Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem kesehatan adalah suatu upaya tindakan yang tujuan utamanya

adalah untuk mempromosikan, memulihkan atau menjaga kesehatan

seseorang.lebih dari 8 juta orang pertahun di negara berkembang dan di

negara miskin meninggal akibat kondisi yang pada dasarnya bisa dicegah

dengan sistem kesehatan. Presentase kematian sebesar 60% akibat dari

kondisi yang dapat dicegah oleh perawatan kesehatan adalah akibat dari

perawatan yang berkualitas buruk, sedangkan sisanya dikarenakan tidak

memanfaatkan sistem kesehatan yang ada.Berbeda hal nya dengan negara

berkembang penelitian menunjukkan bahwa di negara maju 47% responden

setuju jika sistem kesehatan mereka bekerja cukup baik.Beberapa penelitian

menyebutkan kinerja sistem kesehatan dibeberapa negara telah mengalami

kemajuan. Namun harapan masyarakat terus berkembang untuk dapat

menghasilkan suatu kinerja sistem kesehatan yang lebih baik dan nilai sosial

yang lebih besar ( Indah, 2019)

Rumah sakit adalah salah satu unit kesehatan terbesar, dimana

terdapat berbagai jenis pelayanan yang dapat mendukung peningkatan

kesehatan bagi masyarakat.tetapi tidak semua rumah sakit memiliki mutu

dan kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi. Mutu pelayanan kesehatan

adalah untuk menilai seberapa jauh rumah sakit dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Sebagai penerima jasa Pelayanan

kesehatan masih banyak ditemukan keluhan dari masyarat mengenai mutu

1
dan kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu contoh keluhan masyarakat

yangterjadi di Nusa Tenggara Timur mengenai begitu banyaknyaaduan dari

masyarakat selaku pengguna jasa kesehatan di rumah sakit dalam kurun

waktu tahun 2016 – 2017. Data dan fakta dihimpun dari keluhan masyarakat

kepada lembaga Omdusman RI serta monitoring pelayanan rumah sakit,

survey indeks kepuasan masyarakat, survey kepatuhan standar

pelayanan.Yang menjadi substansi pengaduan masyarakat terdiri dari

berbagai aspek yaitu, sumber daya tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan dan

disiplin profesi tenaga medis.( Daton, 2018 )

Mutu pelayanan menjadi hal yang penting dalam organisasi pelayanan

kesehatan, kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap pelayanan rumah

sakit merupakan aset yang sangat berharga dan juga sebagai penentu

keberadaan rumah sakit dalam jangka panjang hal ini dapat terwujud dengan

terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan yang diberikan dalam pelayanan jika

pasien merasa puas, maka pasien tersebut akan terus melakukan pemakaian

terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien tidak merasa puas maka akan

membentuk persepsi yang kurang baik kepada orang lain tentang

pengalaman buruknya. Hal sejalan sejalan dengan hasil penelitian Butar-

butar, (2016) Mengatakan bahwa dalam hasil penelitian mutu pelayanan

keperawatan yang ditinjau dari aspek keandalan penilaian responden pada

kategori tinggi hanya 36,1%. Keandalan merupakan salah satu dimensi atau

ukuran dari 10 dimensi mutu yang menentukan mutu pelayanan atau

jasa.Tjong (2004) dalam Bakri,2017). Pelayanan keperawatan harus mampu

memberikan suatu pelayanan keperawatan yang optimal yang sesuai

2
dengan standar keperawatan yang telah ada hal ini merupakan suatu

indikator keberhasilan pelayanan keperawatan Tjiptono, (2004 dalam

Butar-butar, 2016)

Pelayanan keperawatan dapat dlihat dari praktik keperawatan yang

dilakukan saat melakukan tindakan keperawatan pada pasien.dilakukan

untuk dapat mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ryandini, (2019) di Ruang Asoka

RSUD Dr.R.Koesma Tuban menjelaskan bahwa sebagian besar perawat

diruang Asoka melakukan pelayanan keperawatan cukup baik yaitu 69

responden (61,6%). Perawat merupakan profesi bertujuan memberikan

pelayanan asuhan keperawatan selama 24 jam kepada pasien, oleh karena

itu rumah sakit harus mempunyaitenaga perawat yang memiliki kinerja baik

dan yang dapat mendukungpelayanan kesehatan yang bermutu.

Pelayanankesehatan yang bermutu adalah yang dapat memuaskan setiap

pemakai jasa pelayanan kesehatan yang penyelenggaraannya berpatokan

mpada standar dan kode etik yang telah ditetapkan. Keperawatan sebagai

suatu perangkat yang penting dalam pelayanan kesehatan dan memiliki

tanggung jawab untuk dapat menciptakan pelayanan yang berkualitas,

kreatif, dan inovatif. Azwar (1996), dalam Bakri, 2017)

Kinerja perawat merupakan usaha atau tindakan yang dilakukan

seorang perawat dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi,

wewenang dan tangung jawabnya masing-masing, Karena melalui kinerja

perawat yang baik akan memberikan kepuasan bagi pengguna jasa dan dapat

meningkatkan mutu layanan asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan dan

3
mewujudkan mutu layanan asuhan keperawatan, rumah sakit harus

menerapkan proses asuhan keperawatan pada ruangan baik ruangan rawat

inap maupun rawat jalan dengan menggunakan Model Praktik Keperawatan

professional (MPKP) Sitorus (2006, dalam Mogopa, 2017).

Dasar dari pemilihan model asuhan keperawatan profesional salah

satunya untuk kepuasan masyarakat dan meningkatkan kinerja perawat.

Terlaksananya suatu model asuhakn keperawatan sangat ditentukan oleh

motivasi dan kinerja dari perawat Terlaksanannya model asuhan

keperawatan professional yang baik tidak hanya ditentukan oleh motivasi

dan kinerja dari perawat tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain. Menurut

Sitorus ( 2006, dalam Sutriyanti, 2014) mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan penerapan MPKP antara lain adalah

adanya dukungan dari pimpinan rumah sakit dan kepala ruangan,

pengetahuan dan komitmen semua perawat dan staf lain, serta kerja sama

antar perawat, dengan dokter atau tim kesehatan lain. Menurut hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Sutriyanti di Rumah sakit umum

daerah Curup tahun 2014 , menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan

terhadap kepemimpinan standar kepala ruangan (KARU) terhadap

komitmen perawat dalam mengimplementasikan MPKP di Rsud Curup

Kabupaten Rejang Lebong.

Pelayanan asuhan keperawatan profesional dapat diberikan dengan

berbagai macam bentuk model penugasan.setiap unit keperawatan

mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan

ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Dalam

4
kelompok keperawatan yang tidak kalah penting yaitu bagaimana caranya

metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan dengan

teratur, efisien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan keterampilan

dan motivasi kerja (Setiadi, 2016) Menurut Setiadi, 2016 Model pemberian

asuhan keperawatan terdiri dari enam metode. Salah satu metode pemberian

asuhan keperawatan yang sering digunakan di rumah sakit adalah metode

penugasan tim. Menurut Penelitian Sigit.S di RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2011 bahwa peningkatan kepuasan kerja perawat

pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang

dilatih fungsi pengarahan lebih tinggi dibandingkan dengan kerja perawat

pelaksana yangtidak dilatih fungsi pengarahan, apabila fungsi

pengarahandilaksanakan secara konsisten akan berpeluang meningkatkan

kepuasan kerja 64,40%. Rumah sakit umum daerah dapat mengupayakan

dan meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana secara berkelanjutan

dengan mengimplementasikan fungsi pengarahan.

Di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari pelaksanaan metode tim

belum terlaksana dengan baik masih banyak hal yang

belumsesuaidenganpenerapanmetode tim yang sebenarnya. Dari hasil

wawancara dengan 3 orangkepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana

di RSUD Manokwari pada hari kamis tanggal 05 Mei 2020 pada pukul

11.30 wit. ditemukan bahwa kepemimpinan kepala ruangan sebagai

manager kurang tegas terhadap bawahannya sehingga penerapan penugasan

MPKP metode tim tidak berjalan dengan baik dimana masih banyak

perawat yang datang terlambat sehingga pelaksanaan pre conference tidak

bisa dilakukan secara otomatis post conference juga tidak bisa dilaksanakan,

5
ketua tim tidak diketuai oleh perawat professional. Baik ketua tim maupun

anggota tim belum mengetahui fungsi dan tugas masing – masing karena

uraian tugas yang menjadi tanggung jawab masing - masing peran perawat

belum terpajang diruangan.Begitu juga dengan struktur organisasi belum

terpanjang di ruangan. Kepala ruangan sudah pernah mengikuti seminar

manajemen rawat namun belum mengimplementasikan ilmu yang

diperolehnya secara optimal dalam penerapan MPKP Metode tim di

ruangannya. Menurut peneliti kepalaruangan kurang memotivasi

bawahannya sehingga bawahannya kurang semangat dalam bekerja.

Dari latar belakang diatas peneliti tertarik ingin melakukan penelitian

mengenai bagaimana pengalaman kepala ruangan dalam menerapkan

manajemen Model Praktek keperawatan Professional (MPKP) Metode Tim

Di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari.

1.2. Rumusan Masalah

Pengalaman perawat dalam menerapkan manajemen Model Praktek

keperawatan Profesional belum terlaksana dengan baik sehingga mutu

dalam layanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien belum

opimal.Hal ini mengharuskan perawat untuk dapat mengunakan metode

asuhan keperawatan yang sesuai.Berdasarkan latar belakang tersebut,

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah pengalaman kepala

ruangan dalam menerapkan manajemen Model Praktek keperawatan

Professional (MPKP) Metode Tim Di Rumah Sakit Umum Daerah

Manokwari?

6
1.3. Tujuan Peneliti

1.3.1. Tujuan Umum

Menggali pengalaman kepala ruangan dalam menerapkan manajemen

Model Praktek keperawatan Professional (MPKP) Metode Tim Di Ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menggali pengalaman kepala ruangan dalam menerapkan manajemen

Model Praktek keperawatan Professional (MPKP) Metode Tim

2. Menggali kemampuan - kemampuan dan solusi dalam menerapkan

manajemen MPKP Metode tim

3. Menggali dukungan dan hambatan pengalaman kepala ruangan dalam

menerapkan manajemen Model Praktek keperawatan Professional

(MPKP) Metode Tim

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pelayanan kesehatan di rumah sakit Rsud Manokwari

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang

penerapan manajemen model praktik keperawatan professional (MPKP)

Metode Tim di ruangan rawat inap sehingga dapat menjadi acuan

peningkatan mutu pelayanan keperawatan

1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan dan perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran pengalaman

kepala ruangan menerapkan Model Praktik Keperawatan Professional

(MPKP) Metode tim sehingga dapat memperluas pengetahuan dan

pengalaman sebagai referensi bagi penelitian – penelitian selanjutnya

mengenai Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) Metode Tim

7
1.4.3 Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bekal penulis untuk

dikembangkan dalam penelitian dimasa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai