Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS FISTULA PERIANAL


DI RUANG TERATAI
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Oleh :

BANGKIT ISNA NABILA


230104007

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DEWASA PROFESI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2023/2024
A. PENGERTIAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) fistula perianal adalah saluran tipis, tubuler,
fibrosa yang meluas ke dalam saluran anal dari lubang yang terletak disamping anus.
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal
atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. Fistula ani adalah Luka bernanah
/ borok sulit sembuh disamping anus. Fistula ani atau Fistel paraanal adalah saluran
yang menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Sering teraba menyerupai pipa/saluran
yang mengeras. Saluran ini terbentuk mulai dari dalam anus (anorektal) menembus
keluar bokong (perineum).
Fistula perianal/fistula ani disebut juga fistula in ano yang merupakan sebuah
hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit
perianal. Hubungan ini berupa sebuah traktus yang terbentuk oleh jaringan granulasi.
Bukaan primernya terletak pada kanalis anal dan bukaan sekundernya terletak pada
kulit perianalis. Bukaan sekundernya dapat multiple yang berasal dari satu bukaan
primer saja.
Fistula adalah hubungan yang abnormal antara suatu saluran dengan saluran
lain, atau antara suatu saluran dengan dunia luar melalui kulit. Yang pertama disebut
fistula interen dan yang kedua fistula eksteren. Fistula anorektal atau fistula ani adalah
terowongan abnormal dari anus atau rektum, biasanya menuju ke kulit di dekat anus,
tapi bisa juga ke organ lainnya seperti vagina.
Apabila tidak ditutup secara permanen dengan tindakan bedah, fistula akan
tetap terbuka sehingga dapat terinfeksi ulang dari anal aau rectum yang berakibat
terbentuknya pus terus menerus. Traktus yang terbentuk oleh abses, dapat juga tidak
berhubungan dengan anal atau rectum dan secara definisi disebut sebagai sinus, bukan
fistula.
Fistula perianal adalah komunikasi abnormal antara anus dengan kulit perianal.
Kelenjar pada kanalis analis terletak pada linea dentate menyediakan jalur organism
yang menginfeksi untuk dapat mencapai ruang intramuscular.
Fistula perianal sering terjadi pada laki-laki berumur 20-40 tahun,berkisar 1-3
kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses ( tapi tidak
semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula.
Insiden dan epidemiologi fistula perianal dipelajari antara penduduk kota Helsinki
selama periode 10 tahun, 1969-1978. Kejadian rata-rata per 100.000 penduduk adalah
12,3% untuk pria dan 5,6% untuk perempuan.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan fistula berasal dari kelenjar dalam didinding anus atau rectum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal.
Terdapat sekitr 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi fistula perianal.
Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui. Organisme yang biasanya
terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichiacoli, Enterococcus sp dan
Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita dengan penyakit Chohn,
tuberculosis, devertikulitis, kanker atau cedera anus maupun rectum, aktinomikosis dan
infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula
yang menghubungkan rectum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar x,
kanker, penyakit Crohn dan cedera pada ibu selama proses persalinan.
C. PATHWAYS

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fistulografi - Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
2. Ultrasound endoanal atau endorektal - Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke
dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter
dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding
rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter. Modalitas ini tidak digunakan secara
luas untuk evaluasi klinis fistula.
3. MRI → MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi.
4. CT- Scan → CT Scan memerlukan administrasi kontras oral dan rektal
5. Barium Enema → untuk fistula multiple dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.
6. Anal Manometri :Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien
tertentu.
• Menurunkan observasi nada sewaktu evaluasi preoperative
• Riwayat fistulotomi sebelumnya.
• Riwayat trauma obstetric
• Fistula transfingterik/ suprasfingterik tinggi (jka diketahui) Jika menurun,
bagian operasi pada beberapa portio sfingter harus dielakkan.

E. PENATALAKSANAAN
Berbagai pilihan perawatan tersedia, tetapi tidak ada yang sukses secara
universal atau tanpa risiko.12 Prinsip utama untuk manajemen fistula anal dijelaskan
oleh SNAP akronim, yang merupakan singkatan dari sepsis, nutrisi, anatomi, dan
prosedur
1. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan hampir selalu diperlukan untuk menyembuhkan fistula anal. Operasi
dilakukan oleh ahli bedah usus besar dan dubur. Tujuan dari operasi adalah
keseimbanganantara menyingkirkan fistula sekaligus melindungi otot sfingter anal,
yang dapat menyebabkan inkontinensia jika rusak.Fistula di mana tidak ada atau
sedikit otot sfingter yang terlibat diobati dengan fistulotomi. Dalam prosedur ini,
kulit dan otot di atas terowongan dipotong terbuka untukmengubahnya dari
terowongan menjadi alur terbuka. Ini memungkinkan saluran fistula untuk sembuh
dari bawah ke atas.Dalam kasus fistula yang lebih kompleks, ahli bedah mungkin
harus memasang saluran khusus yang disebut seton, yang tetap terpasang selama
setidaknya 6 minggu. Setelah seton ditempatkan, operasi kedua hampir selalu
dilakukan:
• fistulotomi, adalah pembagian jaringan superfisial dan dengan demikian
membuka jalur fistula. Ini adalah metode yang paling efektif menangani fistula
dan merupakan pengobatan standar untuk fistula submukosa (rendah) karena
tidak ada risiko kontinensia dan kekambuhan rendah (0-2%)
• fistulektomi, jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka
• Advance flap (fistula ditutupi dengan penutup, atau sepotong jaringan, diambil
dari rektum, seperti pintu trap)
• Prosedur pengangkatan (kulit di atas fistula dibuka, otot sfingter direntangkan,
dan fistula diikat).
• Seton adalah benang sederhana yang ditempatkan melalui jalur fistula anal dan
diikat untuk membentuk cincin kontinu antara internal dan bukaan eksternal.
Aplikasi utama adalah pada fistula trans-sphincteric tinggi, di mana pembagian
lebih dari sepertiga dari otot sphincter anal berisiko inkontinensia. Seton
mempertahankan patensi jalur fistula, memungkinkan drainase, dan mencegah
perkembangan sepsis perianal. Benangbiasanya merupakan jahitan yang tidak
dapat diserap atau selempang vaskular. Penempatan seton pengeringan biasanya
merupakan langkah pertama dalam mengobati fistula kompleks. Ini mengurangi
peradangan, memungkinkan pembentukan jalur yang terbentuk dengan baik dan
menentukan anatomi fistula
• Lem fibrin adalah kombinasi dari fibrinogen, trombin, dan kalsium dalam
matriks, yang disuntikkan ke jalur fistula sambil pasien berada di bawah anestesi
umum. Ini menyembuhkan fistula dengan menginduksi pembentukan gumpalan
di dalam trek dankemudian mendorong pertumbuhan serat kolagen dan jaringan
sehat.
• Steker fistula biologis dibuat dari mukosa usus kecil babi. Ini tahan terhadap
infeksi, tidak menyebabkan a reaksi benda asing, dan mendorong sel inang
untuk mengisinya dan akhirnya mengisi jalur fistula.
• Prosedur pengangkatan, dimana sayatan kulit dibuat antara sfingter anal internal
dan eksternal; jalur fistula terkena dalam ruang intersphincteric dan kemudian
diikat dan dibagi
2. Penatalaksanaan Non-Medis
• Pre-Operasi
Nyeri pada daerah anus; teknik relaksasi
Menjaga personal hygiene dan perinial hygiene
• Post-Operasi
Rendam duduk(sitz bath) dapat diberikan dalam bath tub tiga atau empat kali
sehari, atau unit rendah duduk plastik dapat juga digunakan.rendam duduk harus
dilakukan setelah setiap defekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah
pembedahan
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Risiko Konstipasi
3. Resiko Infeksi

G. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) MANAJEMEN NYERI
Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Kriteria Hasil Tujuan - Identifikasi skala nyeri
Keluhan Nyeri 5 - Identifikasi respons nyeri
Meringis 5 non verbal
Gelisah 5 - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
Keterangan : memperingan nyeri
1 : Meningkat - Identifikasi pengetahuan
2 : Cukup Meningkat dan keyakinan tentang
3 : Sedang nyeri
4 : Cukup Menurun - Identifikasi pengaruh
5 : Menurun budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgenik

Terapeutik
- Berikan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
Risiko Konstipasi Eliminasi Fekal (L.04033) PENCEGAHAN KONSTIPASI
Setelah dilakukan tindakan (I.04160)
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan Eliminasi - Identifikasi faktor resiko
Fekal membaik dengan konstipasi (mis. Asupan
kriteria hasil : serat tidak adekuat, asupan
Kriteria Hasil Tujuan cairan tidak adekuat,
Konsistensi 5 aganglionik, kelemahan
feses otot abdomen, aktifitas fisik
Frekuensi 5 kurang)
defekasi - Monitor tanda dan gejala
Peristaltik usus 5 konstipasi (mis. Defekasi
kurang 2 kali seminggu,
Keterangan : defeksi lama/sulit, fases
1 : Memburuk keras, peristatik menurun)
2 : Cukup Memburuk - Identifikasi status kognitif
3 : Sedang untuk mengkomunikasikan
4 : Cukup membaik kebutuhan
5 : Membaik
- Identifikasi penggunaan
obat-obatan yang
menyebabkan konstipasi

Terapeutik
- Batasi minum yang
mengandung kafein dan
alcohol
- Jadwalkan rutinitas BAK
- Lakukan masase abdomen
- Berikan terapi akupresur

Edukasi
- Jelaskan penyebab dan
faktor risiko konstipasi
- Anjurkan minum air putih
sesuai kebutuhan (1500-
2000 mL/hari)
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan berserat (25-30
gram/hari)
- Anjurkan meningkatkan
aktivitas fisik sesuai
kebutuhan
- Anjurkan berjalan 15-20
menit 1-2 kali/hari
- Anjurkan berjongkok untuk
memfasilitasi proses BAB
Resiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) PENCEGAHAN INFEKSI
Setelah dilakukan tindakan (I.14539)
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan tingkat - Monitor tanda dan gejala
Infeksi menurun dengan Infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil : Terapeutik
Kriteria Hasil Tujuan - Batasi jumlah pengunjung
Demam 5 - Berikan perawatan kulit
Kemerahan 5 pada area edema
Nyeri 5 - Cuci tangan sebelum dan
Bengkak 5 sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
Keterangan: pasien
1 : Meningkat Edukasi
2 : Cukup Meningkat - Jelaskan tanda dan gejala
3 : Sedang insfeksi
4 : Cukup Menurun - Ajarkan cara mencuci
5 : Menurun tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atu luka oprasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
H. DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Penerbit Media


Aesculapuis FKUI. Jakarta.

Smeltzer Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta.

https://www.researchgate.net/publication/343350189_Anal_Fistula_-
_Basics_and_Management

Anda mungkin juga menyukai