Dosen pengampu
Disusun Oleh
Kelompok 2 Tingkat 3 B
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 DEFINISI...........................................................................................................2
2.2 TUJUAN............................................................................................................2
2.5 PROSEDURE....................................................................................................3
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan.
Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut
mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Kepatenan jalan napas adalah mengecek jalan napas dengan tujuan
untuk menjaga jalan napas. Membuka jalan nafas adalah tindakan yang
dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan
kontrol servikal. Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan
masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenase tubuh.
2.2 TUJUAN
1. Untuk mempertahankan dan memelihara kepatenan jalan napas.
2. Untuk menghilangkan obstruksi parsial maupun total akibat kesalahan
letak dimana lidah jatuh kebelakang paring dan/atau epiglotis setingkat
laring.
2
2.4 MACAM AIRWAY POSITIONING
1. Head-tilt
2. Jaw thrust
3. Chin-lift
4. Sniffing position
2.5 PROSEDURE
1. Head-tilt
a. Letakan/tempatkan pasien dalam posisisupine/terlentang.
b. Angkat dagu ke depan untuk memindahkan mandibula ke depan
sementara gerakan kepala pasien ke belakang dengan satu tangan
yang berada di dahi. Manuver ini mengakibatkan hiperekstensi leher
dan (kontraindikasi jika diketahui/dicurigai adanya trauma leher)
2. Jaw Thrust
a. Letakan/tempatkan pasien dalam posisi supine/terlentang.
b. Angkat mandibula ke depan dengan jari telunjuk sambil mendorong
melawan arkus zigomatik dengan ibu jari. Ibu jari memberikan
tekanan berlawanan untuk mencegah pergerakan kepala saat
mandibula didorong ke depan.
3
3. Chin-Lift
a. Letakan satu lengan (lengan kiri anda) pada dahi untuk
menstabilkan kepala dan leher pasien.
b. Pegang/tangkaplah mandibula pasien dengan ibu jari dan jari
lainnya (lengan kanan anda), kemudian angkat mendibula ke arah
depan.
c. Keji kembali (kaji ulang) kepatenan jalan napas setelah dilakukan
tindakan.
4. Sniffing Position
Untuk tindakan head-tilt, chin-lift pada bagi (infant), tempatkan
satu lengan pada dahi bayi dan angkat kepala secara hati-hati ke
belakang dalam suatu posisi netral. Leher akan sedikit ekstensi. Ini
disebut sebagai sniffing position. Hiperekstensi pada leher bayi dapat
menyebabkan gangguan atau obstruksi jalan napas. Tempatkan jari-
jari di bawah bagian tulang dagu bawah, kemudian angkat mandibula
ke atas dan ke luar. Perhatikan agar mulut tidak tertutup atau
terdorong pada jaringan lunak di bawah dagu, karena dapat
mengobstruksi jalan napas.
Pada anak yang memperlihatkan gejala epiglottitis, seperti
demam tinggi, drolling, distres pernapasan, dsb, jangan dipaksa pada
posisi supine, yang akan menyebabkan obstruksi komplit jalan napas.
Biarkan anak untuk memelihara/mempertahankan posisi nyaman
sampai tindakan definitif pada jalan napas tersedia.
4
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem pernafasan adalah salah satu sistem yang berperan vital dalam
tubuh manusia, sistem pernafasan berfungsi untuk pertukaran udara yang
mengandung oksigen dan karbondioksida, yang kemudian akan diteruskan
oleh sistem kardiovaskular untuk penyebarannya dalam tubuh. Sebagai salah
satu sistem yang sangat banyak perannya dalam tubuh, sistem pernafasan
harus dijaga agar tidak mengalami gangguan. Seorang perawat yang
merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi
DAFTAR PUSTAKA