Oleh :
Medika Pandaan “
BAB I
PENDAHULUAN
yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan pelayanan sumber daya manusia
dihasilkan dan dipersepsikan klien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam
waktu yang tidak lama rumah sakit akan kehilangan banyak klien dan dijauhi
oleh calon klien. Klien akan beralih ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan
2009).
Oleh sebab itu perawat sebagai tim pelayanan kesehatan yang terbesar dituntut
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
lainnya. Selain jumlahnya yang paling banyak, perawat juga merupakan profesi
yang memberikan pelayanan yang terus menerus selama 24 jam kepada klien.
Oleh karena itu pelayanan keperawatan sangat memiliki andil dalam menentukan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien baik yang sakit
yang dihasilkan perawat tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya. Kinerja
sifat–sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel
bahwa dari 4 kepala ruangan di 4 unit rawat inap belum pernah mendapat
yang akan digunakan dalam memimpin unitnya. Secara garis besar gaya
kepemimpinan yang digunakan selama ini oleh 4 orang kepala ruangan adalah
kepimpinan otokratis dan demokratis. Selain hal tersebut, ada dibeberapa unit
yang usia anggotanya lebih tua/ lebih senior dari kepala ruangan, sehingga
kepala ruangannya. Karena tidak bekerja dengan baik, maka terjadi beberapa
Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Selain itu juga ada
beberapa perawat yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan dari kepala
Ruang Rawat Inap terkait penilaian kinerja didapatkan data penilaian kinerja
kriteria baik sebesar 24 orang (54,5%), kriteria cukup sebesar 18 orang (41%),
kriteria kurang sebesar 2 orang (4,54%). Untuk kepuasan dari 44 orang perawat
mengatakan kurang puas dalam bekerja sebesar 4 orang (9,1%). Untuk gaya
kepemimpinan dari kepala ruangan masing – masing unit, dari 44 orang perawat
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfret Bonifacius Ulu Berek
Sakit Umum Daerah Mgr. Gabriel Manek Svd, Atambua menunjukkan bahwa
ada hubungan antara kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja dan
Perawat dengan hasil penelitian jika gaya kepemimpinan di RSU Kota Medan
baik maka perawat yang kinerjanya baik sebanyak 64 perawat dengan persentase
sebesar 72,7% dan perawat yang kinerjanya tidak baik sebanyak 9 orang perawat
dengan persentase sebesar 10,2%, dan jika gaya kepemimpinan di RSU tidak
baik maka perawat yang kinerjanya baik sebanyak 6 orang perawat dengan
persentase sebesar 6,8% dan perawat yang kinerjanya tidak baik sebanyak 9
orang perawat dengan persentase sebesar 10,2%. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Qurratul Aini SKG, Herianto Sosilo (2014) tentang Pengaruh
Rawat Inap A RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukan hasil bahwa
gaya
perawat yang bertugas di ruang rawat inap A di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Selain dari hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia, terdapat juga
hasil penelitian dari luar negeri yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mohammed
Qtait (2023) dengan judul Systematic Review of Head Nurse Leadership Style
and Nurse Performance yang menunjukkan hasil bahwa terdapat bukti bahwa
itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Nita ariani, tukimin bin sansuwito,
rames prasath, milya novera, desi sarli, sandeep poddar (2022) tentang The effect
perawat, dimana mereka siap membantu pasien setiap saat dan bekerja selama
dengan pasien. Untuk mengoptimalkan sumber daya dalam Rumah Sakit perlu
dapat mencapai tujuan. Selain itu juga kinerja perawat yang baik diperlukan
Dengan gaya kepemimpinan yang baik dan terpenuhinya kepuasan kerja, maka
kinerja Rumah Sakit. Gaya kepemimpinan yang efektif dalam suatu unit kerja
akan berpengaruh pada perilaku kerja yang diindikasikan dengan peningkatan
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh model
Pandaan.
Pandaan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
kinerja anggota unitnya lebih baik dan lebih professional. Serta bisa