Anda di halaman 1dari 17

Health Education OKTOBER 2022

“BRONKITIS PADA ANAK”

Nama : Muh. Ilham Hidayat

No. Stambuk : N 111 21 079

Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muh. Ilham Hidayat

Stambuk : N 111 21 079

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Judul : Bronkitis pada Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Undata Palu

Program Studi Profesi Dokter

Fakulas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Oktober 2022

Mengetahui

Pembimbing Dokter Muda

dr. Kartin Akune, Sp. A Muh. Ilham Hidayat

DAFTAR ISI

2
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3\

A. PENDAHULUAN............................................................................................4

B. TINJAUAN PUSTAKA.................................Error! Bookmark not defined.

C. KESIMPULAN...............................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA............................................Error! Bookmark not defined.

A. PENDAHULUAN
Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir
(mukosa) bronkus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam
paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak

3
(menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2
jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut
dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya
penyakit, bukan berat ringannya penyakit. Bronkitis akut pada umumnya ringan.
Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14
hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai
sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Kebanyakan brokitis pada
anak yaitu brokitis akut sedangkan bronkitis kronis terjadi pada usia dewasa.

Bronkitis akut Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan.
Berlangsung singkat(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari.
Meski ringan, namunadakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak,
dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi

4
B5onkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan
puncak lain terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronkitis
kronik dapat mengenai orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang
diatas 45 tahun. Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau
musim hujan (didaerah tropis).

Mekanisme klirens saluran napas.

Pertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia,yang


akan membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan-
bahan kimia yang mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara terus-
menerus disintesis dan disekresikan untuk melapisi lapisan mukosa.Kecepatan
normal silia 12 sampai 15x/detik, menghasilkan kecepatan 1mm/menit untuk
membersihkan lapisan mukosa. Kecepatan mucociliary clearance meningkat
dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan kecepatan gerakan silia meningkat oleh
aktivitas purinergik, adrenergik, kolinergik dan reseptor agonis adenosin,serta
bahan iritan kimia. Mekanisme kedua, adalah dengan mengeluarkan mukus
dengan refleks batuk. Ini mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa
penyakit paru yang disebabkan oleh kerusakan fungsi silia tidak terlalu berat
dibandingkan dengan yang disebabkan dehidrasi, yang menghalangi kedua
mekanisme klirens saluran napas. Meskipun batuk berkontribusi dalam
membersikan mukus pada penyakit dengan peningkatan produksi mukus atau
gangguan fungsi silia, ini dapat menyulitkan gejala.

Etiologi

Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :

 Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytialvirus


(RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.

 Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus


influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).

5
 Jamur

 Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain. Penyebab bronkitis akut yang
paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri
hanya sekitar < 10%. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain
merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.

Di lingkungan sosioekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder


oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat
memudahkan terjadinya bronkitis akut.

Patogenesis

Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membran mukosa
bronkus. Pada orang dewasa, bronkitis kronik terjadi akibat hipersekresi mukus dalam
bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah sel goblet dalam
epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien, hal ini disebabkan oleh paparan asap
rokok. Pembersihan mukosiliar menjadi terhambat karena produksi mukus yang
berlebihan dan kehilangan silia, menyebabkan batuk produktif. Pada anak-anak, bronkitis
kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau paparan
alergen atau iritan secara terusmenerus. Saluran nafas akan dengan cepat merespon
dengan bronkospasme dan batuk, diikuti inflamasi, udem, dan produksi mukus. Apabila
terjadi paparan secara kronik terhadap epitel pernafasan, seperti aspirasi yang rekuren
atau infeksi virus berulang, dapat menyebabkan terjadinya bronkitis kronik pada anak-
anak. Bakteri patogen yang paling banyak menyebabkan infeksi saluran respirasi bagian
bawah pada anak-anak adalah Streptococcus pneumoniae. Haemophilus influenzae dan
Moraxella catarrhalis dapat patogen pada balita (umur 5-18 tahun). Seperti disebutkan
sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,namun organisme pasti penyebab
bronkitis akut sampai saat ini belum dapat diketahui, oleh karena kultur virus dan
pemeriksaan serologis jarang dilakukan.

Adapun beberapa virus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut
adalah virus – virus yang banyak terdapat di saluran pernapasan bawah yakni influenza B,
influenza A, parainfluenza dan respiratory syncytial virus (RSV). Influenza sendiri
merupakan virus yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar secara cepat dalam

6
suatu populasi. Gejala yang paling sering akibat infeksi virus influenza diantaranya
adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat. Apabila penyakit influenza sudah
mengenai hampir seluruh populasi disuatu daerah, maka gejala batuk serta demam dalam
48 jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang terinfeksi virus influenza. RSV
biasanya menyerangorang – orang tua yang terutama mendiami panti jompo, pada anak
kecil yangmendiami rumah yang sempit bersama keluarganya dan pada tempat
penitipananak. Gejala batuk biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut
akibatinfeksi RSV.

Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas seperti


rhinovirus, adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Gejala yang dominan
timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret encer dari telinga
(rhinorrhea) dan faringitis . Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis
akut, antara lain,Bordatella pertusis, Bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae dan
Mycoplasma pneumoniae. Infeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi dilingkungan
kampus dan di lingkungan militer. Namun sampai saat ini, peranan infeksi bakteri dalam
terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena biasanya ditemukan
pula infeksi virus atau terjadi infeksi campuran.

Pada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bahwa
bakteri – bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan
Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk dan produksi
sputum. Namun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus
yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteritersebut dapat mendiami
saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalamsputum dapat berupa suatu koloni
bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi akut. Penyebab batuk pada bronkitis akut
tanpa komplikasi bisa dari berbagai penyebab dan biasanya bermula akibat cedera pada
mukosa bronkus. Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan
siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mukosiliar defence paru-paru
mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, akan
terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi
hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mukus akan meningkat.

7
Infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali
sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus
kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah
banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar. Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan
napasterutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolapsdan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Pasien mengalamikekurangan 02,
iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di manaterjadi penurunan PO2
Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis.

Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksi nilai
volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang reversibel. Sedangkan pada infeksi
akibat bakteri M. pneumoniae atau C. Pneumoniae biasanyamempunyai nilai reduksi
FEV1yang lebih rendah serta nilai reversibilitas yang rendah pula Virus dan bakteri biasa
masuk melalui port d’entre mulut dan hidung “droppletinfection” yang selanjutnya akan
menimbulkan viremia/bakterimia dan gejala ataureaksi tubuh untuk melakukan
perlawanan.

Manifestasi Klinis

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu.
Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning
kehijauan,atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :

 Demam (biasanya ringan)

 Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).

 Sesak napas, rasa berat bernapas,

 Bunyi napas mengi atau ± ngik

 Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada

Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan
lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala – gejala infeksi saluran

8
respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3 – 4 hari setelah rhinitis.
Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk
lepas yang ringan dan produktif. Karena anak – anak biasanya tidak membuang lendir
tapi menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak.
Pada anak yang lebih besar,keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk
serta nyeri dada padakeadaaan yang lebih berat.

Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelasa
karena kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yang diketahui adalah
adanya peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinya deskuamasi sel – sel epitel
bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran respiratori
menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan
reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus
menunjukkan adanya superinfeksi bakteri.

Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal.Seiring


perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar berbagai macam ronki, suara
napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil pemeriksaan
radiologis biasanya normal atau didapatkan corakan bronkial. Pada umumnya gejala akan
menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda – tanda klinis menetap hingga 2 – 3 minggu,
perlu dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itu dapat pula terjadi infeksi sekunder.

Diagnosis

Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada anamnesa pasien mempunyai
gejala batuk yang timbul tiba – tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti
pasien menderita pneumonia,common cold , asma akut,eksaserbasi akut bronkitis kronik
dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal
biasanya tidak khas. Dapat ditemukanadanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi
pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk,
pada auskultasi didadapat terdengar ronki,wheezing , ekspirium diperpanjang atau tanda
obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
5Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia
pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita
bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

9
 Denyut jantung > 100 kali per menit

 Frekuensi napas > 24 kali per menit

 Suhu > 38°C

Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara
napas. Keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat disingkirkan
dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax. Tidak ada pemeriksaan penunjang
yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak
diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini
biasanya diperlukan pada bronkitis kronis.

Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar
penyebabnya adalah virus. Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan
bronkial meningkat. Pada beberapa penderita menunjukkanadanya penurunan ringan uji
fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya
sehat.

Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin ada
nasofaringitis

 Paru:ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk),wheezing dan krepitasi

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan
untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan
seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur
pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu
mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Untuk anak yang
diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia, mycoplasma,atau infeksi virus
saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan sekresi nasofaringeal untuk membantu
pemilihan antimikroba yang cocok. Serum IgM mungkin dapat membantu.Untuk anak
yang diduga mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulin total,

10
subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan
diagnosis.

Diagnosis banding

Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada commoncold. Common
cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran pernapasan atas yang
ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk
serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot danlemas. Seringkali common cold dan
bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada common cold
merupakan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas yang disertai post nasal drip dan
pasien biasanya sering berdeham.

Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah yang
dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu mempersulit
penegakkan diagnosis penyakit ini. Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan
eksaserbasi akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu
penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu
bronkitis akut pada1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua
penyakit ini memiliki gejala yang serupa, maka satu – satunya alat diagnostik adalah
dengan mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri
atau merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma.

Bronkitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat sembuh sendiri
dan bila batuk lebih dari 3 minggu maka diagnosis diferensial lainnya harus dipikirkan.
Pasien dengan riwayat penyakit paru kronik sebelumnya seperti bronkitis kronik, PPOK
dan bronkiektasis, pasien dengan gagal jantung dan dengan gangguan sistem imun seperti
AIDS atau sedang dalam kemoterapi, merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena
bronkitis akut dan dalam halini kelompok tersebut merupakan pengecualian.

Penatalaksanaan

Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan


keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:

 Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.
Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat

11
ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak
dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para
ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke
bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif
hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita
merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan. Penggunaan codein atau
dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk dan perburukannya pada pasien
bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti secara sistematis. Dikarenakan pada
penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut terbukti efektif untuk
mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada
bronkitis akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan.

Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala
batuk pada common cold dan penyakit saluran napas akibat virus, menunjukkan hasil
yang beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek

 Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG
(glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.

 Antipiretik : parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita


demam.

 Bronkodilator , diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-


lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat
bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat
asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu,
penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami
oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata
mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika
masih berdebar, hendaknya diberikan obat bronkodilator jenis lain. Dalam suatu studi
penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator tidak direkomendasikan sebagai
terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi.Ringkasan statistik dari penelitian Cochrane
tidak menegaskan adanya keuntungan dari penggunaan β-agonists oral maupun dalam
mengurangi gejala batuk pada pasien dengan bronkhitis .Namun, pada kelompok subgrup
dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akutdengan gejala obstruksi saluran napas dan

12
terdapat wheezing , penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Efek
samping dari penggunaan βagonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar.
Penggunaan antikolinergik oral untuk meringankan gejala batuk pada bronkitis akut
sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak. Dikarenakan pada penelitian ini
disebutkan bahwa gejala batuk lebih banyak berasal dari bronkitis akut, maka
penggunaan antitusif sebagai terapiempiris untuk batuk pada bronkitis akut dapat
digunakan

 Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh bakteri.


Pemeriksaan penunjang :

-Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

-Laboratorium : Leukosit > 17.500.

Prognosis

Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat atau
mengatasi setiap penyakit yang mendasari.

Komplikasi

a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik


b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Pleuritis
d. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
e. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

C. KESIMPULAN
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang disebabkan
sebagian besar oleh virus dan mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus.
Gejala yang paling menonjol adalah batuk dengan atau tanpa sputum, berlangsung tidak
lebih dari 2 minggu. Untuk menegakkan diagnosis dari penyakit ini harus disingkirkan
kemungkinan adanya penyakit pernapasan lainnya seperti pneumonia, common cold,
asma akut,eksaserbasi akut bronkitis kronik dan PPOK. Pada penatalaksanaan bronkitis

13
antibiotik diperbolehkan bila dicurigai penyebabnya adalah bakteri. Pemberian
bronkodilator diperbolehkan bila gejala batuk berbarengan dengan asma. Pemberian agen
mukolitik tidak direkomendasikan dan pemberian antitusif dengan Dekstrometorphan
terbukti dapat menekan gejala batuk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta .


2010.
2. Ghosh R, Rossner P, Honkova K, Dostal M, Sram RJ, Hertz-Picciotto I.
Air pollution and childhood bronchitis: Interaction with xenobiotic,

14
immune regulatory and DNA repair genes. Environ Int. 2016 Feb. 87:94-
100. [QxMD MEDLINE Link].
3. Bidiwala A, Krilov LR, Pirzada M, Patel SJ. Pro-Con Debate: Protracted
Bacterial Bronchitis as a Cause of Chronic Cough in Children. Pediatr
Ann. 2015 Aug. 44 (8):329-36. [QxMD MEDLINE Link].
4. Di Filippo P, Scaparrotta A, Petrosino MI, Attanasi M, Di Pillo S,
Chiarelli F, et al. An underestimated cause of chronic cough: The
Protracted Bacterial Bronchitis. Ann Thorac Med. 2018 Jan-Mar. 13 (1):7-
13. [QxMD MEDLINE Link].
5. Marsh RL, Smith-Vaughan HC, Chen ACH, Marchant JM, Yerkovich ST,
Gibson PG, et al. Multiple Respiratory Microbiota Profiles Are Associated
With Lower Airway Inflammation in Children With Protracted Bacterial
Bronchitis. Chest. 2019 Jan 17. [QxMD MEDLINE Link].

Lampiran.

Dokumentasi Kegiatan

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai