Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK KLINIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH (KMB)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

OLEH
BIRGITTA PRANIWI

231030230548

PEMBIMBING
Ns. Uswatun Hasanah, S.Kep, M.Epid

PROGRAM PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS FISTULA ANI

OLEH

BIRGITTA PRANIWI

231030230548

PROGRAM PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
National Intitut of Health (2021) fistula adalah hubungan abnormal antara dua
bagian di dalam tubuh, fistula dapat berkembang di antara organ yang berbeda,
seperti antara kerongkongan dan tenggorokan atau usus dan vagina. Mereka juga
dapat berkembang di antara dua pembuluh darah, seperti antara arteri dan vena
atau antara dua arteri , fistula adalah hubungan abnormal antara dua bagian
tubuh, seperti organ atau pembuluh darah dan struktur lain. fistula biasanya
merupakan hasil dari cedera atau operasi. Infeksi atau peradangan juga dapat
menyebabkan terbentuknya fistula. fistula yaitu menghubungkan 2 permukaan atau
lumen yang berbeda, sering dimulai dari sisi yang menyinggung dan menuju ke
lumen atau permukaan yang berdekatan. Fistula usus adalah fistula yang dimulai
dari usus. Itu bisa terhubung ke berbagai organ atau permukaan yang berdekatan
(Farooqi & Tuma, 2020).
Fistula umbilikal yaitu dikarenakan potensi komplit dari duktus
omphalomesenterik dengan lumen yang masih utuh terbuka sepanjang duktus.
Secara klinis akan ditemukan feses yang keluar dari umbilikus. Intususepsi juga bisa
ditemukan pada keadaan ini, dengan temuan klinis berupa prolapse ileum pada
umbilicus (Kusuma, 2013). Fistula yang terdapat pada abdomen diklasifikasikan
berdasarkan lokasi, volume pengeluaran, dan penyebabnya (Dahlia, 2007).

B. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-
kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal. Tetapi
lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita penyakit crohn. Penyakit crohn adalah suatu
keadaan inflamasi kronis dengan etiologi yang tidak diketahui, bisa mengenai setiap
bagian saluran alimentarius dari esophagus hingga rectum. Penyakit crohn paling
sering terjadi pada ileum terminal dan usus halus. Selain itu, anal fistula juga sering
didapati pada penderita tuberculosis, diverticulitis, dan kanker atau cedera anus
maupun rectum.
Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana fistula tertentu
lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Fistula yang menghubungkan rektum dan
vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar X, kanker, penyakit Crohn, dan cedera
pada ibu selama proses persalinan.
Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system atau daya
tahan tubuh setiap individu. Jika seorang penderita merasakan kelelahan seperti saat
bepergian jauh, begadang, dan terlalu kelelahan serta telat makan, maka akan
berdampak pada memperburuknya penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat
kaitannya dengan pola makan
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal (krypto-
glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit disekitar
dubur, kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan, penderita biasanya merasa
meriang. Anal fistula lebih banyak diderita pria daripada wanita.

C. Patofisiologi
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal (krypto-
glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit disekitar
dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada benjolan , penderita biasanya merasa
meriang. Dengan bertambahnya kumpulan nanah maka rasa sakit sakit juga akan
bertambah , keadaan ini oleh awam sering disebut bisul.Pada tahap ini pemberian
antibiotik saja tidak akan dapat menyembuhkan abses , tetapi nanah harus juga hilang.
Jika abses ini pecah maka gejala diatas akan hilang. Abses dapat pecah sendiri
(spontan) atau harus dibuka (incisi) dalam narkose.Pembukaan dalam narkose
umumnya dapat dilakukan dalam rangka rawat jalan tetapi penderita harus puasa
makan dan minum selama 6 jam sebelum dilakukan tindakan.
Setelah nanah keluar dan luka mengering , ada dua kemungkinan yaitu sembuh sama
seka.li atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil yang terus menerus
mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur darah. Meskipun tidak sakit tetapi
akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini disebut anal fistula.

D. Manifestasi Klinik
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala lain mungkin
pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran
fistula. Fistula bisa terasa sangat nyeri atau bisa mengeluarkan nanah atau darah.
Biasanya ditandai dengan adanya sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa sembuh-
sembuh. Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus ke saluran
pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang. Fistula juga ditandai
dengan demam, batuk serta rasa gatal disekitar anus dan lubang fistula. Pada
pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external opening
atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba
indurasi fistula dan internal opening.

E. Komplikasi
Komplikasi pada anal fistula dapat terjadi langsung setelah operasi atau tertunda.
a. Komplikasi terjadi secara langsung
(a)Perdarahan
(b)Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah masa atau kumpulan feses yang mengeras di dalam
rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi feses dalam waktu
lama
(c)Hemorrhoid
Pelebaran pembuluh darah vena di bagian bawah dari saluran cerna, yaitu
rektum dan anus (dubur).
b. Komplikasi terjadi secara tunda
(a)Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter
yangterpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti
letaktinggi dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja
dapat merusak saraf-saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak.
Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidakrapat
menutup, yang mengakibatkan bocornya gas dan feces. Risiko ini juga
meningkat seiring menua dan pada wanita.
(b)Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau
mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasidari
bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab
persistennya fistula. Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada
wanita.
(c)Stenosis analis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.
(d)Penyembuhan luka yang lambat
Penyembuhan luka membutuhkan waktu ± 12 minggu, kecuali ada penyakit
lain yang menyertai (seperti penyakit Crohn)

F. Penatalaksanaan
Pengobatan pada penderita anal fistula akan terus berlangsung seumur hidup pasien.
Karenanya peningkatan kesadaran dan deteksi dini akan mencegah komplikasi
penyakit ini menjadi kronis. Berikut ini merupakan penatalaksanaan medis pada
penderita anal fistula.
a. Terapi Konservatif dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis
antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
b. Terapi pembedahan:
(a)Fistulotomi
Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka,
sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan
fistulotomi.
(b)Fistulektomi
Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan
fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
(c)Seton
Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang
Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh
tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
(d)Advancement Flap
Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu
besar.
(e)Fibrin Glue
Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran
fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh.
Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak
sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya
16%.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita anal fistula meliputi:
(a)Fistulografi
Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior,
lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
(b)Ultrasound endoanal / endorektal
Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu
melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-
filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
(c)MRI
MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki
rekurensi.
(d)CT- Scan
CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau irritable
bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada
umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
(e)Barium Enema
Untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.
(f) Anal Manometri
Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti
pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks
berulang yang mengenai sphincter ani.
H. Web of Cution

Infeksi dari kelenjar anus


(cyptoglandular)

Abses terbentuk dalam intersficter

Inflamasi usus berkepanjangan


Bengkak dan fibrosis

Abses tidak keluar

peradangan
Kulit merah Ada benjolan meriang

Paparan dari kanker dan sinar x


Terbentuk abses perianal
Meninggalkan nanah

ANAL FISTULA Luka kering

Mengeluarkan cairan darah


Mengeluarkan cairan darah Meninggalkan lubang kecil sembuh
ANAL FISTULA

Terbentuk lubang baru Peradangan pada anus


Spingter ani mengalami kerusakan

MK: Nyeri akut


Terbentuk rembesan berupa darah atau feses (D.0077)
MK:Inkontinensia Fekal
(D.0041)

Keluar melalui lubang baru dan tak terkontrol MK : Gangguan Integritas kulit
(D.0129)

MK :Resiko Infeksi MK : Gangguan Citra Tubuh


(D.0142) (D.0083)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian difokuskan pada area yang bermasalah. Pengkajian psikologis
dilakukan untuk menilai tingkat kecemasan praoperasi disebabkan oleh
ketidaktahuan pada konsekuensi pembedahan dan rasa takut terhadap prosedur
pembedahan itu sendiri. Berbagai dampak psikologis yang muncul akibat
kecemasan praoperasi seperti marah, menolak, atau apatis terhadap kegiatan
keperawatan. Kecemasan juga dapat menimbulkan perubahan secara fisik maupun
psikologis yang akhirnya mengaktifkan saraf otomom simpatis sehingga
meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
napas, dan secara umum dapat mengurangi energi pada pasien. Berdasarkan konsep
psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan stresor yang dapat menurunkan
sistem imunitas tubuh (Muttaqin & Sari, 2009).
Ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi, belajar, dan
menyelesaikan masalah. Kenyataannya, tingkat ansietas ini memotivasi
pembelajaran dan perubahan perilaku. Ketika individu mengalami ansietas berat
dan panik, ketrampilan bertahan yang lebih sederhana mengambil alih, proses
defensif terjadi, dan ketrampilan kognitif menurun secara signifikan. Individu yang
mengalami ansietas berat akan sulit berfikir dan melakukan pertimbangan, otot-
ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat, dan memperlihatkan
kegelisahan, kemarahan dan iritabilitas (Videbeck, 2008). Kecemasan (anxietas)
dapat ditimbulkan oleh bahaya dari dalam diri seseorang dan pada umumnya
ancaman itu samar-samar.Bahaya dari dalam, timbul bila ada sesuatu hal yang
tidak dapat diterimanya, missal pikiran, perasaan, keinginan, dan dorongan
(Giatika & Tutuk, 2017).
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpalan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahan penderita, mengidentifikasi,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta penmeriksaan penunjang
lainnya.
b. Anamnesa
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama alasan klien masuk rumah sakit. Biasanya keluhan
yang paling menonjol pada pasien fistula ani adalah ada benjolan di
sekitar anus.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan
pasien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan actual
maupun potensial. Riwayat merupakan penuntun pengkajian fisik yang
berkaitan informasi tentang keadaan fisiologis, psikologis, budaya, dan
psikososial untuk membantu pasien dalam mengutarakan masalah –
masalah atau keluhan secara lengkap, maka perawat dianjurkan
mengguanakan analisa simptom PQRST.
P: Provokatif atau paliatif (Apa yang memperberat dan memperingan.)
Q: Kualitatif atau Kuantitatif )Seperti apa yang dirasakan atau
digambarkan klien , apakah nyaeri seperti disayat-sayat atau ditusuk-
tusuk.)
R: Region atau Radiasi (Pada daerah mana yantg dirasakan klien atau
dimana rasa berat dalam melakukan aktivitas.)
S: Saverity atau Skala (Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan.)
T: Timing (Berapa lama nyeri berlangsung, kapan bertambah buruk pada
malam atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan, terus
menerus atau hilang seketika apa yang sedang dilakukan klien saat gejala
timbul, kapan gejala timbul pertama kali.)
4) Riwayata kesehatan dahulu
Mengkaji penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit sekarng.
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah mengalami pembedahan, pada klien Abses
biasanya diindentikan dengan kebiasaan hidup yang buruk dan
kurangnya klien dalam meningkatkan status kesehatannya
(Muttaqin,2014).
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain
yang berpotensi menurun atau menular pada naggota keluarga lain.
6) Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien sebelum sakit dan sesudah
sakit. Yang meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat
tidur, aktivitas dan gaya hidup, pola aktivitas terutama pada Fistula
ani biasanya terganggu karena aktivitas banyak akan menambah nyeri.
(a) Pola Nutrisi
Diisi dengan kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi sebelum sakit sampai dengan saat sakit yang meliputi: jenis
makanan, minuman yang dikomsumsi, frekuensi makanan,
porsi makanan yang dihabiskan, makanan selingan, alergi
makanan, makanan pantangan, pada klien Fistula Ani biasanya
tidak nafsu makan, nafsu makan menurun dan mual muntah.
(b) Pola Eliminasi
Diisi dengan eliminasi BAB dan BAK menggambarkan
keadaan eliminasi klien sebelum sakit sampai dengan klien
saat sakit saat ini yang meliputi: frekuensi, konsistensi, warna,
keluhan. Pada klien fiistla ani akan mengganggu eliminias
BAB karena adanya benjolan Abses disekitar anus yang akan
bertambah nyeri pada saat BAB.
(c) Pola Istirahat
Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur klien sejak
sebelum sakit sampai saat ini, meliputi: jumlah jam tidur
siang dan malam, pengguanaan alat penghantar tidur, perasaan
klien sewaktu bangun tidur, dan kesulitan atau adanya masalah
tidur, pada klien fistula ani istirahat tidur akan terganggu akibat
nyeri.
(d) Personal Hygiene
Diisi dengan perawatan diri seperti mandi, gosok gigi,
toileting, berpakaian, berhias, dan penggunaan instrumen. Pada
klien fistula ani akan terjadi defisit perawatan diri
disebabkanb oleh nyeri yang bertambah apabila melakukan
aktivitas.
(e) Aktivitas
Diisi dengan aktivitas rutin yang dilakukan oleh klien
sebelum sakit sampai saat sakit mulai dari bangun tidur sampai
tidur kembali, termasuk penggunaan waktu senggang.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
2) Sistem integumen
Pemeriksaan sistem integumen pada klien fistula ani kaji warna
kulit, kelembaban kulit dan turgor kulit. Pada klien fistula ani adanya
luka atau warna kemerahan bekas luka, terdapat kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar fistula ani.
3) Sistem pernapasan
Pada klien Post operasi fistulektomi akan ditemukan perubahan
frekuensi nafas cepat ,takikardia akibat adanya nyeri. Pemeriksaan
auskultasi tidak ada rinchi dan wheezing. Pada pemeriksaan perkusi
biasanya resonance paru-paru.
4) Sistem kardiovaskuler
Pada klien Post Operasi fistulektomi tidak ditemukan nyeri tekan
pada abdomen, auskultasi Bising usus klien. Namun adanya gangguan
BAB karena adanya nyeri luka Post Operasi.
5) Sistem endokrin
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik, kaji adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.
6) Sistem urinari
Biasanya pada klien Post Operasi Fistulektomy tidak ada keluhan
dalam organ sistem perkemihan, tidak ada distensi abdomen dan tidak
ada nyeri saat BAK.
7) Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan sistem muskuloskeletal pada klien Abses Perianal
biasanya terjadi penurunan kekuatan otot, lemah dan kaku.
8) Sistem neurologis
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensorik, nyeri refleks, fungsi syaraf
cranial dan fungsi syaraf serebral. Umumnya klien Post Fistulektomy
tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi persyarafan .
pengkajian fungsi persyarafan meliputi : tingkat kesadaran, syaraf
cranial dan serebral dan refleks.
d. Data Psikologis
Perlu dikaji tentang tanggapan klien terhadap penyakitnya apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut, konsep diri menurun atau body image
menurun serta ketidakseimbangan koping.
e. Data Sosial
Hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat, pada
umumnya, perawat, dan tim kesehatan yang lain, termasuk juga, pola
komunikasi yang digunakan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosis asuhan keperawatan pre opertif
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Diagnosis asuhan keperawatan Intraopertif
a. Resiko cidera berhubungan dengan perubahan sensasi
3) Diagnosis asuhan keperawatan Post opertif
a. Resiko hipotermia perioperative berhubungan dengan terpapar
suhu lingkungan rendah.

3. Rencana Keperawatan
1) Diagnosa pre operatif
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu yang melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman (SDKI, 2017)
Data dan tanda mayor:
Data subyektif :
(f) Merasa bingung
(g) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
(h) Sulit berkonsentrasi
Data obyektif :
(i) Tampak gelisah
(j) Tampak tegang
(k) Sulit tidur
Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Ansietas dapat
terkontrol, dengan kriteria hasil:
(l) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi cukup
menurun (5)
(m)Perilaku tegang dan gelisah cukup menurun (5)
(n) Frekuensi pernapasan, nadi, dan tekanan darah cukup menurun
(5)
(o) Pucat dan tremor cukup menurun (5)
Rencana Intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):
Observasi
(p) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
waktu,
(q) stresor)
(r) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
(s) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik:
(t) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
(u) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
(v) Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
penuh perhatian
(w) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyekinkan
(x) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
(y) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
(z) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi:
(a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
(b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan,dan prognosis
(c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
(d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
(e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
(f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
(g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
(h) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Definisi:
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari tiga bulan (SDKI, 2017)
Gejala dan tanda mayor:
Data subyektif:
(a) Mengeluh nyeri
Data obyektif:
(b) Tampak meringis
(c) Bersikap protektif (misalnya: waspada posisi
menghindari nyeri)
(d) Gelisah
(e) Frekuensi nadi meningkat
(f) Sulit tidur
Tujuan menurut (SLKI, 2018):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang
dengan kriteria hasil:
(g) Keluhan nyeri menurun (5)
(h) Meringis, sikap protektif dan gelisah menurun (5)
(i) Diaforesis menurun (5)
(j) Frekuensi nadi, pola nafas dan tekanan darah membaik
(5)
Rencana intervensi dalam (SIKI, 2018):
Observasi
(k) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
(l) Identifikasi skala nyeri
(m)Identifikasi respon nyeri nonverbal
(n) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
(o) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(p) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
(q) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(r) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
(s) Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik
(t) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misalnya: hipnosis, akupresure, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
(u) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
(v) Fasilitasi istirahat dan tidur
(w) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Eduksi
(a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
(b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
(d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
(e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian analgetik
2) Diagnosis Intra Opertif
a. Resiko Cidera berhubungan dengan tindakan pembedahan
Definisi :
Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
( SDKI, 2017).
Data subyektif dan Obyektif:
(a) Tidak tersedia Data obyektif: dan subyektif
Rencana keperawatan menurut (SIKI, 2018):
Observasi:
(b) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
(c) Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
(d) Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
(e) ekstremitas bawah
Terapeutik :
(f) Sediakan pencahayaan yang memadai
(g) Gunakan lampu tidur selama jam tidur
(h) Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang
rawat (penggunaan tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi
kamar mandi)
(i) Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera serius
(j) Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
Edukasi :
(b) Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
(c) Anjurkam berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri
3) Diagnosa Post Operatif
a. Resiko hipotermi perioperative berhubungan dengan suhu lingkungan
rendah
Definisi :
Beresiko mengalami kegagalan termogulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh berada dibawah rentang normal ( SDKI,
2017).
Data subyektif dan Obyektif :
(a) Tidak tersedia data obyektif dan subyektif
Tujuan menurut (SLKI, 2018):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipotermia tidak
terjadi, dengan kriteria hasil sebagai berikut :
(a) Menggigil menurun (1)
(b) Pucat menurun (1)
Rencana keperawatan menurut (SIKI, 2018):
Observasi :
(a) Monitor suhu tubuh
(b) Identifikasi penyebab hipotermia, (Misal: terpapar suhu lingkungan
rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme)
(c) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
Teraupetik :
(a) Sediakan lingkungan yang hangat (misal : atur suhu ruangan)
(b) Lakukan penghangatan pasif (Misal : Selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
(c) Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal : kompres hangat, botol hangat,
selimut hangat)
(d) Lakukan penghangatan aktif internal ( misal : infus cairan hangat)
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses perawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah
ditentukan (Doenges, Moorhouse & Buley,2000).

5. Evaluasi
Evalauasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon
untuk menetekan keekfektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Doenges, Moorhouse & Buley,2000).
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sugeng Mashudi, M.Kes, 2020. Buku Ajar Proses Keperawatan Pendekatan
SDKI,SLKI,SIKI. Jawa Timur: Global Aksara Pres

Haswita & Reni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Tim

Tarwoto & Wartonah, 205. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. R DENGAN FISTULA ANI PRO FISTULEKTOMY DI RUANG OPERASI
RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
BIRGITTA PRANIWI
231030230548

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2023
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. R DENGAN FISTULA ANI PRO FISTULEKTOMY DI RUANG OPERASI
RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG

A. PRE OPERASI
1. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kp. Tugu, RT 001/013 Karawaci
Tanggal MRS : 03- Oktober- 2023
Tanggal Operasi : 03- Oktober- 2023
Tanggal pengkajian : 03- Oktober -2023
Indikasi : Fistula Ani
Tindakan Operasi : Fistulektomy
Lama Operasi : mulai jam 15.15 WIB s/d 16.00 WIB
2. Pengkajian Pre Operasi
 Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Gcs :E4V5M6
Ttv : TD 122/83 mmHg, Nadi 102x/menit Rr : 25 x/menit Suhu
36.0, Saturasi 98% Room Air
 Kenyamanan
DS : klien mengatakan tegang, klien mengatakan ini operasi yang pertama kali.
DO : akral dingin, wajah kline nampak tegang.
 Riwayat kesehatna yang lalu
Terdapat benjolan di sekitar anus sejak 4 tahun
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke poli dokter spesialis bedah tanggal 26-09-2023 dikarenakan ada
benjolan disekitar anus 4 tahun dan dirasa semakin sakit ketika duduk dan saat
setelah aktifitas, nyeri seperti di tusuk-tusuk. Kemudian klien dijadwalkan operasi
pada tanggal 03 Oktober 2023 jam 15.00 wib, sebelum di operasi klien diperiksa
oleh laboratorium dan radiologi.
3. Premedikasi yang diberikan

Terapi Pre Operasi Indikasi


Ceftriaxone 1x1 gr Pemberian Anti Biotik
IVFD Ringel Lactat 20 tpm Untuk kebutuhan cairan

4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi tanggal 26-09-2023 jam 16.00 Wib
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12.9 14-16 g/dL
Eritrosit 4.64 4,5-5,5 juta
Leukosit 8.600 5000-10000u/ll
Hematokrit 37.0 40-48%
Trombosit 408.000 150.000-500.000
Gds 120 <180 mg/dL
Masa perdarahan (Blood-T) 2’ Duke 1-3 menit
Ivy 1-6 menit
Masa pembekuan (Clothing-T) 12’ Lee&White 10-15 menit
Duke 2-6 menit
Foto Thorax tanggal 26-09-2023 jam 17.00 WIB
COR : Bentuk dan letak jantung normal

PULMO : Corakan vaskular tampak normal tank tampak bercak pada kedua
lapangan paru

Kesan:

COR tak tampak membesar


Pulmo tak tampak kelainan
5. Analasia Data

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Ansietas (D.0080) Kekhawatiran
Pasien mengatakan sering ke hal 180 mengalami
toilet sebelum masuk ke ruang kegagalan
operasi
DO :
 Pasien nampak tegang
 HR : 102 x/menit
 RR : 25 x/menit
 Akral dingin

6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di sertai
dengan pasien nampak tegang, frekuensi napas,nadi meningkat.
7. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan Luaran Keperawatan
1. Kategori : Luaran Utama : tingkat Intervensi pertama :
Psikologis ansietas (L.09093) hal 132 Terapi Relaksasi (I.09326)
Sub Kategori : Setelah dilakukan tindakan hal 436
Integritas Ego keperawatab selama 1x2 jam Observasi :
Ansietas di harapkan tingkat anastesi 1. Identifikasi
(D.0080) menurun dengan kriteria kesediaan,
berhubungan hasil : kemampuan dan
dengan 1. Frekuensi napas penggunaan teknik
kekhawatiran menurun sebelumnya
mengalami 2. Frekuensi nadi 2. Periksa ketegangan
kegagalan menurun otot, frekuensi nadi,
DS : 3. Pola berkemih tekanan darah, dan
Pasien membaik suhu sebelum dan
mengatakan sesudah latihan
sering ke toilet 3. Monitor respon
sebelum masuk terhadap terapi
ke ruang operasi relaksasi
DO : Terapeutik :
1. Pasien 1. Ciptakan
nampak lingkungan tenang
tegang dan tanpa gangguan
2. HR : 100 dengan
x/menit pencahayaan dan
3. RR : 25 suhu ruang
x/menit nyaman, jika
4. Akral memungkinkan
dingin 2. Gunakan pakaian
longgar
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis relaksasi
yang tersediia
2. Anjurkan
mengambil posisis
nyaman
3. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
4. Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
Intervensi Kedua:
Persiapan Pembedahan
(I.14573) hal 354
Observasi :
1. Monitor status
identifikasi kondisi
umum pasien
2. Monitor tekanan
darah, nadi,
pernapasan, suhu
tubuh, BB, EKG
Terapeutik :
1. Fasilitasi
pemeriksaan
penunjang
2. Puasakan minimal
6 jam sebelum
pembedahan
3. Bebaskan area kulit
yang akan dioperasi
dari rambut atau
bulu tubuh
4. Mandikan dengan
cairan antiseptik
minimal 1 jam
5. Pastikan
kelengkapan
dokumen-dokumen
preoperasi
Edukasi :
1. Jelaskan tentang
prosedur, waktu
dan lamanya
operasi
2. Jelasakan waktu
puasa dan
pemberian obat
premedikasi
3. Ajarkan cara
mandi dengan
antiseptik
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian obat
sebelum
pembedahan

8. Catatan Perawatan

Tanggal No. DK Implementasi Evaluasi


dan Jam.
03/10/2023 Ansietas (D.0080) 1. Melakukan S:
Jam 14.00 berhubungan pemeriksaan ttv dan Pasien mengatakan
dengan k/u sudah tidak deg-deg
kekhawatiran 2. Menggunakan baju an seperti awal
mengalami operasi yang masuk keruang
kegagalan longgrar operasi
3. Mempuasakan O:
pasien sebelum k/u sedang kes cm
operasi TD : 120/87 mmHg
4. Membersihakan HR : 97 x/menit
dan mencukur bulu RR: 24 x/menit
pubis dan Spo 98%
sekitarnya Th injeksi
5. Menjelaskan ceftriaxone sudah
prosedur dan waktu diberikan 1 jam
operasi sebelum pre operasi
6. Berkolaborasi A: masalah teratasi
pemberian obat pre P : intervensi di
operasi hentikan

B. Intra Operasi
1. Mulai anastesi : jam 15.00 Wib
a. Tim Anastesi
 Dokter anastesi : dr. Endah, Sp.An
 Asisten anastesi : zr. Winda
b. Jenis anastesi : Spinal
c. Obat-obatan
 Bufivacain 12.5 mg
 Protopen supp 2
d. Lama Operasi : 45 menit
e. Tim bedah
 Operator : dr.Wahyuni, Sp.B
 Asisten : br. Junaedi
 Instrument : br. Rozi
2. Persiapan di kamar operasi
a. Peralatan tidak steril terdiri dari meja instrrumen 1 dan 2, meja operasi, lampu
operasi, mesin suction, monitor, standar infuse, tempat sampah, penyambung
kabel, penyangga tangan dan kaki, troli untuk obat anastesi dan cairan infuse,
mesin cauter.
b. Peralatan steril terdiri dari tromol kassa, perlengkapan baju , set duk steril, dan
set peralatan operasi.

3. Persiapan pasien
a. Mengecek kelengkapan pasien (Informed consent, cairan infus pre op, foto
thorax, ekg, dan pemeriksaan laboratorium)
b. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus kamar operasi dan
mengenakan topi khush kamar operasi
c. Menanyakan pasien sudah puasa apa belum, mempunyai riwayat alerdi dan
penyakit penyerta.
d. Memindahkan pasien dari bed ruangan ke kamar operasi
e. Memasang elektroda ekg, tensi meter dan saturasi oksigen.
4. Analisa Data

No. Data Probelem etiologi


1. DS : Risiko Perdarahan Tindakan
- (D.0012)
Pembedahan
DO : Hal 42
 Pasien nampak tegang
 HR : 100x/menit
 RR : 25 x/menit
 TD : 110/87 mmHg
 Hemoglobin 12.9 g/dL
 Hemtokrit 37.0

5. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perdarahan (D.0012) ditandai dengan tindakan pembedahan

6. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


. keperawatan
1. Kategori : Fisiologis Luaran utama : Intervensi pertama:
Sub Kategori : Tingkat perdarahan Pencegahan Perdarahan
Sirkulasi (L.02017) hal 147 (I.02067) hal 283
Risiko Perdarahan Setelah dilakukan Observasi :
(D.0012) ditandai tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan
dengan tindakan selama 1x45 menit gejala perdarahan
pembedahan diharapkan tingkat 2. monitor tanda-tanda
DS : perdaarahan menurun vital ortostatik
- dengan kriteria hasil : Terapeutik :
 DO : 1. Hemoglobin 1. pertahankan bedrest
 Pasien membaik selama perdarahan
nampak 2. Hematokrit Edukasi :
tegang membaik 1. anjurkan segera
 HR : 3. Suhu tubuh melapor jika terjadi
100x/menit membaik perdarahan
 RR : 25 kolaborasi :
x/menit 1. kolaborasi
pemberian produk
 Hemoglobin
darah, jika perlu
12.9 g/dL
Intervensi kedua:
 Hemtokrit
Pemantauan tanda vital
37.0
(I.02060) hal 248
 Suhu : 36.0 Observasi :
1. Monitor tekanan
darah
2. Monitor nadi
3. Monitor pernapasan
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor oksimetri
nadi
Terapeutik :
1. Atur interval
pemantauan sesusai
kondisi pasien
2. Dokumentvasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

6. Catatan Perkembangan

Tanggal dan Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Jam keperawatan tangan
03/10/2023 Risiko 1. Melakukan S:
Perdarahan pemeriksaan -
Jam 16.00
(D.0012) ttv dan k/u O:
ditandai k/u sedang
dengan kes cm @Birgitta
tindakan TD: 110/78 Praniwi
pembedahan mmHg
HR : 90
x/menit
RR: 24
x/menit
Spo 99%
Akral dingin
Perdarahan
tidak ada
A: masalah
teratasi
P:
intervensi di
hentikan

C. POST OPERASI
Klien tiba di ruang Recovery Room pada tanggal 03/10/2023 jam 16.03 wib. Instruksi
di RR : posisi supine, pasang Oksigen 3 lpm nasal kanul, pantau TTV setiap 15 menit,
apabila tekanan darah turun dibawah 100 mmHg lapor, apabila muntah berikan
Ondancetron 4mg IV.
1. Pengkajian Khusus
Keadaan Umum : Lemah
TTV :TD : 115/73 mmHg, Nadi 98x/menit, RR : 23 x/menit, Suhu
36.0, Saturasi 99%
Kesadaran : compos mentis
Keadaan luka : luka terbalut dengan kasa
2. Therapi yang diberikan
IVFD Rl 20 tpm
Tramadol 1x 2amp drip RL
3. Kenyamanan
DS : klien mengatakan sudah terasa nyeri, kaki sudah bisa di gerakan, dan
nyeri seperti di sayat-sayat
DO : skala nyeri 7/10, pasien nampak menahan sakit
4. Analisa Data

No. Data Problem etiologi


1 DS : Nyeri Akut Agen pencedera fisik
P : mengeluh (D.0077) hal 172 ( prosedur operasi)
nyeri
Q : nyeri seperti
disayat-sayat
R : nyeri di bagian
anus
T : ketika
digerakan
DO :
S : Skala nyeri
7/10, pasien
nampak menahan
sakit, Nadi
98x/menit

5. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, skala nyeri 7/10, pasien napak
menahan sakit
6. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Kategori : Luaran utama : Intervensi pertama :
Psikologis tingkat nyeri Pemberian analgetik
Sub Kategori : menurun (L.08066) (I.08243) hal 251
Nyeri dan hal 145 Observasi :
Kenyamanan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Nyeri akut tindakan karakteristik nyeri
(D.0077) keperawatan selama 2. Identifikasi riwayat
berhubungan 1x4 jam diharapakan alergi
dengan agen tingkat nyeri 3. Identifikasi
pencedera fisik menurun dengan kesesuaian jenis
(prosedur kriteria hasil : analgesik dengan
operasi) 1. Keluhan tingkat keparahan
nyeri nyeri
menurun 4. Monitor tanda-tanda
2. Kesulitan vital sebelum dan
tidur sesudah pemberian
menurun analgetik
3. Frekuensi Edukasi :
nadi 1. Jelaskan efek terapi
membaik dan efek samping
4. Pola npas obat
membaik Kolaborasi :
5. Tekanan 1. Kolaborasi
darah pemberian dosis dan
membaik jenis analgetik, sesuai
6. Pola tidur indikasi
membaik Intervensi kedua:
Pemantauan nyeri (I.08242)
hal 246
Observasi :
1. Monitor faktor
pencetus dan pereda
nyeri
2. Monitor kualitas
nyeri
3. Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelasakan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

7. Catatan Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda Tangan


dan Keperawatan
Jam
03/10.2 Nyeri akut 1. Melakukan S:
pemeriksaan Pasien mengatakan
023 (D.0077)
ttv dan k/u perih
Jam berhubungan 2. Berkolaboras O:
i pemberian k/u sedang kes cm
20.00 dengan agen
obat TD: 124/80 mmHg
pencedera fisik analgetik HR : 89 x/menit
(prosedur RR: 22 x/menit @Birgitta
Spo 98%
operasi)
Skala nyeri 7/10 Praniwi
Pasien nampak
menahan sakit
Ivfd RL drip tramadol
2amp 20 tpm
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan diruang
perawatan
1. Monitor ttv dan
k/u
2. Kolaborasi
pemberian
terapai
analgetik

8. Penilaian kesadaran

No. Scale Bromage Nilai


1. Gerakan penuh dari tungkai 0
2 Tak mampu ekstensi tungkai +Q25 1
3 Tak mampu fleksi LuTUT 2
4 Tak mampu fleksi pergelangan kaki 3
Ket: jika jumlah Score ≤ 2 pasaien dapat dipindahakan keruangan
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. I DENGAN HERNIA INGUINALIS DEXTRA DI RUANG OPERASI
RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
BIRGITTA PRANIWI
231030230548

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2023
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. I DENGAN HERNIA INGUINALIS DEXTRA DI RUANG OPERASI
RUMAH SAKIT MELATI KOTA TANGERANG

A. PRE OPERASI
1. Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Sumur Pancing rt 003/009 Karawaci
Tanggal MRS : 04- Oktober- 2023
Tanggal Operasi : 04- Oktober- 2023
Tanggal pengkajian : 04- Oktober -2023
Indikasi : Hernia Inguinalis dextra
Tindakan Operasi : Herniadetomy
Lama Operasi : mulai jam 14.00 WIB s/d 15.00 WIB

2. Pengkajian Pre Operasi


 Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Gcs :E4V5M6
Ttv : TD 137/93 mmHg, Nadi 99 x/menit Rr : 25 x/menit Suhu 36.0,
Saturasi 98% Room Air
 Kenyamanan
DS : klien mengatakan tegang, klien mengatakan berapa lama operasi
DO : akral dingin, wajah kline nampak tegang dan gelisah
 Riwayat kesehatna yang lalu
Terdapat benjolan di sekitar selangkangan kanan sejak 2 tahun yang lalu
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke poli dokter spesialis bedah tanggal 02-10-2023 dikarenakan ada
benjolan disekitar selangkangan kanan sudah 2 tahun dan dirasa semakin sakit
ketika menjalani aktifitas dan benjolan semakin membesar, nyeri seperti di tusuk-
tusuk. Kemudian klien dijadwalkan operasi pada tanggal 04 Oktober 2023 jam
15.00 wib, sebelum di operasi klien diperiksa oleh laboratorium dan radiologi.

3. Premedikasi yang diberikan

Terapi Pre Operasi Indikasi


Ceftriaxone 1x1 gr Pemberian Anti Biotik
IVFD Ringel Lactat 20 tpm Untuk kebutuhan cairan

4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi tanggal 03-10-2023 jam 20.00 Wib
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.7 14-16 g/dL
Eritrosit 4.53 4,5-5,5 juta
Leukosit 11.200 5000-10000u/ll
Hematokrit 38.6 40-48%
Trombosit 269.000 150.000-500.000
Gds 94 <180 mg/dL
Masa perdarahan (Blood-T) 1.5’ Duke 1-3 menit
Ivy 1-6 menit
Masa pembekuan (Clothing-T) 11’ Lee&White 10-15 menit
Duke 2-6 menit
Foto Thorax tanggal 03-10-2023 jam 21.00 WIB
COR : Bentuk dan letak jantung normal

PULMO : Corakan vaskular tampak normal tank tampak bercak pada kedua
lapangan paru

Kesan:

COR tak tampak membesar


Pulmo tak tampak kelainan
5. Analisa Data

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Ansietas (D.0080) Kekhawatiran
Pasien mengatakan tegang, hal 180 mengalami
pasien mengatakan berapa lama kegagalan
operasinya
DO :
 Pasien nampak tegang
 HR : 99 x/menit
 RR : 25 x/menit
 TD : 137/93 mmHg
 Akral dingin
 Pasien nampak gelisah
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di sertai
dengan pasien nampak tegang, frekuensi napas,nadi meningkat.

7. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan Luaran Keperawatan
1. Kategori : Luaran Utama : tingkat ansietas Intervensi pertama :
Psikologis (L.09093) hal 132 Terapi Relaksasi
Sub Kategori : Setelah dilakukan tindakan (I.09326) hal 436
Integritas Ego keperawatan selama 1x2 jam di Observasi :
Ansietas harapkan tingkat anastesi 1. Identifikasi
(D.0080) menurun dengan kriteria hasil : kesediaan,
berhubungan 1. Frekuensi napas menurun kemampuan dan
dengan 2. Frekuensi nadi menurun penggunaan
kekhawatiran teknik
mengalami sebelumnya
kegagalan 2. Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah,
dan suhu sebelum
dan sesudah
latihan
3. Monitor respon
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
1. Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
2. Gunakan pakaian
longgar
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis
relaksasi yang
tersediia
2. Anjurkan
mengambil
posisis nyaman
3. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
4. Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
Intervensi Kedua:
Persiapan Pembedahan
(I.14573) hal 354
Observasi :
1. Monitor status
identifikasi kondisi
umum pasien
2. Monitor tekanan
darah, nadi,
pernapasan, suhu
tubuh, BB, EKG
Terapeutik :
1. Fasilitasi
pemeriksaan
penunjang
2. Puasakan minimal
6 jam sebelum
pembedahan
3. Bebaskan area
kulit yang akan
dioperasi dari
rambut atau bulu
tubuh
4. Mandikan dengan
cairan antiseptik
minimal 1 jam
5. Pastikan
kelengkapan
dokumen-
dokumen
preoperasi
Edukasi :
1. Jelaskan tentang
prosedur, waktu
dan lamanya
operasi
2. Jelasakan waktu
puasa dan
pemberian obat
premedikasi
3. Ajarkan cara
mandi dengan
antiseptik
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian obat
sebelum
pembedahan

8. Catatan Keperawatan

Tanggal No. DK Implementasi Evaluasi Tanda


dan Jam. Tangan
05/10/202 Ansietas 1. Melakukan S:
3 (D.0080) pemeriksaan ttv Pasien
Jam 13.00 berhubungan dan k/u mengatakan
dengan 2. Menggunakan baju sudah tidak
kekhawatiran operasi yang deg-deg an
mengalami longgrar seperti awal @Birgitta
kegagalan 3. Mempuasakan masuk Praniwi
pasien sebelum keruang
operasi operasi
4. Membersihakan O:
dan mencukur bulu k/u sedang
pubis dan kes cm
sekitarnya TD : 120/87
5. Menjelaskan mmHg
prosedur dan waktu HR : 97
operasi x/menit
6. Berkolaborasi RR: 24
pemberian obat pre x/menit
operasi Spo 98%
Th injeksi
ceftriaxone
sudah
diberikan 1
jam sebelum
pre operasi
A: masalah
teratasi
P : intervensi
di hentikan

B. POST OPERASI
Klien tiba di ruang Recovery Room pada tanggal 04/10/2023 jam 14.00 wib. Instruksi di
RR : posisi supine, pasang Oksigen 3 lpm nasal kanul, pantau TTV setiap 15 menit,
apabila tekanan darah turun dibawah 100 mmHg lapor, apabila muntah berikan
Ondancetron 4mg IV.
1. Pengkajian Khusus
Keadaan Umum : Lemah
TTV :TD : 124/80mmHg, Nadi 90x/menit, RR : 23 x/menit, Suhu
36.0, Saturasi 99%
Kesadaran : compos mentis
Keadaan luka : luka terbalut dengan kasa
2. Therapi yang diberikan
IVFD Rl 20 tpm
Tramadol 1x 2amp drip RL
3. Kenyamanan
DS : klien mengatakan sudah terasa nyeri, kak
i sudah bisa di gerakan, dan nyeri seperti di sayat-sayat
DO : skala nyeri 7/10, pasien nampak menahan sakit

4. Analisa Data

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Nyeri akut Agen pencedera
P :klien mengatakan sudah (D.0077) hal 172 fisik (Prosedur
terasa nyeri Operasi)
Q : seperti di sayat-sayat,
R : nyeri di bagian perut
bawah
T : ketika miring kanan-kiri
DO :
S : skala nyeri 7/10
Pasien nampak menahan sakit
TD 124/80 mmHg
Nadi 90 x/menit
5. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan skala nyeri 7/10 pasien nampak menahan sakit, pasien mengluh
nyeri.

6. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Kategori : Luaran utama : tingkat nyeri Intervensi pertama :
Psikologis menurun (L.08066) hal 145 Pemberian analgetik
Sub Kategori : Setelah dilakukan tindakan (I.08243) hal 251
Nyeri dan keperawatan selama 1x4 Observasi :
Kenyamanan jam diharapakan tingkat 1. Identifikasi
Nyeri akut nyeri menurun dengan karakteristik nyeri
(D.0077) kriteria hasil : 2. Identifikasi riwayat
berhubungan 1. Keluhan nyeri alergi
dengan agen menurun 3. Identifikasi
pencedera fisik 2. Kesulitan tidur kesesuaian jenis
(prosedur menurun analgesik dengan
operasi) 3. Frekuensi nadi tingkat keparahan
membaik nyeri
4. Pola npas 4. Monitor tanda-tanda
membaik vital sebelum dan
5. Tekanan darah sesudah pemberian
membaik analgetik
Edukasi :
1. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgetik, sesuai
indikasi
Intervensi kedua:
Pemantauan nyeri
(I.08242) hal 246
Observasi :
1. Monitor faktor
pencetus dan pereda
nyeri
2. Monitor kualitas
nyeri
3. Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelasakan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

7. Catatan Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda tangan


dan Jam keperawatan
04/10/2023 Nyeri akut (a) Melakukan S:
pemeriksaan ttv Pasien
Jam 20.00 (D.0077)
dan k/u mengatakan
berhubungan (b) Berkolaborasi perih
pemberian obat O:
dengan agen
analgetik k/u sedang kes
@Birgitta
pencedera cm
TD: 124/80 Praniwi
fisik
mmHg
(prosedur HR : 89
x/menit
operasi)
RR: 22 x/menit
Spo 98%
Skala nyeri
7/10
Pasien nampak
menahan sakit
Ivfd RL drip
tramadol 2amp
20 tpm
A: masalah
belum teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
diruang
perawatan
1. Monitor ttv
dan k/u
2. Kolaborasi
pemberian
terapai
analgetik

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA AN. A DENGAN TUMOR MAMAE DEXTRA DI RUANG OPERASI RUMAH
SAKIT MELATI KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Oleh:
BIRGITTA PRANIWI
231030230548

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2023

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA AN. A DENGAN TUMOR MAMAE DEXTRA DI RUANG OPERASI RUMAH
SAKIT MELATI KOTA TANGERANG

A. PRE OPERASI
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Raya Merdeka Gg. Karang Mulya rt 03/07 Karawaci
Tanggal MRS : 10- Oktober- 2023
Tanggal Operasi : 10- Oktober- 2023
Tanggal pengkajian : 10- Oktober -2023
Indikasi : Tumor Mamae Dextra
Tindakan Operasi : Ekserpasi Biopsi
Lama Operasi : mulai jam 15.00 WIB s/d 15.30 WIB

2. Pengkajian Pre Operasi


 Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Gcs :E4V5M6
Ttv : TD 128/70 mmHg, Nadi 100 x/menit Rr : 25 x/menit Suhu
36.0, Saturasi 97% Room Air
 Kenyamanan
DS : klien mengatakan takut di operasi
DO : akral dingin, wajah kline nampak tegang dan gelisah
 Riwayat kesehatan yang lalu
Terdapat benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun yang lalu
 Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke poli dokter spesialis bedah tanggal 08-10-2023 dikarenakan ada
benjolan di payudara kanan sudah 1 tahun dan dirasa semakin sakit dan membuat
tidak nyaman dan benjolan semakin membesar, nyeri seperti di tusuk-tusuk.
Kemudian klien dijadwalkan operasi pada tanggal 10 Oktober 2023 jam 15.00
wib, sebelum di operasi klien diperiksa oleh laboratorium dan radiologi.

3. Premedikasi yang diberikan

Terapi Pre Operasi Indikasi


Ceftriaxone 1x1 gr Pemberian Anti Biotik
IVFD Ringel Lactat 20 tpm Untuk kebutuhan cairan

4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi tanggal 06-10-2023 jam 15.30 Wib
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.9 14-16 g/dL
Eritrosit 4.94 4,5-5,5 juta
Leukosit 8400 5000-10000u/ll
Hematokrit 39.6 40-48%
Trombosit 288.000 150.000-500.000
Gds 89 <180 mg/dL
Masa perdarahan (Blood-T) 2’ Duke 1-3 menit
Ivy 1-6 menit
Masa pembekuan (Clothing-T) 11’ Lee&White 10-15 menit
Duke 2-6 menit
Foto Thorax tanggal 06-10-2023 jam 16.00 WIB
COR : Bentuk dan letak jantung normal

PULMO : Corakan vaskular tampak normal tank tampak bercak pada kedua
lapangan paru

Kesan:

COR tak tampak membesar


Pulmo tak tampak kelainan
5. Analisa Data

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Ansietas (D.0080) Kekhawatiran
Pasien mengatakan takut hal 180 mengalami
dioperasi kegagalan
DO :
 Pasien nampak tegang
 HR : 100 x/menit
 RR : 25 x/menit
 TD : 128/70 mmHg
 Akral dingin
 Pasien nampak gelisah

6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan di sertai
dengan pasien nampak tegang, frekuensi napas,nadi meningkat.

7. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan Luaran Keperawatan
1. Kategori : Luaran Utama : tingkat ansietas Intervensi pertama :
Psikologis (L.09093) hal 132 Terapi Relaksasi
Sub Kategori : Setelah dilakukan tindakan (I.09326) hal 436
Integritas Ego keperawatan selama 1x2 jam di Observasi :
Ansietas harapkan tingkat anastesi 4. Identifikasi
(D.0080) menurun dengan kriteria hasil : kesediaan,
berhubungan 3. Frekuensi napas menurun kemampuan dan
dengan 4. Frekuensi nadi menurun penggunaan
kekhawatiran teknik
mengalami sebelumnya
kegagalan 5. Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah,
dan suhu sebelum
dan sesudah
latihan
6. Monitor respon
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
3. Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
4. Gunakan pakaian
longgar
Edukasi :
5. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis
relaksasi yang
tersediia
6. Anjurkan
mengambil
posisis nyaman
7. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
8. Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi
Intervensi Kedua:
Persiapan Pembedahan
(I.14573) hal 354
Observasi :
3. Monitor status
identifikasi kondisi
umum pasien
4. Monitor tekanan
darah, nadi,
pernapasan, suhu
tubuh, BB, EKG
Terapeutik :
6. Fasilitasi
pemeriksaan
penunjang
7. Puasakan minimal
6 jam sebelum
pembedahan
8. Bebaskan area
kulit yang akan
dioperasi dari
rambut atau bulu
tubuh
9. Mandikan dengan
cairan antiseptik
minimal 1 jam
10. Pastikan
kelengkapan
dokumen-
dokumen
preoperasi
Edukasi :
4. Jelaskan tentang
prosedur, waktu
dan lamanya
operasi
5. Jelasakan waktu
puasa dan
pemberian obat
premedikasi
6. Ajarkan cara
mandi dengan
antiseptik
Kolaborasi :
2. Kolaborasi
pemberian obat
sebelum
pembedahan

8. Catatan Keperawatan

Tanggal No. DK Implementasi Evaluasi Tanda


dan Jam. Tangan
10/10/202 Ansietas 7. Melakukan S:
3 (D.0080) pemeriksaan ttv Pasien
Jam 15.00 berhubungan dan k/u mengatakan
dengan 8. Menggunakan baju sudah tidak
kekhawatiran operasi yang deg-deg an
mengalami longgrar seperti awal @Birgitta
kegagalan 9. Mempuasakan masuk Praniwi
pasien sebelum keruang
operasi operasi
10. Membersihakan O:
dan mencukur bulu k/u sedang
pubis dan kes cm
sekitarnya TD : 120/87
11. Menjelaskan mmHg
prosedur dan waktu HR : 97
operasi x/menit
12. Berkolaborasi RR: 24
pemberian obat pre x/menit
operasi Spo 98%
Th injeksi
ceftriaxone
sudah
diberikan 1
jam sebelum
pre operasi
A: masalah
teratasi
P : intervensi
di hentikan

B. Intra Operasi
1. Mulai anastesi : jam 14.50 Wib
a. Tim Anastesi
 Dokter anastesi : dr. Endah, Sp.An
 Asisten anastesi : zr. Winda
b. Jenis anastesi : TIVA
c. Obat-obatan
 Propofol
 Phetidine
d. Lama Operasi : 30 menit
e. Tim bedah
 Operator : dr.Wahyuni, Sp.B
 Asisten : br.Bogi
 Instrument : br. Rozi
2. Persiapan di kamar operasi
a. Peralatan tidak steril terdiri dari meja instrrumen 1 dan 2, meja operasi, lampu
operasi, monitor, standar infuse, tempat sampah, penyambung kabel, troli
untuk obat anastesi dan cairan infuse, mesin cauter.
b. Peralatan steril terdiri dari tromol kassa, perlengkapan baju , set duk steril, dan
set peralatan operasi.
3. Persiapan pasien
a. Mengecek kelengkapan pasien (Informed consent, cairan infus pre op, foto
thorax, dan pemeriksaan laboratorium)
b. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus kamar operasi dan
mengenakan topi khush kamar operasi
c. Menanyakan pasien sudah puasa apa belum, mempunyai riwayat alerdi dan
penyakit penyerta.
d. Memindahkan pasien dari bed ruangan ke kamar operasi
e. Memasang elektroda ekg, tensi meter dan saturasi oksigen.
4. Analisa Data

No. Data Probelem etiologi


1 DS : Risiko Tindakan
- Perdarahan
. Pembedahan
DO : (D.0012)
 Pasien nampak Hal 42
tegang
 HR : 100x/menit
 RR : 25 x/menit
 TD : 109/80 mmHg
 Hemoglobin
13.9g/dL
 Hemtokrit 39.6

5. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perdarahan (D.0012) ditandai dengan tindakan pembedahan

6. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
1. Kategori : Luaran utama : Tingkat Intervensi pertama:
Fisiologis perdarahan (L.02017) Pencegahan Perdarahan
Sub Kategori : hal 147 (I.02067) hal 283
Sirkulasi Setelah dilakukan Observasi :
Risiko tindakan keperawatan 3. Monitor tanda dan
Perdarahan selama 1x45 menit gejala perdarahan
(D.0012) diharapkan tingkat 4. monitor tanda-tanda
ditandai perdaarahan menurun vital ortostatik
dengan dengan kriteria hasil : Terapeutik :
tindakan 4. Hemoglobin 2. pertahankan bedrest
pembedahan membaik selama perdarahan
5. Hematokrit Edukasi :
membaik 2. anjurkan segera
6. Suhu tubuh melapor jika terjadi
membaik perdarahan
kolaborasi :
2. kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu
Intervensi kedua:
Pemantauan tanda vital
(I.02060) hal 248
Observasi :
7. Monitor tekanan
darah
8. Monitor nadi
9. Monitor pernapasan
10. Monitor suhu tubuh
11. Monitor oksimetri
nadi
Terapeutik :
3. Atur interval
pemantauan sesusai
kondisi pasien
4. Dokumentvasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
2. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

7. Catatan Perkembangan

Tanggal dan Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Jam keperawatan tangan
10/10/2023 Risiko 2. Melakukan S:
Perdarahan pemeriksaan -
Jam 15.30
(D.0012) ttv dan k/u O:
ditandai k/u sedang
dengan kes cm @Birgitta
tindakan TD: 120/86 Praniwi
pembedahan mmHg
HR : 97
x/menit
RR: 24
x/menit
Spo 99%
Akral dingin
Perdarahan
tidak ada
A: masalah
teratasi
P:
intervensi di
hentikan

C. POST OPERASI
Klien tiba di ruang Recovery Room pada tanggal 10/10/2023 jam 15.32 wib. Instruksi di
RR : posisi supine, pantau TTV setiap 15 menit, apabila tekanan darah turun dibawah
100 mmHg lapor, apabila muntah berikan Ondancetron 4mg IV.
1. Pengkajian Khusus
Keadaan Umum : Lemah
TTV :TD : 120/67mmHg, Nadi 90x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu
36.2, Saturasi 99%
Kesadaran : compos mentis
Keadaan luka : luka terbalut dengan kasa
2. Therapi yang diberikan
IVFD Rl 20 tpm
Tramadol 1x 2amp drip RL
3. Kenyamanan
DS : klien mengatakan sudah terasa nyeri, dan nyeri seperti di sayat-sayat
DO : skala nyeri 7/10, pasien nampak menahan sakit
4. Analisa Data

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Nyeri akut Agen pencedera
P : klien mengatakan sudah (D.0077) hal 172 fisik (Prosedur
terasa nyeri Operasi)
Q : seperti di sayat-sayat
5. R : di dada sebelah kanan
DO :
S : skala nyeri 7/10
Pasien nampak menahan sakit
TD 120/67 mmHg
Nadi 90 x/menit
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
ditandai dengan skala nyeri 7/10 pasien nampak menahan sakit, pasien mengluh nyeri.

6. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Kategori : Luaran utama : tingkat nyeri Intervensi pertama :
Psikologis menurun (L.08066) hal 145 Pemberian analgetik
Sub Kategori : Setelah dilakukan tindakan (I.08243) hal 251
Nyeri dan keperawatan selama 1x4 Observasi :
Kenyamanan jam diharapakan tingkat 5. Identifikasi
Nyeri akut nyeri menurun dengan karakteristik nyeri
(D.0077) kriteria hasil : 6. Identifikasi riwayat
berhubungan 6. Keluhan nyeri alergi
dengan agen menurun 7. Identifikasi
pencedera fisik 7. Kesulitan tidur kesesuaian jenis
(prosedur menurun analgesik dengan
operasi) 8. Frekuensi nadi tingkat keparahan
membaik nyeri
9. Pola npas 8. Monitor tanda-tanda
membaik vital sebelum dan
10. Tekanan darah sesudah pemberian
membaik analgetik
Edukasi :
2. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgetik, sesuai
indikasi
Intervensi kedua:
Pemantauan nyeri
(I.08242) hal 246
Observasi :
6. Monitor faktor
pencetus dan pereda
nyeri
7. Monitor kualitas
nyeri
8. Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
9. Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
10. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik :
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
kondisi pasien
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
3. Jelasakan tujuan dan
prosedur
pemantauan
4. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

7. Catatan Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda tangan


dan Jam keperawatan
10/10/2023 Nyeri akut (a) Melakukan S:
pemeriksaan Pasien
Jam 20.00 (D.0077)
ttv dan k/u mengatakan
berhubungan (b) Berkolaborasi perih
dengan agen pemberian obat O :
analgetik k/u sedang kes
pencedera @Birgitta
cm
fisik TD: 118/90 Praniwi
mmHg
(prosedur
HR : 89
operasi) x/menit
RR: 22 x/menit
Spo 98%
Skala nyeri
7/10
Pasien nampak
menahan sakit
Ivfd RL drip
tramadol 2amp
20 tpm
A: masalah
belum teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
diruang
perawatan
1. Monitor ttv
dan k/u
2. Kolaborasi
pemberian
terapai
analgetik

Anda mungkin juga menyukai