FUNGSI PENGARAHAN
(PENDOKUMENTASIAN SUPERVISI)
DI BANGSAL GATOTKACA RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
Disusun oleh:
071191030
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi merupakan observasi secara personal pada fungsi atau aktifitas,
menyediakan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan, fungsi delegasi atau aktifitas
sementara untuk mempertahankan akuntabilitas, dan mengevaluasi asuhan keperawatan
secara tepat (Huber, 2006). Supervisi adalah kegiatan keterampilan yang disadari dan
disengaja bahwa penggunaan intervensi diperlukan sehingga tujuan, kualitas refleksi dan
pembelajaran terjadi (Davys & Beddoe, 2010). Supervisi memberikan landasan
pengembangan individu dan tanggung jawab dalam melakukan praktik klinis (Falender &
Shafranske, 2004).
Edward et al. (2005) menyatakan supervisi klinis menjadi prasyarat penting dalam
melakukan asuhan keperawatan yang bermutu. Supervisi klinis meningkatkan kepercayaan
dan hubungan dengan supervisor, dan kemampuan mendiskusikan masalah sensitif yang
terjadi di tempat kerja. Cross, Moore, dan Ockerby (2010) menyatakan supervisi klinis dapat
diimplementasikan dalam lingkungan yang sibuk dengan sumber daya manusia minimal.
Sementara lingkungan supervisi tidak ideal karena jumlah yang hadir disupervisi berbeda
setiap minggu. Model supervisi klinis yang sering digunakan pada profesi keperawatan
adalah model Proctor meliputi normatif, formatif, dan restoratif (Winstanley, 2000, 2001).
Pelaksanaan supervisi membutuhkan seorang supervisor. Kadushin dan Harkness
(2002) menyatakan supervisor secara efektif dapat melaksanakan tanggung jawabnya jika
tersedia sumber daya yang cukup untuk melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini berarti
supervisor harus memiliki tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki berbagai
keterampilan tertentu. Banyak supervisor mengemukakan masalah dalam memberikan
pelayanan dengan tenaga kerja yang tersedia dan kurangnya pengetahuan serta keterampilan
yang membatasi produktifitas unit (Kadushin & Harkness, 2002).
Supervisor memerlukan pendidikan dan pelatihan manajemen. Pelatihan diberikan
oleh organisasi pengembangan sumber daya manusia atau departemen pengembangan staf
keperawatan (Swansburg & Swansburg, 2001). Program pelatihan dan pengembangan
supervisor menetapkan keahlian yang dibutuhkan.Beberapa keterampilan dikembangkan dari
waktu ke waktu untuk menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan secara aktif mempengaruhi
pengembangan keterampilan mereka (Eley & Murray, 2009). Supervisor membantu
mengembangkan iklim organisasi yang tenang, bersahabat, solidaritas, dan mengidentifikasi
iklim organisasi yang baik (Swansburg & Swansburg, 2001).
Pelaksana supervisi yang bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang rawat adalah kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan
ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Nursalam, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Scott Brunero (2016) tentang “ The
Effectiveness of clinical supervision in nursing :an evidenced based literature review “
dengan hasil yang menyatakan clinical supervision memberikan dukungan dan
pengembangan ketrampilan dan pengetahuan.
A. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti
“melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan”terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk
kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2009).
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan
bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang supervisior
dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi
bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan
kemampuan managemen (Simamora,2013).
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen
keperawatan.Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan
supervisi dari seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009
mengatakan bahwa, supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-
tugas keperawatan. Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar seta mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat.
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi,kegiatan yang
dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang, dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih
diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan terhadap
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian, bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang
dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat
Anna,2006).
B. Fungsi Supervisi
1. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir
proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan
pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
2. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor
yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli,
dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mangajak untuk diikutsertakan (sharing), (Nurachmah, 2000).
F. Pelaksana Supervisi
Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
“kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervis (supervisior).
Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila
hal ini tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk jenis
pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya memahami
prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
Karena karakteristik-karakteristik tersebut, terutama karakteristik yang ke tiga yaitu
memahami prinsip-prinsip serta teknik supervise, maka untuk dapat menjadi pelaksana
supervisi yang baik manajer pula mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifatkhusus.
Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak, termasuk bekal dalam
melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan juga kepemimpinan.
G. Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun
tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM,
maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim
masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya
pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif
dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf
dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari,
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,
memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuahan keperawatan. Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
ANALISA MASALAH
2. Observasi
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa supervisi diruang
wisanggeni belum optimal karena tidak ada jadwal serta tidak ada pendokumentasian
hasil supervisi di Ruang wisanggeni
A. ANALISIS SWOT
1. Sistem supervisi 1. Berdasarkan hasil 1. Dari hasil observasi 1. Sudah adanya supervisi yang 1. Tidakadanya jadwal
wawancara yang laporan kegiatan dilakukan oleh Karu dan supervisi di ruangan
dilakukan pada kepala supervisi di ruangan Katim. dapat mengakibatkan
ruang dan perawat di wisanggeni belum 2. Sudah dilakukannya kurangnya
Ruang wisanggeni di tersedia. supervisi oleh katim ke komunikasi antar
dapatkan hasil bahwa 2. Dari hasil observasi perawat pelaksana kepala ruangan dan
supervisi di Ruang belum ada jadwal ketua tim dan dari
wisanggeni dilakukan supervisi di ruangan ketua tim ke perawat
oleh kepala ruangan wisanggeni pelaksana
kepada ketua tim, hal-
hal yang biasanya
didiskusikan mengenai
keadaan pasien namum
belum optimal, kendala
dan kekurangan, kepala
ruangan mengatakan
bahwa di ruangan
wisanggeni belum
memiliki jadwal untuk
dilaksanakannya
supervisi.
2. Hasil wawancara yang
dilakukan pada ketua
tim ruangan
wisanggeni didapatkan
data bahwa supervisi
masih jarang dilakukan
dan masih belum ada
jadwal untuk
dilakukannya supervisi,
keta tim mengatakan
supervisi dilakukan bila
ada kendala mengenai
asuhan keperawatan
yang dibuat oleh
perawat pelaksana.
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA
Data Objektif
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa supervisi diruang wisanggeni belum
optimal karena tidak ada jadwal serta tidak ada pendokumentasian hasil supervisi di Ruang
wisanggeni.
C. PRIORITAS MASALAH
Keterangan :
MAN
Kurangnya motivasi dalam penulisan jadwal dan pendokumentasian supervisi
METODE MATERIAL
Belum adanya
Supervisi yang dilakukan belum menggunakan SOPjadwal pelaksanaan supervisi di Ruang wisanggeni
BAB IV
1. Studi literatur laporan Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
Supervisi KATIM, PA wisanggeni florencia
cabral
2. Sosialisasi pentingnya Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
adanya laporan KATIM, PA wisanggeni florencia
supervisi cabral
3. Melakukan diskusi Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
tentang dampak dan KATIM, PA wisanggeni florencia
kerugian jika tidak cabral
adanya laporan
supervise
4. Membuat jadwal Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
pelaksanaan supervise KATIM, PA wisanggeni florencia
cabral
DAFTAR PUSTAKA