Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I PADA KLIEN


DENGAN FISTULA INFEKSI DI RUANG BEDAH (NURI)
RSD IDAMAN BANJARBARU
TA 2020/2021

Oleh:

Astriani Narulita
P07120118050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
DIPLOMA III
BANJARBARU
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Astriani Narulita


NIM : P07120118050

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah I


pada klien Dengan Fistula Infeksi di Ruang Bedah (Nuri) RSD Idaman
Banjarbaru TA 2020/2021

Mengetahui,
Banjarbaru, November 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

NIP. NIP.

LAPORAN PENDAHULUAN
FISTULA

A. Konsep dasar
1. Definisi

Fistula atau fistel merupakan bahasa latin yang artinya pipa. Fistel
merupakan hubungan atau jalur antara dua epitel organ atau jaringan yang
normalnya tidak berhubungan (Herry,2012). Apabila fistula tidak segera
ditangani dari fistula yang belum terinfeksi akan menjadi fistula infeksi.
2. Etiologi
Etiologi Kebanyakan fistula merupakan hasil dari operasi pembedahan.
Atau penyebab lain meliputi proses peradangan, seperti infeksi
atau“inflammatory bowel disease”, melahirkan dan terapi radiasi, infeksi
lokal,iskemia lokal, prosedur yang tidak
adekuat, penyembuhan jaringan yang jelek, obstruksi distal karena meatal 
stenosis/ encrustasi(Shehata, 2011). Van der Meulen, et al , menyatakan
ada enam (6) faktor yang menyumbang kejadian fistula berulang, yaitu:
a. Devaskularisasi pada kulit akibat tidak adekuatnya delineasi pada flap
kulit atau penarikan kulit akibat dressing yang ketat,
b. Tarikan yang kuat pada kulit akibat kombinasi dari sedikitnya kulit
yang tersisa dan edema sekitar luka,
c. Superposisi dari uretra dan garis jahitan kulit.
d. Infeksi pada luka, yang menyebabkan devaskularisasi pada kulit atau
stagnansi(berkumpulnya) darah dan urin,ISK.
e. Perforasi pada kulit akibat jahitan transkutaneus.
f. Terpisahnya tepi luka akibat tidak adekuatnya aliran urin
g. Urin dapat terus merembes keluar dari jahitan bekas operasi
h.  Keluarnya isi perut/feces dan flatus melalui kulit yang terbuka (terjadi
pada fistula enterocutaneous)

3. Jenis Fistula yang umun terjadi


Berikut ini adalah beberapa jenis fistula yang dapat terbentuk pada tubuh
manusia:

a. Fistula saluran pencernaan

Fistula gastrointestinal atau fistula pada saluran pencernaan adalah


fistula atau lubang yang terbentuk secara abnormal di saluran
pencernaan, misalnya di lambung dan usus. Fistula di saluran
pencernaan sering kali terjadi akibat riwayat operasi di dalam rongga
perut, cedera atau luka tusuk di rongga perut dan saluran cerna,
peradangan pada saluran cerna, hingga efek samping terapi radiasi
pada rongga perut. Fistula di saluran cerna bisa menyebabkan cairan
lambung merembes keluar melalui lapisan lambung atau usus. Jika
cairan lambung bocor hingga ke kulit atau organ tubuh lainnya, kuman
dari luar tubuh bisa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.

Ada beberapa jenis fistula yang dapat terbentuk pada saluran


pencernaan, yaitu:

1) Fistula usus, yaitu fistula yang terbentuk di antara salah satu bagian
saluran cerna dengan bagian lain, misalnya usus besar dengan usus
kecil atau lambung dengan usus.
2) Fistula ekstraintestinal, yaitu fistula yang terjadi saat cairan
lambung bocor dari usus ke organ tubuh yang lain, seperti kandung
kemih, paru-paru, atau sistem pembuluh darah.

3) Fistula eksternal atau fistula kulit adalah jenis fistula yang


terbentuk antara saluran pencernaan dengan kulit yang menutupi
tubuh.

b. Fistula ani

Fistula ani adalah saluran kecil yang terbentuk di antara rektum atau


bagian ujung usus besar dengan kulit di dekat anus. Fistula ani biasanya
terjadi akibat infeksi di dekat anus yang menyebabkan penumpukan nanah
atau abses di jaringan sekitarnya.

Fistula yang terbentuk pada saluran anus tersebut bisa menyebabkan kulit
di sekitar lubang anus terhubung dengan saluran anus sehingga kotoran
dapat keluar melalui fistula tersebut. Satu-satunya cara untuk mengobati
fistula ani adalah melalui operasi.

Fistula ani dapat menyebabkan beberapa gejala berikut ini:

a. Iritasi kulit di sekitar anus


b. Nyeri saat duduk, bergerak, buang air besar, atau batuk

c. Keluar nanah atau darah saat buang air besar

d. Sulit mengendalikan buang air besar

e. Anus bengkak dan tampak kemerahan

f. Demam

c. Fistula pembuluh darah

Fistula di pembuluh darah disebut juga fistula arteriovenosa. Fistula ini


merupakan fistula yang terbentuk antara pembuluh darah arteri dan
vena. Jika biasanya darah mengalir dari arteri ke kapiler lalu ke vena,
fistula membuat darah mengalir langsung dari arteri ke vena tanpa
melewati kapiler. Akibatnya, suplai darah pada jaringan di bawah kapiler
jadi berkurang. Fistula arteriovenosa biasanya terjadi di kaki, tapi tidak
menutup kemungkinan terjadi di bagian tubuh lain seperti di lengan,
paru-paru, ginjal, atau otak. Jika tidak diobati, fistula jenis ini bisa
menyebabkan komplikasi berat dan kerusakan jaringan tubuh atau organ di
sekitarnya.

d. Fistula vagina
Fistula vagina adalah kondisi ketika terbentuknya celah pada
rongga vagina dengan organ lain, seperti kandung kemih, usus besar,
atau rektum (bagian bawah usus besar yang dekat dengan anus).
Fistula vagina bisa menyebabkan urine dan tinja keluar dari vagina.
Kondisi ini perlu ditangani dengan operasi.

Fistula vagina dapat terjadi akibat cedera, operasi, infeksi, efek


samping terapi radiasi, atau penyakit tertentu, seperti penyakit radang
usus dan divertikulitis. Fistula vagina juga bisa terbentuk akibat
robekan pada perineum yang parah saat persalinan atau infeksi
pada episiotomi setelah melahirkan.

Terdapat beberapa jenis fistula vagina yang perlu Anda ketahui, antara
lain:

1) Fistula vesikovaginal atau fistula kandung kemih, yaitu jenis fistula


yang terbentuk di antara vagina dengan kandung kemih.
2) Fistula ureterovaginal adalah fistula yang terbentuk antara vagina
dengan ureter, yaitu saluran yang membawa urine dari ginjal ke
kandung kemih.

3) Fistula urethrovaginal adalah fistula yang terbentuk antara vagina


dan saluran uretra atau saluran yang membawa urine keluar dari
tubuh wanita.

e. Fistula vagina dan rektum

Fistula pada vagina dan rektum disebut juga fistula obstetrik atau fistula
rektovaginal. Akibat terbentuknya celah antara rektum dan vagina, gas
dan tinja dari saluran cerna bisa keluar melalui vagina. Fistula obstetrik
yang tidak diperbaiki juga bisa menghambat proses atau bahkan
meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan.

Fistula pada vagina dan rectum bisa terbentuk akibat beberapa hal berikut
ini:
1) Cedera saat melahirkan, misalnya robekan atau ruptur perineum yang
parah
2) Penyakit tertentu, seperti abses anus, kanker vagina atau kanker anus,
penyakit radang usus, dan penyakit Crohn

3) Efek samping terapi radiasi di daerah panggul

4) Riwayat operasi di daerah panggul, vagina, atau anus

Sebagian fistula bisa menutup sendiri tanpa pengobatan apapun. Namun,


kondisi ini umumnya perlu ditangani dengan langkah operasi

4. Tanda dan gejala fistula


a. Nyeri yang sedang hingga berat di daerah anus
b. Karakter nyeri bisa tumpul, tajam, tertarik atau berdenyut
c. Dapat disertai demam, menggigil, sembelit, atau diare
d. Nyeri sekitar lubang anus
e. Adanya cairan nanah berbau yang mengalir/keluar terkadang juga
disertai darah

5. Patofisiologi
Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan.
Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan
intervensi bedah yang merusak abdomen.
Maka kuman akan masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya
peradangan pada peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses), 
terbentuknya abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada
lokasi abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita
jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan
terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami 
perlengketan sehingga akan menjadi sambungan abnormal diantara 2
permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan mengeluarkan drain atau
feses. Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang
mengalami perlengketan maka jika tidak di tangani secara cepat maka
bisa terjadi infeksi.

6. Pathway
Komplikasi
mikroorgnisme,inflama
si pembedahahn

Fistula
Penatalaksanaan
fistel heeting
Penatalaksanaan
operasi
Kegagalan fistel
heeting sebelumnya
Terputusnya Post the entry of the
kontinuitas microorganisme
Cemas

Merangsang Resiko infeksi


pelepasan mediator
kimia (bradikinin,
serotinin Perlukaan jaringan

Merangsang
Kerusakan
nociseptor
integritas
jaringan
Saraf afferent

Substansi gelatinosa
pada kornu dorsalis
medul

Traktus
spinotalamikus

Thalamus

Korteks serebri
(saraf efferent)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Nyeri
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001, hal.17).
Anamnesa
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Data psikososial
f. Pola kebutuhan dasar
Pengkajian

Anamnesa
1)

Keluhan Utama:
Pada umumnya keluhan
utama pada abses perianal
preoperasi adalah nyeri
hebat pada daerah anus dan
adanya benjolan.
Sedangkan keluhan utama
pasca operasi meliputi:
nyeri, kesulitan buang air
kecil dan kelemahan
ekstremitas bawah
(Syamsuhidayat, 2004:640-
641).
2) Riwayat Penyakit
Sekarang
Keluhan nyeri dan benjolan
mulai dirasakan dan
kegiatan yang dilakukan
untuk mengatasi/mencari
pertolongan kesehatan.
3) Riwayat Penyakit
Dahulu
Anamnesa
1)

Keluhan Utama:
Pada umumnya keluhan
utama pada abses perianal
preoperasi adalah nyeri
hebat pada daerah anus dan
adanya benjolan.
Sedangkan keluhan utama
pasca operasi meliputi:
nyeri, kesulitan buang air
kecil dan kelemahan
ekstremitas bawah
(Syamsuhidayat, 2004:640-
641).
2) Riwayat Penyakit
Sekarang
Keluhan nyeri dan benjolan
mulai dirasakan dan
kegiatan yang dilakukan
untuk mengatasi/mencari
pertolongan kesehatan.
3) Riwayat Penyakit
Dahulu
a. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan

Tanda : Feses keluar melalui fistula


c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual dan muntah
Tanda : Penurunan Berat Badan
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
e. Keamanan
Gejala : Demam
f. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Rencana pembedahan
g. Rencana Pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi
2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi


b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh, proses pembedahan
c. Kerusakan integritas jaringan
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Intervensi Rasional

1. Dorong pasien untuk melporkan 1. Mencoba untuk


nyeri mentoleransi nyeri tanpa
2. Kaji laporan kram abdomen analgesic
atau nyeri, catat lokasi, 2. Nyeri sebelum defekasi
lamanya, intensitas. sering terjadi pada KU
3. Catat petunjuk non verbal, dengan tiba-tiba, dimana
mis.gelisah, menolak untuk dapat berat dan terus-
bergerak, berhati-hati dengan menerus.
abdomen 3. Dapat digunakan pada
4. Kaji ulang faktor faktor yang hubungan petunjuk verbal
meningkatkan/menghilangkan untuk mengindentifikasi
nyeri luas/beratnya masalah
5. Bersihkan area rectal dengan air 4. Dapat menyebutkan
hangat dan air, setelah defekasi dengan tepat pencetus atau
dan berikan perawatan kulit faktor pemberat
6. Observasi / catat distensi 5. Melindungi kulit dari asam
abdomen, peningkatan suhu, usus, mencegah ekskoriasi
penurunan TD 6. Dapat menunjukkan
terjadinya obstruksi usus
karena inflamasi, edema,
dan jaringan parut.

b. Resiko tinggi infeksi


Tujuan : klien bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital 1. Suhu malam hari memuncak


perhatikan peningkatan suhu yang kembali ke normal pada
2. Observasi penyatuan luka, pagi hari adalah karakteristik
pantau adanya inflamasi infeksi
3. Pantau pernapasan, bunyi 2. Perkembangan infeksi dapat
nafas, pertahankan kepala tidur memperlambat pemulihan
tinggi 35-45 derajat, bantu 3. Perkembangan infeksi dapat
pasien untuk membalik, batuk memperlambat pemulihan
dan napas dalam 4. Infeksi pulmonal dapat terjadi
4. Observasi terhadap karena depresi pernapasan,
tanda/gejala peritonitis , mis, ketidakefektifan batuk, dan
demam, peningkatan nyeri, distensi abdomen
distensi abdomen 5. Meskipun persiapan usus
5. Pertahankan perawatan luka dilakukan sebelum
6. Berikan obat ntibiotik sesuai pembedahan, peritonitis dapat
indikasi terjadi bila usus terganggu
misalnya, rupture paoperasi,
kebocoran anastomosis
6. Melindungi pasien dari
kontaminasi silang selama
penggantian balutan. Ablutan
basah bertindak sebagai
retrograde, menyerap
kontaminan eksternal.

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan : kecemasan berkurang atau teratasi

Intervensi Rasional

1. Catat petunjuk perilaku mis. 1. Stress dapat terjadi sebagai


Gelisah peka rangsangan, akibat gejala fisik kondisi, juga
menolak, kurang kontak mata, reaksi lain
perilaku menarik perhatian 2. Membuka hubngan terapeutik.
2. Dorong menyatakan perasaan 3. Membantu dalam
,berikan umpan balikkan mengidentifikasi masalah yan
3. Akui bahwa ansietas dan menyebabkan stress
masalah mirip yang 4. Validasi bahwa perasaan normal
diekspresikan orang lain. dapat membantu menurunan
Tingkatkan perhatian stress
mendengarkan pasien 5. Keterlibatan pasien dalam
4. Berikan informasi yang akurat perencanaan perawatan
dan nyata tentang apa yang memberikan rasa control dan
dilakukan membantu menurunkan ansietas.
5. Berikan lingkungan tenangdan 6. Meningkatkan relaksasi
istirahat membantu menurunkan ansietas
6. Dorong pasien atau orang 7. Tindakan dukungan dapat
terdekat menyatakan perhatian membantu pasien merasa stress
7. Bantu pasien belajar berkurang, meningkatkan
mekanisme koping baru, kontrol penyakit
mis.teknik mengatasi stress

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC. Jakarta.
Herry yudha. 2012. Diagnosa dan Penatalaksanaan Fistula Ani. Diakses pada
hari .http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/08/diagnosa-
dan- penatalaksanaan-fistula-ani.html 

Mansjoer Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Penerbit Media


Aesculapuis FKUI. Jakarta.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Askep Berdasarkan
Diagnosa medis & NANDA NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction
Publishing
Smeltzer Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai