SUPERVISI
Oleh :
KELOMPOK 8A
Preseptor Akademik : Rohni Taufiika Sari, Ns., M.Kep
Preseptor Klinik : Siti Khairiah, S.Kep., Ns
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2023
SUPERVISI
1. Pengertian Supervisi
Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa supervisi adalah kegiatan yang
direncanakan untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif. Supervisi tidak hanya sekedar mengontrol melihat apakah
segala kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah
ditentukan, tetapi supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan
keperawatan secara efektif dan efesien.
2. Tujuan Supervisi
Menurut Gillies (1994), tujuan dari supervisi adalah untuk memeriksa, menilai dan
memperbaiki penampilan kerja pegawai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Swanburg (2010) mengatakan tujuan supervisi adalah (1) Memperhatikan anggota
unit organisasi di samping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri. (2) Memperhatikan
rencana, kegiatan, dan evaluasi dari pekerjaannya. (3) Meningkatkan kemampuan
pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya
serta mengarahkan kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.
Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan
secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal
yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan secara berkala.
3. Pelaksana Supervisi
4. Teknik Supervisi
Menurut Arwani (2006), secara teknis supervisi dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Supervisi langsung bertujuan untuk proses pembimbingan, arahan,
dan pencegahan serta memperbaiki kesalahan yang terjadi, maka supervisi langsung
lebih tepat digunakan. Supervisi yang ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan
tugas kepearawatan yang telah dijalankan maka supervisi tidak langsung lebih tepat
digunakan. Supervisi langsung dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung.
Supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah.
Supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan tertulis seperti laporan pasien dan
catatan asuhan keperawatan pada shift pagi, sore dan malam. Dapat juga dengan
menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima shift, ronde keperawatan
maupun rapat. Supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan sehingga
memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Hasil temuan dari supervisi tidak langsung
memerlukan klarifikasi dan umpan balik diberikan agar tidak terjadi salah persepsi
dan masalah segera dapat diselesaikan (Suyanto, 2008).
Menurut Suarli (2012), teknik pokok supervisi mencakup empat hal yaitu (1)
menetapkan masalah dan prioritasnya, (2) menetapkan penyebab masalah, (3)
melaksanakan jalan keluar, (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.
Menurut Kirk, Eaton & Auty (2000), proses supervisi dapat dilakukan dengan cara
self-supervision, one-to-one supervision dan team supervision. Bush (2005),
mengemukakan supervisi dapat dilakukan dengan cara one-to-one dengan expert
berasal dari disiplin ilmu yang sama, one-to-one dengan expert berasal dari disiplin
ilmu yang berbeda, one-to-one yang dilakukan oleh rekan, group supervision dan
network supervision. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan meningkatkan hubungan
interpersonal sehingga tujuan dari supervisi dapat tercapai (Heron 1990).
5. Kompetensi Supervisor
Peran supervisor adalah tingkah laku seorang supervisor yang diharapkan oleh
perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi. Menurut Kron (1987) peran
supervisor adalah sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai.
6.2. Peran sebagai pengarah. Seorang supervisor harus mampu memberikan arahan
yang baik saat supervisi. Semua pengarahan harus konsisten dibagiannya dan
membantu perawat pelaksana dalam menampilkan tugas dengan aman dan
efisien meliputi: pengarahan harus lengkap sesuai kebutuhannya, dapat
dimengerti, pengarahan menunjukkan indikasi yang penting, bicara pelan dan
jelas, pesannya masuk akal, hindari pengarahan dalam satu waktu, pastikan
arahan dapat dimengerti, dan dapat ditindaklanjuti. Pengarahan diberikan untuk
menjamin agar mutu asuhan keperawatan pasien berkualitas tinggi, maka
supervisor harus mengarahkan staf pelaksana untuk melaksanakan tugasnya
sesuai standar yang ditentukan rumah sakit. Pengarahan sangat penting karena
secara langsung berhubungan dengan manusia, segala jenis kepentingan, dan
kebutuhannya. Tanpa adanya pengarahan, karyawan cenderung melakukan
pekerjaan menurut cara pandang mereka pribadi tentang tugas-tugas apa yang
seharusnya dilakukan, bagaimana melakukan dan apa manfaatnya.
6.3. Peran sebagai pelatih. Seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus
dapat berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan pasien.
Dalam melakukan supervisi banyak menggunakan keterampilan pengajaran atau
pelatihan untuk membantu pelaksana dalam menerima informasi. Prinsip dari
pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan perubahan perilaku, yang meliputi
mental, emosional, aktivitas fisik, atau mengubah perilaku, gagasan, sikap dan
cara mengerjakan sesuatu.
6.4. Peran sebagai penilai. Seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat
memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan
apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan
observasinya akurat. Dalam melaksanakan supervisi penilaian hasil kerja
perawat pelaksana saat melaksanakan asuhan keperawatan selama periode
tertentu seperti selama masa pengkajian. Hal ini dilaksanakan secara terus
menerus selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat khusus.
Consultant: sebagai konsultan kinerja serta memantau masalah yang ada dan juga
menentukan alternatif penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan bersama.
Konsultan sebagai unit terdepan dalam organisasi untuk mengenali dan mengatasi
masalah yang ada.
Menurut Farington (1995), Hawkins & Shohet (1989) dalam White at.all (1998),
mengemukakan bahwa fungsi supervisi meliputi:
Fungsi supportive yaitu pemberian dukungan terhadap masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan praktek serta meningkatkan hubungan interpersonal. Manager/supervisor
memberikan dukungan kepada perawat pelaksana. Dukungan yang diberikan dapat
dirasakan oleh perawat pelasana, memberikan kesempatan untuk menyampaikan
permasalahan yang dihadapi dan mampu meredam konflik yang ada di antara
perawat.
Fungsi manajerial yaitu merupakan quality kontrol dalam pemberian pelayanan klinik
. Seorang manager adalah pengawas untuk tetap menjaga kualitas pelayanan
keperawatan. Manager harus mampu mengidentifikasi masalah kualitas pelayanan.
Apabila kualitas tersebut menurun maka manager harus mampu mencari penyebab
dan mampu memberikan penyelesaian masalah.
Menurut Severinson (2001), Bush (2005), Dowson, at. all. (2012), supervisi adalah
merupakan pengawasan manajerial yang bertujuan untuk memfasilitasi dan
mendorong praktek profesional yang terdiri dari tiga fungsi utama supervisi yaitu:
Tempat evaluasi saat melakukan supervisi berada di lingkungan perawatan pasien dan
pelaksana supervisi harus menguasai struktur organisasi, uraian tugas, standar hasil
kerja, metode penugasan dan dapat mengobservasi staf yang sedang bekerja.
Penilaian membuat perawat mengetahui tingkat kinerja mereka (Marquis & Huston,
2010).
Menurut Suarli (2012), supervisor harus menyadari fungsinya sebagai berikut: (1)
Mengatur dan mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan menyangkut
pelaksana standar asuhan keperawatan yang telah disepakati. (2) Menilai dalam
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian asuhan
keperawatan. (3) Mengkoordinasikan, menstimulasi dan mendorong kearah
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. (4) Membantu (asistensing), memberi
dukungan (supporting) dan mengajak untuk diikutsertakan (sharing).
7. Model Supervisi
Menurut Suyanto (2008), beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan
supervisi antara lain:
Model ini dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman
sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang akan di
supervisi. Pendekatan interpersonal akan menciptakan hubungan saling percaya
sehingga hubungan antara perawat pelaksana dengan supervisor akan terbuka
yang mempermudah proses supervisi.
Beberapa model supervisi telah dikembangkan antara lain Model Proctor: model ini
mengembangkan bahwa seorang supervisor harus memenuhi tiga fungsi utama utama
yaitu: restoratif, formatif dan normative. Model ini yang memandu praktek supervisi
tidak boleh terlalu preskriptif, tetapi bertindak sebagai kerangka kerja yang didukung
oleh prinsip teori (Bush, 2005). Model lain adalah The CLEAR (integratif) model
menjelaskan tugas atau proses pengawasan meliputi beberapa komponen yaitu
kontrak, mendengarkan, mengeksplorasi, tindakan dan meninjau. Komponen kontrak
menggambarkan adanya proses sebelum pelaksanaan supervisi melalui sesi negosiasi
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Komponen mendengarkan meliputi adanya
proses menjadi seorang pendengar yang aktif. Komponen mengeksplorasi dilakukan
dengan menggunakan pertanyaan untuk mendapatkan informasi baru dalam kemajuan
klinis. Komponen tindakan dan meninjau dilakukan sebagai kegiatan terakhir.
Dilakukan dengan proses bimbingan secara bertahap berdasarkan teoritis. Supervisi
yang dilakukan berdasarkan kerangkan kerja yang bertujuan untuk pengembangan
supervisees. Supervisor harus menyadari elemen utama dalam model ini adalah:
murah hati, bermanfaat, bersikap terbuka, mau belajar, bijaksana dan pemikiran,
manusiawi, sensitive (Berggren & Severinsson, 2005).
Supervisi Keperawatan
Pilihan Jawaban
Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu
kadang pernah
dilakukan
dilakukan dilakukan
Supervisor menetapkan kegiatan yang
1. akan di supervisi
Supervisor menetapkan tujuan
2. supervisi
Supervisor ikut dalam
pendokumentasian kegiatan pelayanan
3. bersama-sama ketua tim dan perawat
pelaksana
Supervisor meneliti dokumentasi status
4. klien
Supervisor mendapatkan hal-hal yang
5. perlu di lakukan pembinaan
Supervisor memanggil ketua tim dan
6. perawat pelaksana yang perlu
dilakukan pembinaan
Supervisor mengklasifikasi
7. permasalahan yang ada
Supervisor memberikan masukan pada
8. ketua tim dan perawat pelaksana
Supervisor mengevaluasi hasil
9. bimbingan
Supervisor memberikan reward atau
10. umpan balik kepada ketua tim dan
perawat pelaksana
DAFTAR PUSTAKA
Arwani, S. (2006). Manajemen bangsal keperawatan, Jakarta: EGC Kedokteran.
Cristiansen, B., Bjork, I.T., Havnes, A., & Hessevaagbakke, E., (2011). Developing
supervision skills through peer learning partnership. Nurse Education in
Practice, 11, 104-108.
Heron, J. (1990) Helping the client: A creative practical guide. London, Sage.
Kirk, S., Eaton, J., & Auty L. (2000). Dietitians and supervision: should we be doing
more?. Journal Human Nutrition and Dietetics, 13: 323-332.
Lynch, L., & Happel, B. (2008). Implementing clinical supervision: part 1; laying the
ground work . International Journal of Mental Health Nursing 17, 57- 64.
Swanburg, R.C & Swanburg, R.J. (2010). Introductory Management and Leadership
for Nurse. Canada: Jones and Barlett Publishers.