Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SUPERVISI
KEPERAWATAN MANAJEMEN

Perseptor Akademik :

Noor Amaliah, Ns., M. Kep

Preseptor Klinik :

Hilda Mariana, S.Kep., Ns

Oleh :
Gilang Rumana Fauzy, S. Kep
NIM: 2014901110031

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1.1. Supervisi

1.1.1. Pengertian Supervisi

Supervisi adalah suatu kegiatan yang dilakukan berupa pengawasan,


pengontrolan, pengendalian maupun pengevaluasian (KBBI, 2014). Menurut.
Menurut RCN (2007), supervisi adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.

Fayol dalam Swanburg (2010), mengemukakan bahwa supervisi merupakan


pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang
telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah
ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilakukan bawahan yang kemudian bila ditemukan masalah segera dilakukan
bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli, 2012).

Marquis & Huston (2010), mengemukakan bahwa supervisi adalah kegiatan


yang direncanakan untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi tidak hanya sekedar mengontrol
melihat apakah segala kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana
atau program yang telah ditentukan, tetapi supervisi mencakup penentuan
kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan
untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efesien.

NHS (2012), mendefenisikan supervisi adalah sebuah kegiatan professional


untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang saling membantu
melalui proses pembelajaran sesuai dengan tanggung jawab dalam tindakan
praktek. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nursalam (2011),
bahwa supervisi dalam praktek keperawatan professional merupaka suatu
proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi.

Supervisi adalah pengawasan langsung yang dilakukan untuk mengawasi


pekerjaan atau prestasi orang lain. Supervisi meliputi penilaian kepada
individu untuk melihat kegiatan apa yang telah selesai dan apa yang mungkin
masih perlu untuk diselesaikan sepanjang hari (Tappen, Weiss, & Whitehead
2010). Menurut Swanburg (2010), menyatakan bahwa supervisi adalah suatu
proses untuk memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas
keperawatan. Pelayanan asuhan keperawatan akan sulit dipertahankan dan
ditingkatkan tanpa melakukan supervisi.

Supervisi klinis adalah mekanisme dukungan untuk praktisi profesional klinis


di mana mereka dapat berbagi pengalaman organisasi, perkembangan dan
emosional dengan aman dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Proses ini akan menyebabkan peningkatan kesadaran termasuk
akuntabilitas dan praktek reflektif ( Lynch & Happel, 2008).

Berdasarkan beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


supervisi adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan keperawatan
yang dilakukan oleh manajer kepada bawahan. Proses supervisi merupakan
kegiatan pembelajaran, pelatihan yang bertujuan untuk peningkatan
pengetahuan dan keterampilan serta serta memberikan dukungan kepada
bawahan dan merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan asuhan
keperawatan.

1.1.2. Tujuan Supervisi

Menurut Swanburg (2010) mengatakan tujuan supervisi adalah (1)


Memperhatikan anggota unit organisasi di samping itu area kerja dan
pekerjaan itu sendiri. (2) Memperhatikan rencana, kegiatan, dan evaluasi dari
pekerjaannya. (3) Meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui orientasi,
latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhannya serta mengarahkan
kepada kemampuan ketrampilan keperawatan.

Menurut Suarli (2012), tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada


bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan
memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan
hasil yang baik. Supervisi yang baik adalah supervisi yang dilakukan secara
berkala.

1.1.3. Pelaksana Supervisi

Menurut Suyanto (2008), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil


atau bagian yang bertanggung jawab antara lain:

1.1.3.1. Kepala Ruangan


Kepala ruangan bertanggung jawab melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien diruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di
ruang perawatan tersebut.

1.1.3.2. Pengawas Perawatan (Supervisor)


Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab
mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

1.1.3.3. Kepala Bidang Keperawatan


Kepala bidang keperawatan yang merupakan top manajer dalam
bidang keperawatan, bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui para pengawas
perawatan.

Suarli (2012), mengemukakan bahwa yang bertanggung jawab melakukan


supervisi adalah atasan langsung yang memiliki kelebihan dalam organisasi
tersebut. Karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi meliputi:
(1) Atasan langsung dari yang disupervisi, apabila tidak memungkinkan, dapat
ditunjuk staf khusus dengan batas-batas dan wewenang dan tanggung jawab
yang jelas. (2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk
jenis pekerjaan yang akan disupervisi. (3) Memiliki keterampilan melakukan
supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi. (4)
Memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter. (5) Mempunyai waktu
yang cukup, sabar, dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku bawahan yang disuperisi.

1.1.4. Teknik Supervisi

Menurut Arwani (2006), secara teknis supervisi dapat dilakukan secara


langsung dan tidak langsung. Supervisi langsung bertujuan untuk proses
pembimbingan, arahan, dan pencegahan serta memperbaiki kesalahan yang
terjadi, maka supervisi langsung lebih tepat digunakan. Supervisi yang
ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan tugas kepearawatan yang telah
dijalankan maka supervisi tidak langsung lebih tepat digunakan. Supervisi
langsung dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Supervisor
terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah.
Supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan tertulis seperti laporan
pasien dan catatan asuhan keperawatan pada shift pagi, sore dan malam.
Dapat juga dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima
shift, ronde keperawatan maupun rapat. Supervisor tidak melihat langsung
kejadian dilapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Hasil
temuan dari supervisi tidak langsung memerlukan klarifikasi dan umpan balik
diberikan agar tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera dapat
diselesaikan (Suyanto, 2008).

Menurut Suarli (2012), teknik pokok supervisi mencakup empat hal yaitu (1)
menetapkan masalah dan prioritasnya, (2) menetapkan penyebab masalah, (3)
melaksanakan jalan keluar, (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.

Douglas dalam Swanburg (2010), mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan


aktivitas supervisi perlu mempertimbangkan hubungan interpersoanal dan
komunikasi. Aktivitas tersebut meliputi teknis ataupun objektif yang meliputi:
(1) menurumuskan tujuan perawatan realistis untuk klinik kesehatan, pasien
dan personel keperawatan, (2) membrikan prioritas utama untuk kebutuhan
pasien atau klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, (3)
melaksanakan koordinasi untuk efesiensi pelayanan yang diberikan oleh
bagaian penunjang, (4) mengidentifikasi tanggung jawab untuk seluruh
kegiatan yang dilakukan staf perawatan, (5) memberikan perawatan yang
aman dan berkesinambungan, (6) mempertimbangkan kebutuhan terhadap
tugas-tugas yang bervariasi dan pengembangan staf perawatan, (7)
memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal
pengajaran, konsultasi dan evaluasi, (8) mempercayai anggota untuk
mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati, (9) menginterpretasikan
protokol untk berespon terhadap hal-hal incidental, (10) menjelaskan prosedur
yang harus diikuti dalam keadaan darurat, (11) memberikan laporan ringkas
dan jelas, (12) menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji
kualitas pelayanan yang diberikan dan mengawasi penampilan kerja individu
dan kelompok staf perawatan.

Menurut Kirk, Eaton & Auty (2000), proses supervisi dapat dilakukan dengan
cara self-supervision, one-to-one supervision dan team supervision. Bush
(2005), mengemukakan supervisi dapat dilakukan dengan cara one-to-one
dengan expert berasal dari disiplin ilmu yang sama, one-to-one dengan expert
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, one-to-one yang dilakukan oleh rekan,
group supervision dan network supervision.
1.1.5. Kompetensi Supervisor

Seorang supervisor keperawatan dalam melaksanakan supervisi harus


memiliki kemampuan (1) memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas,
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan, (2)
memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan, (3) mmeberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja
staff dan pelaksana keperawatan, (4) mampu memahami dinamika kelompok,
(5) memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan, (6) melakukan
penilaian terhadap penampilan kerja perawat, (7) mengadakan pengawasan
agar agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik (Suyanto, 2008).

1.1.6. Peran dan Fungsi Supervisi

Peran supervisor adalah tingkah laku seorang supervisor yang diharapkan oleh
perawat pelaksana dalam melaksanakan supervisi. Peran supervisor adalah
sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai.

1.1.6.1. Peran sebagai perencana. Seorang supervisor dituntut mampu


membuat perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Dalam
perencanaan seorang supervisor banyak membuat keputusan
mendahulukan tugas dan pemberian arahan, untuk memperjelas
tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana, mengapa,
termasuk memberikan instruksi.

1.1.6.2. Peran sebagai pengarah. Seorang supervisor harus mampu


memberikan arahan yang baik saat supervisi. Semua pengarahan
harus konsisten dibagiannya dan membantu perawat pelaksana dalam
menampilkan tugas dengan aman dan efisien meliputi: pengarahan
harus lengkap sesuai kebutuhannya, dapat dimengerti, pengarahan
menunjukkan indikasi yang penting, bicara pelan dan jelas, pesannya
masuk akal, hindari pengarahan dalam satu waktu, pastikan arahan
dapat dimengerti, dan dapat ditindaklanjuti. Pengarahan diberikan
untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan pasien berkualitas
tinggi, maka supervisor harus mengarahkan staf pelaksana untuk
melaksanakan tugasnya sesuai standar yang ditentukan rumah sakit.
Pengarahan sangat penting karena secara langsung berhubungan
dengan manusia, segala jenis kepentingan, dan kebutuhannya. Tanpa
adanya pengarahan, karyawan cenderung melakukan pekerjaan
menurut cara pandang mereka pribadi tentang tugas-tugas apa yang
seharusnya dilakukan, bagaimana melakukan dan apa manfaatnya.

1.1.6.3. Peran sebagai pelatih. Seorang supervisor dalam memberikan


supervisi harus dapat berperan sebagai pelatih dalam pemberian
asuhan keperawatan pasien. Dalam melakukan supervisi banyak
menggunakan keterampilan pengajaran atau pelatihan untuk
membantu pelaksana dalam menerima informasi. Prinsip dari
pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan perubahan perilaku,
yang meliputi mental, emosional, aktivitas fisik, atau mengubah
perilaku, gagasan, sikap dan cara mengerjakan sesuatu.

1.1.6.4. Peran sebagai penilai. Seorang supervisor dalam melakukan


supervisi dapat memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan
berarti dan dapat dikerjakan apabila tujuannya spesifik dan jelas,
terdapat standar penampilan kerja dan observasinya akurat. Dalam
melaksanakan supervisi penilaian hasil kerja perawat pelaksana saat
melaksanakan asuhan keperawatan selama periode tertentu seperti
selama masa pengkajian. Hal ini dilaksanakan secara terus menerus
selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat khusus.

Pelaksanaan supervisi berfungsi untuk meningkatkan keyakinan diri,


peningkatan kemampuan untuk mendukung pasien, peningkatan kemampuan
dalam hubungan dengan pasien, dan peningkatan kemampuan untuk
mengambil tanggung jawab kualitas supervisi menunjukkan bahwa kepuasan
dalam pelaksanaan supervisi mendorong untuk meningkatkan kualitas
pelayanan (Berggren & Severinsson, 2005).

Peran yang dilakukan supervisor saat pelaksanaan supervisi meliputi


mengamati dan membimbing, memberikan sikap yang mendukung, dan
mampu mengidentifikasi masalah bersama pasien dan pelaksanaan berfokus
pada teoritis (Christiansen, at al, 2011).

Berdasarkan Departement of Health Human Service (DHHS) (2009), fungsi


seorang supervisor klinik adalah:

1.1.6.1. Teacher: membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan, meningkatkan kesadaran diri, melalui proses
pembelajaran dengan mengidentifkasi kebutuhan untuk
meningkatkan professional. Supervisor adalah guru, pelatih dan
seorang role model profesional.
1.1.6.2. Consultant: sebagai konsultan kinerja serta memantau masalah yang
ada dan juga menentukan alternatif penyelesaian masalah untuk
mencapai tujuan bersama. Konsultan sebagai unit terdepan dalam
organisasi untuk mengenali dan mengatasi masalah yang ada.

1.1.6.3. Coach: memberikan dukungan dalam pembentukan moral, menilai


kebutuhan serta kekuatan, menyarankan berbagai pendekatan klinis,
model serta mengatasi kelelahan melalui pelatihan terus menerus.

1.1.6.4. Mentor (role model): supervisor mengajarkan supervisees melalui


peran model, memfasilitasi pengembangan professional serta melatih
generasi berikutnya.

Menurut Farington (1995), Hawkins & Shohet (1989) dalam White at.all
(1998), mengemukakan bahwa fungsi supervisi meliputi:

1.1.6.1. Fungsi edukasi yang meliputi pengembangan skill, dan kemampuan


memberikan pemahaman terhadap orang lain. Pengembangan skill
perawat pelaksana dilakukan melalui proses pembelajaran. Seorang
manager harus mampu mengajarkan dan memberikan pelatihan yang
terus menerus tentang apa yang belum diketahui oleh perawat
pelaksanaan. Meningkatkan apa yang telah diketahui untuk
pelayanan keperawatan yang lebih baik. Melalui supervisi manager
tidak hanya mampu mengajarkan tetapi harus mampu memerankan
apa yang diajarkan sehingga perawat pelaksana langsung dapat
melihat tidak hanya pada saat supervisi berlangsung namun juga
dalam kegiatan sehari-hari.

1.1.6.2. Fungsi supportive yaitu pemberian dukungan terhadap masalah yang


dihadapi dalam pelaksanaan praktek serta meningkatkan hubungan
interpersonal. Manager/supervisor memberikan dukungan kepada
perawat pelaksana. Dukungan yang diberikan dapat dirasakan oleh
perawat pelasana, memberikan kesempatan untuk menyampaikan
permasalahan yang dihadapi dan mampu meredam konflik yang ada
di antara perawat.

1.1.6.3. Fungsi manajerial yaitu merupakan quality kontrol dalam pemberian


pelayanan klinik . Seorang manager adalah pengawas untuk tetap
menjaga kualitas pelayanan keperawatan. Manager harus mampu
mengidentifikasi masalah kualitas pelayanan. Apabila kualitas
tersebut menurun maka manager harus mampu mencari penyebab
dan mampu memberikan penyelesaian masalah.
Menurut Severinson (2001), Bush (2005), Dowson, at. all. (2012), supervisi
adalah merupakan pengawasan manajerial yang bertujuan untuk memfasilitasi
dan mendorong praktek profesional yang terdiri dari tiga fungsi utama
supervisi yaitu:

1.1.6.1. Fungsi formatif, meliputi proses edukatif untuk mengembangkan


keterampilan. Proses edukatif adalah pembelajaran antara supervisor
dengan perawat pelaksana. Manager mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan dan membantu perawat pelaksana untuk meningkatkan
pemahaman dari setiap pelayanan asuhan keperawatan . seorang
manager melatih perawat pelaksana untuk meningkatkan teknik-
teknik dalam bekerja sehingga meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan. Pelaksanaan kegiatan edukatif memberikan kesempatan
kepada perawat pelaksana untuk mengeksplor dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki.

1.1.6.2. Fungsi restorative, yaitu memberikan dukungan professional yang


terus-menerus untuk mengurangi stress dan kelelahan. kegiatan ini
berfungsi untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi
perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan keperawatan.
Permasalahan dapat disebabkan kelelahan dalam bekerja, stress
akibat beban kerja. Fungsi restorative dapat dilakukan dengan
menggali emosi ketika bekerja. Manager harus mampu untuk
meredam konflik yang terajadi. Keseluruhan tim harus memiliki
sikap yang saling mendukung sehingga memberikan kenyamanan
dalam bekerja.

1.1.6.3. Fungsi normative, meliputi fungsi manajerial untuk perbaikan,


peningkatan dan pengendalian kualitas praktek profesional pelayanan
keperawatan. Fungsi normative untuk peningkatan dan perbaikan
standar contoh mengkaji (Standar Prosedur Operasional) SPO yang
telah ada yang kemudian dapat diperbaiki jika diperlukan. Kegiatan
ini memberikan kepada perawat pelaksana untuk lebih meningkatkan
kemampuan dalam manajemen pengelolaan pasien. Penerapan fungsi
ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan atau rapat untuk
membahan pelayanan keperawatan yang ada saat ini. Tujuan yang
diharapkan dari fungsi ini adalah adanya perubahan yang lebih baik
dalam tindakan pemberian pelayanan keperawatan, pemecahan
masalah, meningkatkan praktik, kepuasan kerja dan peningkatan
produktivitas kerja.
Menurut Swanburg (2010), supervisi dilakukan untuk mengontrol tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini memerlukan tindakan
koreksi yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas,
kebijakan serta prosedur yang digunakan sebagai standar. Tindakan-tindakan
perbaikan dapat bersifat benar, disiplin atau mendidik.

Tempat evaluasi saat melakukan supervisi berada di lingkungan perawatan


pasien dan pelaksana supervisi harus menguasai struktur organisasi, uraian
tugas, standar hasil kerja, metode penugasan dan dapat mengobservasi staf
yang sedang bekerja. Penilaian membuat perawat mengetahui tingkat kinerja
mereka (Marquis & Huston, 2010).

Menurut Suarli (2012), supervisor harus menyadari fungsinya sebagai berikut:


(1) Mengatur dan mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan
menyangkut pelaksana standar asuhan keperawatan yang telah disepakati. (2)
Menilai dalam memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pemberian asuhan keperawatan. (3) Mengkoordinasikan, menstimulasi dan
mendorong kearah peningkatan kualitas asuhan keperawatan. (4) Membantu
(asistensing), memberi dukungan (supporting) dan mengajak untuk
diikutsertakan (sharing).

1.1.7. Model Supervisi

Menurut Suyanto (2008), beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam


kegiatan supervisi antara lain:

1.1.7.1. Model konvensional


Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai
staff dalam menjalankan tugas. Model ini sering tidak adil karena
hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal
yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.
1.1.7.2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh
karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memiliki
karakteristik: a) dilakukan secara berkesinambungan, b) dilakukan
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, c)
menggunakan data yang obyektif sehingga dapat diberikan umpan
balik dan bimbingan.
1.1.7.3. Model klinis
Supervisi ini bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan kinerjanya
dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi yang
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
1.1.7.4. Model artistik
Model ini dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan
rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana
yang akan di supervisi. Pendekatan interpersonal akan menciptakan
hubungan saling percaya sehingga hubungan antara perawat
pelaksana dengan supervisor akan terbuka yang mempermudah
proses supervisi.

Beberapa model supervisi telah dikembangkan antara lain Model Proctor:


model ini mengembangkan bahwa seorang supervisor harus memenuhi tiga
fungsi utama utama yaitu: restoratif, formatif dan normative. Model ini yang
memandu praktek supervisi tidak boleh terlalu preskriptif, tetapi bertindak
sebagai kerangka kerja yang didukung oleh prinsip teori (Bush, 2005). Model
lain adalah The CLEAR (integratif) model menjelaskan tugas atau proses
pengawasan meliputi beberapa komponen yaitu kontrak, mendengarkan,
mengeksplorasi, tindakan dan meninjau. Komponen kontrak menggambarkan
adanya proses sebelum pelaksanaan supervisi melalui sesi negosiasi untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Komponen mendengarkan meliputi adanya
proses menjadi seorang pendengar yang aktif. Komponen mengeksplorasi
dilakukan dengan menggunakan pertanyaan untuk mendapatkan informasi
baru dalam kemajuan klinis. Komponen tindakan dan meninjau dilakukan
sebagai kegiatan terakhir. Dilakukan dengan proses bimbingan secara
bertahap berdasarkan teoritis. Supervisi yang dilakukan berdasarkan
kerangkan kerja yang bertujuan untuk pengembangan supervisees. Supervisor
harus menyadari elemen utama dalam model ini adalah: murah hati,
bermanfaat, bersikap terbuka, mau belajar, bijaksana dan pemikiran,
manusiawi, sensitive (Berggren & Severinsson, 2005).
Supervisi Keperawatan

Pilihan Jawaban
Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu
kadang pernah
dilakukan
dilakukan dilakukan
Supervisor menetapkan kegiatan yang
1. akan di supervisi
Supervisor menetapkan tujuan
2. supervisi
Supervisor ikut dalam
pendokumentasian kegiatan pelayanan
3. bersama-sama ketua tim dan perawat
pelaksana
Supervisor meneliti dokumentasi status
4. klien
Supervisor mendapatkan hal-hal yang
5. perlu di lakukan pembinaan
Supervisor memanggil ketua tim dan
6. perawat pelaksana yang perlu
dilakukan pembinaan
Supervisor mengklasifikasi
7. permasalahan yang ada
Supervisor memberikan masukan pada
8. ketua tim dan perawat pelaksana
Supervisor mengevaluasi hasil
9. bimbingan
Supervisor memberikan reward atau
10. umpan balik kepada ketua tim dan
perawat pelaksana

Anda mungkin juga menyukai