Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan

Sumur produksi ini pada awalnya ialah sumur yang produktif, sehingga
laju produksi sumur produksi tersebut menurun, karena diikuti dengan tingginya
produksi gas. Untuk memaksimalkan produksi minyak, produksi gas perlu
diminimalisir. Dengan berdasarkan alasan tersebut maka dilakukan killing well
pada sumur ini guna mengamankan tekanan sumur sebelum pekerjaan well
service dan workover pada sumur ini dilakukan yaitu dengan tujuan :
 Perbaikan pada bonding semen sumur dan pengubahan selang perforasi.
 Meminimalisasi laju alir unassociated gas (gas cap).

Pada Metode Bullheading kita lakukan perhitungan berdasarkan data-data


sumur yang ada lalu menentukan densitas killing fluid berdasarkan SG (specific
gravity), menentukan tekanan hydrostatic yang dihasilkan oleh killing fluid,
menghitung tekanan maksimal pompa dalam mensirkulasikan killing fluid agar
tidak sampai fracture pressure, menghitung killing fluid yang akan disirkulasikan
saat sirkulasi bullheading pada sumur dan mengkalkulasikan waktu yang
dibutuhkan dalam pekerjaan killing well ini dan melihat parameter yang
menyatakan bahwa sumur ini telah mati dan aman untuk pekerjaan well service
dan work over.

Sumur ini menggunakan metode Bullheading dalam pekerjaan Well Service


dan Workover dengan alasan sumur ini merupakan sumur produksi dengan kadar
gas H2S yang terekam pada sumur yaitu sekitar 17.000 ppm. Dengan sejumlah
besar gas H2S tersebut bisa membahayakan personil di rig dan peralatan yang ada
dipermukaan dikhawatirkan tidak dapat menanggulanginya. Selain alasan tersebut
pada sumur produksi ini sudah terpasang setted-packer dan tidak memiliki
assembly SSD (Sliding Sleeve Door) diatas rangkaian packer yang tidak
memungkinkan penggunaan metode konvensional seperti Driller’s Method atau
Engginer’s Method pada sumur untuk pekerjaan killing well ini.

1
Hal yang akan menimbulkan problem pada saat dilakukan metode
bullhead pada sumur ini adalah tingginya kandungan gas H2S pada sumur.
Kandungan gas dapat menyebabkan terjadinya gas migration (low density fluid)
yang naik melewati control fluid (high density fluid) dimana dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti relative density dan viscosity. Tindakan yang dilakukan
pada sumur ini untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut adalah
dengan menambahkan viscosifier (bahan pengental) yaitu Potassium Chloride
(KCL) pada killing fluid guna membuatnya lebih kental untuk dapat mencegah
atau mengurangi kemungkinan migrasi gas. Selain itu upaya untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan migrasi gas pada sumur ini juga ditambahkan
additive Seppbrine yang fungsinya sebagai H2S Scavenger atau untuk
memperkecil atau mengurangi kadar gas H2S pada killing fluid.
Tahapan dalam mematikan sumur (killing well) dengan bullheading
method adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Berat Densitas Dari Killing Fluid

Killing fluid yang digunakan pada sumur ini adalah Fresh Water Base
Mud dengan penambahan viscosifier Potassium Chloride (KCL).
NAOH dan juga Seppbrine. Dari hasil mixing diperoleh killing fluid
dengan Specific Gravity sebesar 1.09 jika dikonversikan dalam density
diperoleh 9.0797 ppg (pound per gallon).

2. Tekanan Hyrostatic

Tekanan hydrostatic yang diberikan oleh killing fluid diperoleh hasil


3342.78 psi.

3. Menghitung Fracture Pressure

Fracture Pressure merupakan batas maksimal tekanan yang diakibatkan


oleh killing fluid terhadap formasi sumur. Fracture pressure maksimal
pada sumur produksi diperoleh hasil 3540 psi/ft.

2
4. Tekanan Maksimal Pompa
Penentuan tekanan maksimal pompa dalam mensirkulasikan killing fluid
ke dalam sumur diperoleh hasil 197.22 psi.

5. Menghitung Capacity, Displacement dan Volume Casing dan Tubing.


Menghitung Capacity, Displacemet dan volume pada casing serta tubing
yang akan diisi oleh killing fluid :

 Capacity

 Capacity Tubing 3 ½ inch = 0.0087 bbl/7027ft


 Capacity Casing 9 5/8 “, ID = 8.681 inch = 0.073 bbl/496.28ft
 Capacity Casing 9 5/8 “, ID = 8.835 inch = 0.076 bbl/2093ft
 Capacity Casing 9 5/8 “, ID = 8.681 inch = 0.073 bbl/3068ft
 Capacity Casing 7”, ID = 5.920 inch = 0.034 bbl/1422ft

 Annulus Volume Capacity


 Casing 9 5/8 “, ID = 8.681 inch - Tubing 3.5”, OD = 2.992 inch =
0.061 bbl/ft
 Casing 9 5/8 “, ID = 8.835 inch - Tubing 3.5”, OD = 2.992 inch =
0.064 bbl/ft
 Casing 9 5/8 “, ID = 8.681 inch - Tubing 3.5”, OD = 2.992 inch =
0.061 bbl/ft
 Casing 7 “, ID = 5.920 inch - Tubing 3.5”, OD = 2.992 inch = 0.022
bbl/ft

 Volume Sumur Saat Sirkulasi Bullheading

 Tubing 3 ½ inch hingga Packer 7”, (2126 meter / 6975 feet) = 60.6825
bbl

 Tubing 3 ½ inch dibawah Packer 7”(2141 – 2126 = 16 meter /52 feet )


= 1.144 bbl

3
 Segmen Casing 7 inch hingga Tubing 3 ½ inch dibawah Packer 7”
(2126 – 2141 = -15 meter / 49 feet ) = 1.078 bbl

 Segmen Casing 7” yang dibawah Packer 7” ( 2158 – 2126 = 32


meter / 104 feet ) = 2.288 bbl

Total Volume = 60.6825 + 1.144 + 1.078 +2.228 = 65.1925 bbl

+ 15 bbl Overdisplacement (sesuai prosedur kerja metode bullheading)

Jadi Total Volume = 65.1925 bbl + 15 bbl = 80.1925 ≈ 80 bbl

 Volume Sumur Saat Sirkulasi Setelah Bullheading

 Segmen Casing 9 5/8, ID 8.681, (151.26 m / 496.28 ft) = 30.27308 bbl

 Segmen Casing 9 5/8, ID 8.835, (638.19 m / 2093 ft) = 133.952 bbl

 Segmen Casing 9 5/8, ID 8.681, (935.11 m / 3068 ft) = 187.148 bbl

 Segmen Casing 7”, ID 5.920, (401.44 m / 1317 ft) = 28.974 bbl

Total Volume = 30.27308 + 133.952 + 187.148 + 28.974


= 380.34708 bbl ≈ 380 bbl

6. Menghitung Waktu Sirkulasi Killing Fluid.

 Saat Bullheading

= 80 bbl ÷ 0.6 BPM ÷ 60 Menit = 02 Jam : 22 Menit : 22 Detik

 Sirkulasi Sumur Setelah Bullheading

= 380 bbl ÷ 0.6 BPM ÷ 60 Menit = 10 Jam : 55 Menit : 55 Detik

7. Sumur dinyatakan telah berhasil di killing well dengan memperhatikan


parameter sebagai berikut :

 Tekanan pada permukaan kurang lebih sama atau harus sedikit lebih
besar bila dibandingkan tekanan formasi bila dimonitor dari pressure
gauge pada peralatan di permukaan Ph = Pf atau Ph > Pf .

4
 Densitas dari killing fluid yang disirkulasikan pada sumur hanya
mengalami penurunan berat densitas yang tidak signifikan. Pada
sumur produksi ini densitas killing fluid yang disirkulasikan
mengalami penurunan densitas dari SG 1.09 menjadi SG 1.08
sehingga kill fluid tidak terpengaruh oleh gas didalam sumur
sehingga tekanan hydrostatic yang dihasilkan oleh kill fluid cukup
untuk melawan tekanan dari formasi.

Anda mungkin juga menyukai