OLEH
BIRGITTA PRANIWI
231030230548
PEMBIMBING
Ns. Uswatun Hasanah, S.Kep, M.Epid
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS FISTULA ANI
OLEH
BIRGITTA PRANIWI
231030230548
TAHUN 2023
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
National Intitut of Health (2021) fistula adalah hubungan abnormal antara dua
bagian di dalam tubuh, fistula dapat berkembang di antara organ yang berbeda,
seperti antara kerongkongan dan tenggorokan atau usus dan vagina. Mereka juga
dapat berkembang di antara dua pembuluh darah, seperti antara arteri dan vena
atau antara dua arteri , fistula adalah hubungan abnormal antara dua bagian
tubuh, seperti organ atau pembuluh darah dan struktur lain. fistula biasanya
merupakan hasil dari cedera atau operasi. Infeksi atau peradangan juga dapat
menyebabkan terbentuknya fistula. fistula yaitu menghubungkan 2 permukaan atau
lumen yang berbeda, sering dimulai dari sisi yang menyinggung dan menuju ke
lumen atau permukaan yang berdekatan. Fistula usus adalah fistula yang dimulai
dari usus. Itu bisa terhubung ke berbagai organ atau permukaan yang berdekatan
(Farooqi & Tuma, 2020).
Fistula umbilikal yaitu dikarenakan potensi komplit dari duktus
omphalomesenterik dengan lumen yang masih utuh terbuka sepanjang duktus.
Secara klinis akan ditemukan feses yang keluar dari umbilikus. Intususepsi juga bisa
ditemukan pada keadaan ini, dengan temuan klinis berupa prolapse ileum pada
umbilicus (Kusuma, 2013). Fistula yang terdapat pada abdomen diklasifikasikan
berdasarkan lokasi, volume pengeluaran, dan penyebabnya (Dahlia, 2007).
B. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-
kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. Tetapi
lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita penyakit crohn. Penyakit crohn adalah suatu
keadaan inflamasi kronis dengan etiologi yang tidak diketahui, bisa mengenai setiap
bagian saluran alimentarius dari esophagus hingga rectum. Penyakit crohn paling
sering terjadi pada ileum terminal dan usus halus. Selain itu, anal fistula juga sering
didapati pada penderita tuberculosis, diverticulitis, dan kanker atau cedera anus
maupun rectum.
Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana fistula tertentu
lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Fistula yang menghubungkan rektum dan
vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar X, kanker, penyakit Crohn, dan cedera
pada ibu selama proses persalinan.
Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system atau daya
tahan tubuh setiap individu. Jika seorang penderita merasakan kelelahan seperti saat
bepergian jauh, begadang, dan terlalu kelelahan serta telat makan, maka akan
berdampak pada memperburuknya penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat
kaitannya dengan pola makan
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal (krypto-
glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit disekitar
dubur, kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan, penderita biasanya merasa
meriang. Anal fistula lebih banyak diderita pria daripada wanita.
C. Patofisiologi
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal (krypto-
glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit disekitar
dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada benjolan , penderita biasanya merasa
meriang. Dengan bertambahnya kumpulan nanah maka rasa sakit sakit juga akan
bertambah , keadaan ini oleh awam sering disebut bisul.Pada tahap ini pemberian
antibiotik saja tidak akan dapat menyembuhkan abses , tetapi nanah harus juga hilang.
Jika abses ini pecah maka gejala diatas akan hilang. Abses dapat pecah sendiri
(spontan) atau harus dibuka (incisi) dalam narkose.Pembukaan dalam narkose
umumnya dapat dilakukan dalam rangka rawat jalan tetapi penderita harus puasa
makan dan minum selama 6 jam sebelum dilakukan tindakan.
Setelah nanah keluar dan luka mengering , ada dua kemungkinan yaitu sembuh sama
seka.li atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil yang terus menerus
mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur darah. Meskipun tidak sakit tetapi
akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini disebut anal fistula.
D. Manifestasi Klinik
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala lain mungkin
pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran
fistula. Fistula bisa terasa sangat nyeri atau bisa mengeluarkan nanah atau darah.
Biasanya ditandai dengan adanya sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa sembuh-
sembuh. Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus ke saluran
pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang. Fistula juga ditandai
dengan demam, batuk serta rasa gatal disekitar anus dan lubang fistula. Pada
pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external opening
atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba
indurasi fistula dan internal opening.
E. Komplikasi
Komplikasi pada anal fistula dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda.
a. Komplikasi terjadi secara langsung
(a)Perdarahan
(b)Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah masa atau kumpulan feses yang mengeras di dalam
rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi feses dalam waktu
lama
(c)Hemorrhoid
Pelebaran pembuluh darah vena di bagian bawah dari saluran cerna, yaitu
rektum dan anus (dubur).
b. Komplikasi terjadi secara tunda
(a)Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter
yangterpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti
letaktinggi dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja
dapat merusak saraf-saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak.
Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidakrapat
menutup, yang mengakibatkan bocornya gas dan feces. Risiko ini juga
meningkat seiring menua dan pada wanita.
(b)Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau
mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasidari
bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab
persistennya fistula. Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada
wanita.
(c)Stenosis analis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.
(d)Penyembuhan luka yang lambat
Penyembuhan luka membutuhkan waktu ± 12 minggu, kecuali ada penyakit
lain yang menyertai (seperti penyakit Crohn)
F. Penatalaksanaan
Pengobatan pada penderita anal fistula akan terus berlangsung seumur hidup pasien.
Karenanya peningkatan kesadaran dan deteksi dini akan mencegah komplikasi
penyakit ini menjadi kronis. Berikut ini merupakan penatalaksanaan medis pada
penderita anal fistula.
a. Terapi Konservatif dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis
antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
b. Terapi pembedahan:
(a)Fistulotomi
Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka,
sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan
fistulotomi.
(b)Fistulektomi
Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan
fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
(c)Seton
Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang
Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh
tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
(d)Advancement Flap
Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu
besar.
(e)Fibrin Glue
Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran
fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh.
Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak
sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya
16%.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita anal fistula meliputi:
(a)Fistulografi
Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior,
lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
(b)Ultrasound endoanal / endorektal
Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu
melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-
filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
(c)MRI
MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki
rekurensi.
(d)CT- Scan
CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau irritable
bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada
umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
(e)Barium Enema
Untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.
(f) Anal Manometri
Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti
pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks
berulang yang mengenai sphincter ani.
H. Web of Cution
peradangan
Kulit merah Ada benjolan meriang
Keluar melalui lubang baru dan tak terkontrol MK : Gangguan Integritas kulit
(D.0129)
3. Rencana Keperawatan
1) Diagnosa pre operatif
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu yang melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman (SDKI, 2017)
Data dan tanda mayor:
Data subyektif :
(f) Merasa bingung
(g) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
(h) Sulit berkonsentrasi
Data obyektif :
(i) Tampak gelisah
(j) Tampak tegang
(k) Sulit tidur
Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Ansietas dapat
terkontrol, dengan kriteria hasil:
(l) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi cukup
menurun (5)
(m)Perilaku tegang dan gelisah cukup menurun (5)
(n) Frekuensi pernapasan, nadi, dan tekanan darah cukup menurun
(5)
(o) Pucat dan tremor cukup menurun (5)
Rencana Intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):
Observasi
(p) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
waktu,
(q) stresor)
(r) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
(s) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik:
(t) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
(u) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
(v) Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
penuh perhatian
(w) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyekinkan
(x) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
(y) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
(z) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi:
(a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
(b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan,dan prognosis
(c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
(d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
(e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
(f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
(g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
(h) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari tiga bulan (SDKI, 2017)
Gejala dan tanda mayor:
Data subyektif:
(a) Mengeluh nyeri
Data obyektif:
(b) Tampak meringis
(c) Bersikap protektif (misalnya: waspada posisi
menghindari nyeri)
(d) Gelisah
(e) Frekuensi nadi meningkat
(f) Sulit tidur
Tujuan menurut (SLKI, 2018):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang
dengan kriteria hasil:
(g) Keluhan nyeri menurun (5)
(h) Meringis, sikap protektif dan gelisah menurun (5)
(i) Diaforesis menurun (5)
(j) Frekuensi nadi, pola nafas dan tekanan darah membaik
(5)
Rencana intervensi dalam (SIKI, 2018):
Observasi
(k) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
(l) Identifikasi skala nyeri
(m)Identifikasi respon nyeri nonverbal
(n) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
(o) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(p) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
(q) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(r) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
(s) Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik
(t) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misalnya: hipnosis, akupresure, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
(u) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(v) Fasilitasi istirahat dan tidur
(w) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Eduksi
(a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
(d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
(e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian analgetik
2) Diagnosis Intra Opertif
a. Resiko Cidera berhubungan dengan tindakan pembedahan
Definisi :
Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
( SDKI, 2017).
Data subyektif dan Obyektif:
(a) Tidak tersedia Data obyektif: dan subyektif
Rencana keperawatan menurut (SIKI, 2018):
Observasi:
(b) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
(c) Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
(d) Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
(e) ekstremitas bawah
Terapeutik :
(f) Sediakan pencahayaan yang memadai
(g) Gunakan lampu tidur selama jam tidur
(h) Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang
rawat (penggunaan tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi
kamar mandi)
(i) Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera serius
(j) Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
Edukasi :
(b) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
(c) Anjurkam berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri
3) Diagnosa Post Operatif
a. Resiko hipotermi perioperative berhubungan dengan suhu lingkungan
rendah
Definisi :
Beresiko mengalami kegagalan termogulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh berada dibawah rentang normal ( SDKI,
2017).
Data subyektif dan Obyektif :
(a) Tidak tersedia data obyektif dan subyektif
Tujuan menurut (SLKI, 2018):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipotermia tidak
terjadi, dengan kriteria hasil sebagai berikut :
(a) Menggigil menurun (1)
(b) Pucat menurun (1)
Rencana keperawatan menurut (SIKI, 2018):
Observasi :
(a) Monitor suhu tubuh
(b) Identifikasi penyebab hipotermia, (Misal: terpapar suhu lingkungan
rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme)
(c) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
Teraupetik :
(a) Sediakan lingkungan yang hangat (misal : atur suhu ruangan)
(b) Lakukan penghangatan pasif (Misal : Selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
(c) Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal : kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat)
(d) Lakukan penghangatan aktif internal ( misal : infus cairan hangat)
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses perawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah
ditentukan (Doenges, Moorhouse & Buley,2000).
5. Evaluasi
Evalauasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon
untuk menetekan keekfektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Doenges, Moorhouse & Buley,2000).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sugeng Mashudi, M.Kes, 2020. Buku Ajar Proses Keperawatan Pendekatan
SDKI,SLKI,SIKI. Jawa Timur: Global Aksara Pres
Tarwoto & Wartonah, 205. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. R DENGAN FISTULA ANI PRO FISTULEKTOMY DI RUANG OPERASI
RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG
Oleh:
BIRGITTA PRANIWI
231030230548
A. PRE OPERASI
1. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kp. Tugu, RT 001/013 Karawaci
Tanggal MRS : 03- Oktober- 2023
Tanggal Operasi : 03- Oktober- 2023
Tanggal pengkajian : 03- Oktober -2023
Indikasi : Fistula Ani
Tindakan Operasi : Fistulektomy
Lama Operasi : mulai jam 15.15 WIB s/d 16.00 WIB
2. Pengkajian Pre Operasi
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Gcs :E4V5M6
Ttv : TD 122/83 mmHg, Nadi 102x/menit Rr : 25 x/menit Suhu
36.0, Saturasi 98% Room Air
Kenyamanan
DS : klien mengatakan tegang, klien mengatakan ini operasi yang pertama kali.
DO : akral dingin, wajah kline nampak tegang.
Riwayat kesehatna yang lalu
Terdapat benjolan di sekitar anus sejak 4 tahun
Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke poli dokter spesialis bedah tanggal 26-09-2023 dikarenakan ada
benjolan disekitar anus 4 tahun dan dirasa semakin sakit ketika duduk dan saat
setelah aktifitas, nyeri seperti di tusuk-tusuk. Kemudian klien dijadwalkan operasi
pada tanggal 03 Oktober 2023 jam 15.00 wib, sebelum di operasi klien diperiksa
oleh laboratorium dan radiologi.
3. Premedikasi yang diberikan
4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi tanggal 26-09-2023 jam 16.00 Wib
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12.9 14-16 g/dL
Eritrosit 4.64 4,5-5,5 juta
Leukosit 8.600 5000-10000u/ll
Hematokrit 37.0 40-48%
Trombosit 408.000 150.000-500.000
Gds 120 <180 mg/dL
Masa perdarahan (Blood-T) 2’ Duke 1-3 menit
Ivy 1-6 menit
Masa pembekuan (Clothing-T) 12’ Lee&White 10-15 menit
Duke 2-6 menit
Foto Thorax tanggal 26-09-2023 jam 17.00 WIB
COR : Bentuk dan letak jantung normal
PULMO : Corakan vaskular tampak normal tank tampak bercak pada kedua
lapangan paru
Kesan:
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di sertai
dengan pasien nampak tegang, frekuensi napas,nadi meningkat.
7. Rencana Keperawatan
8. Catatan Perawatan
B. Intra Operasi
1. Mulai anastesi : jam 15.00 Wib
a. Tim Anastesi
Dokter anastesi : dr. Endah, Sp.An
Asisten anastesi : zr. Winda
b. Jenis anastesi : Spinal
c. Obat-obatan
Bufivacain 12.5 mg
Protopen supp 2
d. Lama Operasi : 45 menit
e. Tim bedah
Operator : dr.Wahyuni, Sp.B
Asisten : br. Junaedi
Instrument : br. Rozi
2. Persiapan di kamar operasi
a. Peralatan tidak steril terdiri dari meja instrrumen 1 dan 2, meja operasi, lampu
operasi, mesin suction, monitor, standar infuse, tempat sampah, penyambung
kabel, penyangga tangan dan kaki, troli untuk obat anastesi dan cairan infuse,
mesin cauter.
b. Peralatan steril terdiri dari tromol kassa, perlengkapan baju , set duk steril, dan
set peralatan operasi.
3. Persiapan pasien
a. Mengecek kelengkapan pasien (Informed consent, cairan infus pre op, foto
thorax, ekg, dan pemeriksaan laboratorium)
b. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus kamar operasi dan
mengenakan topi khush kamar operasi
c. Menanyakan pasien sudah puasa apa belum, mempunyai riwayat alerdi dan
penyakit penyerta.
d. Memindahkan pasien dari bed ruangan ke kamar operasi
e. Memasang elektroda ekg, tensi meter dan saturasi oksigen.
4. Analisa Data
5. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perdarahan (D.0012) ditandai dengan tindakan pembedahan
6. Rencana Keperawatan
6. Catatan Perkembangan
C. POST OPERASI
Klien tiba di ruang Recovery Room pada tanggal 03/10/2023 jam 16.03 wib. Instruksi
di RR : posisi supine, pasang Oksigen 3 lpm nasal kanul, pantau TTV setiap 15 menit,
apabila tekanan darah turun dibawah 100 mmHg lapor, apabila muntah berikan
Ondancetron 4mg IV.
1. Pengkajian Khusus
Keadaan Umum : Lemah
TTV :TD : 115/73 mmHg, Nadi 98x/menit, RR : 23 x/menit, Suhu
36.0, Saturasi 99%
Kesadaran : compos mentis
Keadaan luka : luka terbalut dengan kasa
2. Therapi yang diberikan
IVFD Rl 20 tpm
Tramadol 1x 2amp drip RL
3. Kenyamanan
DS : klien mengatakan sudah terasa nyeri, kaki sudah bisa di gerakan, dan
nyeri seperti di sayat-sayat
DO : skala nyeri 7/10, pasien nampak menahan sakit
4. Analisa Data
5. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, skala nyeri 7/10, pasien napak
menahan sakit
6. Rencana Keperawatan
7. Catatan Keperawatan
8. Penilaian kesadaran
Oleh:
BIRGITTA PRANIWI
231030230548
A. PRE OPERASI
1. Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Sumur Pancing rt 003/009 Karawaci
Tanggal MRS : 04- Oktober- 2023
Tanggal Operasi : 04- Oktober- 2023
Tanggal pengkajian : 04- Oktober -2023
Indikasi : Hernia Inguinalis dextra
Tindakan Operasi : Herniadetomy
Lama Operasi : mulai jam 14.00 WIB s/d 15.00 WIB
4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi tanggal 03-10-2023 jam 20.00 Wib
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.7 14-16 g/dL
Eritrosit 4.53 4,5-5,5 juta
Leukosit 11.200 5000-10000u/ll
Hematokrit 38.6 40-48%
Trombosit 269.000 150.000-500.000
Gds 94 <180 mg/dL
Masa perdarahan (Blood-T) 1.5’ Duke 1-3 menit
Ivy 1-6 menit
Masa pembekuan (Clothing-T) 11’ Lee&White 10-15 menit
Duke 2-6 menit
Foto Thorax tanggal 03-10-2023 jam 21.00 WIB
COR : Bentuk dan letak jantung normal
PULMO : Corakan vaskular tampak normal tank tampak bercak pada kedua
lapangan paru
Kesan:
7. Rencana Keperawatan
8. Catatan Keperawatan
B. POST OPERASI
Klien tiba di ruang Recovery Room pada tanggal 04/10/2023 jam 14.00 wib. Instruksi di
RR : posisi supine, pasang Oksigen 3 lpm nasal kanul, pantau TTV setiap 15 menit,
apabila tekanan darah turun dibawah 100 mmHg lapor, apabila muntah berikan
Ondancetron 4mg IV.
1. Pengkajian Khusus
Keadaan Umum : Lemah
TTV :TD : 124/80mmHg, Nadi 90x/menit, RR : 23 x/menit, Suhu
36.0, Saturasi 99%
Kesadaran : compos mentis
Keadaan luka : luka terbalut dengan kasa
2. Therapi yang diberikan
IVFD Rl 20 tpm
Tramadol 1x 2amp drip RL
3. Kenyamanan
DS : klien mengatakan sudah terasa nyeri, kak
i sudah bisa di gerakan, dan nyeri seperti di sayat-sayat
DO : skala nyeri 7/10, pasien nampak menahan sakit
4. Analisa Data
6. Rencana Keperawatan
7. Catatan Keperawatan
A. PRE OPERASI
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Raya Merdeka Gg. Karang Mulya rt 03/07 Karawaci
Tanggal MRS : 10- Oktober- 2023
Tanggal Operasi : 10- Oktober- 2023
Tanggal pengkajian : 10- Oktober -2023
Indikasi : Tumor Mamae Dextra
Tindakan Operasi : Ekserpasi Biopsi
Lama Operasi : mulai jam 15.00 WIB s/d 15.30 WIB
4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi tanggal 06-10-2023 jam 15.30 Wib
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.9 14-16 g/dL
Eritrosit 4.94 4,5-5,5 juta
Leukosit 8400 5000-10000u/ll
Hematokrit 39.6 40-48%
Trombosit 288.000 150.000-500.000
Gds 89 <180 mg/dL
Masa perdarahan (Blood-T) 2’ Duke 1-3 menit
Ivy 1-6 menit
Masa pembekuan (Clothing-T) 11’ Lee&White 10-15 menit
Duke 2-6 menit
Foto Thorax tanggal 06-10-2023 jam 16.00 WIB
COR : Bentuk dan letak jantung normal
PULMO : Corakan vaskular tampak normal tank tampak bercak pada kedua
lapangan paru
Kesan:
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di sertai
dengan pasien nampak tegang, frekuensi napas,nadi meningkat.
7. Rencana Keperawatan
8. Catatan Keperawatan
B. Intra Operasi
1. Mulai anastesi : jam 14.50 Wib
a. Tim Anastesi
Dokter anastesi : dr. Endah, Sp.An
Asisten anastesi : zr. Winda
b. Jenis anastesi : TIVA
c. Obat-obatan
Propofol
Phetidine
d. Lama Operasi : 30 menit
e. Tim bedah
Operator : dr.Wahyuni, Sp.B
Asisten : br.Bogi
Instrument : br. Rozi
2. Persiapan di kamar operasi
a. Peralatan tidak steril terdiri dari meja instrrumen 1 dan 2, meja operasi, lampu
operasi, monitor, standar infuse, tempat sampah, penyambung kabel, troli
untuk obat anastesi dan cairan infuse, mesin cauter.
b. Peralatan steril terdiri dari tromol kassa, perlengkapan baju , set duk steril, dan
set peralatan operasi.
3. Persiapan pasien
a. Mengecek kelengkapan pasien (Informed consent, cairan infus pre op, foto
thorax, dan pemeriksaan laboratorium)
b. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus kamar operasi dan
mengenakan topi khush kamar operasi
c. Menanyakan pasien sudah puasa apa belum, mempunyai riwayat alerdi dan
penyakit penyerta.
d. Memindahkan pasien dari bed ruangan ke kamar operasi
e. Memasang elektroda ekg, tensi meter dan saturasi oksigen.
4. Analisa Data
5. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perdarahan (D.0012) ditandai dengan tindakan pembedahan
6. Rencana Keperawatan
7. Catatan Perkembangan
C. POST OPERASI
Klien tiba di ruang Recovery Room pada tanggal 10/10/2023 jam 15.32 wib. Instruksi di
RR : posisi supine, pantau TTV setiap 15 menit, apabila tekanan darah turun dibawah
100 mmHg lapor, apabila muntah berikan Ondancetron 4mg IV.
1. Pengkajian Khusus
Keadaan Umum : Lemah
TTV :TD : 120/67mmHg, Nadi 90x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu
36.2, Saturasi 99%
Kesadaran : compos mentis
Keadaan luka : luka terbalut dengan kasa
2. Therapi yang diberikan
IVFD Rl 20 tpm
Tramadol 1x 2amp drip RL
3. Kenyamanan
DS : klien mengatakan sudah terasa nyeri, dan nyeri seperti di sayat-sayat
DO : skala nyeri 7/10, pasien nampak menahan sakit
4. Analisa Data
6. Rencana Keperawatan
7. Catatan Keperawatan