Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KOMUNITAS DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
interest yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal
di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau
lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang
saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat
atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan
dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah
tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan
tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri
dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.Komunitas
sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal,
mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya.Sebagian akhir tujuan
pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri
menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2007).

6
7

B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi,
social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia
(Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika
profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2007).

Poltekkes Kemenkes Palembang


8

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu


institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga
(Elisabeth, 2007).
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas.Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2009).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri.Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada (Mubarak, 2005).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
a) Individu sebagai klien

Poltekkes Kemenkes Palembang


9

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spiritual.Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
b) Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi
dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki
Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan
nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,
2007).
c) Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas
bersama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah suatu
penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).

Poltekkes Kemenkes Palembang


10

b. Proses kelompok (Group Process)


Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan
dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial
atau pengembangan masyarakat.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang
relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat
(community development) (Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada.Hal ini memberikan pengertian perlunya
upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Poltekkes Kemenkes Palembang


11

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau


pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-
upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi
masyarakat (Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran
ini terdiri dari :
1) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual.Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat
pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis,
rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri.
3) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


12

C. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (Provider Of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
skeperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama
perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.
Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama
evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan dicontoh oleh masyarakat.

Poltekkes Kemenkes Palembang


13

4. Sebagai pembela (Client Advocate)


Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas.Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak,
2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,
ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat
proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah

Poltekkes Kemenkes Palembang


14

sakit.Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah


mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan
pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji
motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative,
menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan
membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien
untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

Poltekkes Kemenkes Palembang


15

11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care


Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. KONSEP MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung disuga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi,
2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi dampak
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Efendi,
1998).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah
menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM).Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan
Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.Program

Poltekkes Kemenkes Palembang


16

Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus


2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas:
1. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
2. Mencuci tangan pakai sabun.
3. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
4. Mengelola sampah dengan benar.
5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Poltekkes Kemenkes Palembang


17

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun


1992, terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamanan limbah padat atau sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca
bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan. Batasan ini
mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau
perangsangan.Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini
terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan
dalam dua kategori (Wawan, 2010), yaitu:
1. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
2. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja
membawa manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok

Poltekkes Kemenkes Palembang


18

kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja


berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

E. SEJARAH PUSKESMAS SIMPANG PERIUK


UPTD Puskesmas Simpang Periuk terletak di Kelurahan Tanah
Periuk Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Puskesmas ini terletak di
pinggir jalan Lintas Sumatera, berada di persimpangan jalan yang
menuju Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Muara Beliti
Kabupaten Musi Rawas dengan letak yang sangan strategis ini
Puskesmas Simpang Periuk mudah di jangkau oleh masyarakat.

UPTD Puskesmas Simpang Periuk dahuluny adalah sebuah balai


mengobatan kemudian meningkat satutsnya menjadi Puskesmas
pembantu dari Puskesmas Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas,
kemudian pada tahun 1994 statusnya meningkat lagi menjadi
Puskesmas induk sampai dengan sekarang. Pada tahun 2006
Puskesmas Simpang Periuk berkembang lagi menjadi Puskesmas
Perawatan dan Pelayanan Unit Gawat Darurat 24 jam.

Pada tanggal 8 September 2011 melalui peraturan Kota


Lubuklinggau No. 25 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPTD pada Dinas Kesehatan Lubuklinggau, Puskesmas Simpang
Periuk secara resmi menjadi salah satu UPTD dari Dinas Kesehatan
Lubuklinggau.

Saat ini puskesmas Simpang Periuk mempunyai didukung oleh 2


(dua) Puskesmas Pembantu dan 9 (sembilan) Poskuler.

Puskesmas Simpang Periuk sudah mengalami beberapa kali


pergantian pimpinan, yaitu :

Tabel 1. Pimpinan yang pernah di Puskesmas Simpang Periuk

NO NAMA TAHUN

1 dr. Santa Maria Tahun 2010 - 2015

2 dr. Juarsah Tahun 2016 - 2020

F. VISI DAN MISI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK

Poltekkes Kemenkes Palembang


19

1. VISI
 Penggerak Pembangunan Kesehatan Menuju Masyarakat Sehat
Secara Mandiri dan Berkeadilan dengan Kualitas Pelayanan yang
Komprehensif dan Prima serta di Dukung oleh Tenaga yang
Profesional.
2. MISI
 Memberikan Pelayanan dengan sistem 5 S ( Senyum, Sapa, Salam,
Sopan dan Santun
 Memberikan Pelayanan yang Cepat dan Rasional
 Menggalang Kerja Sama antar Lintas Sektoral
 Pembinaan Peran Masyarakat dalam Bidang Kesehatan
3. MOTTO
 Kesehatan Anda Tujuan Kami, Kepuasaan Anda Kebanggan Kami

4. JANJI PELAYANAN
Memberikan pelayanan prima secara tulus dan sesungguh-sungguhnya
dengan :

- Kesederhanaan - Kejelasan dan Kepastian


- Keamanan - Keterbukaan
- Efisiensi - Ekonomis
- Keadilan yang Merata - Serta Ketepatan Waktu

G. LETAK GEOGRAFI
Puskesmas Simpang Periuk mempunyai wilayah kerja seluas 3726.8 Km 2
yang meliputi 1 ( satu ) kecamatan, yaitu Kecamatan Lubuklinggau Selatan II.

Wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk di Kecamatan Lubuklinggau


Selatan II meliputi 9 ( sembilan ) Kelurahan :

a. Kelurahan Tanah Periuk


b. Kelurahan Simpang Periuk
c. Kelurahan Siring Agung

Poltekkes Kemenkes Palembang


20

d. Kelurahan Eka Marga


e. Kelurahan Karang Ketuan
f. Kelurahan Marga Mulya
g. Kelurahan Marga Rahayu
h. Kelurahan Taba Pingin
i. Kelurahan Moneng Sepati
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Simpang Periuk berbatasan dengan :
a) Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Megang dan
Puskesmas Citra Medika.
b) Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Muara Beliti
(Kab. Musi Rawas)
c) Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Waras,
Puskesmas Citra Medika dan Puskesmas
Muara Beliti (Kab. Musi Rawas)
d) Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Petanang dan
Puskesmas Megang

Kondisi Demografi dan Geografi :

1. Penyebaran Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kecamatan Lubuklinggau Selatan II
berdasarkan estimasi berjumlah 27.065 jiwa dengan kepadatan
penduduk perkilometer persegi sebesar 7 Km2 . Kepadatan
tertinggi ada di Kelurahan Marga Mulya 31 Km2, Kelurahan Marga
Mulya 31 Km2, Kelurahan Simpang Periuk 25 Km2, Kelurahan
Tanah Periuk 25 Km2, Kelurahan Marga Rahayu 22 Km2,
sedangkan kepadatan terendah di Kelurahan Taba Pingin 2 Km2.

Poltekkes Kemenkes Palembang


21

Tabel.1. Luas Wilayah, Jumlah KK, Jumlah Penduduk, Rata-rata Jiwa


Km2 dan Rata-rata Jiwa/KK berdasarkan Kecamatan Lubuklinggau
Selatan II tahun 2016.
N0 Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Rata-rata Kepadatan
Wilayah penduduk Rumah Jiwa/ Penduduk
(km2) Tangga Rumah Per- Km2
Tangga
1 Taba Pingin 1768,75 3.252 864 3,76 1,84
2 Moneng 506,25 1.082 279 3,88 2,14
Sepati
3 Marga Rahayu 212,00 4.613 1.147 4,02 2176
4 Marga Mulya 126,00 3.900 968 4,03 30,95
5 Tanah periuk 170,75 4.220 1.144 3,69 24,71
6 Simpang 124,75 3.160 826 3,83 25,33
periuk
7 Siring Agung 177,40 2.945 721 4,08 16,60
8 Eka Marga 349,06 2.332 645 3,62 5,35
9 Karang 291,87 1.561 410 3,81 5,35
Ketuan
JUMLAH 3.726,80 27.065 7.004 3,86 7

2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


Distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Kecamatan Lubuklinggau Selatan II tahun 2016. Kelompok
umur0-4 Tahun adalah kelompok umur dengan jumlah tertinggi
yaitu sebanyak 3.319 jiwa, sedangkan kelompok umur 70-75 tahun
dengan jumlah terkecil sebanyak 418 jiwa. Dapat disimpulkan
bahwa jumlah tertinggi berada pada kelompok bayi dan balita.
Melihat data yang ada di harapkan perhatian pelayanan kesehatan
terhadap bayi dan balita dapat lebih ditingkatkan.

Tabel.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok


Umur Tahun 2016

Poltekkes Kemenkes Palembang


22

Jumlah Penduduk
No Kelompok Laki- Perempuan Laki-laki Rasio
Umur laki + jenis
(Tahun) perempuan kelamin
1 2 3 4 5 6

1 0-4 1.707 1.612 3.319 105,89


2 5-9 1.198 1.343 2.541 89,20
3 10-14 1.212 1.176 2.388 103,06
4 15-19 1.217 1.170 2.387 104,02
5 20-24 1.169 1.105 2.274 105,79
6 25-29 1.156 1.084 2.240 106,64
7 30-34 1.118 1.029 2.147 108,65
8 35-39 1.013 943 1.956 107,42
9 40-44 850 918 1.768 92,59
10 45-49 922 887 1.809 103,95
11 50-54 645 701 1.346 92,01
12 55-59 622 505 1.127 123,17
13 60-64 400 350 750 114,29
14 65-69 316 279 595 113,26
15 70-75 220 198 418 111,11
Jumlah 13.765 13.300 27.065 103,50
Angka Beban Tanggungan (Dependency 52
Ratio)

3. Mata Pencaharian
Berdasarkan keadaan Sosial Ekonomi, mata pencaharian
penduduk diwilayah kerja UPTD Puskesmas Simpang Periuk
diantaranya :
a. Pegawai
b. Pensiunan
c. Petani
d. Pedagang
e. Buruh
f. Tenaga kerja lepas pada sektor informasi

● Wilayah kerjanya terdiri dari dataran tinggi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


23

H. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN


Dalam rangka meningkatkan derajat kesehtan masyarakat di
wilayah kerjanya, UPTD Puskesmas Simpang Periuk memiliki
upaya kesehatan wajib, upaya pengembangan dan upaya kesehtan
penunjang. Dari upaya kesehatan tersebut ada beberapa yang
menjadi program unggulan, dari Puskesmas Simpang Periuk.

Enam Upaya Kesehatan Wajib UPTD Puskesmas tersebut Simpang


Periuk :

1. Promosi Kesehatan (Promkes)


2. Kesehatan Lingkungan / Sanitasi
3. Kesehatan Ibu dan Anak/ Keluarga Berencana
4. Peningkatan Gizi Masyarakat
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan

Upaya kesehatan pengembangan UPTD Puskesmas Simpang


Periuk:
1. UGD
2. Rawat Inap
3. Kesehatan Lansia
4. MTBS
5. STIDTK
6. UKS
7. PKPR
8. UKGS
9. Kesehatan Jiwa
10. Kesehatan Mata
11. Pengobatan Tradisional
12. Program Anak Khusus
13. Kesehatan Haji

Upaya kesehatan penunjang UPTD Puskesmas Simpang Periuk :

1. Laboratorium dasar
2. SP2TP

Poltekkes Kemenkes Palembang


24

Fasilitas yang disediakan di Puskesmas Simpang Periuk ini adalah sbb :

1. Klinik Pelayanan Kesehatan Ibu (KIA/KB)


Kegiatan yang dilakukan di klinik ini meliputi pelayanan kebidanan
terhadap Ibu Hamil (Bumil), Ibu Bersalin (Bulin), Ibu yang telah bersalin
(Bufas), dan Ibu menyusui (Busui).

Untuk kegiatan KB, Puskesmas Perumnas melayani kebutuhan


masyarakat dalam hal KB berupa IUD, Implant, Pil, Suntikan, dan Kondom.
Klinik ini dalam pelaksanaannya dilayani oleh tiga orang bidan terlatih.

2. Klinik Pelayanan Kesehatan Umum (BP Umum)


Klinik ini melayani pengobatan umum bagi pasien dewasa, yaitu pasien
usia lebih dari 6 tahun. Pengobatan dilakukan terhadap pasien umum, askes,
jamsoskes maupun pasien gakin (jamkesmas). Disamping itu, klinik BP ini
juga melayani tindakan kegawatdaruratan dan rujukan pasien dari unit-unit
fungsional lainnya yang tidak dapat ditangani di puskesmas maupun terhadap
pasien-pasien dengan kasus penyakit kronik yang sudah berobat rutin di
rumah sakit. Namun, sebelum dilakukan rujukan, klinik BP dewasa juga akan
melakukan perbaikan keadaan umum pasien, baik kasus gawat darurat umum
maupun yang lainnya.

Klinik pelyanan kesehatan umum juga melayani pembuatan keur (surat


keterangan sehat), baik untuk kesehatan haji maupun untuk kepentingan
melamar pekerjaan dan masuk sekolah. Di klinik ini dilayani pula pengobatan
terhadap penderita TB Paru dan Kusta selain penyakit lainnya.

Pada pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh seorang dokter umum,


yang dibantu oleh tiga orang perawat terlatih.

3. Klinik Pelayanan Kesehatan Anak (Klinik MTBS)

Klinik MTBS ini melayani pasien anak, yaitu usia 0-5 tahun. Pada
pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh Bidan terlatih. karena keterbatasan
rungan ruang MTBS dan KIA dijadikan satu. Klinik ini mulai dikembangkan
sistem Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk anak usia 2 bulan

Poltekkes Kemenkes Palembang


25

sampai 5 tahun dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk anak
usia 0-2 bulan . Dengan sistem MTBS dan MTBM ini, penatalaksanaan
terhadap anak sakit dilakukan secara komprehensif, tidak hanya terfokus pada
keluhan sakit anak, namun juga dilakukan pemantauan terhadap status gizi,
riwayat kelahiran, riwayat/pola makan dan riwayat imunisasinya. Dengan
demikian, apabila pada anak sakit ini terdapat permasalahan gizi dan atau
imunisasi, atau penyakitnya berbasis lingkungan, maka akan dilakukan
rujukan ke klinik gilinganmas, disamping pengobatan (kuratif). Disamping
itu, pada klinik MTBS ini juga akan senantiasa dilakukan penyuluhan sesuai
dengan permasalahan anak.

Disamping pengobatan, klinik MTBS juga melakukan pemantauan


terhadap tumbuh kembang anak usia 0-60 bulan melalui upaya Stimulasi,
Intervensi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Pada kegiatan ini,
dilakukan deteksi dini , stimulasi terhadap kasus dengan gangguan tumbuh
kembang. Kemudian juga dilakukan intervensi dengan kasus gangguan
tumbuh kembang dan rujukan kasus dengan gangguan tumbuh kembang
tersebut.

4. Klinik Pelayanan Kesehatan Gigi (BP Gigi)

Klinik ini melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi seluruh lapisan
masyarakat yang membutuhkannya terutama pengobatan dasar seperti
pencabutan dan penambalan gigi.

Dalam pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh seorang Dokter Gigi dan
dibantu oleh para perawat gigi yang berpengalaman dan terlatih.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menuju Visi Puskesmas


Simpang Periuk Sebagai Pusat Pelayanan Prima dan Kristal. Puskesmas
Simpang Periuk melaksanakan kegiatan UKGS bagi anak sekolah di sekolah-
sekolah dan UKGMD bagi masyarakat umum terutama balita dan ibu hamil
di posyandu-posyandu. UKGS dan UKGMD dilaksanakan 3 kali setahun.

Poltekkes Kemenkes Palembang


26

5. Gilinganmas (Gizi, Lingkungan dan Imunisasi)

Klinik ini melayani :

a. Konsultasi Gizi
Melayani konsultasi Gizi Masyarakat dan Gizi Perorangan, baik di
dalam maupun di luar gedung. Untuk kegiatan dalam gedung,
klinik gilinganmas menerima pasien dari klinik MTBS, KIA
ataupun BP Umum yang mengalami permasalahan gizi.

b. Imunisasi
Melayani Imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak, TT
Bumil/Caten.

c. Konsultasi Kesehatan Lingkungan (Sanitasi)


Memberikan konsultasi mengenai kesehatan dan kebersihan
lingkungan Rumah Sehat, Jamban Sehat, Sarana Air Bersih,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

6. Laboratorium

Melayani pemeriksaan laboratorium sederhana seperti darah rutin, urin


rutin, reduksi, protein urin, test kehamilan, HB, golongan darah dan BTA
sputum. Khusus untuk pemeriksaan BTA sputum, di Puskesmas Perumnas
petugas hanya membuat preparatnya saja, sedangkan pembacaan hasilnya
dilakukan oleh puskesmas lain yang telah ditunjuk. Pelayanan dilakukan
setiap hari bagi pasien yang membutuhkan.

7. Penyuluhan Kesehatan

Dilakukan pada perorangan ataupun perkelompok, baik dilaksanakan di


Puskesmas, sekolah ataupun di tempat lain yang membutuhkan.

Pelayanan ini akan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga penyuluh yang


menguasai materi yang dibahas.

8. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Poltekkes Kemenkes Palembang


27

Puskesma Perumnas khusus melayani pelayanan kesehatan terhadap


pasien pra lansia (usia 45- 50 tahun) dan pasien lansia (usia lebih dari 50
tahun).. Pelayanan kesehatan ini dilakukan dengan mengutamakan pasien
lansia, baik di loket pendaftaran, tempat pemeriksaan kesehatan yang
terpisah, maupun pelayanan di apotek. Hal ini bertujuan agar pasien lansia
tidak lama menunggu/mengantri, mengingat keterbatasan fisik dan psikis
pasien-pasien tersebut.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap pasien lansia adalah


pemeriksaan antropometri (BB, TB, Lingkar pinggang), tekanan darah, Hb,
gula darah, reduksi protein, disamping pemeriksaan terhadap keluhannya
(penyakit). Setiap pasien akan mendapat Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut
(KMS lansia). KMS ini bertujuan untuk memantau kesehatan pasien lansia
secara berkesinambungan. Disamping itu, juga selalu dilakukan penyuluhan
terhadap permasalahan kesehatan lansia maupun penyakitnya.

Pada pelaksanaannya, pelayanan kesehatan lansia ini dilakukan oleh


perawat terampil yang telah mendapat pelatihan khusus kesehatan lansia.
Namun, apabila terdapat kasus yang tidak dapat ditangani, maka pasien
tersebut akan dikonsulkan dengan dokter.

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanannya, puskesmas santun usia


lanjut juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap pasien
lansia melalui posyandu lansia. Pada saat ini Puskesmas Perumnas telah
memiliki 13 posyandu lansia, yang terdapat di masing-masing kelurahan.
Kegiatan Posyandu Lansia yang dilaksanakan sebulan sekali ini meliputi
pemeriksaan kesehatan berkala, pengobatan, , pengajian, penyuluhan
kesehatan dan senam lansia. Kegiatan di posyandu lansia ini dilakukan oleh
kader dan petugas dari Puskesmas.

9. Klinik Kesehatan Reproduksi (Kespro)


Klinik Kesehatan Reproduksi (Kespro) merupakan salah satu program
puskesmaPerumnas yang khusus memberikan perhatian terhadap

Poltekkes Kemenkes Palembang


28

permasalahan kesehatan reproduksi di wilayah kerja Puskesmas Simpang


Periuk Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidan terlatih.

Pelayanan kesehatan reroduksi dilaksanakan di dalam maupun di luar


gedung Puskesmas. Kegiatan di dalam gedung meliputi pemeriksaan dan
pengobatan terhadap pasien dengan permasalahan reproduksinya, baik
terhadap kespro remaja, wanita usia subur dan pasien lansia. Setelah itu, akan
dilakukan pencatatan/register secara terpisah terhadap pasien kespro,
sehingga dapat diketahui pola kesakitan atau permasalahan kespro di setiap
kelompok usia. Pelayanan kesehatan reproduksi di dalam gedung dilakukan
di unit KIA karena masih keterbatasannya ruang. Disamping itu, juga akan
dilakukan penyuluhan terhadap pasien tersebut. Khusus terhadap pasien
kespro wus (wanita usia subur), dilakukan konseling/penyuluhan terhadap
pasangannya. Sedangkan, kegiatan kespro yang dilakukan di luar gedung
meliputi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di sekolah, yang biasanya
bersamaan dengan penyuluhan napza, dan skrining permasalahan kespro
remaja di sekolah.

10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Program PKPR ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang komprehensif terhadap remaja, yaitu masyarakat berusia 10-19 tahun.
Program ini dilaksanakan di dalam maupun di luar gedung. Kegiatan di dalam
gedung meliputi pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan status khusus
remaja, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif, bukan hanya terfokus pada penyakitnya, namun juga pada
riwayat pubertas, perkembangan mental, riwayat merokok, memakai napza
dan lain sebagainya. Setelah itu, pasien remaja akan diberikan konseling
sesuai dengan penyakit dan permasalahan kesehatan lain yang ditemui pada
saat itu, dan terakhir diberikan obat. Karena keterbatasan ruang kegiatan
dalam gedung dilakukan di ruang KIA dan Poli Umum.

Sedangkan kegiatan PKPR di luar gedung, meliputi penyuluhan tentang


kesehatan reproduksi, napza dan merokok. Disamping itu, juga diadakan
kegiatan survei permasalahan perilaku remaja.

Poltekkes Kemenkes Palembang


29

Untuk meningkatkan peran serta remaja dalam bidang kesehatan, maka


di setiap sekolah diadakan pelatihan kader kesehatan remaja (peer conselor).
Peer conselor ini diharapkan akan mampu mempromosikan perilaku hidup
bersih dan sehat di tatanan sekolah dan mampu memberikan pertolongan
pertama terhadap permasalahan kesehatan yang terjadi di sekolahnya.

11. Lain-Lain

Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya,


Puskesmas Simpang Periuk melakukan kegiatan-kegiatan secara jemput bola.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah Posyandu Balita di 13
Posyandu, Posyandu Lansia di 13 Posyandu, UKS/UKGS di SD/MI dan SMP
yang berada dalam Wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk, UKGMD di
13 Posyandu serta melakukan kunjungan ke rumah pasien bagi pasien-pasien
yang membutuhkannya.

F. Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis
sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam

Poltekkes Kemenkes Palembang


30

tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,


pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:
a) Sanders Interactional Framework
Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model ini juga
dikenal sebagai model tiga dimensi dengan komponen pengkajian:
a. Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)
b. Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)
c. Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)
b) Kliens interactional framework
1) Masyarakat sebagai system social
a) Pola komunikasi
b) Pengambilan keputusan
c) Hubungan dengan system lain
d) Batas wilayah
2) Penduduk dan lingkungannya
a. Karakter penduduk (demografi)
b. Faktor lingkungan, biologi dan social
c. Lingkungan psikis (nilai-2, agama, kepercayaan)
c) Community assessment wheel (community as client model)
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan
data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)
1) Community core (data inti)
Aspek yang dikaji:
1. Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas
2. Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status
perkawinan
3. Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan
4. Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama
2) Phisical environment pada komunitas

Poltekkes Kemenkes Palembang


31

Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian lingkungan


dilakukan dengan metode winshield survey atau survey dgn
mengelilingi wilayah komunitas

3) Pelayanan kesehatan dan social


Pelayanan kesehatan :
a) Hospital
b) Praktik swasta
c) Puskesmas
d) Rumah perawatan
e) Pelayanan kesehatan khusus
f) Perawatan di rumah
g) Counseling support services
h) Pelayanan khusus (social worker)
Dari tempat pelayanan tsb aspek yg didata:
a) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
b) Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)
c) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana
transportasi)
d) statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan
e) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian
pelayanan

4) Ekonomi
Aspek/komponen yang perlu dikaji:
a) Karakteristik pendapatan keluarga/RT
b) Karakteristik pekerjaan
5) Keamanan transportasi
a) Keamanan
 Protection service
 Kwalitas udara, air bersih

Poltekkes Kemenkes Palembang


32

b) Transportasi (milik pribadi/umum)


6) Politik & Government
a) Jenjang pemerintahan
b) Kebijakan Dep.Kes
7) Komunikasi
a. Formal
b. In formal
8) Pendidikan
a. Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
b. Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar
komunitas
9) Rekreasi
Menyangkut tempat rekreasi
Kerangka pengkajian profile masyarakat (modifikasi)
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori
sebelumnya tentang pengkajian komunitas
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi
(Mubarak, 2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


a. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga
pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah,
terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil

Poltekkes Kemenkes Palembang


33

wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses


keperawatan (Mubarak, 2005).
b. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan
meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka
menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam
format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya
asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan
keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya
membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara
Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
2) Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut :
a. Klasifikasi data atau kategori data
b. Penghitungan prosentase cakupan
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data

3) Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan (Mubarak, 2005).
4) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


34

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan


keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah  (Mubarak, 2005)
5) Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah  (Mubarak, 2005):
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya sumberdaya masyarakat
f. Aspek politis
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut
format Mueke (1988) mempunyai kriteria penapisan, antara lain:
a. Sesuai dengan peran perawat komunitas
b. Jumlah yang beresiko
c. Besarnya resiko
d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e. Minat masyarakat
f. Kemungkinan untuk diatasi
g. Sesuai dengan program pemerintah
h. Sumber daya tempat
i. Sumber daya waktu
j. Sumber daya dana
k. Sumber daya peralatan
l. Sumber daya manusia

2. Diagnosis Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


35

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah


kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan
memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang
nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi  (Mubarak, 2009).

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun
harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
(Mubarak, 2009).
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan
masyarakat antara lain sebagai berikut:
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan masyarakat
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis

Poltekkes Kemenkes Palembang


36

8. Disusun secara berurutan

4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah:

1. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2009)
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).

4. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten (Mubarak, 2009).
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan

Poltekkes Kemenkes Palembang


37

keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan


implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang
dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998:
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan.
3) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
4) Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap

Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai