Anda di halaman 1dari 25

Literatur Review : Analisis Fungsi Pengarahan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap

( A Literature Review : Analysis of the Directing Function on the Performance of


Implementing Nurses in Nursing Care Management in the Inpatient Room)

Dhevi S A Siloto, Annisa Rahma Putri, Orien Florensia Hattu, Siendy Clara Sopacua,
Gracelia Niantry Sitania, Jubelina Tsugumol, Yaser Arivudin Ampugo, Andreas Christian
Adi, Kurniadi L. Gaol

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Kristen Satya Wacana

Abstrak

Pelayanan yang diberikan oleh seorang perawat didasari dari pengarahan manajemen
keperawatan yang terintegrasi dengan menerapkan prosedur manajemen untuk mencapai
target keefektifan. Hal tersebut diberikan kepada perawat agar dapat memenuhi fungsi dari
manajemen pengarahan keperawatan. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa fungsi
manajemen pengarahan rumah sakit di ruangan inap masih belum baik. Kondisi ini harus
mendapat perhatian kepala ruangan sebagai manajer yang bertanggung jawab langsung
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana. Tujuan dari Literature
review adalah menganalisis kinerja perawat pelaksana melalui pengarahan kepala ruangan
dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan review study dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi dari
beberapa jurnal. Penelusuran jurnal diambil dari Portal Garuda dan Google Scholar sebanyak
8 jurnal dari tahun 2013 sampai 2021. Hasil dari penelitian ini berdasarkan penelusuran 8
jurnal didapatkan bahwa proses manajemen keperawatan melalui proses pengarahan dan
perencanaan oleh kepala ruangan memiliki dampak terkait motivasi kinerja perawat, fungsi
manajemen pengarahan, kompetensi kepala ruangan, pelatihan dan supervisi, serta
keberhasilan asuhan keperawatan dari perawat pelaksana. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah kepala ruangan harus memiliki kompetensi dan supervisi dalam melakukan
pengarahan agar kinerja perawat pelaksana akan semakin meningkat dan berkualitas dalam
pemberian asuhan keperawatan.

Kata Kunci: Pengarahan, Kinerja, Perawat Pelaksana

Abstract

The services provided by a nurse are based on integrated nursing management direction by
applying management procedures to achieve effectiveness targets. It is given to nurses in
order to fulfill the function of nursing direction management. However, in this study it was
found that the hospital directive management function in the inpatient room was still not
good. This condition must get the attention of the head of the room as a manager who is
directly responsible for the nursing care provided by the implementing nurse. The purpose of
the literature review is to analyze the performance of implementing nurses through the
direction of the head of the room in the management of nursing care in the inpatient room.
This research method uses a review study approach by identifying and evaluating several
journals. Journal searches were taken from the Garuda Portal and Google Scholar as many
as 8 journals from 2013 to 2021. The results of this study based on a search of 8 journals
found that the nursing management process through the process of direction and planning by
the head of the room had an impact on the motivation of nurses' performance, the
management function of direction, the competence of the head of the room, training and
supervision, as well as the success of nursing care from the implementing nurse. The
conclusion of this study is that the head of the room must have competence and supervision in
carrying out directives so that the performance of implementing nurses will increase and be
of high quality in providing nursing care.

Keywords: Direction, Performance, Implementing Nurse


Pendahuluan

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab
menjamin pelayanan yang bermutu sesuai standar, serta memberikan pelayanan jasa sosial
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, berupa pelayanan yang berkualitas
dengan biaya yang memadai, Aspek tersebut menjadi penguat dalam kepuasan pasien dan
keluarga pengguna layanan (Nova, 2010). Rumah sakit juga memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi
medik, dan pelayanan keperawatan (Herlambang, 2012).

Salah satu unsur utama pendukung kualitas layanan kesehatan yang ada di Rumah
Sakit adalah sumber daya manusia tenaga kesehatan yang termasuk di dalamnya adalah SDM
Keperawatan. Seorang perawat menjadi pusat terhadap keberlangsungan kualitas pelayanan
dengan memberikan layanan sepenuh hati akan memberikan citra yang baik di mata pasien
dan keluarga serta masyarakat, (Herawati et al, 2017).

Salah satu aspek yang terpenting dalam kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit yang
profesional adalah manajemen keperawatan yang memiliki pengaturan berintegrasi dari
sumber daya keperawatan dengan menerapkan prosedur manajemen untuk mencapai target
keefektifan asuhan keperawatan serta pelayanan keperawatan. Proses manajemen terdiri atas
5 bagian yaitua Perencanaan, Organisasi, Ketenagaan, Pengarahan, serta pengawasan. Dalam
mengaplikasikan manajemen keperawatan di ruang rawat inap dibutuhkan peran kepala ruang
yang memimpin langsung serta mengendalikan sumber daya keperawatan.

Menurut Siswanto (2012), fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam


mencapai tujuan dengan menerapkan proses keperawatan yang terdiri dari empat elemen
yaitu fungsi perencanaan (Planning). Menurut Muninjaya (1999), fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Fungsi
pengorganisasian (Organizing) yang merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan
beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Muninjaya, 1999). Fungsi pengarahan (Actuating) yang merupakan fungsi paling
fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu
sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha
mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik
dan benar. Fungsi pengendalian (Controling) yang merupakan fungsi siklus manajemen yang
saling berkaitan satu dengan yang lain. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap
sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, intruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998). Untuk penerapan manajemen
keperawatan di ruang rawat inap memerlukan kepala ruang yang memenuhi standar sebagai
manjerial. Kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
di ruangan dengan menggunakan proses manajemen keperawatan yaitu melalui fungsi-fungsi
manajemen tersebut (Keliat, 2012).
Berdasarkan penelitian terhadap kepala ruang dan perawat pelaksana, fungsi
manajemen di ruangan rawat inap masih belum baik. Perawat bekerja apa adanya, rendahnya
penghargaan terhadap perawat, perawat pelaksana masih belum dilibatkan dalam
perencanaan ruangan, pembagian tugas masih berupa intruksi yang bersifat sementara
sementara, belum ada bimbingan kepala ruang terhadap perawat pelaksana, pengawasan yang
dilakukan oleh kepala ruangan masih bersifat temporer jika ada masalah, belum
dilaksanakannya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang baik, penerapan yang selama ini
dilakukan diruangan hanya berdasarkan pada rutinitas saja. Kondisi ini harus mendapat
perhatian kepala ruangan sebagai manajer yang bertanggung jawab langsung terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana. Kepala ruangan harus dapat
menjalankan fungsi manajerial yaitu bimbingan dan pengarahan dengan melakukan supervisi
terhadap perawat pelaksana agar melaksanakan asuhan keperawatan secara optimal.
Pemberian asuhan keperawatan yang optimal diharapkan dapat memenuhi harapan konsumen
untuk memperoleh pelayanan yang terbaik selama dirawat di ruang rawat inap.
Untuk meningkatkan produktivitas kerja, efektifitas kerja, keberhasilan
perawat pelaksana sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan fungsi manajemen kepala
ruangan. Maka dari itu literatur review ini disusun untuk mengalisis kinerja perawat
pelaksana melalui pengarahan kepala ruangan dalam manajemen asuhan keperawatan di
ruang rawat inap.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah review study, yaitu
dengan cara mengindentifikasi beberapa jurnal, mengevaluasi, dan memberikan hasil dan
kesimpulan dalam penelitian tentang mengalisis kinerja perawat pelaksana melalui
pengarahan kepala ruangan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap. yang
tersedia dan relevan dengan melakukan penelusuran pada jurnal publikasi pada Portal Garuda
dan Google Schoolar dengan kata kunci “Pengarahan, Kinerja, Perawat Pelaksana”. Pada
tahap awal pencarian jurnal diperoleh 18 jurnal dari 2013 sampai 2021. Kemudian dilakukan
identifikasi dan dilakukan analisa untuk mencari keterkaitan dengan topic yang akan di
review. Kami mengidentifikasi, menilai, memilih dan mensintesa semua bukti penelitian dan
pendapat setiap penulis jurnal dalam penelitian yang mereka lakukan.
Langkah selanjutnya membuat resensi matriks yang terdiri dari kolom-kolom yang
memuat data jurnal yang terdiri dari nama, judul, dan tanggal penelitian, metode penelitian
serta hasil penelitian pada setiap literatur. Langkah terakhir adalah melakukan pembahasan
jurnal dengan cara membuat ringkasan berbagai literature dalam berbentuk matriks,
melakukan analisis dengan membahas kesamaam (Compare), ketidaksamaan (Contrast),
memberikan pandangan (Criticize) terhadap sumber yang di baca dan membandingkan
(Synthensiz).
Hasil Penelitian

a. Penekanan masalah pada penelitian

Pada penelitian Zulkarnain (2017) dan Perceka (2017) memiliki masalah yang sama yang
diangkat sebagai poin penting dalam penelitiannya yaitu bagaimana pengarahan dan
perencanaan yang disusun oleh kepala ruangan memiliki dampak terkait motivasi kinerja
perawat pelaksana. Akan tetapi penelitian yang dilakukan Perceka (2017) lebih
mengidentifikasi terkait hubungan perencanaan dan pengarahan kepala ruangan yang
mempengaruhi kinerja motivasi perawat pelaksana.

Wijayanti & Rizal (2019) menekankan penelitian pada aspek faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Sedangkan, Jakri & Timun (2019) selain terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana juga menuliskan
bagaimana hubungan fungsi manajemen pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan
terhadap keefektifan kinerja perawat pelaksana. Hal ini lebih ditegaskan pada penelitian yang
dilakukan oleh Purwanto & Pradipta (2020) yang menekankan kepada hubungan kompetensi
kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan,
yang dimana kemampuan yang dimiliki oleh kepala ruangan akan berpengaruh terhadap
kinerja bawahannya. Kemudian dipertegas lagi oleh penelitian yang dilakukan Aeni (2019)
yang menekankan bahwa keberhasilan seorang perawat pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan tidak akan terlepas dari peran seorang ketua tim yang memberikan pengarahan
serta koordinasi.

Majid dan Sani (2016) melakukan penelitian yang menekankan bahwa selain ketua tim atau
kepala ruangan yang harus memiliki kompetensi, namun seorang perawat pelaksana juga
membutuhkan pelatihan dan supervisi agar kinerja yang dilakukan juga semakin meningkat.
Safitri, 2016 mempertegas bahwa perlu adanya komunikasi kepala ruangan maupun kepala
bidang pelayanan dengan perawat pelaksana agar kinerja dalam menerapkan asuhan
keperawatan juga semakin meningkat. Jadi, tidak hanya dibutuhkan kompetensi antara kepala
ruangan maupun ketua tim dan perawat pelaksana, tetapi dibutuhkan komunikasi yang tepat
agar keduanya saling sinkron.

b. Langkah penelitian atau metode penelitian yang digunakan

Zulkarimin (2017), Jakri & Timun (2019), Wahyuningsih (2016), Purwanto & Pradiptha
(2020) menggunakan desain penelitian yang sama yaitu kuantitatif dengan pendekatan yang
digunakan adalah cross sectional. Zulkarimin (2017) menggunakan teknik sampling
probability sampling. Jakri & Timun (2019) menggunakan alat ukur uji chi-square dengan
teknik sampling adalah total sampling. Wahyuningsih (2016) menggunakan alat ukur product
moment dengan teknik sampling purposive sampling. Wijayanti (2019), Majid & Sani (2016)
menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional. Wijayanti (2019) menggunakan alat ukur kuesioner dan pengarahan uji statistik
menggunakan chi-square dengan teknik sampling proportional stratified. Majid & Sani
(2016) menggunakan alat ukur uji validitas, uji reliabilitas dengan teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling. Sedangkan Perceka (2017), dan Aeni (2019) menggunakan
desain penelitian korelasi dengan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Perceka
(2017) menggunakan alat ukur kuesioner. Aeni (2019) menggunakan alat ukur chi-square
dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Pembahasan

A. Uraian setiap topik besar penelitian


a. Hubungan Kinerja Perawat Pelaksana Dengan Motivasi Kepala Ruangan

Menurut Handoko (2012) motivasi adalah dorongan individu untuk mencapai tujuan.
Motivasi timbul dalam diri seseorang untuk memperoleh kepuasan atau keberhasilan yang
dicapainya. Terdapat dua jenis motivasi yaitu motivasi internal yang merupakan dorongan
serta kemauan yang kuat timbul dalam diri seseorang, kemudian yang kedua ada motivasi
eksternal yang memiliki keterkaitan dan merupakan pengembangan dari motivasi internal.
Motivasi eksternal didukung oleh faktor-faktor yang berasal dari luar yang dikendalikan oleh
manajer , meliputi suasana kerja seperti gaji, penghargaan, kenaikan pangkat dan tanggung
jawab. Bila proporsi pengarahan kerja dari kepala ruangan kurang baik maka motivasi kerja
sebagian perawat juga akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya. Pengarahan organisasi
dari seorang manajer yang baik akan berdampak positif serta dapat membangun motivasi dan
komunikasi yang baik serta efektif antara pimpinan dan stafnya. Bila perencanaan kerja yang
disusun oleh manajer baik, maka motivasi kerja perawat pelaksana juga akan meningkat, hal
ini disampaikan oleh Yulia, Devi Putri 2015 yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan
antara fungsi manajemen pengarahan dan motivasi perawat pelaksana.

b. Fungsi manajemen pengarahan kepala ruangan


Kepala ruangan sering membuat rencana kegiatan yang harus dilaksanakan secara rutin untuk
mencapai tujuan organisasi. Menurut Keliat, 2014 perencanaan manajemen keperawatan
diawali dengan perumusan tujuan organisasi yang dijelaskan dalam visi misi, filosofi, dan
tujuan sebagai arah kebijakan organisasi dan menentukan standar yang digunakan dalam
melakukan pengawasan. Hal ini sesuai dengan teori Marquis dan Houston (2012), bahwa
pegawasan yang efektif akan meningkatkan kepuasan kerja, motivasi, inovasi, dan hasil yang
berkualitas. Dengan pengawasan memungkinkan rencana yang telah dilaksanakan oleh
sumber daya secara efektif dan efisien sesuai standar yang ditetapkan.

c. Hubungan Fungsi manajemen pengarahan kepala ruangan dengan kinerja


perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan

Seorang kepala ruangan yang efektif diruang rawat inap adalah seseorang yang tidak hanya
berusaha mencapai tujuan ruangan tetapi juga mempertahankan tingkat kompetensi serta
komitmen dan antusias para stafnya. Keberhasilan dalam suatu pemberian asuhan
keperawatan tidak terlepas dari peran pengarahan seorang kepala ruangan atau ketua tim, jika
pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan atau ketua tim baik dan terperinci, maka
kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan juga akan menjadi baik.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi fungsi pengarahan yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal diantaranya pengetahuan ketua tim tentang fungsi pengarahan,
pernah mengikuti pelatihan manajemen bangsal, pengetahuan tentang sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional. Menurut Oyoh, 2017 Faktor eksternal diantaranya
kurangnya dukungan dan kepedulian kepala ruangan dalam pemberian pelayanan
keperawatan, serta kurangnya kepedulian perawat pelaksana di ruangan yang bersangkutan.
Selain kedua faktor diatas, menurut Armstrong & Baron (1998) dalam Wibowo (2011), ada
lima faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, selain faktor kepemimpinan terdapat faktor
personal atau individu, yaitu kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang
dimiliki oleh setiap individu. Hal inilah yang mempengaruhi kinerja perawat baik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan meskipun fungsi manajemen kepala ruangan kurang baik.

d. Hubungan pelatihan dan Supervisi dengan kinerja perawat pelaksana

Pelatihan adalah suatu bentuk invesitasi jangka pendek untuk membantu meningkatkan
kemampuan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Siagian, 2009). Supervisi adalah
alat untuk memastikan, menjamin penyelesaian tugas sesuai dengan tujuan dan standar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana.
Melalui pelatihan yang baik, maka perawat pelaksana dapat meingkatkan kinerja kerja
mereka. Selain itu, supervisi juga berpengaruh positif terhadap kinerja perawat pelaksana
melalui supervisi yang baik, perawat pelaksana akan mendapatkan dorongan yang positif
sehingga perawat mau belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya.

e. Hubungan persepsi komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat


pelaksana

Perawat pelaksana dengan kepala ruangan seringkali mengalami perbedaan persepsi tentang
komunikasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pelaku persepsi,
faktor situasi, konteks antar pribadi, konteks latar belakang, dan faktor organisasi. Suasana
kerja yang ramah dan menyenangkan yang didalamnya terdapat kerjasama yang baik antar
perawat dengan manajer keperawatan juga sangat berpengaruh terhadap persepsi perawat
dengan komunikasi manajer keperawatan (Pande, 2009). Kemampuan berkomunikasi kepala
ruangan yang tinggi dan baik akan berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
menerapkan asuhan keperawatan, hal ini akan memberikan dampak yang positif atau searah
terhadap kinerja perawat. Begitupun sebaliknya, jika kemampuan berkomunikasi kepala
ruangan buruk maka kinerja perawat pelaksana juga akan menjadi buruk. Komunikasi yang
disampaikan oleh seorang pemimpin dalam memberikan informasi harus mudah dipahami,
komando, arahan, serta instruksi harus jelas dan terperinci. Menurut Clampitt, 1993 dengan
adanya hubungan yang akrab antara perawat dan kepala ruangan pelayanan keperawatan serta
didudukung oleh sikap yang ramah, membangun kepercayaan, serta adanya keterbukaan,
menumbuhkan rasa saling membutuhkan, adanya umpan balik yang konstruktif, saling
mendukung dan saling pengertian akan menjadikan komunikasi antar atasan dan bawahan
semakin kuat dan baik. Selain itu, kinerja perawat pelaksana juga akan meningkat dengan
baik.

B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Setiap Jurnal yang di review

1. Zulkarnain. 2017. Analisis Pelaksanaan fungsi manajemen pengarahan kepala


ruangan dengan kinerja perawat dalam menerapkan Asuhan keperawatan di ruang
rawat inap RSUD BIMA

Kelebihan :

 Pembahasan dipaparkan sangat jelas dan terperinci.


 Terdapat penjelasan hubungan antara kinerja perawat pelaksana dengan pengarahan
dari kepala ruangan, sehingga pembaca lebih mudah memahami pembahasan yang
terkait judul topik
 Saran dan kesimpulan ditulis secara lengkap dan sangat terperinci

Kekurangan : Hasil dan pembahasan dalam jurnal terdapat tulisan tabel, tetapi tidak
menunjukkan adanya tabel .

2. Majid, A., & Sani, A. (2016). Pengaruh Pelatihan dan Supervisi Kepala Ruangan
terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Diruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit TK. II
Pelamonia Makassar.

Kelebihan :

 Memaparkan secara jelas dan lengkap mengenai latar belakang permasalahan,


rumusan masalah dan juga tujuan dilakukan penelitian mengenai pengaruh pelatihan
dan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap
bedah rumah sakit TK. II Pelamonia Makassar.
 Pada jurnal memaparkan secara jelas mengenai kerangka teori mulai dari teori kinerja,
supervisi, dan juga pelatihan sehingga pembaca dapat mengetahui mengenai teori-
teori yang digunakan dalam manajemen kinerja.
 Pembahasan dalam metode penelitian terstruktur dan jelas.
 Hasil dan pembahasan yang terdapat pada jurnal lengkap dan jelas, mulai dari
hipotesis yang di uji, pembahasan, serta hasil hipotesis yang didapatkan tertulis secara
lengkap.
 Kesimpulan tertulis secara terstruktur, lengkap, dan jelas yang berisi dari ringkasan
dari keseluruhan hasil pembahasan.

Kekurangan :

 Abstrak yang terdapat dalam jurnal kurang jelas sehingga pembaca perlu melihat
semua isi jurnal agar dapat mengetahui hasil dari penelitian.
 Pada jurnal tidak terdapat variabel bebas (independent) yang lain, seperti mengenai
pembahasan kepuasan pasien, dan lain-lain yang dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dengan kinerja.
 Tidak dilengkapi dengan pengimplementasian terhadap saran yang disampaikan
3. Jakri, Y., & Timun, H. (2019). Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan
Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Puskesmas Waelengga Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2019.

Kelebihan :

 Abstrak yang terdapat dalam jurnal jelas, sehingga dengan membaca abstaraknya saja
pembaca dapat mengetahui mengenai hasil penelitian tersebut.
 Memaparkan secara jelas dan lengkap mengenai latar belakang permasalahan
 Metode penelitian yang digunakan jelas
 Hasil dan pembahasan yang dipaparkan dalam jurnal lengkap dan jelas.

Kekurangan :

 Kesimpulan yang dipaparkan kurang jelas, hanya memaparkan mengenai persentase


gambaran persepsi perawat tentang fungsi manajemen kepala ruangan
 Tidak dilengkapi dengan solusi ataupun pengimplementasian dari permasalahan yang
ada
 Pada jurnal, peneliti tidak mencantumkan saran atau harapan yang ingin diberikan
untuk kemajuan atau perbaikan terhadap sasaran penelitian
4. Perceka, Lungguh, Andhika. (2017). Hubungan Perencanaan dan Pengarahan Kepala
Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun 2017

Kelebihan :

 Pembahasan dan pembahasan dipaparkan secara jelas responden juga banyak


memberikan pendapat yang dirangkum dengan penjelasan yang jelas dan
menggunakan sumber-sumber yang terpercaya
 Teori-teori yang di dapat oleh penulis juga merupakan ssalah satu bentuk untuk
melengkapi serta mengingatkan kembali kepada pembaca mengenai teori-teori apa
saja yang perlu diperhatikan.

Kekurangan :

 Jurnal ini memiliki abstrak yang tidak terlalu jelas sehingga pembaca perlu untuk
membaca isi dari jurnal.
 Tujuan dari jurnal ini juga belum diketahui
 Bagian daftar pustakanya kadang ada beberapa sumber yang tidak dicantumkan di
bagian daftar pustaka namun ada di dalam isi di atas. 4. untuk kesimpulan sudah
dipaparkan dengan baik namun masih kurang lengkap dan jelas.
5. Wijayanti, O., & Rizal, A. A. F. (2019). Hubungan Fungsi Pengarahan Kepala
Ruangan dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD Samarinda

Kelebihan :

 Abstrak pada jurnal sudah sangat tersusun dan jelas,apa saja yang ada pada jurnal
 Pendahuluan pada jurnal bisa di mengerti dan pahami,sudah menjelaskan beberapa
hal penting seperti pelayanan kesehatan,dimana menjelaskan bahwa pengarahan yang
baik adalah faktor penting dalam meningkatkan kinerja perawat
 Metode jurnal sangat tersusun dan juga sudah dipersiapkan dengan maksimal dimana
pada jurnal menjelaskan bahwa metode yang digunakan terstruktur apa-apa saja yang
akan dilaksanakan dan apa saja yang akan dilakukan juga gunakan pada penelitian ini

Kekurangan :

 Hasil pada jurnal sudah menjelaskan dengan baik setiap tabel yang ada tetapi pada
bagian akhir pembahasan hasil menjelaskan bahwa tidak ada kaitannya dengan
pencapaian akhir dengan judul atau topik jurnal.
 Pembahasan jurnal cenderung terlalu bertele-tele dan terlalu banyak pembahasan
sehingga mengakibatkan penjelasan yang berulang terus menerus
 Kesimpulan jurnal terkesan singkat dan hanya menjelaskan hasil tetapi tidak
memberikan penjelasan yang lebih jelas dan hanya memberikan saran saja
6. Safitri, Wahyuningsih. (2016). Hubungan Persepsi Tentang Komunikasi Kepala
Bidang Pelayanan Keperawatan dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Kelebihan :

 Kelebihan dari jurnal ini yaitu peneliti sudah bisa menjelaskan mengenai hubungan
persepsi tentang komunikasi kepala bidang pelayanan keperawatan dengan kinerja
perawat pelaksana.
 Pada bagian abstrak peneliti juga sudah mengutip mengenai kinerja perawat dan
tujuan peneliti.
 Pada bagian pendahuluan juga peneliti menjelaskan mengenai pengertian pelayanan
keperawatan juga menjelaskan sedikit mengenai bagaimana peneliti melihat langsung
kinerja dari perawat itu sendiri.
 Pada jurnal peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian tentang analisa faktor-
faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat.

Kekurangan :

 Kekurangan pada jurnal ini yaitu ada beberapa pembahasan yang membuat penulisan
jurnal menjadi tidak teratur salah satunya pada bagian pendahuluan yang menjelaskan
mengenai hasil analisis faktor yang mana ada beberapa perhitungan di situ sebaiknya
di gabung di bagian hasil dan pembahasan agar penulisan jurnal menjadi rapi.
 Penulisan pada jurnal kurang rapi dan sulit untuk dipahami karna beberapa penjelasan
yang sudah digabung dengan penjelasan lain dan menjadi penulisan jurnal tidak
teratur.
7. Purwanto, I., & Pradiptha, I. D. A. G. F. (2020). Hubungan Kompetensi (Pengarahan)
Kepala Ruang Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak

Kelebihan :

 Hasil dan pembahasan yang dipaparkan sudah jelas dan terperinci

 Lengkap beserta tabel-tabel dari hasil wawancara

 Pengangkatan masalah sesuai dengan judul yang ada

Kelemahan :

 Abstrak terlalu singkat sehingga pembaca harus mengecek sampai ke halaman


terakhir untuk mengetahui isi dari jurnal

 Tidak terdapat kalimat metode yang digunakan, namun dari hasil penelitian yang ada
sudah bisa ditebak metode yang digunakan seperti apa.

8. Aeni, W. N., (2019). Pengaruh Fungsi Pengarahan Ketua Tim Terhadap Kinerja
Perawat di Kabupaten Indramayu
Kelebihan :

 Hasil dan pembahasan jurnal mudah dipahami oleh pembaca

 Abstrak lengkap dan jelas

 Metode yang digunakan juga lengkap dan terpapar dengan jelas


Tabel Review

No Author dan Tahun Tujuan Metode Sampel Hasil


1. Zulkarnain. 2017. Mengetahui hubungan fungsi Kuantitatif Perawat Ruang Rawat Hasil analisis hubungan antara fungsi motivasi
Analisis Pelaksanaan pengarahan kepala ruangan dengan Deskriptif Inap RSUD BIMA kepala ruangan dengan kinerja perawat diperoleh
fungsi manajemen kinerja perawat dalam menerapkan Sejumlah 162 orang bahwa perawat yang mempersepsikan motivasi
pengarahan kepala asuhan keperawatan di ruang rawat inap kepala ruangan baik memiliki persepsi yang baik
ruangan dengan RSUD Bima tentang kinerjanya lebih banyak (73,2%)
kinerja perawat dalam dibandingkan dengan perawat yang
menerapkan Asuhan mempersepsikan motivasi kurang sebanyak
keperawatan di ruang (50%).Hasil analisis hubungan antara fungsi
rawat inap RSUD delegasi kepala ruangan dengan kinerja perawat
BIMA pelaksana di diperoleh bahwa (76,6%) perawat
pelaksana yang mempersepsikan fungsi delegasi
kepala ruangan baik dengan kinerjanya baik,
sedangakan memiliki persepsi kinerjanya kurang
sebanyak (48,7%) mempersepsikan fungsi
delegasi kepala ruangan kurang baik.
2. Majid, A., & Sani, A. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Kualitatif seluruh perawat Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan
(2016). Pengaruh Mengetahui pengaruh pelatihan pelaksana yang terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Tk. II
Pelatihan dan terhadap kinerja perawat pelaksana di bekerjan di rumah Pelamonia Makassar. Pelatihan yang meliputi:
Supervisi Kepala ruang rawat inap bedah rumah sakit sakit TK. II Pelamonia materi pelatihan, metode pelatihan, prinsip
Ruangan terhadap TK. II Pelamonia Makassar. 2. Makassar berjumlah pembelajaran, ketetapan dan kesesuaian fasilitas,
Kinerja Perawat Mengetahui pengaruh supervisi 115 perawat dan kemampuan peserta dapat meningkatkan
Pelaksana Diruang terhadap kinerja perawat pelaksana di kinerja perawat di Rumah Sakit Tk. II Pelamonia
Rawat Inap Bedah ruang rawat inap bedah rumah sakit Makassar, pelatihan perlu ditingkatkan untuk
Rumah Sakit TK. II TK. II Pelamonia Makassar. 3. meningkatkan kinerja 2. Supervisi berpengaruh
Pelamonia Makassar. Menganalisis pengaruh pelatihan dan positif dan signifikan terhadap kinerja perawat di
supervisi terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar.
pelaksana di ruang rawat inap bedah Melalui supervisi yang baik, perawat pelaksana
rumah sakit TK. II Pelamonia akan mendapat dorongan positif sehingga mau
Makassar. belajar dan meningkatkan kemampuan
profesionalnya, supervisi perlu ditingktkan lagi
untuk meningkatkan kinerja 3. Pelatihan dan
supervisi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Tk. II
Pelamonia Makassar, hal ini berimplikasi bahwa
apabila pelatihan dan supervisi ditingkatkan
maka kinerja perawat akan meningkat
3. Jakri, Y., & Timun, H. Mengetahui hubungan fungsi deskripsikuantitatif Perawat yang bekerja 1. Fungsi Manajemen Kepala Ruangan
(2019). Hubungan manajemen kepala ruangan dengan di ruang rawat Kepala ruangan sering membuat
Fungsi Manajemen kinerja perawat dalam melaksanakan berjumlah 20 orang rencana kegiatan yang harus
Kepala Ruangan asuhan keperawatan di rawat inap dilaksanakan secara rutin untuk
Dengan Kinerja Puskesmas Waelengga. mencapai tujuan organisasi. Hal ini
Perawat Dalam sesuai dengan pendapat Keliat, (2014)
Melaksanakan Asuhan bahwa perencanaan manajemen
Keperawatan Di keperawatan diawali dengan perumusan
Ruang Rawat Inap tujuan institusi/organisasi yang
Puskesmas Waelengga dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan
Kabupaten Manggarai tujuan sebagai arah kebijakan organisasi
Timur Tahun 2019. dan menentukan standar yang akan
digunakan dalam melakukan
pengawasan serta mencapai tujuan.
2. Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan Kinerja perawat
merupakan ukuran keberhasilan dalam
mencapai tujuan pelayanan
keperawatan. Adapun faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kinerja
perawat diantaranya adalah Faktor
personal/individu, faktor
kepemimpinan, faktor team, faktor
sistem, faktor kontekstual/situasional.
Faktor-faktor tersebut berpengaruh
terhadap perawat dalam melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
3. 3. Hubungan Fungsi Manajemen Kepala
Ruangan Dengan Kinerja Perawat
Dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Seorang kepala ruangan
yang efektif diruang rawat inap adalah
seseorang yang tidak hanya berusaha
mencapai tujuan ruangan tetapi juga
tetap mempertahankan tingkat
kompetensi, komitmen dan antusiasme
staf secara terus menerus, hal ini harus
dilaksanakan secara konsisten melalui
penerapan fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian atau
pengawasan untuk menciptakan situasi
yang terorganisir agar setiap individu
dapat melaksanakan tugasnya,
mengatasi hambatan yang ada, dan
mengoptimalkan efisiensi serta
efektivitas guna mencapai tujuan
organisasi. Fokus keempat fungsi
manajemen tersebut adalah untuk
menjaga dan menciptakan konsistensi
kinerja.
4. Perceka, Lungguh, Mengetahui hubungan perencanaan dan Deskriptif Korelasi 43 sampel perawat, RS Hasil analisis mengenai hubungan perencanaan
Andhika. (2017). pengarahan kepala ruangan Pameungpeuk Garut dan pengarahan kepala ruangan dengan motivasi
Hubungan Tahun 2017 kerja perawat di RS Pameungpeuk Garut Tahun
Perencanaan dan 2017 dapat dilihat bahwa Proporsi bila
Pengarahan Kepala perencanaan kerja kurang baik maka motivasi
Ruangan Dengan sebagian besar dari perawat (77,3%) rendah.
Motivasi Kerja penelitian ini menunjukan bahwa motivasi
Perawat di RS rendah dipengaruhi oleh bagaimana atasan
Pameungpeuk Garut merencanakan suatu pekerjaan dengan baik. Bila
Tahun 2017 perencanaan kerja yang disusun oleh atasan baik,
maka motivasi kerja perawat meningkat. Seorang
pemimpin memiliki fungsi pengarahan yang
meliputi proses pendelegasian tugas-tugas,
mengawasi jalannya pelayanan keperawatan,
nmelakukan koordinasi dengan perawat
bawahannya dan mampu mengendalikan serta
mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan rencana
organisasi
5. Wijayanti, O., & Penelitian ini bertujuan untuk kualitatif 72 responden RSUD Fungsi pengarahan lebih baik dilaksanakan
Rizal, A. A. F. (2019). mengetahui hubungan antara fungsi Samarinda setiap waktu di ruangan, sebab tujuan dari
Hubungan Fungsi pengarahan kepala ruangan dengan manajemen ruangan adalah memberikan layanan
Pengarahan Kepala kinerja. keperawatan yang kualitasnya baik ke pasien
Ruangan dengan selama di rawat.(Warsito dan Mawarni, 2007).
Kinerja Perawat dalam Dengan ini diharapkan fungsi pengarahan dapat
MemberikanPelayanan berdampak ke perawat dalam melakukan
Keperawatan di Ruang tindakan atau asuhan keperawatan. terdapat data
Rawat Inap RSUD berdistribusi berdasarkan kinerja perawat yang
Samarinda baik sebanyak (60,7%). Faktor kinerja yang
dapat dipengaruhi adalah faktor individu, faktor
psikologis, dan faktor organisasi. Sesuatu
pekerjaan dengan kinerja baik akan mengurangi
resiko atau kesalahan dalam bekerja (Kurniadi,
2013). Menurut asumsi peniliti bahwa sesuatu
pekerjaan pasti mempunyai tanggung
jawab.Dengan kemampuan yang baik dalam
memberikan pelayanan dapat membuat kinerja
seseorang jadi lebih baik.
6. Safitri, Wahyuningsih. penelitian ini bertujuan untuk kuantitatif 95 perawat di ruang Persepsi merupakan suatu proses dimana
(2016). Hubungan mengetahui hubungan persepsi tentang rawat inap RSUD seseorang mengorganisasikan dalam
Persepsi Tentang komunikasi kepala bidang pelayanan Sukoharjo pikirannya,menafsirkan, mengalami dan
Komunikasi Kepala keperawatan dengan kinerja perawat mengolah pertanda atau segala sesuatu yang
Bidang Pelayanan pelaksana. terjadi di lingkungannya (Zinuddin, 2001).
Keperawatan dengan Perbedaan persepsi perawat tentang komunikasi
Kinerja Perawat kepala bidang pelayanan keperawatan dapat
Pelaksana dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor
pemersepsi/pelaku persepsi, faktor situasi,
konteks antar pribadi, konteks latar belakang dan
faktor organisasi. Hubungan yang terjalin antara
individu akan mempengaruhi penafsiran atas
petunjuk-petunjuk yang diterimanya.
Komunikasi dengan orang yang telah dikenal
atau tidak dikenal terlebih dahulu, mempunyai
pengaruh yang berlainan terhadap persepsi
seseorang. Suasana kerja yang ramah dan
menyenangkan misalnya adanya kerjasama yang
baik antar perawat dengan manajer
keperawatanjuga sangat berpengaruh pada
persepsi perawat terhadap komunikasi manajer
keperawatan. Pengaruh positif atau searah
menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi
kepala bidang yang baik/tinggi akan berpengaruh
terhadap kinerja pegawai yang baik atau tinggi
dan sebaliknya apabila kemampuan berkomuni-
kasi kepala bidang yang buruk atau rendah maka
kinerja pegawai akan buruk atau rendah.
Pengaruh signifikan menunjukan bahwa
kemampuan untuk berkomunikasi mempunyai
peranan yang penting dalam meningkatkan
kinerja pegawai
7. Purwanto, I., & Tujuan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan 132 Perawat Pelaksana Hasil analisis bivariat menunjukan ada hubungan
Pradiptha, I. D. A. G. teridentifikasinya hubungan kompetensi studi Korelasi di 10 ruang rawat inap antara kompetensi kepala ruang dalam
F. (2020). kepala ruangan terhadap kinerja menerapkan fungsi pengarahan terhadap kinerja
HubunganKompetensi perawat pelaksana dalam menerapkan perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan
(Pengarahan) Kepala asuhan keperawatan di Ruang Rawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Adjidarmo. Hal
Ruang Terhadap Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupten ini mengidentifikasikan bahwa semakin baik
Kinerja Perawat Lebak. persepsi perawat pelaksana terhadap pelaksanaan
Pelaksana Di Ruang fungsi pengarahan kepada ruangan maka akan
Rawat Inap Rsud Dr. semakin besar kemungkinan perawat pelaksana
Adjidarmo Kabupaten memiliki kinerja yang baik terhadap
Lebak. pekerjaaanya, begitu juga sebaliknya. Terkait
pelaksanaan fungsi manajemen pengarahan
kepala ruang dengan kinerja perawat dengan
nilai P Value = 0.04, hal ini dapat menjadi
landasan bagi rumah sakit untuk meningkatkan
pelaksanaan fungsi pengarahan yang memang
sudah dinilai baik oleh perawat pelaksana lebih
tinggi lagi.
8. Aeni, W. N., (2019). mengetahui pengaruh fungsi Korelasi 70 perawat instalasi Hasil penelitian menggambarkan bahwa fungsi
Pengaruh Fungsi pengarahan ketua tim terhadap kinerja rawat inap salah satu pengarahan ketua tim di instalasi rawat inap
Pengarahan Ketua Tim perawat di salah satu RS di Kabupaten RS di Kabupaten Rumah Sakit masih dinilai kategori kurang baik
Terhadap Kinerja Indramayu. Indramayu sebanyak 47,1%. Fungsi pengarahan ketua tim
Perawat di Kabupaten dalam melakukan proses asuhan keperawatan
Indramayu masih belum berjalan dengan maksimal.
Berdasarkan penggalian data dari perawat
menyatakan bahwa ketua tim jarang mengambil
inisiatif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Perawat pelaksana sering menyelesaikan sendiri
masalah yang dihadapinya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Ketua tim tidak dapat
menjelaskan kepada perawat pelaksana tentang
cara memenuhi kebutuhan pasien. Hal tersebut
menyebabkan perawat pelaksana kurang dapat
merasakan fungsi pengarahan dari ketua tim
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien Keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan tidak lepas dari peran seorang ketua
tim, dengan pengarahan yang baik dan sesuai
dengan prosedur, menjadikan pelayanan
keperawatan akan berjalan sesuai dengan
harapan dan tujuan bersama. Faktor yang
mempengaruhi fungsi pengarahan ketua tim
dalam proses pemberian asuhan keperawatan
yaitu faktor internal dan faktor eksternal

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa artikel yang direview terdiri dari jurnal tahun 2016 hingga tahun 2020. Hasil dari beberapa
penelitian tersebut menunjukkan bahwa fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan kepada perawat pelaksana di ruang rawat inap
dalam menerapkan asuhan keperawatan salah sartunya dipengaruhi oleh motivasi yang baik dari kepala ruangan. Selain itu, kinerja perawat
pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perawat tersebut
diantaranya terdapat faktor individu, faktor kepemimpinan, faktor team, faktor sistem, dan faktor situasional. Komunikasi antara kepala ruangan
dan perawat pelaksana juga sangat berpengaruh penting dalam keberhasilan menerapkan asuhan keperawatan, jika kemampuan berkomunikasi
kepala ruangan baik, maka kinerja perawat pelaksana akan menjadi baik, begitupun sebaliknya. Fungsi pengarahan yang tepat juga lebih baik
dilaksanakan setiap waktu disetiap ruangan , karena tujuan dari manajemen pengarahan ialah memberikan layanan keperawatan yang berkualitas
kepada pasien selama di rawat.
Kesimpulan

Secara keseluruhan hasil penelitian dari 8 jurnal yang telah dipaparkan didapatkan
bahwa keberhasilan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan tidak terlepas dari peran
pengarahan seorang kepala ruangan atau ketua tim, jika pengarahan yang diberikan oleh
kepala ruangan terperinci dan jelas maka kinerja dalam penerapan asuhan keperawatan juga
akan jelas dan benar. bila perencanaan kerja yang sudah disusun dan dibuat dengan baik,
maka motivasi dari kerja perawat juga dapat meningkat (Yulia, Devi Putri 2015).
Kemudian kepala ruangan atau ketua tim juga harus memiliki kompetensi dalam melakukan
pengarahan, dikarenakan perawat pelaksana juga membutuhkan pelatihan dan supervisi agar
kinerja yang akan dilakukan juga semakin meningkat dan berkualitas.

Saran

Dari hasil Literatur review yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengelolah
komunikasi antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana agar kinerja dalam menerapkan
asuhan keperawatan semakin meningkat, bukan hanya saja tentang kompetensi dari kepala
ruang dan perawat pelaksana tetapi perlu adanya komunikasi yang tepat agar adanya
hubungan serta pemikiran yang sinkron dari kedua pihak. Kepala ruangan juga dapat
melakukan pelayanan keperawatan yang melibatkan perawat pelaksana dalam kegiatan yang
akan dilaksanakan dan dapat melakukan pertemuan rutin dengan perawat pelaksana sehingga
capaian asuhan keperawatan yang diinginkan dapat berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai