Disusun Oleh :
Program MBO
Komunikasi
Tujuan dan Rencanca Pelaksanaan Partisipasi
Organisasi Review Periodik
Evaluasi
Gambar 1.1. Proses Management by Objectives (MBO)
e. Membuat proses evaluasi menjadi lebih wajar dengan memusatkan perhatian pada
suatu pencapaian, dan memungkinkan bawahan mengetahui bagaimana kualitas
kerja mereka dalam kaitannya dengan tujuan organisasi.
Selain itu, Hicks dan Gullet mengemukakan manfaat MBO yaitu dapat
meningkatkan motivasi untuk mencapai sasaran, membuat sasaran menjadi lebih baik,
menambah kemampuan pengawasan diri, memperbaiki penialaian pelaksanaan, dan
dapat membantu pengembangan organisasi.
a. Kelemahan yang ada pada proses MBO. Hal ini mencakup waktu dan tenaga yang
banyak dalam proses MBO serta meningkatnya pekerjaan administratif.
b. Kelemahan secara teoritis yang seharusnya tidak ada, tetapi sering di jumpai dalam
penerapan MBO, di antaranya:
1) Kurangnya komitmen manajemen puncak yaitu organisasi yang menerapkan
MBO tetapi pimpinan bersifat otoriter.
2) Penyesuaian dan perubahan dalam struktur, wewenang, dan pengawasan
organisasi.
3) Keterampilan hubungan antara pribadi, antara pimpinan dan anggota
organisasi.
4) Penyusunan deskripsi tugas cukup sulit dan memerlukan peninjauan kembali
sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi.
5) Penetapan tujuan yang menantang dan realistis menimbulkan kebingungan
manajer dan adanya kesulitan mengkoordinasikan tujuan pribadi dan
organisasi.
6) Konflik antara kreatifitas dan MBO, berbagai kesempatan akan hilang apabila
manajer gagal untuk mencoba sesuatu yang baru karena tenaga dan pikirannya
terarah pada tujuan MBO.
TUJUAN
(bagi bawahan)
PERTEMUAN
TUJUAN
(bagi bawahan)
TUJUAN
(bagi bawahan)
Gambar 1.3. Proses Penyusunan Sasaran dan Tujuan dalam Organisasi dengan
pendekatan MBO
3.1 SUPERVISI
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sihotang, H., Santosa, H.,
& Salbiah berjudul “Hubungan Fungsi Supervisi Kepala Ruangan dengan
Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi
Medan” pada tahun 2016 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi
supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di RSUD dr.
Pirngadi Medan, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara
fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana
dimana (nilai p value = 0,000 p < 0,05).
Jenis penelitian adalah deskriptif korelasi dengan desain cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 160 perawat pelaksana di lingkungan RSUD
dr. Pirngadi Medan dengan teknik simple random sampling. Instrumen data
menggunakan kuesioner tertutup dan data dianalisa dengan menggunakan uji
Pearson Product Moment.
Dikatakan bahwa latar belakang penelitian ini adalah mengukur
prroduktivitas kerja perawat merupakan masukan bagi mutu pelayanan keperawatan.
Input, proses dan hasil ukur merupakan umpan balik yang memungkinkan manajer
mengambil keputusan untuk meningkatkan produktivitas perawat dan memberikan
pelayanan terbaik bagi pasien. Driscoll (2008), mengemukakan pandangan bahwa
jika pelaksanaannya benar maka supervisi klinis adalah pendorong terbesar dalam
memajukan keunggulan dalam perawatan. Para ahli lain (Berggren & Severinsson,
2012) juga mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan
kemampuan perawat dalam pengambilan keputusan. Sejalan dengan penelitian
Frimpong, dkk (2011) menunjukkan bahwa supervisees (penerima supervisi) yang
mendapatkan dukungan dari supervisor (pelaksana supervisi), produktivitas kerjanya
lebih tinggi dari pada yang tidak mendapat dukungan dari supervisor.
Hasil penelitian dengan uji Person Product Moment diketahui ada hubungan
yang tinggi antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil
korelasi tersebut diketahui
bahwa fungsi supervisi
kepala ruangan
berhubungan positif
dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana. Hasil
yang diperoleh fungsi
supervisi kepala ruangan
telah dilaksanakan dengan
baik. Produktivitas kerja
perawat pelaksana juga
diketahui mendekati nilai
maksimal. Penelitian ini menunjukkan bahwa apabila fungsi supervisi dilaksanakan
dengan baik maka produktivitas kerja perawat pelaksana juga akan baik.
Berdasarkan
hasil penelitian dan
uraian pembahasan
pada penelitian ini
maka kesimpulan
yang dapat diambil
adalah fungsi
supervisi kepala
ruangan di Rumah
Sakit Umum Daerah
dr. Pirngadi Medan
telah dilaksanakan
dengan baik. Hasil
pada sub fungsi supervisi kepala ruangan yaitu formatif,restorative dan normative
menunjukkan nilai yang relatif sama walaupun terlihat lebih rendah pada fungsi
formatif. Hasil penelitian pada produktivitas kerja perawat pelaksana menunjukkan
bahwa perawat pelaksana memiliki produktivitas tinggi. Pada sub variebel efektifitas
dan efisiensi terlihat lebih rendah pada efektifitas. Hal ini menandakan bahwa
semakin baik pelaksanaan fungsi supervisi maka produktivitas kerja perawat
pelaksana akan semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pihak
Rumah Sakit khususnya kepala ruangan untuk dapat meningkatkan pelaksanaan
supervisi kepada perawat pelaksana. Sehingga seluruh perawat pelaksana merasakan
manfaat supervisi untuk lebih meningkatkan produktivitas perawat pelaksana.
4.2 SARAN
Pelaksanaan supervisi dan pendekatan berdasarkan MBO yang baik
memberikan dampak positif terhadap produktivitas kerja perawat. Perawat manajer
harus terus berbenah diri meningkatkan pengetahuan maupun skill/keterampilan
dalam peran kepemimpinan yang diemban.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani dan Supriyanto. (2005). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC.
Chasanah, N. (2005). Management by Objectives (MBO) dalam Pengembangan
Organisasi Yayasan Masjid Al-Falah Surabaya. Skripsi. Surabaya: Perpustakaan
IAIN Sunan Ampel.
Fattah, N. (2001). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Komaruddin. (1990). Menejemen Berdasarkan Sasaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Marquis, B. L., dan Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Edisi 4. Jakarta:EGC.
Moekijat. (1986). Pengembangan Organisasi. Bandung: CV. Redmaja Karya.
Sihotang, H., Santosa, H., dan Salbiah. (2016). ‘Hubungan Fungsi Supervisi Kepala
Ruangan dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Pirngadi Medan’. Idea Nursing Journal, Volume VII No. 1, 2016
(http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/1675/2902 diakses pada tanggal 26
Desember 2018 pukul 20.00 WIB).
Simamora, R. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sitorus, R. dan Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Soemarmi. (2005). Studi Komparasi Penerapan MBO dan MBP Terhadap Proses
Belajar Mengajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa di Akademi
Keperawatan Dharma Husada dan Akademi Keperawatan Rumah Sakit
Baptis Kediri. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga
Surabaya.
Suarli dan Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Swansburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Terry, G. R. dan Rue, L.W. (2003). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bina Aksara.
Winarti, S. A., Yudantoro, B., dan Ratna,W. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan
dalam Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya.