Anda di halaman 1dari 17

“FISTULA ANI”

Disusun Oleh : Kelompok I (Satu)


1. A. Jumadi 1. Gustina P.M
2. Andi Rizky Syaputra 2. Hernita
3. Asfariansyah F.I 3. I Gede Krisnawan
4. Bayu Septa Perdana 4. Imam W.P
5. Deti Henzelina 5. Metri Karlina
6. Donna Oktora 6. Mirda P.S
7. Eddy Suryanto 7. Nining Nuraningsih
8. Febriyanti Melinda

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADYAH PALEMBANG
“FISTULA ANI ”

Pengertian
Fistula ani adalah terbentuknya saluran
kecil yang memanjang dari anus sampai
bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses
sampai anus atau daerah perianal.
Anatomi Fistula Ani
 Etiologi
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi
dari kelenjar anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di
dalam ruang intersphinteric. Diawali kelenjar anus terinfeksi,
sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses ini
kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar
kelenjar anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk
keluar dari kelenjar tersebut akan mengakibatkan proses pe­
radangan yang meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya,
yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian
menjadi fistula.
 Manifestasi Klinik/gejala
◦ Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :
◦ Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
◦ Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
◦ Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
◦ Gatal sekitar anus dan lubang fistula.
◦ Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
◦ Demam, dan tanda tanda umum infeksi.

 Fatofisiologi
Fistula ani merupakan abses anorektal tahap akhir yang telah
terdrainase dan membentuk traktus. Kanalis anal mempunyai 6-14
kelenjar kecil yang terproyeksi melalui sfingter internal dan mengalir
menuju kripta pada linea dentata. Kelenjar dapat terinfeksi dan
menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu,
terperangkap juga feces dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini
juga dapat terjadi setelah trauma, pengeluaran feces yang keras, atau
proses inflamasi. Apabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal,
maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingterik. Abses lama
kelamaan akan menghasilkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula,
 Pemeriksaan Penunjang
◦ Fistulografi, yaitu memasukkan alat ke dalam lubang/fistel
untuk mengetahui keadaan luka.
◦ Pemeriksaan harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk
menentukan adanya penyakit di rektum seperti karsinoma
atau proktitis tbc, amuba, atau morbus Crohn.
◦ Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal,
diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray
oblik untuk melihat jalur fistula.
◦ Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser
7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.
Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding
rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
◦ MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
◦ CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang
memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada
umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi langsung setelah operasi
atau tertunda. Komplikasi yang dapat langsung
terjadi antara lain:
◦ Perdarahan
◦ Impaksi fecal
◦ Hemorrhoid

 Prognosis
Prognosis dari penyakit ini sangat baik setelah
sumber infeksi dan fistula teridentifikasi. Fistula akan
menetap bila tidak didrainase dengan benar. Dengan
tindakan yang tepat dan mengikuti anjuran , maka
prognosis dari fistula ani baik. Komplikasi pun dapat
terhindarkan.
 Penatalaksanaan
◦ Terapi Konservatif Medikamentosa dengan
pemberian anal­getik, antipiretik serta profilaksis
antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula
rekuren.
◦ Terapi pembedahan :
 Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai
ke lubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per
sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin
dilakukan fistulotomi.
 Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi
keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi
terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
 Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran
fistula. Terdapat dua macam Seton, cutting Seton,
dimana benang Seton ditarik secara
 Lanjutan Terapi pembehadan
 Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding
usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar.
 Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula
Plug/AFP) ke dalam saluran fistula yang merangsang
jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan
fibrin glue memang tampak menarik karena

 Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat
pulang pada hari yang sama setelah operasi.
Namun pada fistula kompleks mungkin
membutuhkan rawat inap beberapa hari.
Diagnosa keperawatan
Pre Operasi:
 Nyeri pada daerah perianal berhubungan dengan adanya luka pada

perianal.
 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang

mungkin terkontaminasi.
 Kecemasan berhubungan dengan physiologi faktor akibat proses

peradangan.
 Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan

tindakan yang akan didapatnya.


Post operasi:
 Nyeri area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi.

 Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare berhubungan efek

anestesi, pemasukan cairan yang tidak adekuat.


 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan risiko prosedur invasive,

luka yang mungkin terkontaminasi.


Intervensi
Nyeri berhubungan dengan adanya luka pada perianal
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil: klien menunjukkan toleransi terhadap nyeri, klien
mengungkapkan nyeri berkurang.

Intervensi:
 Kaji frekuensi dan intensitas nyeri dengan skala 1 – 10.
 Rasional: perubahan karakteristik nyeri mengidikasikan adanya

perkembangan kearah komplikasi.


 Perhatikan tanda-tanda nonverbal seperti; takut bergerak, kegelisahan.
 Rasional: bahasa tubuh/perilaku nonverbal dapat digunakan sebagai data

yang menunjukkan adanya rasa nyeri/tak nyaman.


 Kaji faktor-faktor yang mengganggu atau meningkatkan nyeri.

 Rasional: keadaan stress dapat meningkatkan rasa nyeri.


 Berikan posisi yang nyaman (telungkup, miring), aktivitas pengalihan

perhatian
 Rasional: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
 Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.
 Rasional: Analgetik membantu mengurangi nyeri.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang
mungkin terkontaminasi.
Tujuan: infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas normal (peningkatan suhu
tidak terjadi), leukosit normal
Intervensi :
 Kaji area luka, catat adanya penambahan luas luka,

karakteristik cairan yang keluar dari luka.


Rasional: adanya pus mengindikasikan adanya infeksi
 Monitor tanda-tanda vital, peningkatan suhu tubuh.

Rasional: peningkatan suhu mengindikasikan adanya proses


infeksi.
 Rawat luka dengan prinsip aseptik.

Rasional: luka pada klien adalah luka kotor, prinsip aseptik


mencegah terjadinya infeksi tambahan.
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

Rasional: antibiotik membantu menghambat terjadinya infeksi.


Kecemasan berhubungan dengan faktor fisiologi akibat proses
peradangan.
Tujuan: kecemasan berkurang
Kriteria hasil: ekspresi wajah klien tenang, mengungkapkan
kesadarannya akan perasaan cemasnya.
Intervensi :
 Bina hubungan saling percaya.

Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar dari komunikasi


therapeutik.
 Perhatikan  perubahan perilaku klien, kegelisahan, tak ada kontak

mata, tampak kurang tidur.


Rasional: indikator peningkatan stress/kecemasan.
 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, berikan feedback.

Rasional: membina hubungan therapeutik.


 Ciptakan ketenangan dan lingkungan yang nyaman.

Rasional: membantu meningkatkan relaxasi, mengurangi kecemasan.


 Kolaborasi untuk pemberian sedativa, seperti barbiturat, anti

anxietas seperti, diazepam.


Rasional: sedativa/anti anxietas membantu mengurangi kecemasan
dan membantu istirahat.
Post operasi
Nyeri pada area operasi berhubungan dengan adanya  eksisi luka operasi.
Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil: ekspresi wajah klien rileks, cukup istirahat, mengungkapkan
nyeri berkurang /dapat ditahan.
Intervensi:
 Kaji lokasi, intensitas nyeri dengan skala 0 – 10, faktor yang mempengaruhi

dan Perhatikan tanda-tanda nonverbal.


Rasional: membantu menentukan intervensi selanjutnya.
 Monitor tanda-tanda vital

Rasional: perubahan tanda-tanda vital, peningkatan tekanan darah, nadi dan


pernafasan bisa diakibatkan karena nyeri.
 Kaji area luka operasi, adanya edema, hematoma atau inflamasi.

Rasional: pembengkakan, inflamasi dapat menyebabkan meningkatnya nyeri.


 Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang, ajarkan tehnik

relaksasi, pengalihan perhatian.


Rasional: membantu mengurangi dan mengontrol rasa nyeri.
 Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.

Rasional: analgesik membantu mengurangi nyeri.


Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare
berhubungan dengan efek anestesi, pemasukan
cairan yang tidak adekuat.
Tujuan: pola eliminasi kembali berfungsi normal.
Intervensi:
 Auskultasi bising usus.

Rasional: adanya suara bising usus yang abnormal,


merupakan tanda adanya komplikasi.
 Anjurkan makanan/minuman yang tidak

mengiritasi.
Rasional: menurunkan resiko iritasi mukosa.
 Kolaborasi medik untuk pemberian glyserin

suppositoria.
Rasional: membantu melunakkan feses.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive, luka
yang mungkin terkontaminasi.
Tujuan: tidak terjadi infeksi, luka sembuh tanpa komplikasi.
Intervensi:
 Kaji area luka operasi, observasi luka, karakteristik drainage, adanya

inflamasi.
Rasional: penambahan infeksi dapat mengambat proses penyembuhan.
 Monitor tanda-tanda vital, temperatur, respirasi, nadi.

Rasional: peningkatan temperatur, pernapasan, nadi merupakan indikasi


adanya proses infeksi.
 Rawat area luka dengan prinsip aseptik. Jaga balutan kering.

Rasional: menjaga pasien dari infeksi silang selama penggantian balutan.


 Kolaborasi untuk pemeriksaan cultur dari sekret/drainage, kedua dari

tengah dan pinggir luka.


Rasional: dengan mengetahui adanya organisme akan menentukan
pemberian antibiotik.
 Berikan antibiotik sesuai pesan medik.

Rasional: antibiotik mencegah dan melawan infeksi


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai