Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

EMFISEMA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1
Dosen Pengampu :
Berlian Yuli Saputri, S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun Oleh :
TITIN KURNIA WATI
NIM. A1R19033

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “LAPORAN

PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN EMFISEMA” sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat terselesaikan.

Maka patutlah kiranya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dan kepada Dosen pembimbing mata

kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 Berlian Yuli Saputri,S.Kep,Ns,M.Kep yang

telah memberi tugas untuk tambahan pengetahuan mahasiswa.

Dengan segala kerendahan hati kami berusaha menyajikan yang terbaik

dalam tugas ini. Namun, kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh

dari harapan, kritik atau saran yang bersifat konstruktif tetap diharapkan demi

kesempurnaan tugas ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya. Aamiin.

Tulungagung, 12 Juli 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN EMFISEMA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM KEEPRAWATAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Titin Kurnia Wati Berlian Yuli Saputri, S.Kep,Ns, M.Kep

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………….................................
BAB I PANDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...
C. Tujuan……………………………………………………………………………….
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi .…………………………………………………………………………….
B. Etiologi……………………………………………………………………………...
C. Klasifikasi……………………………………………………………………….......
D. Patofisiologi………..………………………………………………………………..
E. Pathway………..……………………………………………………………………
F. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………...
G. Penatalaksanaan ………………………………………………………......................
H. Komplikasi…………………………………………………………………………..
I. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………......................................
J. Konsep Dasar Keperawatan…………………………………….................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak penyakit yang dikaitkan secara langsung dengan kebiasaan

merokok. Salah satu yang harus diwaspadai adalah Emfisema.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, angka kematian

emfisema tahun 2010 diperkirakan menduduki peringkat ke-4. Semakin banyak

jumlah batang rokok yang dihisap dan makin lama masa waktu menjadi

perokok, semakin besar risiko dapat mengalami EMFISEMA.

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menemukan peningkatan

konsumsi rokok tahun 1970-1993 sebesar 193% atau menduduki peringkat ke-7

dunia dan menjadi ancaman bagi para perokok remaja yang mencapai 12,8-

27,7%. Saat ini Indonesia menjadi salah satu produsen dan konsumen rokok

tembakau serta menduduki urutan kelima setelah negara dengan konsumsi

rokok terbanyak di dunia, yaitu China mengkonsumsi 1.643 miliar batang rokok

per tahun, Amerika Serikat 451 miliar batang setahun, Jepang 328 miliar

batang setahun, Rusia 258 miliar batang setahun, dan Indonesia 215 miliar

batang rokok setahun. Kondisi ini memerlukan perhatian semua pihak

khususnya yang peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai emfisema yang

merupakan salah satu bagian dari emfisema. Sehingga diharapkan perawat

mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien emfisema.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Emfisema ?
2. Bagaimana Etiologi dari Emfisema ?
3. Bagaimana Patofisiolog dari Emfisema ?
4. Bagaimana Pathway dari Emfisema?
5. Apa saja Manifestasi Klinis dari Emfisema ?
6. Bagaimana Klasifikasi dari Emfisema ?
7. Apa Komplikasi dari Emfisema ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Emfisema ?
9. Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari Emfisema ?
10. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan dari Emfisema?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Emfisema.
2. Untuk mengetahui Etiologi dari Emfisema.
3. Untuk mengetahui Patofisiolog dari Emfisema.
4. Untuk mengetahuia Pathway dari Emfisema.
5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari Emfisema.
6. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Emfisema.
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis dari Emfisema.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Emfisema .
9. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang dari Emfisema.
10. Untuk mengetahui Konsep Dasar Keperawatan dari Emfisema.
LAPORAN PENDAHULUAN
EMFISEMA

A. DEFINISI

Emfisema adalah penyakit obstruktif kronik akibat kurangnya elastisitas

paru dan luas permukaan alveoli (Price & Wilson, 2013).Emfisema merupakan

keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara

walaupun setelah ekspirasi (Mansjoer, 2008).

Emfisema adalah penyakit paru kronik dan progresif yang terjadi ketika

dinding-dinding alveoli rusak/hancur bersama dengan pembuluh-pembuluh darah

kapiler yang mengalir didalamnya. Hal ini mengurangi total area didalam paru

dimana darah dan udara dapat bersentuhan sehingga membatasi potensi untuk

pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Akibatnya terjadi penurunan aliran

udara ekspirasi dan terjadi hiper-inflasi yang menyebabkan aliran udara

terhambat dan terperangkap di paru-paru, sehingga tubuh tidak mendapatkan

oksigen yang diperlukan (Price & Wilson, 2013).

Emfisema paru adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan

adanya kondisi klinis berupa melebarnya saluran udara bagain distal bronkhiolus

terminal yang disertai dengan kerusakan dinding alveoli. Emfisema adalah

penyakit paru menahun yang paling umum dan sering diklasifikasikan dengan

ASKEP KMB
bronkitis menahun karena kejadian simultan dari dua kondisi. (Arif Muttaqin,

2008).

Definisi emfisema menurut beberapa ahli :


1. Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus
menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi (Kus Irianto, 2004, hlm. 216).
2. Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran abnormal ruang-
ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi dindingnya (Robbins,
1994, hlm. 253).
3. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas
permukaan alveoli (Corwin, 2000, hlm. 435).
4. Empisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan
dinding alveolus atau perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran
dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (The American
Thorack society 1962). 

B. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2002), merokok merupakan penyebab utama
emfisema. Akan tetapi pada sedikit pasien (dalam presentasi kecil) terdapat
predisposisi familiar terhadap emfisema yang yang berkaitan dengan abnormalitas
protein plasma, defisiensi antitripsin-alpha1 yang merupakan suatu enzim inhibitor.
Tanpa enzim inhibitor ini, enzim tertentu akan menghancurkan jaringan paru.
Individu yang secara ganetik sensitive terhadap faktor-faktor lingkungan (merokok,
polusi udara, agen-agen infeksius, dan alergen) pada waktunya akan mengalami
gejala-gejala obstruktif kronik. Sangat penting bahwa karier genetik ini harus
diidentifikasikan untuk memungkinkan modifikasi faktor-faktor lingkungan untuk
menghambat atau mencegah timbulnya gejala-gejala penyakit. Konseling genetik
juga harus diberikan.

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Black (2014), patofisologi penyakit tersebut adalah :
Emfisema adalah gangguan yang berupa terjadinya kerusakan pada dinding
alveolus. Kerusakan tersebuat menyebabkan ruang udara terdistensi secara
permanen. Akibatnya aliran udara akan terhambat, tetapi bukan karena produksi
mukus yang berlebih seperti bronchitis kronis. Beberapa bentuk dari emfisema dapat
terjadi akibat rusaknya fungsi pertahanan normal pada paru melawan enzim-enzim
tertentu. Peneliti menunjukkan enzim protease dan elastase dapat menyerang dan
menghancurkan jaringan ikat paru. Ekspirasi yang sulit pada penderita emfisema
merupakan akibat dari rusaknya dinding di antara alveolus (septa), kolaps parsial
ASKEP KMB
pada jalan nafas, dan hilangnya kelenturan alveolus untuk mengembang dan
mengempis. Dengan kolapsnya alveolus dan septa, terbentuk kantong udara di
antara alveoli (belb) dan di dalam parenkim paru (bula). Proses tersebut
menyebabkan peningkatan ruang rugi ventilasi (ventilator dead space), yaitu area
yang tidak berperan dalam pertukaran udara maupun darah. Usaha untuk bernafas
akan meningkat karena jaringan fungsional paru untuk pertukaran oksigen dan
karbon dioksida 14 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta berkurang. Emfisema
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler paru, serta penurunan perfusi
dan ventilasi oksigen lebih jauh.

D. PATHWAY

ASKEP KMB
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mansjoer (2008) dan GOLD (2010) yaitu: Malfungsi kronis pada

sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan

produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Nafas pendek sedang

yang berkembang menjadi nafas pendek, sesak nafas akut, frekuensi nafas yang

cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi lebih lama daripada

inspirasi.

Emfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi sedikit

bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada

umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas kecil dan fungsi paru.

Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi

sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah

ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan nafas dan meninggal dunia.

Pada pengkajian fisik didapatkan :

1. Dispnea

2. Pada inspeksi: bentuk dada „burrel chest‟

3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan

penggunaan otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid).

4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru.

5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan

ekspirasi.

6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum

7. Distensi vena leher selama ekspirasi.

Adapun gejala dari penyakit emfisema paru-paru diantaranya adalah:

1. Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis kronis.

2. Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit.

3. Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai

membungkuk.

4. Bibir tampak kebiruan

ASKEP KMB
5. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun

F. KLASIFIKASI

Terdapat 2 (dua) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan tempat

terjadinya yaitu:

1. Centriacinar atau Centrilobular Emfisema (CLE)

CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus

respiratorius. Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan

akhirnya cenderung menjadi satu ruang. Penyakit ini sering kali menyerang

bagian atas paru-paru, tapi cenderung menyebar tidak merata. CLE lebih

banyak ditemukan pada perokok berat dengan bronchitis kronik, dan jarang

ditemukan pada mereka yang tidak merokok. (Price & Wilson, 2013).

2. Panacinar atau Panlobular Emfisema (PLE)

Panlobular Emfisema mempengaruhi bagian bawah paru-paru. Jenis

emfisema ini disebabkan terutama karena kekurangan enzim alfa-1 antitrypsin,

yang penting untuk fungsi normal paru-paru. Merupakan bentuk emfisema yang

kurang umum, dan dapat dijumpai pada orang yang tidak pernah

merokok/perokok pasif. (Price & Wilson, 2013).

CLE dan PLE sering kali ditandai dengan adanya bullae tetapi bisa juga

tidak. Biasanya bullae timbul akibat adanya penyumbatan katup pengatur

bronkhiolus. Pada waktu inspirasi lumen bronkhiolus melebar sehingga udara

dapat melewati penyumbatan akibat penebalan mukosa dan banyaknya mucus.

Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkhiolus tersebut kembali menyempit,

sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara (Brunner & Suddarth,

2008).

ASKEP KMB
G. KOMPLIKASI
Komplikasi amfisema menurut Irman Soemantri (2009) :

1. Hipoksemia

Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, Pada

tahap lanjut akan timbul sianosis.

2. Asidosis Respiratori

Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul

antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan takipnea.

3. Infeksi Respiratori

Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan

rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa Terbatasnya aliran akan

menyebabkan peningkatan kerja otot napas dan timbulnya dispnea.

4. Kardiak Disritmia

Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis

respiratori.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan amfisema menurut Mansjoer (2002) adalah :
Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara. Terapi
eksasebrasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini
umumnya disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisillin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi
beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada
pasien yang mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
dam membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-
10 hari selama periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-
tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat.
d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia
dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.

ASKEP KMB
e. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
f. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik.
Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250
mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25- 0,5 g iv
secara perlahan.
Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4 x0,25-
0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap
pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari
fungsi faal paru.
c) Fisioterapi, program fisioterapi yang dilaksanakan berguna untuk mengeluarkan
mukus dari saluran nafas, memperbaiki efisiensi ventilasi, Memperbaiki dan
meningkatkan kekuatan fisis
d) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
e) Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe II dengan
PaO2
f) Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Pengukuran fungsi paru biasanya menunjukkan kapasitas paru total

(TLC) dan volume residual (RV). Terjadi penurunan dalam kapasitas vital

(VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV). Temuan-temuan ini menegaskan

kesulitan ynag dialami klien dalam mendorong udara keluar dari paru.

No Normal Pada klien Emfisema

TLC 6000 ml  6000 ml

RV 1200 ml  1200 ml

VC 4800 ml < 4800 ml

FEV 1100 ml < 1100 ml

b. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit mungkin normal pada tahap awal penyakit. Dengan
perkembangan penyakit, pemeriksaan gas darah arteri dapat menunjukkan

ASKEP KMB
adanya hipoksia ringan dengan hiperkapnea.
 Hemoglobin normal: 11.0-16.5 gr/dl
 Hemoglobin pasien emfisema: 17 gr/dl
 Hematokrit normal: 35.0-50.0 %
 Hematokrit pasien emfisema: 51 %

c. Pemeriksaan radiologis

Rontgen thoraks menunjukkan adanya hiperinflasi, pendataran

diafragma, pelebaran margin interkosta, dan jantung sering ditemukan bagai

tergantung ( Heart till drop). (Dilihat pada gambar berikut)

Gambar (Kanan) Gambar paru-paru normal (Kiri) perubahan dalam

struktur rontgen thoraks menunjukkan hiperinflasi dengan hemidiafragma

mendatar dan rendah.

d. Analisis Gas Darah

Ventilasi yang hampir adekuat masih sering dapat dipertahankan oleh

pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau normal. Saturasi

hemoglobin pasien hampir mencukupi.

ASKEP KMB
J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
A. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit
emfisema bervariasi, antara lain: sesak nafas, batuk, dan nyeri di daerah dada
sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekeret keluar ketika batuk,
berwarna kuning kental, merasa cepat lelah ketika melakukan aktivitas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan penyakit emfisema biasanya diawali dengan sesak nafas ,
batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas, banyak
secret keluar ketika batuk, secret berwarna kuning kental , merasa cepat lelah
ketika melakukan aktivitas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita
penyakit lain seperti TB Paru, DM, Asma, Kanker,Pneumonia dan lain-lain.
Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya faktor predisposisi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang mungkin dapat
menyebabkan penyakit emfisema.

C. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Bernafas
Pasien umumnya mengeluh sesak dan kesulitan dalam bernafas karena
terdapat sekret.
2. Makan dan Minum
Observasi seberapa sering pasien makan dan seberapa banyak pasien
menghabiskan makanan yang diberikan. Minum seberapa banyak dan seberapa
sering pasien minum.

ASKEP KMB
3. Eliminasi
Observasi BAB dan BAK pasien, bagaimana BAB atau BAK nya normal atau
bermasalah, seperti dalam hal warna feses /urine, seberapa sering, seberapa
banyak, cair atau pekat, ada darah tau tidak,dll.
4. Gerak dan Aktivitas
Observasi apakah pasien masih mampu bergerak, melakukan aktivitas atau
hanya duduk saja(aktivitas terbatas). Biasanya pasien dengan anemia
mengalami kelemahan pada tubuhnya akibat kurangnya suplai oksigen ke
jaringan tubuh.
5. Istirahat dan tidur
Kaji kebutuhan/kebiasaan tidur pasien apakah nyenyak/sering terbangun di
sela-sela tidurnya.
6. Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus
dibantu oleh orang lain. Berapa kali pasien mandi ?
7. Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),
hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
8. Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Pasien
dengan penyakit emfisema biasanya mengalami sesak nafas, batuk, dan nyeri
di daerah dada.
9. Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakitnya.
10. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakah pasien mampu berkomunikasi dengan keluarganya, seberapa
besar dukungan keluarganya.
11. Prestasi dan Produktivitas
Prestasi apa yang pernah diraih pasien selama pasien berada di bangku sekolah
hingga saat usianya kini.
12. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kalipasien sembahyang, dll.
13. Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan
waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat
depresi.
14. Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi mual yang dirasakan

ASKEP KMB
dan caranya meningkatkan nafsu makannya.Disinilah peran kita untuk
memberikan HE yang tepat.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Rambut dan hygene kepala
Warna rambut hitam, tidak berbau, rambut tumbuh subur, dan kulit kepala
bersih.
2. Mata ( kanan/kiri )
Posisi mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, dan pupil isokor,
dan respon cahaya baik.
3. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi dengan baik.
4. Mulut dan tenggorokan
Rongga normal, mukosa terlihat pecah-pecah, tonsil tidak ada pembesaran.
5. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak terganggu.
6. Leher
Kelenjer getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada pembesaran.
7. Dada/ thorak
a. Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan serta penggunaan otot bantu napas. Pada inspeksi, klien biasanya
tampak mempunyai bentuk dada barrel chest (akibat udara yang terperangkap),
penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Pernapasan
abnormal tidak efektik dan penggunaan otot-otot bantu napas
(sternokleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan
pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk
produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasi adanya tanda
pertama infeksi pernapasan
b. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
c.  Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menurun.
d. Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkhiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan kadar
oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi

ASKEP KMB
(hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya, bahkan
gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu,
mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersional). Paru yang
mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan bronkhiolus tidak
dikosongkan secara efektif dari sekresi yangf dihasillkan. Klien rentan terhadap
reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini
terjadi, klien mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia,
penurunan berat badan, dan kelemahan merupakan hal yang umum terjadi. Vena
jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.
8. Kardiovaskular
a. Irama jantung regular; S1,S2 tunggal.
b. Nyeri dada ada, biasanya skala 6 dari 10
c. Akral lembab
d. Saturasi Hb O2  hipoksia
9. Persyarafan
a. Keluhan pusing ada
b. Gangguan tidur ada
10. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan normal
b. Bentuk alat kelamin normal
c. Uretra normal
12. Pencernaan
a. Anoreksi disertai mual
b. Berat badan menurun
13. Muskuloskeletal/integument
a. Berkeringat
b. Massa otot menurun

E. Data Penunjang
Analisa gas darah
- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)
- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
- Saturasi hemoglobin menurun.
- Eritropoesis bertambah
1. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi
patogen
2. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi.
3. Foto sinar X rontgen

ASKEP KMB
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas d/d
sputum berlebih, adanya suara nfas tambahan ronkhi, batuk tidak efektif.
2. (D.0037) Risiko ketidak seimbangan elektrolit b/d ketidakseimbangan cairan.
3. (D.0056) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d/d mengeluh lelah dan lemah.

INTERVENSI

1. Dx : (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas
d/d sputum berlebih, adanya suara nfas tambahan ronkhi, batuk tidak efektif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas meningkat.

Kriteria Hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi seputum menurun
- Ronkhi menurun
- Pola nafas membaik

Intervensi
(I.01006) Latihan Batuk Efektif
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
Terapeutik
a. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
a. Jelaskan tuuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan
selama 2 detik kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir mecucu
selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafa dalam yang ke
3
ASKEP KMB
Kolaborasi
a. Kolaborasi peberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

2. Dx. : (D.0037) Risiko ketidak seimbangan elektrolit asupa b/d


ketidakseimbangan cairan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
keseimbangan cairan meningkat.

Kriteria Hasil :
- Asupan cairan meningkat
- Haluaran urine menurun
- Kelembapan membran mukosa meningkat
Intervensi
( I.03121) Pemantauan cairan
Observasi
a. Monitor frekuensi nafas
b. Monitor intake dan output cairan
c. Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan

Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Edukasi
a. jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3. Dx : (D.0056) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen d/d mengeluh lelah dan lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
keseimbangan toleransi aktivitas meningkat.
Kriteria hasil :
- Frekuensi nadi meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Frekuensi nafas membaik
Intervensi :
(I.05186) Terapi Aktivitas
Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin
Edukasi

ASKEP KMB
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, spiritul, dan kognitif dalam dalam
menjaga fungsi dan kesehatan

IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan
diprioritaskan pada upaya untuk mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan
nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan
informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Re mcana Asuhan
Keperawatan)

EVALUASI
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien  terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil
yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi
keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.

ASKEP KMB
DAFTAR PUSTAKA

https://fdokumen.com/document/laporan-pendahuluan-emfisema.html
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2128/1/KTI%20CORNELIS%20YOHNI
%20MENGKO.pdf

ASKEP KMB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738


Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl :11 Juli 2021 Jam : 07.00


Tanggal Masuk :12 Juli 2021 No. reg : 10293847
Ruangan / Kelas : Melati
No. Kamar : 03
Diagnosa Masuk : Emfisema
Diagnosa Medis : Emfisema

I. IDENTITAS
1 Nama : Tn. T
2. Umur : 54 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa /Indonesia
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Wiraswasta
9. Alamat : Desa Mojorum, Kecamatan Gondang,
Kabupaten Tulungagung
10. Alamat yg mudah dihubungi :
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Klien datang ke RSUD Dr. Iskak rujukan dari Puskesmas Gondang
karna sesak napas dan batuk lebih kurang 2 minggu yang lalu, batuk klien
berdahak.

ASKEP KMB
b. Keluhan Utama :
Pada saat pengkajian tanggal 10 Juli 2021 klien mengatakan sesak nafas,
batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak
sekeret keluar ketika batuk, berwarna kuning kental, dan klien merasa cepat lelah
ketika melakukan aktivitas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :


Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nafas sesak, sesak
datang saat klien beraktifitas dan hilang saat istirahat, sesak datang tiba-tiba,
klien mengatakan batuk disertai dahak dah sulit dikeluarkan, dahak
dikeluarkan dengan batuk efektif, klien mengatakan letih, nafsu makan
berkurang. Dari hasil observasi didapat klien tampak sesak, gelisah, klien
menggunakan alat bantu pernafasan yaitu bahu, terpasang oksigen nasal
kanul 5 L. Klien tampak batuk yang disertai dahak, dahak berwarna kuning,
kental, klien tampak lemah, porsi makan yang dihabiskan ½ porsi, klien
terpasang infus di ekstremitas bawah dextra, infus terpasang asering drip
aminophilin, TTV : TD = 100 mmHg, N = 85 kali/menit, RR = 30
kali/menit, S = 37,5 0 C.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Klien mengatakan sudah punya riwayat emfisema dari tahun 2012 dan sudah
3 kali masuk rumah sakit yaitu tahun 2016, 2019 dan sekarang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah menderita
penyakit seperti penyakit yang diderita pasien saat ini dan penyakit keturunan
seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma.

III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT

A. Pola Tidur / Istirahat


Waktu Tidur Siang : 1-2 jam Siang : tidak bisa tidur
Malam : 6-8 jam Malam : 4-5 jam

2. Waktu Bangun Siang : jam 14.00 Siang : tidak bisa tidur


Malam : jam 06.00 Malam : jam 06.00

3. Masalah Tidur Tidak ada Tidak ada

4. Hal-hal yang Tidak ada Tidak ada


mempermudah
tidur
Tidak ada Terganggu pasien lain
5. Hal-hal yang
ASKEP KMB
mempermudah
pasien terbangun

B. Pola Eliminasi
BAB
- Warna Kuning kecoklatan Kuning
- Bau Khas feses Khas feses
- Konsistensi Lunak Lunak
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 2 hari sekali 1 hari sekali
- Kesulitan BAB Tidak ada masalah Tidak ada masalah
- Upaya mengatasi Tidak terkaji Tidak terkaji

BAK
- Warna Jernih kekuningan Kuning
- Bau Khas urin Khas urin
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 3-4 kali sehari Terpasang kateter
dengan kondisi kateter
belum di ganti sejak
awal masuk RS, dengan
urin sebanyak 1000 cc
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

C. Pola Makan dan


Minum
1. Makan 3 kali sehari satu porsi
- Frekwensi habis

- Jenis Nasi, Sayur, lauk


- Diit Tidak ada
- Pantangan Tidak adaa
- Yang Disukai Semua suka
- Yang Tdk Tidak ada
disukai Tidak ada alergi
- Alergi Tidak ada
- Masalah Tidak ada
makan
- Upaya
mengatasi 5-6 gelas per hari
Air putih, minuman soda
2. Minum Tidak ada
- Frekwensi Tidak ada
- Jenis Tidak ada
- Diit Tidak ada
- Pantangan Tidak ada alergi
- Yang Disukai Tidak ada
- Yang Tdk Tidak ada
disukai
- Alergi
- Masalah
minum
- Upaya
ASKEP KMB
mengatasi
Tidak ada
D. Kebersihan diri /
personal hygiene :
1. Mandi 3 kali sehari 1 kali sehari
2. Keramas 2 hari sekali Tidak keramas
3. Pemeliharaan gigi 3 kali sehari 1 hari sekali
dan mulut
4. Pemeliharaan kuku Saat panjang dipotong Belumdipotong
5. Ganti pakaian 3 kali sehari 2 kali sehari
Tidak ada alergi
Nafsu makan menurn
Memberi suplemen makan

3 kali sehari 1 porsi tdk


habis
Nasi, sayur, lauk
Tidak ada
Makanan berminyak
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada alergi
Nafsu makan menurn
Memberi suplemen makan

2-3 gelas per hari


Air putih
Tidak ada
Air es, minuman soda
Tid ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

E. Pola Kegiatan / Pasien dapat beraktifitasi Pasien dapat


Aktifitas Lain sehari hari, seperti pergi beraktifitasi dibantu
bekerja dan melakukn keluarga
kegiatan lain

F. Kebiasaan
- Merokok 1 pack sehari Tidak merokok
- Alkohol Tidak ada Tidak ada
- Jamu, dll 1 minggu sekali Tidak ada

IV. DATA PSIKO SOSIAL


A. Pola Komunikasi :
Efektif dan baik
B. Orang yang paling dekat dengan klien :
Istri dan anak
C. Rekreasi
Hobby :
Olahraga
ASKEP KMB
Penggunaan Waktu Senggang :
Berkebun
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit :
Pasien cemas dan gelisah
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Dapat berinteraksi dengan baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Istri dan anak

V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri
Pasien dapat menerima keadaan dengan baik
B. Harga Diri
Paseien tidak merasa malu dengan keadaan sekarang
C. Ideal Diri
Pasien berharap segera sembuh dari sakitnya
D. Identitas Diri
Pasien dapat mengatakan alamat, namanya, dan nama istri atau anaknya
E. Peran
Pasien sebagai kepala rumah tangga

VI. DATA SPIRITUAL


A. Ketaatan Beribadah :
Pasien mengatakan sholat ada tapi sering bolong – bolong
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien yakin bahwa sakit adalah ujian dari Allah SWT
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien yakin akan kesembuhannya karena pasien sudah berusaha dan
berdoa
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Keadaan umum pasien lemah, nafsu makan berkurang, batuk berdahak
disertai sesak nafas
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 37,5 C Nadi :80x/mnt
Tekanan darah : 100/70 mmHg Respirasi :24x/mnt
Tinggi Badan : 168 cm Berat Badan : 63 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : oval tidak ada benjolan
Ubun-ubun : simetris tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih, tidak berketombe
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : tidak rata
Bau : tidak berbau
Warna : hitam sebagian beruban
c. Wajah
Warna Kulit : sawo matang

ASKEP KMB
Struktur Wajah : simetris
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Lengkap, simetris kanan kiri
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
tidak ada odema
c. Konjuctiva dan sklera :
konjungtiva anemis, sklera ikterik
d. Pupil :
miosis terhadap cahaya
e. Kornea dan iris
tidak ada peradangan
f. Ketajaman penglihatan / visus:
baik
g. Tekanan bola mata :
lunak
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi :
simetris tidak ada pembengkakan
b. Lubang Hidung :
simetris, ada secret
c. Cuping hidung :
ada pernafasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetri
Ukuran telinga : sedang
Ketenggangan telinga : normal lentur
b. Lubang telinga :
bersih, tidak ada serumen
c. Ketajaman pendengaran :
normal
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
kering
b. Keadaan gusi dan gigi :
gusi berwarna coklat kehitaman, ada caries gigi
c. Keadaan lidah :
bersih
d. Orofarings :
ada peradangan dan secret
6. Leher
a. Posisi trakhea : simetri
b. Tiroid : tidak ada pembesaran
c. Suara : normal
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : tidak ada pembesaran
f. Denyut nadi coratis : teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )

ASKEP KMB
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : hangat
c. Warna : sawo matang
d. Turgor : kering
e. Tekstur : kering bersisik kusam
f. Kelembaban : kering
g. Kelainan pada kulit : tidak ada
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara : simetris, datar
b. Warna payudara dan areola : payudara sawo matang, areola coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : tidak ada kelainan
d. Axila dan clavicula : tidak ada benjolan

F. Pemeriksaan Thorak / dada


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : simetris, normal chest
b. Pernafasan
Frekwensi : 34 kali permenit
Irama : irreguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : dyspenea
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) :
vocal fremitus sama kanan dan kiri
b. Perkusi :
sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas :
vasikuler
Suara Ucapan :
normal
Suara Tambahan :
Wheezing dan ronchi
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : normal
- Ictus cordis : teraba di ICS V midclavicula sinistra
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
- Kiri Atas : ICS II sternalis sinistra
- Kiri Bawah : ICS V midclavicula sinistra
- Kanan Atas : ICS II sinistra dextra
- Kanan Kiri : ICS III sinistra dextra
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : lup
- Bunyi jantung II : dup
- Bunyi jantung Tambahan : tidak ada
- Bising / Murmur : tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 89 kali per menit

ASKEP KMB
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal
- Benjolan / Massa : tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 14 kali per menit
- Bunyi jantung Anak / BJA : tidak ada
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : ada
- Benjolan / massa : tidak ada
- Tanda-tanda ascites : tidak ada
- Hepar : normal
- Lien : normal
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan di titik Mc. Burne
d. Perkusi
- Suara Abdomen
tympani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal
tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang anus : normal terdapat lubang anus
b. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum : tidak ada

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )


a. Kesimetrisan Otot :
simetris
b. Pemeriksaan Oedem :

- +
- +

c. Kekuatan Otot :
5 4
5 5
(5) Mampu Menggerakan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahanan penuh .
(4) Dapat bergerak dan dapat menahan hambatan ringan, terpasang infus
di tangan

d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku :


tidak ada

J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
GCS 4.5.6 Kesadaran composmetis
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
normal
4. Fungsi Motorik :
ASKEP KMB
Pasien dapat bergerak
5. Fungsi Sensorik :
Pasien dapat merasakan panas dingin
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
normal
b. Refleks Patologis
normal
K. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi Emosi / Perasaan
Merasa sedih dan gelisah
b. Orientasi
mengerti waktu, tempat, lingkungan
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
memiliki ingatan yang baik
d. Motivasi ( Kemauan )
kemauan sembuh sangat besar
e. Persepsi
mengenali lingkungan
f. Bahasa : jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Emfisema
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
Tanggal : 12 Juli 2021

Darah lengkap Nilai rujukan


HGB : 12,0 [g/dl] Pria : 13.0 – 16.0
Wanita : 12.0 – 14.0

RBC : 3,81 [10^ 6/ul] Pria : 4.5 – 5.5


Wanita : 4.0 – 5.0

HCT : 35,4 [%] Pria : 40.0 – 48.0


Wanita : 37.0 – 43.0

MCV : 92,9 [fl] Pria 5.0 – 10.0


MCHC : 31,5 [pg ] Wanita 150 – 400
RDW – SD : 33,9 [g/dl]
RDW – CV : 47,2 [fl]
WBC : 15,1 [L 103 /mm3 ]
PLT : 351 [351]
PDW : 9,5 [fl]
MPV : 8,8 [fl]
P – LCR : 18,6 [%]
PCT : 0,31 [%]

ASKEP KMB
-
2. Rontgen
Rontgen thorax

3. E C G
-
4. U S G
-
5. Lain – lain
………………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………………
……

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
........................................

ASKEP KMB
Mahasiswa

Titin Kurnia Wati


NIM. A1R19033

ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Register : 10293847

NO KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN


1. DS : Polusi dan rokok
Bersihan Jalan Nafas Tidak
 Pasien mengatakan Efektif
Bronkitis kronis
kesulitan untuk
bernapas.
Bronkospasme
DO :

 Frekuensi pernafasan Obstruksi jalan nafas


pasien tidak teratur,
tampak otot-otot bantu Aktivitas silia dan fagosit
menurun
pernapasan, bunyi
nafas tidak normal
Pembentukan dan
(ronchi) pasien timbunan mukus
tampak batuk.
RR : 30 x/menit Merangsang batuk
produktif

ASKEP KMB
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif

Cairan dan elektrolit

2. DS : Risiko Ketidak seimbangan


 Klien mengatakan Kondisi sakit elektrolit

badannya letih.
DO: Difusi, filtrasi, transport
aktif
 Klien terpasang
infus pada
Gangguan
ekstremitas bawah ketidakseimbangan
elektolit
dextra asering drip
aminophilin1,5 amp
Input kurang output
20 tetes.
berlebih
 Klien terpasang
kateter dengan
Risiko Ketidak
kondisi kateter seimbangan elektrolit
belum diganti sejak
masuk RS, dengan
urin 1000 cc. •
Mukosa bibir klien
tampak pucat.
3.
Saluran pernafasan Intoleransi aktivitas
DS :
kolabs saat respirasi
 Pasien selalu
mengeluh kelelahan Jebakan udara
dan lemas

DO : Penggunaan otot bantu


pernafasan
 Pernafasan
meningkat setelah Keletihan dan kelelahan
melakukan aktivitas
 Cepat lelah saat
beraktivitas

ASKEP KMB
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. T


Umur : 54 tahun
No. Register : 10293847

TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL

1. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas d/d
10 Juli 2021
sputum berlebih, adanya suara nfas tambahan ronkhi, batuk tidak efektif.

(D.0037) Risiko ketidak seimbangan elektrolit b/d ketidakseimbangan cairan.


2.
10 Juli 2021
(D.0056) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d/d mengeluh lelah dan lemah.
3.
10 Juli 2021

ASKEP KMB
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
(D.0001) Bersihan jalan Setelah dilakukan (I.01006) Latihan Batuk
1.
nafas tidak efektif b/d tindakan keperawatan Efektif

hipersekresi jalan nafas d/d selama 2 x 24 jam Observasi

sputum berlebih, adanya diharapkan bersihan d. Identifikasi kemampuan

suara nfas tambahan jalan nafas meningkat. batuk

ronkhi, batuk tidak efektif. e. Monitor adanya retensi


Kriteria Hasil :
sputum
- Batuk efektif f. Monitor tanda dan gejala
meningkat infeksi saluran nafas
- Produksi seputum
Terapeutik
menurun
b. Buang sekret pada tempat
- Ronkhi menurun
sputum
- Pola nafas membaik
Edukasi
e. Jelaskan tuuan dan
prosedur batuk efektif
f. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4
ASKEP KMB
detik ditahan selama 2
detik kemudian
dikeluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
selama 8 detik
g. Anjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
h. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
nafa dalam yang ke 3

Kolaborasi

Setelah dilakukan b. Kolaborasi peberian


(D.0037) Risiko ketidak mukolitik atau
tindakan keperawatan
seimbangan elektrolit b/d ekspektoran, jika perlu.
selama 2 x 24 jam
ketidakseimbangan cairan.
diharapkan
keseimbangan cairan
( I.03121) Pemantauan cairan
meningkat.
2. Observasi
Kriteria Hasil : a. Monitor frekuensi nafas
- Asupan cairan b. Monitor intake dan output
cairan
meningkat
c. Identifikasi faktor resiko
- Haluaran urine
ketidakseimbangan cairan
menurun
Terapeutik
- Kelembapan
a. Atur interval waktu
membran mukosa pemantauan sesuai
meningkat dengan kondisi pasien
Edukasi
(D.0056) Intoleransi b. jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
aktivitas b/d
Setelah dilakukan
ketidakseimbangan antara
tindakan keperawatan
suplai dan kebutuhan
selama 2 x 24 jam
oksigen d/d mengeluh lelah
keseimbangan toleransi
dan lemah.
aktivitas meningkat.
(I.05186) Terapi Aktivitas
Kriteria hasil :
Observasi
3. - Frekuensi nadi
meningkat -Identifikasi defisit tingkat
- Saturasi oksigen
ASKEP KMB
meningkat aktivitas
- Keluhan lelah
Terapeutik
menurun
- Frekuensi nafas -Fasilitasi fokus pada

membaik kemampuan

-Fasilitasi aktivitas fisik rutin

Edukasi

-Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, spiritul, dan
kognitif dalam dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan

ASKEP KMB
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. T Umur : 54 tahun No. Register : 10293847 Kasus : Emfisema

TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA


NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
1. Dx 1 12 juli 2021 12 juli 2021  S:
a. Mengidentifikasi kemampuan batuk  Klien mengatakan batuk-batuk.
07.00 12.30 wib
efektif  Klien mengatakan sesak.
b. Memoonitor adanya retensi sputum
07.20 c. Memonitor tanda dan gejala infeksi  O:
saluran nafas  Klien tampak batuk.
08.00
d. Menganjurkan tarik nafas dalam melalui  Klien tampak sesak
hidung selama 4 detik ditahan selama 2
08.20  Dahak klien tampak banyak.
detik kemudian dikeluarkan dari mulut
 TD : 110/70 mmHg, N : 84x/m, 80
dengan bibir mecucu selama 8 detik
RR : 29x/m, S :36,9 0 C.
e. Menganjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali
 A:
08.30 f. Menganjurkan batuk dengan kuat
 Masalah bersihan jalan nafas tidak
langsung setelah tarik nafas dalam yang
efektif belum teratasi.
09.00 ke 3

g. Mengkolaborasikan peberian mukolitik  P:


atau ekspektoran, jika perlu.  Intervensi dilanjutkan.

ASKEP KMB
09.30 a. Memonitor frekuensi nafas

b. Memonitor intake dan output cairan


 S:
2. Dx 2 07.00
c. Mengidentifikasi faktor resiko  Klien mengatakan masih minum 5
ketidakseimbangan cairan gelas.
07.20
 O:

08.00  Turgor kulit pasien masih jelek.


 A:
 Masalah belum teratasi.
 P:
a. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas  Intervensi dilanjutkan.

3. b. Memfasilitasi fokus pada kemampuan  S:


Dx 3 07.00
 Klien mengatakan kedua tungkai
masih lemah.
c. Memfasilitasi aktivitas fisik rutin
07.20  O:
d. menganjurkan melakukan aktivitas fisik,  Klien tampak masih susah
spiritul, dan kognitif dalam dalam mengerakkan kaki
08.00 menjaga fungsi dan kesehatan  A:
 Masalah belum teratasi.
08.20
 P:
 Intervensi dilanjukan.

ASKEP KMB
a. Mengidentifikasi kemampuan batuk
efektif
b. Memoonitor adanya retensi sputum
1. Dx 1 13 Juli 2021 13 Juli 2021
c. Memonitor tanda dan gejala infeksi  S:
07.00 saluran nafas 12.30  Klien mengatakan sudah tidak sesak
d. Menganjurkan batuk dengan kuat dan tidak batuk
langsung setelah tarik nafas dalam yang  O:
07.20
ke 3  Klien sudah tampak tidak sesak.
08.00  Klien sudah tampak tidak batuk.
e. Mengkolaborasikan peberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.  Sudah tidak terpasang O2
08.20 TD : 130/80 mmHg, N : 83x/i, RR :

18x/i, S :360C.
 A:
08.30  Masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif sudah teratasi.
 P:
 Intervensi dihentikan.
a. Memonitor frekuensi nafas

b. Memonitor intake dan output cairan

2. Dx 2 13 Juli 2021 c. Mengidentifikasi faktor resiko  S:

07.00  Klien mengatakan minum 8 gelas /


ketidakseimbangan cairan dua liter air perhari

ASKEP KMB
07.20  O:
 Turgor kulit pasien sudah baik
08.00  A:
a. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas  Masalah teratasi
 P:
b. Memfasilitasi fokus pada kemampuan  Intervensi dihentikan

c. Memfasilitasi aktivitas fisik rutin


13 Juli 2021
3. Dx 3  S:
07.00  Klien mengatakan sudah bisa
d. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik,
berdiri.
07.20 spiritul, dan kognitif dalam dalam  O:
 Klien tampak sudah bisa berdiri.
menjaga fungsi dan kesehatan
08.00
 A:
 Masalah teratasi.
08.20
 P:
 Intervensi dihentikan.

08.30

ASKEP KMB
FORMAT PENYULUHAN KESEHATAN
Nama pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Register : 10293847

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN MATERI METODE AVA EVALUASI

ASKEP KMB
Setelah dilakukan Setelah dilakukanPencegahan dan a. Apa Definisi dariCeramah, diskusi, tanya Leaflet Keluarga mampu
penyuluhan tentang penanganan penyakit jawab mengulang informasi
penyuluhan tentang Emfisema ?
Emfisema keluarga Tn. Emfisema atau pendidikan
T mampu memahami emfisema pada b. Bagaimana kesehatan yang
Emfisema diberikan terkait dengan
keluarga Tn. T Etiologi dari
Emfisema
diharapkan mampu : Emfisema ?
a) Menjelaskan c. Bagaimana
definisi Patofisiolog dari
Emfisema Emfisema
b) Menjelaskan d. Apa saja
etiologi Manifestasi Klinis
Emfisema dari Emfisema ?
c) Menjelaskan e. Bagaimana
patofisiologi Klasifikasi dari
emfisema Emfisema ?
d) Menjelaskan f. Apa Komplikasi
manifestasi dari Emfisema ?
klinis Emfisema
e) Menjelaskan
klasifikasi dari
Emfisema
f) Menjelaskan
komplikasi dari
emfisema

ASKEP KMB

Anda mungkin juga menyukai