Pengertian
Fistula ani adalah terbentuknya saluran
kecil yang memanjang dari anus sampai
bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses
sampai anus atau daerah perianal.
Anatomi Fistula Ani
Etiologi
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi
dari kelenjar anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di
dalam ruang intersphinteric. Diawali kelenjar anus terinfeksi,
sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses ini
kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar
kelenjar anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk
keluar dari kelenjar tersebut akan mengakibatkan proses pe
radangan yang meluas sampai perineum, anus atau seluruhnya,
yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian
menjadi fistula.
Manifestasi Klinik/gejala
◦ Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :
◦ Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
◦ Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
◦ Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
◦ Gatal sekitar anus dan lubang fistula.
◦ Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
◦ Demam, dan tanda tanda umum infeksi.
Fatofisiologi
Fistula ani merupakan abses anorektal tahap akhir yang telah
terdrainase dan membentuk traktus. Kanalis anal mempunyai 6-14
kelenjar kecil yang terproyeksi melalui sfingter internal dan mengalir
menuju kripta pada linea dentata. Kelenjar dapat terinfeksi dan
menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu,
terperangkap juga feces dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini
juga dapat terjadi setelah trauma, pengeluaran feces yang keras, atau
proses inflamasi. Apabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal,
maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingterik. Abses lama
kelamaan akan menghasilkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula,
Pemeriksaan Penunjang
◦ Fistulografi, yaitu memasukkan alat ke dalam lubang/fistel
untuk mengetahui keadaan luka.
◦ Pemeriksaan harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk
menentukan adanya penyakit di rektum seperti karsinoma
atau proktitis tbc, amuba, atau morbus Crohn.
◦ Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal,
diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray
oblik untuk melihat jalur fistula.
◦ Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser
7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.
Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding
rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
◦ MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
◦ CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang
memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada
umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi langsung setelah operasi
atau tertunda. Komplikasi yang dapat langsung
terjadi antara lain:
◦ Perdarahan
◦ Impaksi fecal
◦ Hemorrhoid
Prognosis
Prognosis dari penyakit ini sangat baik setelah
sumber infeksi dan fistula teridentifikasi. Fistula akan
menetap bila tidak didrainase dengan benar. Dengan
tindakan yang tepat dan mengikuti anjuran , maka
prognosis dari fistula ani baik. Komplikasi pun dapat
terhindarkan.
Penatalaksanaan
◦ Terapi Konservatif Medikamentosa dengan
pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis
antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula
rekuren.
◦ Terapi pembedahan :
Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai
ke lubang kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per
sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin
dilakukan fistulotomi.
Fistulektomi: Jaringan granulasi harus di eksisi
keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi
terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.
Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran
fistula. Terdapat dua macam Seton, cutting Seton,
dimana benang Seton ditarik secara
Lanjutan Terapi pembehadan
Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding
usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu besar.
Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula
Plug/AFP) ke dalam saluran fistula yang merangsang
jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan
fibrin glue memang tampak menarik karena
Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat
pulang pada hari yang sama setelah operasi.
Namun pada fistula kompleks mungkin
membutuhkan rawat inap beberapa hari.
Diagnosa keperawatan
Pre Operasi:
Nyeri pada daerah perianal berhubungan dengan adanya luka pada
perianal.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang
mungkin terkontaminasi.
Kecemasan berhubungan dengan physiologi faktor akibat proses
peradangan.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan
Intervensi:
Kaji frekuensi dan intensitas nyeri dengan skala 1 – 10.
Rasional: perubahan karakteristik nyeri mengidikasikan adanya
perhatian
Rasional: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.
Rasional: Analgetik membantu mengurangi nyeri.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang
mungkin terkontaminasi.
Tujuan: infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas normal (peningkatan suhu
tidak terjadi), leukosit normal
Intervensi :
Kaji area luka, catat adanya penambahan luas luka,
mengiritasi.
Rasional: menurunkan resiko iritasi mukosa.
Kolaborasi medik untuk pemberian glyserin
suppositoria.
Rasional: membantu melunakkan feses.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive, luka
yang mungkin terkontaminasi.
Tujuan: tidak terjadi infeksi, luka sembuh tanpa komplikasi.
Intervensi:
Kaji area luka operasi, observasi luka, karakteristik drainage, adanya
inflamasi.
Rasional: penambahan infeksi dapat mengambat proses penyembuhan.
Monitor tanda-tanda vital, temperatur, respirasi, nadi.