Anda di halaman 1dari 18

Fistula ani

Definisi
Fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di
sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina)
Etiologi
• Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi
tidak semua abses menjadi fistula).
• Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena
infeksi dari kelenjar anus (cyptoglandular).
Epidemiologi
1. Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40
tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang.
2. Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.
3. Fistula ani juga dapat terjadi pada kondisi inflamasi
berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel
Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit
crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan
infeksi lain pada daerah ano-rektal.]
4. Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena
fistula ani jarang sembuh spontan.
5. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk
cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien
dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan)
Klasifikasi
Selain fistula simple, Parks membagi fistulaani menjadi 4 :
1. Intersphinteric fistula -> Berawal dalam ruang di
antara muskulus sfingter eksterna dan interna ->
bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula -> Berawal dalam ruang di
antara muskulus sfingter eksterna dan interna ->
melewati muskulus sfingter eksterna -> bermuara
sepanjang satu atau dua inchi di luar lubang anus ->
membentuk huruf ‘U’ dalam tubuh, dengan lubang
eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula
horseshoe)
Klasifikasi
3. Suprasphinteric fistula : Berawal dari ruangan
diantara m. sfingter eksterna, dan interna -> membelah
ke atas muskulus pubrektalis -> turun di antara
puborektal dan m.levator ani -> muncul satu atau dua
inchi di luar anus.
4. Ekstrasphinteric fistula -> Berawal dari rektum atau
colon sigmoid dan memanjang ke bawah -> melewati
muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus.
Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal,
abses diverticular, atau Crohn’s Disease.
Intersphincter Transsphincter Suprasphincter Extrasphincter
Patofisiologi
Penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari
kelenjar anus (cyptoglandular)

Sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter

Membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar


kelenjar anus di garis kripte

Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar

Proses peradangan yang meluas sampai perineum,


anus atau seluruhnya membentuk abses perianal

Fistula
Anamnesis
• Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan
batuk.
• Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
• Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
• Gatal sekitar anus dan lubang fistula.
• Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
• Demam, dan tanda tanda umum infeksi.
• Riwayat abses anorectal
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
• Dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau
teraba fistula di bawah permukaan
• Muara eksterna : papul kemerahan, pus, dapat berupa
jaringan granulasi/sikatriks
• Ditekan : keluar sekret serosanguinolen/purulen
Palpasi/colok dubur bimanual
• Fistel teraba seperti tali
• Muara interna : cekungan keras, atau tonjolan jaringan
pada dinding kanalis analis
Pemeriksaan penunjang
1. Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan
internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan
gambaran X- ray oblik untuk melihat jalur fistula.
2. Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan
transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk
membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter
dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon
membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa
ekstensi suprasfingter.
3. MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula
kompleks, untuk memperbaiki rekurensi.
Pemeriksaan penunjang
4. CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien
dengan penyakit crohn atau irritable bowel syndrome
yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi.
Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral
dan rektal.
5. Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat
mendeteksi penyakit inflamasi usus.
6. Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme
sfingter berguna pada pasien tertentu seperti pada
pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau
pada fistula kompleks berulang yang mengenai
sphincter ani.
Diagnosis banding
1. Hidranitis supurativa: Merupakan radang kelenjar
keringat apokrin yang membentuk fistula multiple
subkutan.Predileksi di perineum, perianal, ketiak dan
tidak meluas ke struktur yang lebih dalam.
2. Sinus pilonidalis:Terdapat di lipatan sakrokoksigeal,
berasal dari rambut dorsal tulang koksigeus/ ujung os
sacrum. Gesekan rambut, peradangan dan infeksi akut
sampai abses dan terbentuk fistel setelah abses pecah.
3. Fistel proktitis: Fistel proktitis dapat terjadi pada
morbus Crohn, tbc, amubiasis, infeksi jamur, dan
divertikulitis. Kadang disebabkan benda asing atau
trauma.
Penatalaksanaan
• Terapi Konservatif medikamentosa, pemberian
1. Analgetik
2. Antipiretik
3. Profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah
fistula rekuren.
Penatalaksanaan
Terapi pembedahan:
• Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke
lubang kulit, dibiarkan terbuka. Dianjurkan sedapat mungkin
dilakukan fistulotomi.
• Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi
keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi terbaik
pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
• Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula.
Terdapat dua macam Seton, cutting Seton, dimana benang
Seton ditarik secara gradual untuk memotong otot sphincter
secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton
ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan
ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
Penatalaksanaan
• Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding
usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar.
• Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula
Plug/AFP) ke dalam saluran fistula yang merangsang
jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan
fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana,
tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka
panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.
Komplikasi
• Dapat menyebabkan kekambuhan atau berulangnya
fistula ani
- Operasi yang tidak memadai
- Muara interna/primer tidak diangkat
- Adanya kolateral yang tidak diketahui
- Kesalahan diagnosis
- Perawatan pasca operasi tidak adekuat

• Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk


inkontenensia usus
Pencegahan
• Hindari seks anal
• Jangan memasukkan benda asing ke dalam anus

Anda mungkin juga menyukai