Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI PENGARAHAN
(PENDOKUMENTASIAN SUPERVISI)
DI BANGSAL GATOTKACA RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Disusun oleh:

JUVENALDA FLORENCIA CABRAL

071191030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi merupakan observasi secara personal pada fungsi atau aktifitas,
menyediakan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan, fungsi delegasi atau aktifitas
sementara untuk mempertahankan akuntabilitas, dan mengevaluasi asuhan keperawatan
secara tepat (Huber, 2006). Supervisi adalah kegiatan keterampilan yang disadari dan
disengaja bahwa penggunaan intervensi diperlukan sehingga tujuan, kualitas refleksi dan
pembelajaran terjadi (Davys & Beddoe, 2010). Supervisi memberikan landasan
pengembangan individu dan tanggung jawab dalam melakukan praktik klinis (Falender &
Shafranske, 2004).
Edward et al. (2005) menyatakan supervisi klinis menjadi prasyarat penting dalam
melakukan asuhan keperawatan yang bermutu. Supervisi klinis meningkatkan kepercayaan
dan hubungan dengan supervisor, dan kemampuan mendiskusikan masalah sensitif yang
terjadi di tempat kerja. Cross, Moore, dan Ockerby (2010) menyatakan supervisi klinis dapat
diimplementasikan dalam lingkungan yang sibuk dengan sumber daya manusia minimal.
Sementara lingkungan supervisi tidak ideal karena jumlah yang hadir disupervisi berbeda
setiap minggu. Model supervisi klinis yang sering digunakan pada profesi keperawatan
adalah model Proctor meliputi normatif, formatif, dan restoratif (Winstanley, 2000, 2001).
Pelaksanaan supervisi membutuhkan seorang supervisor. Kadushin dan Harkness
(2002) menyatakan supervisor secara efektif dapat melaksanakan tanggung jawabnya jika
tersedia sumber daya yang cukup untuk melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini berarti
supervisor harus memiliki tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki berbagai
keterampilan tertentu. Banyak supervisor mengemukakan masalah dalam memberikan
pelayanan dengan tenaga kerja yang tersedia dan kurangnya pengetahuan serta keterampilan
yang membatasi produktifitas unit (Kadushin & Harkness, 2002).
Supervisor memerlukan pendidikan dan pelatihan manajemen. Pelatihan diberikan
oleh organisasi pengembangan sumber daya manusia atau departemen pengembangan staf
keperawatan (Swansburg & Swansburg, 2001). Program pelatihan dan pengembangan
supervisor menetapkan keahlian yang dibutuhkan.Beberapa keterampilan dikembangkan dari
waktu ke waktu untuk menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan secara aktif mempengaruhi
pengembangan keterampilan mereka (Eley & Murray, 2009). Supervisor membantu
mengembangkan iklim organisasi yang tenang, bersahabat, solidaritas, dan mengidentifikasi
iklim organisasi yang baik (Swansburg & Swansburg, 2001).
Pelaksana supervisi yang bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang rawat adalah kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan
ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Nursalam, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Scott Brunero (2016) tentang “ The
Effectiveness of clinical supervision in nursing :an evidenced based literature review “
dengan hasil yang menyatakan clinical supervision memberikan dukungan dan
pengembangan ketrampilan dan pengetahuan.

B. Tujuan pelaksanaan supervisi


1. Tujuan Umum
Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada perawat dan staf agar personil
tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan
melaksanakan proses pelayanan asuhan keperawatan (Keliat Anna,2006).
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kinerja perawat dalam perannya sebagai pelayanan asuhan
keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
b. Meningkatkan efektifitas sistem pelayanan keperawatan sehingga berdaya guna,
berhasil guna dan keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik
c. Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan situasi secara umum.
C. Manfaat Supervisi
1. Institusi Pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan manajemen keperawatan
di ruang perawatan dan memberikan informasi bagi mahasiswa mengenai pelaksanaan
asuhan dan manajemen pelayanan dalam melakukan pengelolaan ruangan.
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung khususnya dengan rencana harian dan rencana bulanan
perawat dan dapat mencari alternative pemecahan masalah ketika menghadapi hambatan
dan kesulitan elama penerapan manajemen asuhan dan pelayanan diruang perawatan.
3. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai bahan informasi untuk melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan Supervisi sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja.
4. Ruang Gatotkaca RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
Sebagai informasi mengenai supervise yang sesuai di Ruang Gatotkaca RSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta sehingga dapat mengadakan perbaikan secara bertahap.
BAB II
TINJAUAN TEORI
(SUPERVISI)

A. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti
“melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan”terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk
kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2009).
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan
bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang supervisior
dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi
bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan
kemampuan managemen (Simamora,2013).
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen
keperawatan.Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan
supervisi dari seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009
mengatakan bahwa, supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-
tugas keperawatan. Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar seta mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat.
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi,kegiatan yang
dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang, dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih
diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan terhadap
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian, bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang
dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat
Anna,2006).

B. Fungsi Supervisi
1. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir
proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan
pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
2. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor
yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli,
dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mangajak untuk diikutsertakan (sharing), (Nurachmah, 2000).

C. Penerapan Supervisi di ruang MPKP


Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan
pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang telah ditetapkan.Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk
itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
1. Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala ruang
2. Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
3. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan
dengan kemampuan managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi
terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan kperawatan.
Dilain pihak, perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi mo-mok bagi
staf,perlu disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf. Contoh jadwal
supervisi Ruang MPKP dapat dilihat di tabel:

Contoh jadwal supervisi ruang MPKP

No Waktu Disupervisor Yang Disupervisi Materi supervise


1. 26/11-18 Karu Katim I Memimpin pre conference
2. 27/11-18 Karu Katim II Memimpin preconference
3. 27/11-18 Katim I PA Askep :Halusinasi
4. 27/11-18 Katim II PA Askep:Perilaku kekerasan

D. Unsur Pokok Supervisi


Unsur-unsur pokok dalam supervisi adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana
Yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan (supervi-sor) yang
memiliki “kelebihan”dalam organisasi,karena fungsi supervisi memang banyak terdapat
pada tugas atasan. Namun,untuk keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah
kelebihan dalam hal pengetahuan dan ketrampilan. Bertitik tolak dari ciri tersebut,
sering dikatakan bahwa keberhasilan supervisi lebih ditentukan oleh tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atasan untuk pekerjaan yang tidak
disupervisi, bukan oleh wewenangnya.
2. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa
pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran
berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang disebut supervisi tidak langsung.
Di sini terlihat lebih jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan
disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan.
3. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena
organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu,agar organisasi selalu dapat
mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan,perlu dilakukan berbagai
penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuain tersebut, yaitu melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus
dilakukan.Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari
derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat
penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
4. Tujuan
Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman seperti ini sangat penting,karena tujuan dari supervisi bukan semata-
mata untuk mencapai hasil yang baik. Supervisi seharusnya memberikan “bekal”
kepada bawahan,sehingga dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik.
5. Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal,yaitu:
a. Menetapkan masalah dan prioritasnya
b. Menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluarnya
c. Melaksanakan jalan keluar
d. Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
E. Prinsip Pokok Dalam Supervisi
Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinnya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali, bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang
baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan
untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama
untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

F. Pelaksana Supervisi

Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
“kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervis (supervisior).
Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila
hal ini tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk jenis
pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya memahami
prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
Karena karakteristik-karakteristik tersebut, terutama karakteristik yang ke tiga yaitu
memahami prinsip-prinsip serta teknik supervise, maka untuk dapat menjadi pelaksana
supervisi yang baik manajer pula mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifatkhusus.
Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak, termasuk bekal dalam
melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan juga kepemimpinan.

G. Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun
tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM,
maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim
masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya
pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif
dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf
dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari,
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan,
memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuahan keperawatan. Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.

H. Sasaran Supervisi Keperawatan


Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan
struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi
mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009)
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan,
kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).

I. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


1. Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan
anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya
kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama
bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung:
a. Teknik Supervisi Secara Langsung.
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.Pada
waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan
pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana,
2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Berbicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
6) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.
Supervisi langsung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian
formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap
komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):

1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa


pendokumentasiannya akan disupervisi.
2) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
3) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form.
4) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form.
5) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
b. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung:
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit.
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar.

J. Kompetensi Supervisor Keperawatan


Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin
dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan
karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan
mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf
dan pelaksana keperawatan.

2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.

4. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.

K. Model-model Supervisi Keperawatan


Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam
kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
1. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah
dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk
mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering
tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak
hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara
berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang
baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan
bimbingan.
3. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui
pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang
disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungan
antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
BAB III

ANALISA MASALAH

A. SYSTEM SUPERVISI TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN


Kajian Data :
1. Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan februari dari tgl 18-29 2020 dengan
kepala ruang dan perawat yang berada di Ruang wisanggeni di dapatkan hasil bahwa
supervisi di Ruang wisanggeni dilakukan oleh kepala ruangan kepada ketua tim, hal-hal
yang biasanya didiskusikan mengenai keadaan pasien namum belum optimal , kendala
dan kekurangan, kepala ruangan mengatakan bahwa di ruangan wisanggeni belum
memiliki jadwal untuk dilaksanakannya supervisi.
Hasil wawancara yang dilakukan pada ketua tim dan perawat ruangan wisanggeni
didapatkan data bahwa supervisi masih jarang dilakukan dan masih belum ada jadwal
untuk dilakukannya supervisi, ketua tim mengatakan supervisi dilakukan bila ada
kendala mengenai asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat pelaksana.

2. Observasi
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa supervisi diruang
wisanggeni belum optimal karena tidak ada jadwal serta tidak ada pendokumentasian
hasil supervisi di Ruang wisanggeni
A. ANALISIS SWOT

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


Aspek yang dikaji
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)

1. Sistem supervisi 1. Berdasarkan hasil 1. Dari hasil observasi 1. Sudah adanya supervisi yang 1. Tidakadanya jadwal
wawancara yang laporan kegiatan dilakukan oleh Karu dan supervisi di ruangan
dilakukan pada kepala supervisi di ruangan Katim. dapat mengakibatkan
ruang dan perawat di wisanggeni belum 2. Sudah dilakukannya kurangnya
Ruang wisanggeni di tersedia. supervisi oleh katim ke komunikasi antar
dapatkan hasil bahwa 2. Dari hasil observasi perawat pelaksana kepala ruangan dan
supervisi di Ruang belum ada jadwal ketua tim dan dari
wisanggeni dilakukan supervisi di ruangan ketua tim ke perawat
oleh kepala ruangan wisanggeni pelaksana
kepada ketua tim, hal-
hal yang biasanya
didiskusikan mengenai
keadaan pasien namum
belum optimal, kendala
dan kekurangan, kepala
ruangan mengatakan
bahwa di ruangan
wisanggeni belum
memiliki jadwal untuk
dilaksanakannya
supervisi.
2. Hasil wawancara yang
dilakukan pada ketua
tim ruangan
wisanggeni didapatkan
data bahwa supervisi
masih jarang dilakukan
dan masih belum ada
jadwal untuk
dilakukannya supervisi,
keta tim mengatakan
supervisi dilakukan bila
ada kendala mengenai
asuhan keperawatan
yang dibuat oleh
perawat pelaksana.
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah

1. Data Subjektif Kurang optimalnya pelaksanaan


Hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang di Ruang dan perawat ruangan kegiatan supervisi.
wisanggeni di dapatkan hasil bahwa supervisi di Ruang wisanggeni dilakukan oleh kepala
ruangan namum belum optimal, kepada ketua tim, hal-hal yang biasanya didiskusikan mengenai
keadaan pasien , kendala dan kekurangan, kepala ruangan mengatakan bahwa di ruangan
wisanggeni belum memiliki jadwal untuk dilaksanakannya supervisi.
Hasil wawancara yang dilakukan pada ketua tim ruangan wisanggeni didapatkan data
bahwa supervisi masih jarang dilakukan dan masih belum ada jadwal untuk dilakukannya
supervisi, ketua tim mengatakan supervisi dilakukan bila ada kendala mengenai asuhan
keperawatan yang dibuat oleh perawat pelaksana.

Data Objektif
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa supervisi diruang wisanggeni belum
optimal karena tidak ada jadwal serta tidak ada pendokumentasian hasil supervisi di Ruang
wisanggeni.
C. PRIORITAS MASALAH

Prioritas Masalah Jumlah

No Masalah Importancy T R Prioritas


IxTxR
P S RI PC DU Pc

1. Kurang optimalnya pelaksanaan


kegiatan supervisi.

Keterangan :

1. Importancy (I) atau pentingnya masalah


Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
Secerity (S) : Akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani.
Rate of Increase (RI) : Angaka kenaikan
Public concern (PC) : Perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC) : Politic Climate
2. Technology (T) : Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R) : Sumber daya yang tersedia (manusia,dana,alat,dll)
4. Skala Nilai : 1-5
D. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

1. Kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervisi. a) Studi literatur masalah supervisi


b) Membuat jadwal supervisi
c) Penyampaian model supervisi
d) Penyampaian format supervise
DIAGRAM FISHBONE

MAN
Kurangnya motivasi dalam penulisan jadwal dan pendokumentasian supervisi

Kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervisi

METODE MATERIAL
Belum adanya
Supervisi yang dilakukan belum menggunakan SOPjadwal pelaksanaan supervisi di Ruang wisanggeni
BAB IV

POA (Plan Of Acti)

RENCANA BAHAN DAN


NO. METODE SASARAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
TINDAKAN ALAT

1. Studi literatur laporan Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
Supervisi KATIM, PA wisanggeni florencia
cabral

2. Sosialisasi pentingnya Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
adanya laporan KATIM, PA wisanggeni florencia
supervisi cabral

3. Melakukan diskusi Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
tentang dampak dan KATIM, PA wisanggeni florencia
kerugian jika tidak cabral
adanya laporan
supervise
4. Membuat jadwal Diskusi KARU, Jurnal, Literatur … maret 2020 Ruang Juvenalda
pelaksanaan supervise KATIM, PA wisanggeni florencia
cabral
DAFTAR PUSTAKA

Arwani.(2006),Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC


Goziyan, Elsye Maria Roza, Efektifitas penerapan supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang inap rumah sakit pku muhammadiyah
bantul. Yogyakarta.Http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/article/download/942/1037
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2006.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nurachmah, E. 2000. Prinsip keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta. Salemba medika
Simamora, R. 2013. Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta: EGC.
Suarli, S. & Bahtiar.2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah
Sakit.Jogjakarta : Mitra Cendikia Jogjakarta
.

Anda mungkin juga menyukai