Anda di halaman 1dari 22

Makalah

Pneumonia

OLEH
KELOMPOK II :

Muhammad Adha Afnur


Sinta Arsita
Alda Yuspita
Ni Kadek Andri Ani Putri
Almania Resta
Hariadin
Lisda
Aril

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN D.III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2019-202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Anak ini dengan judul “ PNEUMONIA “.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah mendukung
terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya.

Oleh Kelompok 2
Kendari, 21 Februari 2020
Daftar Isi

Cover ........................................................................................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
Bab 2 Pembahasan
A. Definisi Pneumonia ......................................................................................................
B. Etiologi .........................................................................................................................
C. Patofisiologi .................................................................................................................
D. Manifestasi klinis .........................................................................................................
E. Faktor Resiko ...............................................................................................................
F. Komplikasi ...................................................................................................................
G. Pencegahan ...................................................................................................................
H. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................................
I. Penatalaksanaan ...........................................................................................................
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
Daftar Pustaka ..........................................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angkakematiannya
tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara majuseperti AS, Kanada dan
negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua jutasampai tiga juta kasus pneumonia
per tahun dengan jumlah kematian rata-rata45.000 orang.Di Indonesia, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor tigasetelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor
sosial ekonomi yang rendahmempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah
demam, sesak napas,napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet,
serta gambaranhasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.Kepadatan
terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yangsebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita
mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruanguntuk oksigen. Pneumonia yang
ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk
peralihan antara bakteri dan virus). Bakteriyang umum adalah streptococcus Pneumoniae,
Staphylococcus Aureus, KlebsiellaSp, Pseudomonas sp, virus misalnya virus
influenza.Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. American Lung
Associationmisalnya, menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematiannomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa
dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan
influenzakembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara
itu.Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan
sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang
menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia
banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita
pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.Pneumonia menyebabkan infeksi
paru meradang. Kantung-kantung udaradalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah
dan cairan sehingga kemampuanmenyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke
seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Umumnya pneumonia terjadi akibat
inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil melalui aliran darah (hematogen).
Sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis
pneumonia tersering pada bayi dan anak. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pneumonia berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea,
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas, sehingga pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien yang paling diutamakan (Setiawati, 2008).Oksigenasi adalah
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Normalnya elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian oksigen (O2) ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis (Rufaidah, 2005).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukan dengan beberapa metode
seperti menggunakan kateter nasal, kanul nasal, sungkup muka sederhana, sungkup
kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing . Nebulizer juga
dapat diberikan pada orang yang mengalami gangguan sistem pernapasan seperti batuk,
pilek maupun obstruksi / penyumbatan saluran pernapasan oleh mukus. Nebulizer
cenderung diberikan pada bayi atau anak-anak karena usia tersebut belum mampu
mengeluarkan dahak secara optimal (Rufaidah, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Pneumonia
2. Etiologi Pneumonia
3. Patofisiologi Pneumonia
4. Manifestasi klinis
5. Faktor Resiko
6. Komplikasi
7. Pencegahan
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Penatalaksanaan
Bab 2
Pembahasan
A. Definisi
Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan
Pneumonia pada Balita” di sebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru ( jaringan alvioli)
(DepKes RI, 2004:4). Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler kapiler
pembuluh darah dalam alvioli. Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan
mengisi alvioli tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal ini
mengakibatkan kesukaran bernapas (DepKes RI, 2007:4). Menurut Mahmud, 2006
menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya peradangan pada salah satu atau kedua
organ paru yang di sebabkan oleh infeksi.Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan
pada paru terisi oleh cairan dan tak jarang menjadi mati dan timbul abses (Prabu,
1996:37). Penyakit ini umunya terjadi pada anak anak dengan ciri ciri adanya demam,
batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau napas sesak. Defenisi kasus tersebut hingga
kini digunakan dalam program pemberantasan dan penanggulangan ISPA oleh
Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di perkenalkan oleh WHO pada tahun
1989. Menurut Wahab, 2000, pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan
yang di tunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding
dada atau sering di sebut tarikan dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing).
Pengertian pneumonia dalam buku “ Perawatan Anak Sakit” yang di tulis Ngastiyah yang
di terbitkan oleh EGC mengatakan bahwa pneumonia adalah suatu radang paru yang di
sebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.

B. ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari:
a. Susunan anatomis dari rongga hidung.
b. Jaringan limfoid di naso faring.
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang di
keluarkan oleh sel epitel sersebut
d. Refleks batuk
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
g. Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna..
Etiologi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan agen penyebab infeksinya.
Pembagian pneumonia menurut anatominya:
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lubularis (Bronkopneumonia)
c. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis)
Sedangkan pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya
adalah :
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :
• Staphylococcus aureus
• Legionella
• Hemophillus influenzae
2. Virus
• Virus influenzae
• Chicken pox (cacar air)
3. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)
4. Jamur
• Aspergilus
• Histoplasma
• koksidioidomikosis
5. Aspirasi ( makanan, amnion dsb )
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus
(streptokokus pneumoniae). Beberapa penelitian menemukan bahwa kuman ini
menyebabkan pneumonia hampir pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di
negaraberkembang.
Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa gambaran etiologi
pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat dengan adanya
perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita. Ostapchuk menyebutkan
kejadian pneumonia pada bayi neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptokokus
dan gram negatif enteric bacteria (escherichia coli). Sementara itu, pneumonia pada anak
anak balita lebih sering di sebabkan oleh virus, salah satunya adlah Respiratory syncytial
virus.

C. PATOFISIOLOGI
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan
agen infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada
kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang bertransmisi
denagan cara yang sama. Pada dasarnya agen infeksius memasuki saluran pernapasan
melalui berbagai cara seperti inhalasi (melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun
dengan aspirasi langsung ke dalam saluran tracheobronchial. Selain itu masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan juga dapat di akibatkan oleh adanya
perluasan langsung dari tempat tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus pneumonia,
mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi
penyakit. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka
mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang
pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli
membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran
darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi
sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan
histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam
ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah
yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula. Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan
manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan
kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain adanya
infeksi kuman dan virus, menurunnya daya tahan tubuh dapat juga di sebabkan karena
adanya tindakan endotracheal dan tracheostomy serta konsumsi obat obatan yang dapat
menekan refleks batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap
serangan kuman dan virus.

D. GEJALA/MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :
a. Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, tachipnoe.
b. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian menjadi
hilang, ronchi
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
k. Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas Kejadian pneumonia pada
balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri demam, batuk, pilek, disertai sesak napas
dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, serta cyanosis pada infeksi yang
berat. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam terjadi karena gerakan paru yang
mengurang akibat infeksi pneumonia yang berat. pada usia di bawah 3 bulan, kejadian
pneumonia di ikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitis,
laryngitis, dan pharyngitis. Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan - <5 tahun di
lihat dari adanya kesulitan bernapas dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, sedangkan pada anak umur <2 bulan di ikuti dengan adanya napas cepat dan
atau terikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Kriteria napas cepat berdasarkan
frekwensi pernapasan di bedakan menurut umur anak. Untuk umur kurang dari 2
bulan, di katakan napas cepat, jika frekwensi napas 60x/menit atau lebih, sedangkan
untuk umur 2 bulan sampai <12 bulan jika >50x/menit dan umur 12 bulan sampai <5
tahun jika >40x/menit.

E. FAKTOR RESIKO PNEUMONIA


Faktor faktor resiko kesakitan (morbiditas) pneumonia adalah antara lain umur,
jenis kelamin, gizi kurang, riwayat BBLR, pemberian ASI yang kurang, defesiensi Vit A,
status imunisasi, polusi udara, ventilasi rumah dan pemberian makanan yang terlalu
dini.
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor resiko utama pada beberapa penyakit. Hal ini
di sebabkan karena umur dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Anak
anak yang berumur 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia di bandingkan
anak anak yang berumur di atas 2 tahun. Hal ini di sebabkan karena imunitas yang belum
sempurna dan lubang pernapasan yang relatif sempit.
b. Jenis kelamin
Penelitian di Uruguay menunjukkan bahwa pada tahu 1997-1998, 58% penderita
pneumonia yang di rawat di RS adalah laki laki.
c. Riwayat BBLR
Bayi dengan BBLR beresiko mengalami kematian akibat pneumonia, hal ini di
sebabkan karena zat anti kekebalan di dalam tubuhnya belum sempurna sehingga
memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita pneumonia.
d. Pemberian ASI
ASI mengandung nutrisi dan zat zat penting yang berguna terhadap kekebalan
tubuh bayi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi bayi untuk segera di berikan ASI sejak
lahir karena pada saat itu bayi belum dapat memproduksi kekebalannya sendiri.
Pemberian ASI ternyata dapat menurunkan resiko pneumonia pada bayi dan balita.
Penelitian di Rwanda melaporkan bahwa bayi yang di rawat di rumah sakit karena
pneumonia lebih beresiko pada bayi yang tidak memperoleh ASI.
e. Status Gizi
f. Status Imunisasi
Pada dasarnya beberapa penyakit penyakit infeksi yang terjadi pada anak anak
dapat di cegah dengan imunisasi. Yaitu antara lain ; difteri, pertusis, tetanus, hepatitis,
tuberkulosis, campak dan polio. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pneumonia
juga merupakan penyakit yang dapat di cegah melalui pemberian imunisasi yaitu dengan
imunisasi campak dan pertusis. Penyakit pertusis berat dapat menyebabkan infeksi
saluran napas berat seperti pneumonia. Oleh karena itu pemberian imunisasi DPT dapat
mencegah pneumonia.
g. Defesiensi Vit A
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian Vit A berguna dalam
mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinya kematian akibat pneumonia.
Pemberian Vit A di khususkan pada balita berumur 6 bulan sampai 2 tahun yang di
rawat di RS karena campak dan komplikasi pneumonia. Oleh karena itu jika anak
menderita pneumonia tetapi telah memperoleh Vit A sebelumnya dalam jangka waktu
tertentu, maka anak tersebut tidak akan menderita pneumonia berat dan dapat mencegah
mortalitas.

F. Komplikasi
a. Shock dan gagal napas
Komplikasi parah pneumonia meliputi hipotensi dan syok dan kegagalan
pernafasan (terutama dengan penyakit bakteri gram negatif pada pasien usia lanjut).
Komplikasi ini ditemui terutama pada pasien yang tidak menerima pengobatan khusus
atau pengobatan yang tidak memadai atau tertunda. Komplikasi ini juga ditemui ketika
organisme penyebab infeksi yang resisten terhadap terapi dan ketika penyakit penyerta
mempersulit pneumonia.
Jika pasien sakit parah, terapi agresif termasuk dukungan hemodinamik dan
ventilasi untuk mencegah pecahnya kapiler perifer, menjaga tekanan darah arteri, dan
memberikan oksigenasi yang memadai. Agen vasopressor dapat diberikan secara
intravena dengan infus dan pada tingkat disesuaikan sesuai dengan respon tekanan.
Kortikosteroid dapat diberikan parenteral untuk memerangi shock dan toksisitas pada
pasien yang sangat sakit dengan pneumonia dan bahaya nyata kematian dari infeksi.
Pasien mungkin memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Gagal jantung
kongestif, disritmia jantung, perikarditis, miokarditis dan juga komplikasi dari pneumonia
yang dapat menyebabkan shock.
b. Atelektasis dan Efusi pleura
Atelektasis (dari obstruksi bronkus oleh akumulasi sekresi) dapat terjadi pada
setiap tahap pneumonia akut. Efusi pleura parapneumonik terjadi pada setidaknya 40%
dari pneumonia bakteri. Sebuah efusi parapneumonik adalah setiap efusi pleura yang
berhubungan dengan pneumonia bakteri, abses paru, bronkiektasis atau. Setelah efusi
pleura terdeteksi pada dada x-ray, thoracentesis yang dapat dilakukan untuk
mengeluarkan cairan tersebut. Cairan ini dikirim ke laboratorium untuk analisis. Ada tiga
tahap efusi pleura parapneumonik berdasarkan patogenesis: tidak rumit, rumit, dan
empiema toraks. Sebuah empiema terjadi ketika tebal, cairan purulen terakumulasi dalam
ruang pleura, sering dengan perkembangan fibrin dan loculated (berdinding-off) daerah
di mana infeksi berada. Sebuah tabung dada dapat dimasukkan untuk mengobati infeksi
pleura dengan mendirikan drainase yang tepat dari empiema tersebut. Sterilisasi rongga
empiema membutuhkan 4 sampai 6 minggu antibiotik. Kadang-kadang manajemen bedah
diperlukan.
c. Superinfeksi
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis yang sangat besar antibiotik,
seperti penisilin, atau dengan kombinasi antibiotik. Superinfeksi juga dapat terjadi pada
pasien yang telah menerima berbagai kursus dan jenis antibiotik. Dalam kasus tersebut,
bakteri dapat menjadi resisten terhadap terapi antibiotik. Jika pasien membaik dan
demam berkurang setelah terapi antibiotik awal, tetapi kemudian ada kenaikan suhu
dengan meningkatnya batuk dan bukti bahwa pneumonia telah menyebar, superinfeksi
mungkin terjadi. Antibiotik dapat diubah atau dihentikan sama sekali dalam beberapa
kasus.

G. Pencegahan
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia:
a. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berat badan lahir rendah, perlu gizi ibu
selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu
dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
b. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena
malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur
2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung
faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap
infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif
lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
c. Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
d. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk
mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan
napas cepat/sesak napas.5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah. Untuk
mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara
mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang
ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca
dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi
kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
e. Menjauhkan balita dari penderita batuk
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara
napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain.
Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan
mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang
berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir
pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
f. Mengurangi minum alkohol
Mengurangi minum alkohol dapat membantu dalam mengatasi hidrasi. Hal ini
juga membantu melawan pneumonia. Obat penurun demam, contohnya acetaminophen
(Tylenol) atau ibuprofen (Advil) mungkin juga dapat membantu agar lebih baik.
g. Latihan Nafas
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan
terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia.
(Jeremy, 2005)

H. Pemeriksaan Diagnostik
a) Sinar X dada : mengidentifikyanasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrasi baik menyebar ataupun terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul. Selain itu juga dapat menunjukkan efusi pleura, kista udara-cairan, sampai
konsolidasi.
b) Analisis gas darah : untuk mendiagnosis gagal napas,serta menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
c) LED meningkat
d) Hitung jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/µl kadang-kadang mencapai
30.000/µl
e) Pemeriksaan fungsi paru : volume turun, tekanan jalan napas meningkat, dan komplain
menurun.
f) Pemeriksaan elektrolit : Na dan Cl meningkat.
g) Pemeriksaan bilirubin : terjadi peningkatan bilirubin.
h) Aspirasi/biopsi jaringan paru
i) Kultur sputum : penting untuk koreksi terapi antibiotik. (Misnadiarly, 2008)

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum yaitu :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. Infus Dextrose 10% : NACL 0,9% =3:1
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melaui selang
nasogastrik dengan feeding drip
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier
e. Berikan antibiotika jika penderita telah di tetapkan sebagai pneumonia.
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan manajemen tatalaksana
baru yaitu MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) yang terintegrasi dan di terapkan
sebagai acuan program penanggulangan ISPA pneumonia di pelayanan kesehatan dasar.
Adapun tatalaksananya adalah meliputi :
a. Pemeriksaan
b. Penentuan ada tidaknya bahaya
c. Penentuan klasifikasi penyakit
d. Pengobatan dan tindakan
Tata Laksana Therapy:
1. Bagi penderita pneumonia, di berikan antibiotika per oral selama 5 hari. Antibiotika
yang di gunakan adalah kotrimoksasol (480 mg dan 120 mg) dan Paracetamol
(500mg dan 100mg). akan tetapi pada bayi berumur kurang dari 2 bulan, tidak di
anjurkan untuk di berikan pengobatan antibiotika per oral maupun paracetamol.
2. Tindakan yang di berikan pada penderita pneumonia berat adalah di rawat di RS. Ada
beberapa tanda bahaya yang menunjukkan anak menderita penyakit yang sangat berat
di mana jika anak mempunyai salah satu tanda bahaya tersebut maka perlu segera di
rujuk ke RS yaitu:
 Pada anak umur 2 bulan - <5 tahun tanda bahaya tsb antara lain kurang bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor atau mengalami gizi buruk.
 Pada anak umur <2 bulan : kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor, wheezing, demam atau dingin.
 Penderita sangat muda atau tua : mengalami keadaan klinis berat yaitu sesak
napas, kesadaran menurun, serta gambaran kelainan toraks cukup luas, adanya
riwayat penyakit lain (bronkiektasis atau bronkitis kronik, adanya komplikasi dan
tidak adanya respon terhadap pengobatan yang telah di berikan.
3. Pemberian oksigen terutama pada anak yang cyanosis
4. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif,
serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan takipnea pada anak
berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan
adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan
atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung
/ mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara
dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada
sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial,
egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
e. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
Bab 3
Penutup

A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang
terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak.

B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh
seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran
pernapasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan
ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan
nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih memperhatikan kesehatan
anak karena anak lebih rentan beresiko terkena penyakit yang di sebabkan daya tahan tubuh
mereka yang masih lemah. Pemberian ASI sangat di butuhkan oleh bayi dengan tujuan
untuk membentuk imun si bayi tersebut agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko
terkena penayakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan terkenanya
pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defesiensi Vit A, pemberian ASI dan imunisasi.
Untuk mencegah hal tsb, ibu ibu sebaiknya memperhatikan gizi si anak,memberikan ASI
pada bayinya, kelengkapan imunisasi dan selalu waspada terhadap tanda bahaya jika si
anak mengalami infeksi saluran napas.
DAFTAR PUSTAKA

https://ml.scribd.com/doc/92936811/Makalah-Pneumonia
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712008/bab2.pdf
http://www.ichrc.org/421-pneumonia-ringan
https://www.academia.edu/24126073/Makalah_Pneumonia

Anda mungkin juga menyukai