Dosen Pembimbing :
Wiwid Yuliastuti, S.Kep, Ners, M.Kep
Disusun Oleh :
(A1R19031)
A. DEFINISI
Fistula atau fistel merupakan bahasa latin yang artinya pipa. Fistel
merupakan hubungan atau jalur antara dua epitel organ atau jaringan yang
normalnya tidak berhubungan (Ananya Mandal, 2013).
Fistel atau fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau
tabung normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi
nama sesuai dengan hubunganya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus).
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ
berongga internal atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar
(Sylvia A. Price, 2005).
Fistula didefinisikan sebagai saluran yang menghubungkan antara
dua permukaan epitelial. Permasalahan yang dihadapi pada fistula
uretrokutan seringkali berulang dan kadang berpotensi mengganggu secara
fisik maupun psikologis.
Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering
munculpascarepair hipospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat
diperbaiki dengan penutupan berlapis dari flap kulit lokal (Hosam et al,
2008).
B. KLASIFIKASI
Ada beberapa tipe fistula yang umum ditemukan menurut Shehata, 2011
yaitu:
Klasifikasi klinis
1. Fistel enterocutaneous
Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan
keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit
2. Enterovesicular yaitu vesikovaginal dan uretrovaginal
Fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina
sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara ureta dan vagina.
Fistula pada bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi
saluran kemih.
3. Fistula rektovaginalis
Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur
granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit
anus, atau dari suatu abses anus atau daerah perianal
4. Fistula enterocolic
Saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil
C. ETIOLOGI
Kebanyakan fistula merupakan hasil dari operasi pembedahan.
Atau penyebab lain meliputi proses peradangan, seperti infeksi atau
“inflammatory bowel disease”, melahirkan dan terapi radiasi, infeksi lokal,
iskemia lokal, prosedur yang tidak adekuat, penyembuhan jaringan yang
jelek, obstruksi distal karena meatal stenosis/ encrustasi (Shehata, 2011).
Van der Meulen, et al, menyatakan ada enam faktor yang
menyumbang kejadian fistula berulang, yaitu:
1. Devaskularisasi pada kulit akibat tidak adekuatnya delineasi pada flap
kulit atau penarikan kulit akibat dressing yang ketat,
2. Tarikan yang kuat pada kulit akibat kombinasi dari sedikitnya kulit yang
tersisa dan edema sekitar luka,
3. Superposisi dari uretra dan garis jahitan kulit
4. Infeksi pada luka, yang menyebabkan devaskularisasi pada kulit atau
stagnansi (berkumpulnya) darah dan urin,ISK
5. Perforasi pada kulit akibat jahitan transkutaneus
6. Terpisahnya tepi luka akibat tidak adekuatnya aliran urin
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tergantung pada kekhususan defek.
1. Urin dapat terus merembas kedalam vagina atau terdapat inkontinens
fekal dan flatus dikeluarkan, melalui vagina (terjadi pada fistula
rektovaginal).
2. Urin dapat terus merembes keluar dari jahitan bekas operasi
3. Keluarnya isi perut/feces dan flatus melalui kulit yang terbuka (terjadi
pada fistula enterocutaneous)
4. Nyeri
5. Gatal
6. Demam
Pada fistula ani dapat menyebabkan beberapa gejala yitu :
1. Iritasi kulit sekitar anus
2. Nyeri saat duduk, bergerak, buang air besak dan kecil
3. Keluar darah atau nanah saat buang air besar
4. Sulit mengendalikan buang air besar
5. Anus bengkak dan tampak merah (Ananya Mandal, 2013)
E. PATWAY
F. PATOFISIOLOGI
Salah satu patofisiogi dari terbentuknya fistel adalah dari
pembedahan. Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau
kerusakan intervensi bedah yang merusak abdomen. Maka kuman akan
masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya peradangan pada
peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya
abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi
abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk
pita jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka
akan terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan sehingga akan menjadi sambungan abnormal diantara 2
permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau
feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka jika tidak di tangani secara cepat maka bisa terjadi
infeksi (Sylvia A. Price, 2005).
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin adalah malnutrisi dan dehidrasi, bergantung
pada lokasi intestinum yang terbemtuk fistula. Fistula juga dapat
menjadi sumber problema kulit dan infeksi. Komplikasi lain yang
mungkin tarjadi :
1. Respon immun menurun
2. Resiko penyebaran infeksi
3. Penyembuhan luka lebih lama
4. Dehidrasi
5. Motilitas usus
6. Edema
H. PENCEGAHAN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko
terbentuknya fistel, antara lain :
1. Menjaga kebersihan alat kelamin, anus, dan aera di sekitarnya
2. Tidak berganti-ganti pasangan saat berhubungan intim
3. Menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang, serta minum
air putih dalam jumlah yang cukup
4. Melakukan pengobatan dan kontrol berkala ke dokter bila
menderita penyakit yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
fistula (Hokkanen, et al, 2019).
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan untuk fistula bervariasi tergantung pada lokasi dan
beratnya gejala. Penatalaksanaan disini tujuannya adalah
menghilangkan fistula, infeksi dan ekskoriasi dengan cara :
a. Pembedahan pada fistula
Penutupan fistula dengan jahitan simpel, mudah dilakukan dan
tidak membutuhkan waktu yang banyak, namun jika dilakukan
diatas jahitan sebelumnya, merupakan hal yang potensial untuk
terjadinya rekurensi. Flap kulit biasa digunakan untuk
memperbaiki fistula yang besar bagi penutupan simpel, dan
membuat kulit lokalnya lebih lembut dan adekuat
b. Non-bedah jika fistula merupakan akibat dari karsinoma,
tuberkolosis, penyakit crohn atau colitis, maka penyakit primer
harus diterapi dengan tepat agar lesi ini sembuh.
c. Diet enteral
Yaitu suatu nutrisi cair yang diambil melalui mulut atau diberikan
melalui tabung pengisi. Dimana formula ini menggantikan
makanan padat cair dan mengandung nutrisi penting. (biasanya diet
ini diresepkan untuk, fistula enterocutaneous, enterovesicular dan
enterovaginal).
d. Pemberian obat-obatan
Biasanya obat flagly (antibiotik) dan immunosuppressant (Sylvia
A. Price, 2005).
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis bukanlah pemeriksaan rutin untuk evaluasi
fistula. Pemeriksaan dilakukan untuk membantu saat dari bukaan
primer atau internal sulit diidentifik traktus sekunder atau bukaan
primer yang terlewatkan.
2. X-Ray
Anterofosterior, lateral dan oblikuntuk melihat jalannya fistula.
Prosedur ini mempunyai tingkat akurasi 16-48 persen.
3. CT Scan
CT scan digunakan untuk menentukan lesi
4. Pemeriksaan fisik rectum
5. Rontgenogram abdomen dan pekvis (Sylvia A. Price, 2005).
K. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas klien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat klien.
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, dan alamat.
2. Keluhan utama klien.
Keluhan utama alasan klien masuk rumah sakit. Biasanya keluhan yang
paling menonjol pada pasien Fistel adalah ada benjolan pada anus.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan pasien
yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan actual maupun
potensial. Riwayat merupakan penuntun pengkajian fisik yang
berkaitan informasi tentang keadaan fisiologis, psikologis, budaya, dan
psikososial untuk membantu pasien dalam mengutarakan masalah –
masalah atau keluhan secara lengkap, maka perawat dianjurkan
mengguanakan analisa simptom PQRST.
P: Provokatif atau paliatif
Apa yang memperberat dan memperingan. Q: Kualitatif atau
Kuantitatif
Seperti apa yang dirasakan atau digambarkan klien , apakah nyaeri
seperti disayat-sayat atau ditusuk-tusuk.
R: Region atau Radiasi
Pada daerah mana yantg dirasakan klien atau dimana rasa berat
dalam melakukan aktivitas.
S: Saverity atau Skala
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
T: Timing
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan bertambah buruk pada malam
atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan, terus
menerus atau hilang seketikaapa yangt sedang dilakukan klien saat
gejala timbul, kapan gejala timbhul pertama kali.
4. Riwayat kesehatan dahulu
7. Pola Nutrisi
8. Pola Eliminasi
9. Pola Istirahat
Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur klien sejak sebelum
sakit sampai saat ini, meliputi: jumlah jam tidur siang dan malam,
pengguanaan alat penghantar tidur, perasaan klien sewaktu bangun tidur,
dan kesulitan atau adanya masalah tidur, pada klien Fistel istirahat tidur
akan terganggu akibat nyeri.
10. Personal Hygiene
Diisi dengan perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, toileting,
berpakaian, berhias, dan penggunaan instrumen. Pada klien Fistel akan
terjadi defisit perawatan diri disebabkanb oleh nyeri yang bertambah
apabila melakukan aktivitas.
11. Aktivitas
Diisi dengan aktivitas rutin yang dilakukan oleh klien sebelum sakit
sampai saat sakit mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, termasuk
penggunaan waktu senggang.
12. Pemeriksaan Fisik per sistem.
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda
vital, berat badan, dan nilai GCS. Keadaan fisik secara keseluruhan dari
semua sistem organ tubuh, pada klien di lakukan pemeriksaan fisik
sebagai berikut:
a) Keadaan Umum dan Tanda – tanda Vital
Keadaan umum klien mencapai kesadaran penuh setelah beberapa
jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukan keadaan
sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri.
Tanda vital pada umumnya stabil.
b) Sistem Pernapasan
Pada klien Fistel akan ditemukan perubahan frekuensi nafas cepat
,takikardia akibat adanya nyeri. Pemeriksaan auskultasi tidak ada
rinchi dan wheezing. Pada pemeriksaan perkusi biasanya resonance
paru-paru.
c) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien Fistel umumnya klien mengalami takikardi, (sebagai
respon tubuh terhadap nyeri). Dikaji pula keadaan konjungtiva, tidak
ada sianosis dan auskultasi bunyi jantung.
d) Sistem Pencernaan
Pada klien Fistel tidak ditemukan nyeri tekan pada abdomen,
auskultasi Bising usus klien. Namun adanya gangguan BAB karena
adanya nyeri luka.
e) Sistem Endokrin
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik, kaji adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan paratiroid.
f) Sistem Genitourinaria
Biasanya pada klien Fistel tidak ada keluhan dalam organ sistem
perkemihan, tidak ada distensi abdomen dan tidak ada nyeri saat
BAK.
g) Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan sistem muskuloskeletal pada klien Fistel biasanya
terjadi penurunan kekuatan otot, lemah dan kaku.
h) Sistem Integumen
Pemeriksaan sistem integumen pada klien Fistel kaji warna kulit,
kelembaban kulit dan turgor kulit. Pada klien Fistel adanya luka atau
warna kemerahan bekas luka, terdapat kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar Fistel.
i) Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensorik, nyeri refleks, fungsi
syaraf cranial dan fungsi syaraf serebral. Umumnya klien tidak
mengalami penyimpangan dalam fungsi persyarafan. Pengkajian
fungsi persyarafan meliputi : tingkat kesadaran, syaraf cranial dan
serebral dan refleks.
13. Data Psikologis
Perlu dikaji tentang tanggapan klien terhadap penyakitnya apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut, konsep diri menurun atau body image
menurun serta ketidakseimbangan koping.
14. Data Sosial
Hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat, pada umumnya,
perawat, dan tim kesehatan yang lain, termasuk juga, pola komunikasi
yang digunakan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
Diagnosa
Intervensi
Intervensi :
Observasi
Edukasi
Kolaborasi
Intervensi
Observasi
Edukasi
Implementasi Keperawatan
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi. Tujuan implementasi adalah
melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk selanjutnya di
evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam periode yang
singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan
menemukan perubahan sistem tubuh.
Evaluasi
Herry yudha. 2012. Diagnosa dan Penatalaksanaan Fistula Ani. Diakses pada hari
Selasa, 31 Desember 2012.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/08/diagnosa-dan-penatalaksanaan-
fistula-ani.html
Depkes. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. edisi 2011. Depkes RI. PPNI
(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI (2018).
Tn. B adalah sorang petani yang berumur 49 tahun masuk ke rumah sakit RSUD Dr.Iskak
Tulungagunng pada tanggal 24 Juli 2021 pukul 10.30 dengan keluhan terdapat benjolan seperti bisul
yang kemerahan juga terasa nyeri pada kulit sekitar anus dan saat buang air besar terdapat darah sejak
3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien sudah mempunyai riwayat abses anorektal. Hasil pengkajian di
dapatkan Suhu Tubuh : 37˚C, Nadi : 94x/menit, Tekanan darah: 150/90 mmHg, Respirasi :
22x/menit, Tinggi Badan : 170 cm, Berat Badan : 60 Kg, dan juga terdapat fistula disekitar anus.
Pasien juga mengeluh merasa lemas dan lemah tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. B
2. Umur : 49 Tahun
4. Agama : Islam
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Petani
ASKEP KMB
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Nyeri pada area anus yang terdapat benjolan seperti bisul dan saat buang air besar terdapat
darah.
b. Keluhan Utama :
Nyeri pada area anus
B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna Kuning kecoklatan Kuning bercampur darah
- Bau Khas feses Khas feses
- Konsistensi Lembek Lembek
- Jumlah Tidak Terkaji Tidak Terkaji
- Frekwensi 2x sehari 3x Sehari
- Kesulitan BAB Tidak Ada Tidak Ada
ASKEP KMB
- Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak terkaji
2. B A K
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas urin Khas urin
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 4 – 6 kali / hari 5 – 8 kali / hari
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak terkaji
E. Pola Kegiatan / Aktifitas Pasien dapat beraktivitas seperti Pasien dapat beraktivitas
Lain biasa, seperti berladang di sawah dibantu anak dan istri
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak
ASKEP KMB
III. DATA PSIKO SOSIAL
A. Pola Komunikasi :
Klien berbicara dengan baik (efektif dan baik)
B. Orang yang paling dekat dengan klien :
Istri dan anak
C. Rekreasi
Hobby : Berkebun
Penggunaan Waktu Senggang :
Istirahat
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit :
Tidak melakukan aktifitas apapun
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Interaksi sosial baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Istri dan anak klien
V. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Selama di rumah sakit klien menjalankan kewajiban beribadah, dengan beribadah di atas
tempat tidur.
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Klien percaya bahwa sehat / sakit merupakan takdir yang diberikan Tuhan YME
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Klien yakin bahwa penyakitnya akan sembuh
ASKEP KMB
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Keadaan umum lemah
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Sedang
Ketenggangan telinga : Lentur
b. Lubang telinga :
Sedikit kotor
c. Ketajaman pendengaran :
0-20 dB
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
Kering
b. Keadaan gusi dan gigi :
Sedikit kotor, ada caries gigi
c. Keadaan lidah :
Sedikit kotor
d. Orofarings :
Tidak terkaji
6. Leher
a. Posisi trakhea : Simetris
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Suara : Jelas
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : Tidak ada bendungan
f. Denyut nadi coratis : Teraba
ASKEP KMB
Datar dan bentuk simetris
b. Warna payudara dan areola :
Sawo Matang dan aerola coklat tua
b. Pernafasan
Frekwensi : 22x/menit
Irama : Teratur
Tidak ada
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) :
b. Perkusi :
Sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas :
Vesikuler
Suara Ucapan :
Suara Tambahan :
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Teraba
ASKEP KMB
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : lub terdengar tunggal dan regular
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Datar rata
- Benjolan / Massa : Tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 18x/menit
c. Palpasi
- Titik Mc. Burne : Tidak ada nyeri tekan dititik Mc. Burne
d. Perkusi
- Suara Abdomen :
Timpani
ASKEP KMB
- Pemeriksaan Ascites :
Tidak ada
b. Pemeriksaan Oedem :
+ +
+ +
c. Kekuatan Otot :
5 5
4 4
(5) Mampu Menggerakan persendian dengan gaya gravitasi, mampu melawan dengan
tahanan penuh .
(4) Dapat bergerak dan dapat menahan hambatan ringan, terpasang infus di tangan
Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
4. Fungsi Motorik :
5. Fungsi Sensorik :
b. Orientasi :
d. Motivasi ( Kemauan ) :
e. Persepsi :
Mengenali lingkungan
f. Bahasa :
Jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Fistel Ani
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
Tes Hematologi :
- Hemoglobin (14.1 g/dl), normal : 11.5 – 13.5 ( tinggi )
ASKEP KMB
- Hematokrit (47 %), normal : 34 - 40 ( tinggi )
- Leukosit (15.8 ribu/ul), normal : 5.5 – 7.0 ( tinggi )
- Trombosit (274 ribu/ul), normal : 150 – 450 ( normal )
- Eritrosit (6.13 juta/ul), normal : 20.0 – 40.0 ( tinggi )
2. Rontgen
- CT Scan (menentukan lesi)
- Rontgenogram abdomen dan pekvis
3. E C G
Tidak ada
4. U S G
Tidak ada
5. Lain – lain
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Penatalaksanaan
Terapi
- Infus D5 ¼ NS 15 TPM
- Injeksi Ceftriaxone 125 mg/12 jam (IV)
- Injeksi Metamizole 150 mg/8 jam (IV)
- Hydrocortisone 2,5% (5 g)
Mahasiswa
ASKEP KMB
ANALISA DATA
Mayor peritonium
Klien mengeluh nyeri ↓
pada area sekitar anus Peritonium meradang
Do: ↓
Mayor Keluar eksudat fibrusa
Skala nyeri : 6 ↓
Tampak meringis Abses
Gelisah ↓
94/menit nyeri
Minor ↓
Hipotalamus
Tekanan darah 150/90
↓
mmHg
Konteks serebri
Pola nafas 22/menit
↓
Nafsu makan menurun
Nyeri dipersepsikan
↓
Nyeri akut
Ds :
2. Mayor
Klien meneluh terdapat Gangguan Integritas
Kuman masuk kedalam
benjolan seperti bisul Kulit
peritonium
di sekitar anus
↓
Klien mengeluh saat
Peritonium meradang
buang air besar
↓
terdapat darah
Abses
Do :
↓
ASKEP KMB
Mayor Perlukaan jaringan
Kerusakan lapisan kulit ↓
(terdapat fistula) Gangguan integritas
Ds : kulit
Minor
Mengeluh nyeri
Minor
Skala nyeri : 6
Terdapat perdarahan
saat buang air besar
Terdapat kemerahan
sekitar anus
ASKEP KMB
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
1 25 Juli 2021 (D.0077) Nyeri akut berbubungan dengan agen pencendera fisik (abses)
dibuktikan dengan mengeluh nyeri disekitar anus, tampak meringis.
25 Juli 2021 (D.0129) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
2
dibuktikan dengan kerusakan lapisan kulit, perdarahan, kemerahan.
ASKEP KMB
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Umur : 49 Tahun
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1 (D.0077) Nyeri akut Luaran Utama : Tingkat Manajemen Nyeri (I.08238)
berbubungan dengan agen Nyeri (L.08066)
pencendera fisik (abses) Observasi
dibuktikan dengan mengeluh Tujuan : Setelah dilakukan
a. Identifikasi lokasi,
nyeri disekitar anus, tampak tindakan 2x24 jam tingkat
meringis karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri menurun
kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil :
b.Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri c. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
2. Meringis menurun nyeri
3. Gelisah menurun Terapeutik
4. Frekuensi nadi a. Berikan teknik
membaik nonfarmakologis untuk
5. Pola nafas membaik mengurangi nyeri (mis TENS
6. Tekanan darah (stimulus saraf transkutaneous)
membaik b.Pertimbangkan jenis dan
7. Nafsu makan sumber nyeri dalam pemilihan
membaik strategi meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b.Jelaskan strategi merdakan
nyeri
c. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
ASKEP KMB
2 (D.0129) Gangguan integritas Luaran Utama : Integritas Perawatan Integritas Kulit(I.11353)
kulit berhubungan dengan Kulit dan Jaringan
perubahan pigmentasi Observasi
dibuktikan dengan kerusakan (L.14125)
lapisan kulit, perdarahan, a. Identifikasi penyebab
kemerahan. Tujuan : Setelah dilakukan
gangguan integritas kulit
tindakan 2x24 jam
(terdapat fistula)
diharapkan integritas kulit
Terapeutik
meningkat.
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika
Kriteria Hasil :
tirah baring
1. Kerusakan lapisan
b. Bersihkan perineal dengan
kulit menuurun
air hangat
2. Nyeri menurun
3. Perdarahan menurun c. Hindari produk berbahan
menurun Edukasi
6. Tekstur membaik
a. Anjurkan minum air yang
cukup
b. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
c. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
ASKEP KMB
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. B Umur : 49 Tahun No. Register : 123456 Kasus : Fistel Ani
- Kesadaran : composmentis
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
09.15 - GCS : 4 5 6
nyeri
- Skala nyeri : 6
10.30 5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Gelisah, Sulit tidur
S : 37 C
N : 94x/menit
ASKEP KMB
RR : 22x/menit
P: Lanjutkan intvensi 1 – 6
2 Dx. 2 25-07-2021 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan 25-07-2021 S: - Klien meneluh terdapat benjolan
integritas kulit (terdapat fistula) 13.05 seperti bisul di sekitar anus
ASKEP KMB
N : 94x/menit
RR : 22x/menit
- Skala nyeri : 6
P: Lanjutkan intervensi 1 – 7
3 Dx. 1 26-07-2021 1. Mengobservasi lokasi, karakterisik, 26-07-2021 S: - Klien mengatakan nyeri pada area
frekuensi, kualitas, intensitas skala nyeri 11.10 anus berkurang
- Kesadaran : composmentis
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
09.15 - GCS : 4 5 6
nyeri
- Skala nyeri : 5
ASKEP KMB
10.30 5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Gelisah, Sulit tidur berkurang
TD : 130/80 mmHg
S : 36,5 C
N : 88x/menit
RR : 18x/menit
A: Nyeri berkurang
- GCS : 4 5 6
7. Menganjurkan menghindari terpapar suhu
13.00 ekstrem - TTV :
TD : 130/80 mmHg
S : 36,5 C
N : 88x/menit
RR : 18x/menit
- Skala nyeri : 5
P: Lanjutkan intervensi 1 – 3
ASKEP KMB
ASKEP KMB
FORMAT PENYULUHAN KESEHATAN
Topik : Fistel
Sasaran : Kelarga Tn. B
Ruang : Flamuboyan
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN MATERI METODE AVA EVALUASI
Setelah dilakukan Setelah dilakukan Pencegahan dan 1. Pengertian Fistel Ceramah, diskusi, Leaflet Keluarga mampu
penyuluhan tentang penyuluhan tentang penangganan 2. Klasifikasi dari tanya jawab mengulang informasi
Fistel keluarga Tn. B Fistel keluarga Tn.B penyakit Fistel atau pendidikan
mampu memahami diharapkan mampu : Fistel kesehatan yang
3. Etiologi dari Fistel
kondisi terkait Fistel a) Menjelaskan diberikan terkait dengan
4. Manifestasi Klinis
pengertian Fistel Fistel
dari Fistel
b) Menjelaskan 5. Pathway dari Fistel
Klasifikasi dari
6. Patofisiologi dari
Fistel
Fistel
c) Menjelaskan
7. Komplikasi dari
Etiologi dari Fistel
Fistel
d) Menjelaskan apa
8 Pencegahan dari
saja Manifestasi
Fistel
Klinis dari Fistel
9. Penatalaksanaan
e) Menjelaskan
Medis dari Fistel
Pathway dari Fistel
10. Pemeriksaan
f) Menjelaskan
penunjang dari
Patofisiologi dari
Fistel
ASKEP KMB
Fistel
g) Menjelaskan
Komplikasi dari
Fistel
h) Menjelaskan
Pencegahan dari
Fistel
i) Menjelaskan
Penatalaksanaan
Medis dari Fistel
j) Menjelaskan
Pemeriksaan
penunjang dari
Fistel
ASKEP KMB
LEAFLET
ASKEP KMB