KEPERAWATAN ANAK I
“ Patofisiologi,WOC Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah
Pneumonia”
OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Delima, S.Kep, S.Pd.M.Kes
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah keperawatan
anak I dalam keperawatan ini tepat pada waktunya yang berjudul “Patofisiologi Dan
Asuhan Keperawatan Pada anak Dengan Masalah Pneumonia & Asma ”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita. Aamiin.
Padang, 30 Maret2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. PNEUMONIA
A. Definisi................................................................................................... 6
B. Patogenesis............................................................................................. 6
C. Etiologi tanda dan gejala........................................................................ 7
D. Faktor-faktor predisposisi....................................................................... 9
E. Manifestasi klinis.................................................................................... 10
F. Penatalaksanaan...................................................................................... 10
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia....................................... 15
2. WOC PNEUMONIA...........................................................................................21
3. LAPORAN PENUGASAN.................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angkakematiannya
tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara majuseperti AS, Kanada
dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua jutasampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata45.000 orang. Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tigasetelah kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendahmempertinggi angka kematian.
Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,napas dan nadi cepat, dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet, serta gambaranhasil ronsen memperlihatkan kepadatan
pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan
yangsebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya
fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa
ruanguntuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh
bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus).
Bakteriyang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus,
KlebsiellaSp, Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza. Pneumonia sebenarnya
bukan penyakit baru.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian
bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah
sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah
yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan
pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan
penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.Pneumonia
menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udaradalam paru yang disebut
alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuanmenyerap oksigen menjadi
kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi
mikroorganisme, sebagian kecil melalui aliran darah (hematogen). Sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus.
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita maupun
remaja (Sidhartani, 2007). Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2011,
235 juta orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari 8%
di negara-negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah. Dilaporkan di beberapa
negara angka kejadian asma meningkat, misal di negara Jepang, Melbourne, dan
Taiwan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun
2013 didapatkan prevalensi asma di Indonesia 4,5% dengan kejadian terbanyak pada
perempuan sebesar 4,6%. Di poliklinik Subbagian Paru Anak FKUI-RSCM Jakarta,
lebih dari 50% kunjungan merupakan penderita asma. Jumlah kunjungan di Poliklinik
Subbagian Paru Anak berkisar antara 12000-13000 atau rata-rata 12.324 kunjungan
pertahun (staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI, 1985)
Asma adalah penyakit yang menganggu jalan nafas pada paru-paru dan sering
dialami oleh anak-anak. Penyakit ini sangat menganggu aktivitas anak dan
menghambat dalam proses tumbuh kembang anak. Gejala asma dengan batuk, sesak
nafas, nafas pendek dan mengi membuat anak-anak kesulitas saat tidur maupun
beraktivitas seperti sekolah. Adanya peningkatan angka morbiditas dan mortalitas
pada anak dengan penyakit asma diperlukan penanganan yang sesuai sehingga
prevalensi asma akan menurun. Salah satunya dengan menghindari faktor penyebab
penyakit asma ini pada anak. Pada asma yang disebabkan oleh faktor genetic juga
harus mendapatkan penanganan agar asma tidak sering kambuh dan mengganggu
aktivitas anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang. Peran orangtua juga sangat
dibutuhkan dalam penatalaksanaan penyakit asma ini, karena edukasi mengenai
penyakit ini tidak hanya ditujukan kepada pasien saja, tetapi keluarga dan orang-orang
di sekitar pasien untuk mencegah dan menangani kekambuhan asma pada anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologi dan Askep pada Anak dengan masalah Pneumonia ?
2. Bagaimana WOC Pnemonia ?
C. Tujuan
Untuk memahami patofisiologi dan askep pada anak dengan masalah Pneumonia dan
pathofisiologi,WOC
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar
alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya
jaringan paru-paru yang sakit (Sumantri,Iman.,2007).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri
virus jamur dan benda-benda asing (Muttaqin,Arif.,2013).
B. Patogenesis
Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara.respirasi
organisme dari nasofaring atau penyebab pneumonia bakteri alis yang paling sering
atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh titik bakteri yang masuk ke
paru-paru melalui saluran pernafasan masuk ke bronkiolus dan alveolus lalu
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli dan jaringan interstitial.bakteri pneumococcus dapat meluas
melalui poros kon dari alveoli ke alveoli di seluruh segmen atau lobus. Timbulnya
hepatisasi merah adalah akibat perembetan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler
paru.alveoli dan Septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan
fibrinogen serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar titik
paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lanjut,
aliran darah menurun, alveoli penuh sewaktu resolusi berlangsung makrofag masuk ke
dalam alveoli dan menelan bersama bakteri pneumococcus di dalamnya.baru masuk
dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara
perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrinosa dibuang dari alveoli
titik terjadi resolusi sempurna paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan
kemampuannya dalam melakukan pertukaran gas.
Tidak terjadinya pneumonia pada orang normal yang sehat adalah akibat adanya
mekanisme pertahanan yang terdiri atas refleks glotis dan batu lapisan mukus dan
gerakan silia yang mengeluarkan organisme yang melekat pada lapisan mukus
tersebut dan sekresi humoral setempat. Sel-sel yang melapisi saluran trakeobronkial
menghasilkan zat kimia yang mempunyai sifat antimikroba yang tidak spesifik
meliputi
1. Lisozim, satu enzim yang menghancurkan bakteri terutama jika ada komplemen
2. Laktoferin, suatu ikatan besi dengan glikoprotein yang mempunyai sifat bakteriostatik
3. Interferon, suatu protein dengan berat molekul rendah dengan aktivitas antivirus
Stadium dari pneumonia bakteri yang disebabkan oleh bakteri pneumonia coccus yang
tidak diobati adalah :
1. Penyumbatan (4 sampai 12 jam pertama ) : eksudat serosa masuk ke dalam alveolus
dari pembuluh darah yang bocor
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : paru-paru tampak merah dan tampak
bergranula karena eritrosit, fibrin, dan leukosit polimorphonuklear atau PMN mengisi
alveolus.
3. Hepatisasi kelabu(3 sampai 8 hari) : paru-paru tampak berwarna abu-abu karena
leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveolus yang terserang
4. Pemulihan (7 sampai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan di reabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.
D. Faktor-faktor predisposisi
Beberapa keadaan mengganggu mekanisme pertahanan tersebut sehingga timbul
infeksi paru misalnya kesadaran menurun, usia tua, trakeostomi, pipa endotrakeal
nyeri akibat operasi terutama setelah operasi abdomen atau trauma pada dada atau
abdomen penyakit neuromuskular, deformitas pada dada seperti kifoskoliosis dosis
yang berat dan sehingga mengurangi kemampuan batuk efektif.infeksi virus pada
saluran pernafasan menyebabkan nekrosis, deskuamasi, peningkatan sekret dan
jumlah bakteri patogen dalam sekret serta menyebabkan gangguan pada gerakan silia
dan mukus.
Secara umum klien dengan pneumonia bakterial is biasanya mempunyai
penyakit dasar akut atau kronis yang mengganggu daya tahan Inang.pneumonia lebih
sering timbul akibat flora normal pada klien yang ada Tahan tubuhnya telah terganggu
atau terjadi sebagai akibat aspirasi flora normal yang ada dalam mulut. Meskipun
sebagian besar pneumonia tidak tipikal seperti yang disebabkan oleh infeksi virus
terjadi pada individu yang sehat tapi biasanya pernah terdapat riwayat penyakit virus
sebelumnya.
E. Manifestasi klinis
Menurut corwin 2001, gejala-gejala plamonia serupa untuk semua jenis pneumonia
tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri gejala-gejala
mencangkup:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat ( untuk streptococus pneumoniae), merah muda
( untuk Staphylococcus aureus ),atau kehijauan dengan bau untuk psidomonas
auruginosa ).
4. krekel atau bunyi paru tambahan
5. rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema
6. biasanya sering terjadi respon subjektif dispneu.Dipsneu Adalah perasaan
sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas
gas.
7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mukus yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi
9. Hemoptisis, batuk berdarah dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.
F. Penatalaksanaan medis
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45 derajat. Kematian
seringkali berhubungan dengan hipotensi hipoksia aritmia cordis dan penekanan
susunan saraf pusat maka penting untuk dilakukan pengaturan Keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa dengan baik, pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan
perbedaan O2 di alveoli arteri dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2
Sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak beracun atau po24 untuk mempertahankan
po2 Arteri sekitar 60 sampai 70 mmhg dan juga penting mengawasi pemeriksaan
analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk Line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk
mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara umum.bronkodilator seperti
aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase Secret dan distribusi ventilasi
titik kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika
pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi
terjadi segera atasi hipoksemia Arteri dengan cara cara memperbaiki volume
intravaskular dan melakukan dekompresi lambung.kalau hipotensi tidak dapat diatasi,
dapat dipasang kateter Swan ganz dan infus dopamin 2-5 Ʊg/kg/menit.Bila perlu
dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.
Pemberian antibiotik terpilih seperti penisilin diberikan secara intramuskular 2
x 600000 unit sehari titik penisilin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai ke lain tidak mengalami sesak nafas lagi selama 3 hari dan tidak ada
komplikasi lain. Klien dengan abses paru dan empiema memerlukan antibiotik lebih
lama. Untuk klien yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin.
Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena banyak yang resisten.
Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap
penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari Tipe
anafilaksis dalam 12 sampai 36 jam Setelah pemberian penisilin suhu dan Nadi,
frekuensi pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ± 20% klien
demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam Setelah obat dikonsumsi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara
selintas pandang dengan menilai Keadaan fisik tiap bagian tubuhhasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 oc , frekuensi nafas
meningkat dari frekuensi normal denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan dan apabila tidak
melibatkan infeksi sistemik yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan
fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi palpasi perkusi dan
auskultasi.
1. inspeksi
bentuk dada dan gerakan pernafasan titik gerakan pernafasan simetris.
Pada klien dengan Pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi
nafas cepat dan dangkal, Serta adanya retraksi sternum dan interkostal
atau ICS.napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh
anak-anak titik batuk dan sputum titik saat dilakukan pengkajian batuk
pada klien dengan Pneumonia biasanya didapatkan batuk produktif
disertai dengan adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen.
2. Palpasi
Gerakan dinding thorax anterior/eksklusi pernafasan titik pada palpasi
klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara atau fremitus vokal
taktil fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
3. Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
Bunyi resonan atau Sonor pada seluruh lapangan paru titik bunyi redup
perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
Bronkopneumonia menjadi suatu sarana atau confluence.
4. Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi
nafas tambahan ronki basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronki.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya didapatkan jumlah leukosit Rp15.000 sampai Rp40.000 / mm3titik
dalam keadaan leukopenia laju endap darah biasanya meningkat hingga 100
mm/jam.saat dilakukan biakan sputum, darah atau jika dimungkinkan cairan
efusi pleura untuk biarkan aerobik dan anaerobik untuk selanjutnya dibuat
Pewarnaan Gram sebagai pegangan dalam pemberian antibiotik.
b. Pemeriksaan radiologis
Sebaiknya foto thorax anterior dan lateral untuk melihat keberadaan
konsolidasi retrocardiac sehingga lebih mudah untuk menentukan lobus mana
yang terkenal karena setiap lobus memiliki kemungkinan untuk terkena.
meskipun lobus inferior lebih sering terkena lobus atas dan lobus tengah juga
dapat terkena titik yang khas adalah tampak gambaran konsolidasi homogen
sesuai dengan letak anatomi lobus yang terkena.
c. Chest x-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran misal lobus Dan bronchial dapat juga
menunjukkan multiple access atau infiltrat, empiema atau Staphylococcus
penyebaran atau lokasi infiltrasi atau bacterial, atau penyebaran ekstensif
nodul infiltrat seringkali viral pada pneumonia mycoplasma chest x-ray
mungkin bersih.
d. Analisis gas darah
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
e. Pewarnaan Gram atau kultur sputum dan darah
Didapatkan dengan biopsi aspirasi transtracheal, fiber optik bronkoskopi, atau
biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari
satu tipe Organisme yang dapat ditemukan seperti diplococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus a. Hemolitik streptokokus dan hemofilus influenza.
f. Periksa darah lengkap atau complete Blood count
Leukositosis biasanya timbul meskipun nilai pemeriksaan darah putih atau
white blood count rendah pada infeksi virus.
g. Tes serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
h. Pemeriksaan fungsi paru-paru
Volume mungkin menurun atau kongesti dan kolak alveolar tekanan saluran
udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun hipoksemia.
4. Diagnosis keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler
alveolus.
3) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
5. Intervensi keperawatan
N Diagnosa SLKI SDKI
o
6. Implementasi
1) Peningkatan produksi sekret tidak ada.
2) Peningkatan tekanan pada kapiler alveolus tidak ada.
3) Kerusakan parenkim pada paru membaik
7. Evaluasi
1) Bersihan jalan napas meningkat.
2) Pertukaran gas pada klien membaik atau meningkat
3) Nyeri pada klien berkurang
2. WOC
Bakteri/virus
Peradangan alveolus
Nyeri Suhu tubuh meningkat
(parenkim paru)
Ekstrapasasi cairan sirosa MK : Risiko tinggi
ke dalam alveoli kekurangan cairan
Anoreksia
Kerusakan
Hipoksemia
jaringan paru
MK : Gangguan
pemenuhan
MK : Gangguan nutrisi
pola nafas
MK : Bersihan
jalan nafas tidak
efektif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas
b. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.
c. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas
senggang
d. Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah
muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah.
e. Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi
f. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran
daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
g. Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.
h. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan
sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang
menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia
banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita
pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena
hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan dan
penyempitan yang bersifat sementara
Menurut The Lung Association ada dua factor yang menjadi pencetus asma : pemicu
yang mengkibatkan terganggunya saluran pernafasan dan mengakibatkan mengencang
atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi) tetapi tidak dapat
peradangan,seperti: Perubahan cuaca dan suhu udara, rangsang sesuatu yang bersifat
alergi,misalnya asap rokok,serbuk sari,debu,bulu binatang, infeksi saluran pernapasan,
gangguan emosi, kerja fisik atau olahraga yang berlebihan
Asma memiliki ciri khusus : Sesak napas pada asma khas disertai suara mengi akibat
kesulitan ekspirasi, pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang,
keadaan sesak hebat yang di tandai dengan giatnya otot-otot bantu pernapasan dan
sianosis dikenal dengan status asmatikus yang dapat berakibat fatal, dipsnue dipagi hari
dan sepanjang malam,sesuda latihan fisik(terutama saat cuaca dingin),berhubungan
dengan paparan terhadap alergi seperti bulu binatang
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih
baik pada makalah kami selanjutnya
Daftar Pustaka