Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL ROLEPLAY SUPERVISI KEPERWATAN DI RUANG

INTAN RUMAH SAKIT PHC SURABAYA


DALAM PRAKTIK KLINIK PROGRAM PROFESI MANAJEMEN
KEPERAWATAN

Oleh:
Tojaris Irvan 9102322008
Oktaviani Celvin 9102322021
Widya Ayu 9102322022
Claudya Wiwin 9102322023
Sabrina Noya 9102322024
Aurelya D. Mayang 9102322025
Inka C. Bella 9102322029
Berkat Kasih 9102322034

FAKULTAS KEPERAWARAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SURABAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diperlukan tenaga kesehatan
yang terampil dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Salah
satu unsur tenaga kerja kesehatan yang dibutuhkan adalah perawat karena
berperan langsung terhadap pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien baik yang
dirawat inap maupun rawat jalan (Potter & Perry, 2005). Pengelolaan pelayanan
keperawatan membutuhkan sistem manajerial keperawatan yang tepat untuk
mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam menghasilkan pelayanan
keperawatan yang prima dan berkualitas (Sugiharto, Keliat, & Sri, 2012).
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen
serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Sehingga untuk mengelola asuhan
keperawatan dibutuhkan kemampuan supervisi dari seorang manajer keperawatan
(Suyanto, 2009). Menurut Keliat (2012) supervisi adalah proses pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut
berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang
disupervisi. Supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana.
Pemimpin yang paling efektif mempunyai hubungan saling mendukung
dengan karyawannya. Bagi perawat di ruang rawat inap, kepala ruangan adalah
pemimpin yang dapat menggerakkan perawat untuk dapat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik (Mulyono, Hamzah, & Abdullah, 2013). Kepala
ruangan sebagai seorang supervisor juga harus berorientasi pada pekerjaannya dan
mempunyai sensitivitas sosial yang mampu memberikan umpan balik,
penghargaan, pengakuan serta memotivasi keahlian terhadap stafnya sehingga
motivasi staf akan muncul dalam memberikan pelayanan keperawatan yang lebih
baik.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengengetahui supervisi kinerja perawat dalam asuhan keperawatan
di Ruang Intan Rumah Sakit PHC Surabaya
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi supervisi
2. Mengetahui unsur pokok supervisi
3. Mengathui langkah-langkah supervisi
4. Mengathui manfaat supervisi
5. Mengetahui kegunaan supersi
6. Mengetahui prinsip supervisi
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan menerapkan tahapan supervisi
dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip, langkah dan alur yang sesuai, dapat
membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga pasien,
mempermudah perawat untuk mengkaji pasien, meningkatkan komunikasi antara
perawat dan pasien atau keluarganya.
1.3.2 Bagi Pasien
Pasien mendapatkan kepuasan yang optimal terhadap pelayanan
keperawatan karena efekivitas kerja perawat yang menjadi lebih baik setelah
dilakukan supervisi secara berkala.
1.3.3 Bagi Ruang Intan RS PHC Surabaya
Terciptanya model asuhan keperawatan yang profesional khususnya pada
tahapan supervisi sehingga meningkatkan efektivitas kerja dan meningkatkan
efisiensi kerja sehinga dapat terlaksananya standar supervisi.
BAB 2
MATERI SUPERVISI

2.1 Pengertian
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000). Supervisi
keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu
setiap saat.
2.2 Unsur Pokok
Dalam melaksanakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok. Unsur-unsur
pokok yang dimaksud adalah pelaksana; sasaran; frekuensi; tujuan dan teknik.
2.2.1 Pelaksanaan
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah
atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang
dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi (supervisor) dan karena
itu fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk keberhasilan
supervisi, yang lebih diutamakan adalah kelebihan pengetahuan atau
keterampilan. Menurut Ali Zaidin, dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar
Kepemimpin dalam Keperawatan, membagi tingkatan atas kelas manajer dalam
melakukan supervisi, yaitu sebagai berikut.
1. Manajer puncak (Top Manager)
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil
kegiatan serta proses manajamen organisasi.
2. Manajer Menengah (Middle Manager)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama.
Tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manajer ke dalam program-
program.
3. Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manager, Supervisor
Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksana atau pekerja, yaitu melaksanakan supervisi sebagai mandor atau
supervisor.
2.2.2 Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan yang melakukan pekerjaan. Tugas kepala ruangan sebagai supervisor
terdiri dari 4 area penting yaitu:
A. Area personal perawat
B. Area lingkungan dan Peralatan
C. Area asuhan keperawatan
D. Area pengawasan/supervisi dan pengembangan staf
2.2.3 Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti
seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang digunakan bergantung
pada derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan.
Menurut Nursalam (2002), melakukan supervisi yang tepat harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang kontrol/supervisi penting bergantung bagaimana staf melihatnya.
1. Overcontrol
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang
diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2. Undercontrol
Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap
delegasi, di mana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan
berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya
dapat dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf
untuk berpikir dan melaksanakan tugas tersebut.
2.2.4 Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut.
1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
2) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman,
serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut.4. Memungkinkan manajemen bahwa
sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan dipergunakan
dengan baik.5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab
kekurangan pada kinerja tersebut.
2.2.5 Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan prioritas; (2) menetapkan
penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluarnya; (3) melaksanakan jalan keluar;
dan (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik.
1. Pengamatan langsung
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan hal berikut.
2. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat
menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka
pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan
strategis saja.
3. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka diperlukan suatu
daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
4. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, misal, rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif
dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.

2.3 Langkah-Langkah Supervisi


Menurut Ali Zaidin, teknik atau metode dalam melaksanakan pengawasan
adalah bertahap dengan pangkah-langkah sebagai berikut.
2.3.1 Langkah I : Mengadakan Persiapan Pengawasan
1. Menentukan tujuan.
2. Menentukan metode pengawasan yang tepat.
3. Menentukan standar/kriteria pengukuran.
2.3.2 Langkah II : Menjalankan Pengawasan
Terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana
pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai, dan
cara pelaksanaan.
2. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem, yaitu:
a. Sistem preventif, yang dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan;
b. Sistem represif, yang dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya memberikan laporanlaporan kegiatan;
c. Sistem verifikatif, yaitu pemeriksaan secara terperinci dengan
memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal
yang terjadi dalam pelaksanaan rencana;d. sistem inspektif, yaitu suatu
sistem pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan setempat secara
langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan yang
sebenarnya;e. sistem investigatif yaitu suatu pengawasan dengan jalan
mengadakan penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan
membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas inspektif
dan verifikatif;f.
kombinasi sistem preventif dan represif yaitu suatu sistem pengawasan
dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah usaha
tersebut berjalan.
3. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan.
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai,
tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan
sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Huber, 2000). Menurut
Huber (2000), evaluasi dilakukan sejak perencanaan program berkaitan
dengan dimensi kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada
upaya menyiapkan bahan masukan untuk pengambilan keputusan tentang
ketepatan, perbaikan perluasan, atau pengembangan program terkait
dengan pengambilan keputusan tentang penyusunan rancangan dan isi
program.
2.3.3 Langkah III : Memperbaiki Penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih efisien.
Setelah data melalui pengawas diperoleh, maka dianalisis dan masalah yang
timbul dicarikan pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada waktu
mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah
pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut.
1) Mengumpulkan informasi
Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang
benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan. Pengumpulan informasi yang dianggap efektif adalah yang
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan
pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
2) Mengidentifikasi masalah
Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam
langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian
dengan atau penyimpangan dari kegiatan yang telah direncanakan.
Ketidaksesuaian atau penyimpangan menyebabkan adanya jarak
(perbedaan) antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan dengan
kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan
inilah yang disebut masalah.
3) Menganalisis masalah
Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui berberapa jenis masalah
dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor itu
mungkin datang dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas,
biaya, proses, waktu, dan kondisi lingkungan. Di samping faktor
penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul. Hasil analisis ini
penting untuk diperhatikan dalam upaya pemecahan masalah.
4) Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi
alternatif upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah.
Alternatif ini disusun setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung
dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan
masalah. Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya
pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia.
5) Melaksanakan upaya pemecahan masalah
Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat
dibagi dua macam, yaitu pertama, pembinaan individual (perorangan),
yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan.
Pihak pembina memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan langsung
pada pelaksana kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang
dibina mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan
bervariasi. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog,
diskusi, bimbingan individual, dan peragaan. Kedua, pembinaan
kelompok. Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara
kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para pelaksana kegiatan
atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan atau kesamaan
permasalahan yang
dihadapi. Pembinaan kelompok dapat menghemat biaya, waktu, dan
tenaga. Teknik- teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok
antara lain diskusi, penataran, rapat kerja, demonstrasi, dan lokakarya.
Secara tidak langsung upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh
pihak pembina itu dilakukan melalui pihak lain, seperti melalui orang lain
atau media tertulis. Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan
oleh pejabat dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus
yang diberi tugas pembinaan. Sementara itu , yang melalui media tertulis
antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam bentuk pedoman,
petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi. Teknik-teknik pembinaan tidak
langsung mencakup kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan
informasi kepada pihak yang dibina tentang kegiatan yang harus
dikerjakan. Alat atau media yang digunakan mencakup media tertulis,
seperti surat-menyurat atau media cetak (lembaran pedoman, brosur, dan
buletin).
2.4 Manfaat Supervisi
Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat
dibedakan atas dua macam.
1. Meningkatkan efektivitas kerjaPeningkatan efektivitas kerja ini erat
hubungannya dengan makin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
“bawahan”, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara “atasan” dengan “bawahan”.
2. Meningkatkan efisiensi kerjaPeningkatan efisiensi kerja ini erat
hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh
“bawahan”, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, dana, dan sarana)
yang sia-sia akan dapat dicegah.
2.5 Kegunaan Supervisi
Supervisi mempunyai tiga kegunaan.
a. Supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam
memberikan layanan kepada para pelaksana kegiatan (perawat).
Kemantapan kemampuan akan dialami apabila supervisor sering
melakukan supervisi
b. Supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana
kegiatan.
c. Hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk
pelaksanaan layanan profesional kepada pelaksana kegiatan. Dengan
demikian, supervisi berguna untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan.
2.6 Prinsip Supervisi
Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila kegiatannya
dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu pengakuan dan
penghargaan, objektivitas, serta kesejawatan.
Hubungan kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara
wajar, terbuka, dan partisipatif. Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan
sikap supervisor untuk mengakui potensi dan penampilan pihak yang disupervisi
dan menghargai bahwa pihak yang disupervisi dapat dan harus mengembangkan
diri.Objektivitas berkaitan dengan informasi dan permasalahan yang telah
ditemukan yang diperlakukan oleh supervisor sebagaimana adanya, sedangkan
upaya pemecahan permasalahan dilakukan secara rasional. Kesejawatan memberi
corak bahwa kegiatan pelayanan dilangsungkan dalam suasana akrab dan
kekerabatan. Hubungan kemanusian mendasari pelayanan profesional. Titik berat
hubungan kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang menunjukkan pengakuan,
pujian, dan penghargaan, bukan sebaliknya yaitu mencerminkan pengabaian,
penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak yang
disupervisi.
BAB 3
PERENCANAAN KEGIATAN

3.1 Pengorganisasian Supervisi


No Nama Peran Tugas
1 Karu Karu Menetapkan kegiatan yang akan
di supervisi
Menetapkan tujuan dan
kompetensi yang akan dinilai
yaitu discharge planning
Menilai kinerja perawat
berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan
Supervisor memanggil PP dan PA
untuk mengadakan pembinaan
dan
klarifikasi permasalahan
2 PP Perawat Primer Melaksanakan discharge planning
sesuai alur dengan baik dan benar

3.2 Rencana Pelaksanaan Supervisi


Rencana pelaksanaan supervisi discharge planning akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 31 Januari 2023
Waktu : 09.00 – selesai
Tempat : Nurse Station
Metode : Observasi, ceramah dan diskusi
Media : Lembar instrumen supervisi discharge planning dan
lembar laporan supervisi
3.3 Mekanisme Supervisi
Langkah-
Kegiatan Tempat Waktu Pelaksana
langkah
Langkah I :  Karu menentukan Nurse 5 menit Karu & PP
Mengadakan tujuan. Station
persiapan  Menentukan metode
pengawasan pengawasan yang
tepat.
 Menentukan
standar/kriteria
pengukuran.

Langkah II :  Membuat dan Nurse 20 menit Karu, PP,


Menjalankan menentukan rencana Station Pasien dan
Pengawasan pengawasan, di Keluarga
mana rencana
pengawasan harus
memuat sistem
pengawasan, standar
yang dipakai, dan
cara pelaksanaan.
 Pelaksanaan
pengawasan dapat
dilakukan dengan
berbagai sistem.
 Penilaian dari
pelaksanaan
pengawasan.
Langkah III :  Karu Nurse 5 menit Karu
Memperbaiki mengumpulkan Station
Penyimpangan informasi
 Mengidentifikasi
masalah
 Menganalisis
masalah
 Mencari dan
menetapkan
alternatif
pemecahan
masalah
 Melakukan upaya
pemecahan
masalah
BAB 4 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anggeria, Elis. all. (2018). Hubungan Supervisi dengan Pelaksanaan Asuhan


Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Lantai 10 Rumah Sakit Umum
Royal Prima Medan Tahun 2017. Jurnal Jumantik Vol 3. No.2 Hal 78-
97.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarata: Salemba Medika.
LAMPIRAN

Form 1 : Rencana supervisi kepala ruangan

Januari Febuari Maret


No Nama
1 2 3 1 2 3 1 2 3

Catatan tentang masalah yang akan di supervisikn:


Keteranga:
a. Diskusi jadwal dinas staf
b. Supervisi dilakukan pada saat dinas pagi

Form 2 : Supervisi asuhan keperawatan secara langsung


Nama perawat :
Ruangan :
Hari/Tanggal :
No Aspek yang Dinilai Dilakukan Tidak Dilakukan
A. Pengkajian

B. Perencanaan

C. Tindakan/Implementasi

D. Evaluasi
Total Skor

Form 3 : Laporan supervisi


Hari/Tanggal :
Ruangan :
Yang disupervisi :
Masalah yang
Aspek Penilaian Rekomendasi
Ditemukan

Surabya,.............2023
Supervisor

(…………..….….)
Form 4 : Daftar hadir supervisi keperawatan
No Hari/Tanggal Nama/Jabatan/Peran Tanda Tangan
1
2
3
4
5
Surabya,.............2023
Supervisor

(............................)

Anda mungkin juga menyukai