan
35
kredensial ulang untuk mendapatkan penugasan klinis. Program CPD disusun sesuai
2. Komunikasi Theraupetik
3. Keselamatan Klien
5. Caring
6. Etika Profesi
4. Preceptorship
5. Pendidikan Kesehatan
5. Case Manajer
Kesehatan Kompleks
5. Manajemen Konseling
Kesehatan Kompleks
Eksperimen
dalam melaksanakan asuhan keperawatan seperti yang dijabarkan pada uraian tugas.
Penilaian kinerja yang dilaksanakan dengan benar dan tepat dapat meningkatkan
pelaksanaan tugasnya,
38
e. Penilaian akan lebih disenangi dan memperoleh hasil positif jika penilai
minimal dilakukan oleh diri sendiri, atasan langsung dan peer review.
(Kementrian Kesehatan RI, 2017). Secara umum, jenjang karir diperlukan untuk
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki, maka akan berkontribusi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan
perawat pendidik dan perawat peneliti. Untuk saat ini bidang yang sedang dan masih
dikembangkan adalah jenjang karir perawat (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Dalam
hal ini, Permenkes 2017 telah mengatur jenjang karir perawat professional perawat
39
klinik menjadi 5 tingkatan yaitu Perawat Klinik I (PK I) sampai Perawat klinik V (PK
V). Selain itu, model jenjang karir perawat di enam negara sepeperti yang
dikembangkan oleh Patricia Benner yang diadaptasi dari Model Dreyfus yang
dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori ini menjelaskan 5
Beginner, Competent, Proficient dan Expert. Sedangkan model jenjang karir yang
perawat klinik, manajemen, pendidik dan peneliti. Model tahapan perawat klinik
Blakemore yang dikembangkan sejalan dengan konsep Banner dan Swansburg yang
diarahkan pada lima career pathways yang meliputi family and public health, acute
and critical care, firt contact, acces and urgent care, supporting long-term care,
Mental health and psychososial care. Model jenjang karir di Jepang terdiri dari
tingkatan yang meliputi Licensed Nurse (LPN), Registered Nurse (RN), Public
Health Nurse (PHN) dan Bidan. Perawat di Taiwan memungkinkan mencapai jalur
lisensi lanjutan berupa Nurse Practitioner (NP) yang memiliki dua aea spesialis medis
dan bedah. Sedangkan di Thailand terdapat dua jalur karir lanjutan (advanced practice
nurse/APNs) yaitu nurse specialist (CNS) yang memiliki lima area spesialis termasuk
medis dan bedah, anak, Kesehatan mental dan kejiwaan, usia dan keperawatan
40
bersalin. Dan Nurse Practitioner (NP) yang saat ini difokuskan pada kesehatan
masyarakat.
Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan
kadang tidak disadari, dimana seseorang dapat mengenali stimuls yang diterimanya.
Persepsi yang dimiliki akan mempengaruhi tindakan seseorang. Begitu juga dengan
persepsi yang dimiliki perawat tentang jenjang karir, semakin tinggi persepsi yang
dimiliki maka akan semakin tinggi motivasi dan kepuasan kerja yang dimiliki
perawat tersebut. Nyatanya kinerja perawat masih menjadi masalah dibeberapa rumah
sakit dimana perawat belum merasa termotivasi dan belum merasakan kepuasan
rumah sakit menjadi suatu beban tersendiri bagi perawat tersebut, karna semakin
tinggi level jenjang karir maka akan semakin berat tugas yang akan dikerjakan.
Penelitian yang dilakukan Rahmad pada tahun 2015 di RSUD Tugurejo menunjukan
bahwa persepsi perawat tentang jenjang karir masih cukup rendah sebanyak 27,9%,
hal ini dikarenakan perawat belum mendapatkan informasi secara utuh mengenai
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah studi literatur, secara sitematis topik
yang diangkat adalah persepsi perawat tentang jenjang karir. Peneliti akan
Pubmed Dan Science Direct. Pencarian artikel dengan kata kunci didapatkan
Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan dan memilih artikel yang sudah sesuai
dan relavan dengan topik studi literature yaitu persepsi perawat tentang jenjang karir
Tahap selanjutnya dengan memasukan kata kunci yang tertera pada tabel 3.1
42
44
Kriteria inklusi
literature)
Database yang Artikel yang muncul Jumlah artikel yang Jumlah artikel yang
kriteria inklusi
PubMed 24 24 2
45
Jumlah 2.205 75 7
Artikel hasil penelusuran yang sesuai dengan topik akan dibaca sepenuhnya,
selanjutnya artikel tersebut akan dianalisis serta dilakukan penyajian dalam hasil tabel
artikel yang terdiri dari judul, penulis, tahun terbit, metode yang digunakan, sampel,
Pencarian arrtikel :
Memasukan kata kunci yang telah
ditetapkan data base : Google Scholar,
PubMed, Science Diret
Total artikel yang didapat n= 2.205 artikel
Artikel dispesifikan
dengan kriteria yang
sudah ditentukan
dijelaskan oleh peneliti yaitu terkait hasil analisis artikel mengenai persepsi perawat
tentang jenjang karir, yang terdiri dari judul, penulis, lokasi penelitian, tahu, metode
penelitian, sampel penelitian, variabel dan instrument serta hasil dari artikel. Selain
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
pada database Google Scholar, PubMed dan Science Direct sesuai dengan kata kunci
yang telah ditentukan. Namun setelah dilakukan pemilihan lebih lanjut diperoleh
berbahasa Asing. Artikel berasal dari negara Indonesia, Amerika Serikat dan Korea
Selatan.
kriteria inklusi yang dibuat dimana artikel yang didapat mengacu pada tujuan
penelitian.
dengan pendekatan cross sectional, dari hasil analisa artikel terdapat karakteristik
perawat yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, riwayat lama bekerja,
terhadap kurang baik nya persepsi perawat. Responden yang digunakan disemua
artikel yaitu perawat. Hasil yang diperoleh dalam menganalisis artikel yaitu baik dan
kurang baik nya persepsi yang dimiliki, dapat dikatakan bahwa persepsi baik atau
kurang baik akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu
tindakan. Dan munculnya persepsi yang baik atau kurang baik tergantung pada
46
48
obyek yang dipersepsikan. Dalam 7 artikel selain persepsi yang baik tentang jenjang
karir namun ada persepsi yang kurang baik ditunjukan oleh perawat dimana artekel
Park Gwang-Ok (2010), Mayke T (2017) dan Sahrudin (2014) menyatakan persepsi
yang kurang baik karena intensif yang diterima tidak sebanding dengan apa yang
yang kurang baik ditunjukan karena perawat lebih menghargai tanggung jawab dan
Perception of mengetahui Medical perawat average, t- bebas: Sistem bahwa persepsi perawat tentang
Career Ladder persepsi Center periopratif test, one-way jenjang karir, jenjang karir di Samsung Medical
Satisfaction, tentang Korea Schefee test, kerja, dan niat dikategorikan baik. Dimana
Leave among jenjang karir, correlation bekerja jenjang karir maka semakin tinggi
Nurses kerja dan and stepwise terkait: perawat tersebut, selain itu,
Sun dan Kim WIN 15.0 Kuesioner untuk keluar dari pekerjaan.
lainnya.
2. Survey on The Untuk Rumah sakit 169 Penelitian Variabel Hasil penelitian menunjukan
Perception of mengetahui Seoul, perawat deskriptif bebas: sistem bahwa perawat yang naik jenjang
The Nurses bagaimana Korea yang yaitu untuk jenjang karir karirnya memiliki persepsi
Development mempersepsi syarat asi persepsi terkait: secara signifikan dalam aktivitas
menganggapnya untuk
meningkatkan pertumbuhan
professional.
3. Nurses’ Untuk Rumah Sampel Sebuah studi Variabel Hasil penelitian menunjukan
Perception of mengukur Sakit dalam deskriptif bebas: bahwa skor persepsi yang dimiliki
Clinical persepsi Pendidikan penelitian kuantitatif program rata-rata 3,44 pada skala 5 poin.
Ladder perawat yang Perawatan ini yaitu menggunaka jenjang karir Dalam hal ini persepsi perawat
dalam Amerika perawat item yang Variabel cukup baik. Dimana persepsi
Boobie jenjang klinis Serikat persepsi persepsi tanggung jawab dan akuntabilitas
perawat di perawat n deskriptif n jenjang karir jenjang karir perawat cukup baik
Perawat mengetahui Tugurejo perawat penelitian bebas: jenjang bahwa persepi perawat tentang
Jenjang Karir persepsi digunakan Variabel Semarang baik dengan hasil 75%
Perceptions mengetahui Universitas RSUH dengan bebas: jenjang bahwa pelaksanaan jenjang karir
and persepsi Hasanuddin dan 212 di pendekatan karir di kedua rumah sakit sudah
Expectations perawat (RSUH) dan RSWS. cross Variabel dianggap baik. Akan tetapi
Rosdiana
Natzir
Tahun :
2017
tentang mengetahui Sakit perawat dengan bebas: jenjang bahwa perawat RSKM
Jenjang persepsi Medika cross Variabel terhadap jenjang karir yang ada di
Karir perawat Cilegon sectional terkait: RSKM. Hal ini disebabkan oleh
juga dengan
sub variabel
jenjang karir
(pengembang
an karir,
penghargaan
pengakuan,
promosi dan
tantangan)
61
4.2 Pembahasan
Artikel yang ditemukan dan ditulis dalam kajian literatur ini berasal dari Benua
Asia dan Benua Amerika, dimana 4 artikel berasal dari Negara Indonesia, 2 artikel
berasal dari Negara Korea Selatan dan 1 artikel berasal dari Amerika Serikat.
professional perawat yaitu, perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan
perawat peneliti. Untuk saat ini bidang yang sedang dan masih dikembangkan adalah
Artikel Chae Se Na, Go Il Sun dan Kim In Sook (2014) di Rumah sakit Samsung
Medical Center Seoul, Korea menunjukan bahwa persepsi yang dimiliki perawat
dikategorikan baik. Dalam persepsi sistem jenjang karir yang baik diketahui bahwa
perawat dengan usia lebih tinggi atau lebih tua dan perawat yang memilik kebutuhan
pertumbuhan pribadi yang lebih tinggi memiliki persepsi yang lebih tinggi untuk
sistem jenjang karir ini. Dan perawat spesialis 2 memliki persepsi yang lebih tinggi
untuk sistem jenjang karir dibandingkan dengan perawat baru, perawat umum dan
perawat spesialis 1. Bagitu juga dengan kepuasan kerja bahwa perawat dengan usia
yang lebih tinggi dan mempunyai pengalaman kerja yang lebih lama memiliki tingkat
kepuasan kerja yang lebih tingi. Sealian itu, perawat yang memiliki kebutuhan
pertumbuhan pribadi yang lebih kuat memiliki tingkat yang lebih rendah untuk
berhenti dari pekerjaannya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa fator usia, lama
nya bekerja, perawat yang memiliki kebutuhan pertumbuhan pribadi yang lebih kuat,
62
dan status perawat dalam jenjang karir sanagat mempengaruhi persepsi perawat
tersebut. Semakain tinggi persepsi jenjang karir yang bekaitan dan semakin tinggi
pula kepuasan kerja yang dimiliki, semakin tinggi harapan perawat pada sistem
jenjang karir maka semakin rendahnya niat perawat untuk berhenti bekerja.
Artikel Park Gwang-ok, Lee Yoon-young (2010) di Rumah sakit Seoul, Korea
persepsi yang lebih tinggi daripada perawat tanpa pengalaman promosi. Dimana
perawat yang berhasil dalam jenjang karir akan mendorong pengembangan karir,
perawat dengan pengalaman promosi menilai sistem jenjang karir dapat memberikan
intensif sesuai dengan nilai pekerjaannya. Namun, dalam efek sistem jenjang karir
yang diharapkan lebih tinggi untuk perawat tanpa pengalaman promosi daripada
bahwa status, keahlian dan otonomi perawat akan meningkat melalui sistem jenjang
karir. Dan mereka menganggap efek sistem jenjang karir yang diharapkan akan
tinggi. Perawat dengan pengalaman tingkat lanjut sangat menyadari sistem jenjang
karir dan juga menyadari bahwa sistem jenjang karir merangsang untuk berpartisipasi
dalam aktivitas profesioanal. Tetapi terdapat perawat yang memiliki persepsi rendah,
dimana dengan adanya sistem jenjang karir dapat memberatkan utnuk menambah
waktu diluar jam kerja. Kemudian, persepsi yang rendah di tunjukan dengan adanya
intensif yang tidak sebanding sehingga perawat merasa bahwa pekerjaan yang
dilakukan tidak dihargai. Selain itu, persepsi yang rendah tentang kemudahan
dukungan untuk sistem jenjang karir ditunjukan apakah dengan adanya sistem jenjang
63
perawat.
persepsi yang dimiliki perawat cukup baik. Dimana persepsi perawat tentang
yang kurang titunjukan dengan kepuasan kerja melalui pengakuan untuk praktis klinis
(M=2.98). Sedangkan perawat yang memiliki persepsi yang cukup rendah dalam
program jenjang klinis adalah perawat yang berpartisipasi tidak mencapai pada sistem
jenjang karir. Persepsi cukup rendah ini dikarenakan perawat lebih menghargai
pekerjaan.
Dr. Kariadi Semarang merupakan salah satu rumah sakit yang sudah terakreditasi dan
akreditasi Komite Aktreditasi Rumah Sakit. Dalam pelaksanaan sistem jenjang karir
praktik keperawatan professional rumah sakit tersebut masih banyak yang tidak
sesuai, dimana perawat PK I masih melakukan tugas yang seharusnya masuk kedalam
ruang lingkup wewenang perawat PK III, seperti memberikan terapi titrasi, perawat
64
PK II menjadi perawat penanggung jawab pasien dan perawat PK III menjadi perawat
asosiet. Sealian itu sebagian besar perawat pelaksana di RSUP Dr. Kiriadi Semarang
memiliki persepsi cukup baik tentang pelaksanaan jenjang karir. Hal ini ditunjukan
dalam pelaksanaan pendaftaran dalam pengembangan jenjang karir sudah cukup baik.
Dalam proses pengembangan karir proses pendaftaran merupakan hal yang penting
yang harus dilakukan oleh perawat. Proses pendaftaran ini sudah diketahui oleh
cukup baik. Sebagian perawat 63.3% memahami bahwa perawat baru dilakukan uji
perawat dalam pemberian rekomendasi sebagian besar cukup baik. Hal ini diketahui
bahwa sebagian besar perawat mengetahui pada saat mengikuti uji kenaikan level
jenjang karir dan perawat harus memiliki ijin atau rekomendasi dari atasan, tetapi
baru sebagian sudah berjalan cukup baik. Hal ini menunjukan sebagian besar perawat
(84.4%) telah memahami bahwa pemberian jenjang karir baru melalui tim kridensial
melalui Direktur SDM RSDK akan memberikan informasi berhubungan dengan surat
penugasan klinik yang baru. Sedangkan dalam proses ini yang belum dilakukan
adalah perawat yang sudah melakukan uji kompetensi dan dinyatakan kompeten akan
sebagian perawat memliki persepsi yang baik tentang manfaat jenjang karir sebanyak
jenjang karir yaitu baik sebanyak 40 responden (50,6%), hal ini dikarenakan
Keteknisan Medis. Tetapi Sebagian besar perawat memliki persepsi yang kurang baik
responden (58,2%). Hal ini menunjukan bahwa perawat masih belum memahami
pelaksanaan jenjang karir di dua rumah sakit dianggap baik, karena rata-rata dari
karir. Tetepi terdapat berbedaan persepsi di dua rumah sakit tersebut diantaranya
perbedaan persepsi tentang intensif yang diberikan oleh rumah sakit. Dimana perawat
mereka dapatkan yang nilainya jauh lebih dari jumlah yang diterima oleh perawat RS
sebagai program untuk mempromosikan karir secara klinis dan akhirnya bisa
66
memotivasi pelayanan keperawatan berkualitas tinggi. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi
jika perawat tidak merasa dihargai dalam bekerja salah satunya dengan pemberia
Artikel Sahrudin, Rr. Tutik Sri Haryati (2014) di Rumah Sakit Krakatau Medika
Cilegon menunjukan bahwa perawat di rumah sakit tersebut memiliki persepsi yang
baik terhadap jenjang karir. Perawat menganggap bahwa sistem jenjang karir sebagai
salah satu pekerjaan yang menantang, karena perawat menganggap dengan adanya
pekerjaannya karena pekerjaan yang dilakukan perawat akan berbeda setiap harinya
dan kemampuan dalam bekerja akan semakin meningkat. Dalam penelitian ini
terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat dengan sistem jenjang
karir. Sedangkan perawat di Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon yang mempunyai
persepsi kurang baik terhadap promosi, karena perawat menyatakan bahwa mereka
jarang memperoleh kesempatan untuk melanjutkan ke posisi yang lebih tinggi yang
Dari artikel yang telah di review menunjukan persepsi perawat tentang jenjang
karir baik. Hal ini dikarenakan perawat sudah memberikan respon positif terhadap
sistem jenjang karir. Persepsi yang baik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
usia, lama bekerja, pengalaman promosi, status dalam jenjang karir, dan riwayat
pendidikan. Namun, beberapa persepsi yang kurang baik tentang intensif. Penting
bagi fasilitas kesehatan untuk memberikan intensif kepada perawat dengan cara
Berdasarkan kajian literatur ini peneliti menemukan kelemahan yang ada dalam
artikel yang sudah dianalisis, diantaranya yaitu jurnal dengan ukuran sampel yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
pelaksanaan jenjang karir di rumah sakit baik, dimana perawat sudah memberikan
pendapat yang positif terhadap pelaksanaan jenjang karir. Selain itu, dalam 7 artikel
ini ditemukan persepsi perawat yang kurang baik, dimana 3 artikel menjelaskan
bahwa persepsi yang kurang baik ditunjukan dengan intensif yang diterima tidak
dari perawat sangat mempengaruhi baik dan kurang baik nya persepsi yang dimiliki.
5.2 Saran
Studi literature ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan
sampel yang lebih banyak dan keterangan nama tempat lebih jelas yang menjelaskan
68