TUTORIAL NEUROLOGI
“Seizure ec Trauma Capitis Post KLL”
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Tutorial : Trauma Capitis Post KLL
Bagian : Ilmu Penyakit Saraf
Pembimbing
2
STATUS NEUROLOGI
Diagnosa Masuk :
Diagnosa Keluar : Code :
1. ANAMNESE :
1. Keluhan Utama : Kejang
2. Anamnesis terpimpin :
- Informasi mengenai keluhan utama :
Seorang laki laki 19 tahun dibawa keluarganya ke IGD dengan keluhan
kejang. Kejang dialami sebanyak 2 kali. Bangkitan pertama dialami pasien setelah
kecelakaan lalu lintas pada sore dan yang kedua saat berada bangsal rumah sakit
pada malam hari. Durasi kejang lama sekitar 10 menit. Awalnya kaku kemudian
gerakan tak terkendali seluruh tubuh. Setelah, kecelakaan pasien dibawah
kerumahnya dengan kondisi kebingungan dan berbicara tidak jelas. Riwayat pingsan
pascatrauma sekitar 10 menit. Keluhan disertai dengan sakit kepala berat dan
penurunan ingatan setelah ditabrak mobil hingga dirumah sakit. Muntah sebanyak 2
kali. Keluhan lain seperti pegal dibagian belakang leher sampai ke pinggang, terasa
sakit saat digerakan atau ditekan. BAB dan BAK dalam batas normal. Sesak dan
demam disangkal oleh pasien.
- Informasi riwayat penyakit terdahulu :
Hipertensi (-), DM (-), epilepsi (-), Tidak ada riwayat kejang sebelumnya .
- Informasi penyakit keluarga :
Tidak ada keluhan yang sama dalam keluarga.
- Informasi mengenai hobi/pekerjaan :
Pasien merupakan pelajar di sekolah menengah pertama.
Pemeriksaan Psikiatris
- Emosi dan afek : TDP - Penyerapan : TDP
- Proses berfikir : TDP - Kemauan : TDP
- Kecerdasan : TDP - Psikomotor : TDP
Status Neurologis : G C S = E4 V5 M6
1. Kepala :
- Posisi : Central - Bentuk/ Ukuran : Normocephal
- Penonjolan : Tidak ada - Auskultasi : Tidak ada
2. Nervus cranialis :
- N.I (olfaktorius) :
Penghidu : Normosmia
- N.II (optikus) : OD OS
- Ketajaman Penglihatan TDP TDP
- Lapangan Penglihatan TDP TDP
- N.III, IV, VI
- Celah kelopak mata
- Ptosis (-) (-)
- Exoftalmus (-) (-)
- Posisi bola mata sentral sentral
- Pupil : - Ukuran/bentuk bulat dan tepi regular. bulat dan tepi reguler
4
- Isokor/anisokor isokor isokor
- Refleks cahaya langsung
/tak langsung RCL (+)/ RCTL (+) RCL (+)/ RCTL (+)
- Refleks akomodasi TDP TDP
- Gerakan bola mata :
- Parese kearah TDP TDP
- Nistagmus TDP TDP
- Doll’s Phenomenon (+) (+)
- N.V (Trigeminus) :
*Sensibilitas : - N.V1 : +/+
- N.V2 : +/+
- N.V3 : +/+
*Motorik : Inspeksi
(istirahat/menggigit) : Normal
*Refleks dagu/masseter : Normal
*Refleks Cornea : Normal
- N.VII (Facialis) :
*Motorik : m. Frontalis m. Orbik. okuli m. orbik. Oris
- istirahat : simetris simetris simetris
- Gerakan mimik : TDP TDP TDP
*Pengecap 2/3 lidah bagian depan : TDP
- N. VIII (Auskultasi) :
*Pendengaran : +/+
*Test rinne/weber : TDP
*fungsi vestibularis : TDP
- N. IX/X (Glossopharingeus/vagus) :
*Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Simteris
*Refleks telan/muntah : (+)
*Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan
*Fonasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
5
*Takikardi/bardikardi : (-)
- N. XI (Accecorius) :
*Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
*Angkat bahu : Normal
- N. XII (Hypoglosus)
*Deviasi lidah : (-)
*Fasciculasi : (-)
*Atrofi : (-)
*Tremor : (-)
*Ataxia : (-)
3. Leher :
*Tanda-tanda perangsangan selaput otak : - Kaku kuduk : (-)
- Kernig’s sign : (-)/(-)
*Tanda-tanda iritasi radix : - Lasegue sign : (-)/(-)
- Patrick sign : (-)/(-)
- Kontra Patrick sign : (-)/(-)
*Kelenjar Lymphe : Pembesaran (-)
*Arteri karotis : Palpasi : Teraba
Auskultasi : Normal
*Kelenjar gondok : Pembesaran (-)
4. Abdomen :
*Refleks kulit dinding perut : Normal
5. Kolumna vetebralis :
- inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- pergerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
- perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
6
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
- Motorik
Pergerakan
Lateralisasi ekstremitas dextra
Kekuatan
Tonus otot Hipotonus Normal Hipotonus Normal
Bentuk otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
- Otot yang terganggu : - - - -
- Refleks fisiologis :
Biceps ++ ++ KP + +
R
Triceps ++ ++ AP + +
R
Radius ++ ++
Ulna ++ ++
7
7. Pergerakan abnormal yang spontan :-
8. Gangguan koordinasi :
- tes jari hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
- tes tumit : Tidak dilakukan pemeriksaan
- tes pronasi-supinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- tes pegang jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Gangguan keseimbangan : Tes romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
10. Gait : Tidak dilakukan pemeriksaan
11. Pemeriksaan fungsi luhur
- reaksi emosi : TDP - fungsi psikosensorik (gnosis) : TDP
- fungsi bicara : TDP - fungsi psikomotorik (praksia) : TDP
- intelegensia : TDP
V. RESUME
Seorang laki-laki 19 tahun MRS dengan keluhan konvulsi. Konvulsi dialami sebanyak
2 kali. Bangkitan pertama dialami pasien setelah kecelakaan lalu lintas pada sore dan yang
8
kedua saat berada bangsal rumah sakit pada malam hari. Durasi konvulsi sekitar 10 menit.
Awalnya tonik kemudian dilanjutkan fase klonik. kebingungan dan berbicara tidak jelas
post trauma. Syncope posttrauma (+), Chepalgia (+), Vomitus (+) sebanyak 2 kali.
Myalgia dari cervical hingga lumbal.
Pemeriksaan fisik ditemukan Kesan sakit sedang, Kesadaran compos mentis, GCS
E4V5M6. TD: 120/80 mmHg, HR: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,7C. Pada hasil
pemeriksaan neurologis tidak ditemukan deficit neurologis.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis : Seizure
Diagnosa Topis : Korteks serebri
Diagnosa Etiologi : Trauma Capitis
VI. TATALAKSANA
Perbaiki Airway, Breathing, Circulation
Medikamentosa :
- IVFD RL 20 tpm
- Manitol 100g/24 jam/iv
- Neurosanbe kp/20
- Omeprazole 40g/24 jam/iv
- Piracetam 3g/8 jam/iv
- Phenytoin 100mg 2x1
- Eprinoc 50 mg 2x1
9
LEARNING OBJECTIVE
Sumber :
- Tahir, A. M. 2018. Patofisiologi Kesadaran Menurun. UMI Medical Journal. 3
(1): 1-9.
10
- Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017. Buku
Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Sumber :
- Kurniawaty, Y., & Kalanjati, V. P. (2013). Mekanisme gangguan neurologi pada
epilepsi. Majalah Biomorfologi, 26(1), 16-21.
Sumber :
- Affandi, I. G., & Panggabean, R. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi
Intrakranial pada Stroke. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 180-184.
Sumber :
- Arifin, M. Z. HEAD INJURY MANAGEMENT PENGELOLAAN
PENDERITA CEDERA KEPALA.
2. Asam valproat, efektif untuk kejang fokal, kejang tonik-klonik, dan kejang absens.
Dosis 400-2000 mg dibagi 1-2 dosis per hari.
3. Obat-obat yang tersedia di puskesmas
1. Fenobarbital, dapat dimulai dengan dosis 60mg/hari per oral dinaikkan 30 mg
setiap 2-4 minggu hingga tercapai target 90-120 mg/hari.
2. Fenitoin (300-600 mg/hari per oral dibagi menjadi satu atau dua dosis)
3. Karbamazepine (800-1200 mg/ hari per oral dibagi menjadi tiga hingga empat
dosis). Obat ini merupakan obat pilihan untuk pasien epilepsi pada kehamilan.
Terapi lain berupa terapi non-farmakologi dan terapi bedah (lobektomi dan lesionektomi)
Sumber :
- Kristanto, A. (2017). Epilepsi bangkitan umum tonik-klonik di UGD RSUP
Sanglah Denpasar-Bali. Intisari Sains Medis, 8(1), 69-73.
13
7. Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menemukan diagnosis pasti
pada pasien ?
Jawab :
Pemeriksaan Penunjang
1. Computerized Tomograhy Scanner (CT SCAN): mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI): Digunakan sama dengan CT scan dengan/
tanpa kontras radio aktif
3. Serebral Angiography: Menunjukkan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan
jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan, dan trauma
4. Elcktrocncephalograph (EEG): Untuk memperlihatkan keadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
5. Sinar- X; Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang
6. Brainstem Auditory Evoked Response (BAER): Mengoreksi batas fungsi korteks dan
otak kecil
7. Positron Emossion Temoghraphy (PET): mendeteksi perubahan aktivitas
metabolisme otak.
Sumber :
- Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan system saraf.
Jakarta : Salemba Medika
Sumber :
- Kristanto, A. (2017). Epilepsi bangkitan umum tonik-klonik di UGD RSUP
Sanglah Denpasar-Bali. Intisari Sains Medis, 8(1), 69-73.
Sumber :
- Lumbantobing SM. 2008. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
FKUI.
1. Bangkitan Umum
Terjadi pada seluruh area otak. Kesadaran akan terganggu pada awal kejadian kejang.
Kejang umum dapat terjadi diawali dengan kejang parsial simpleks atau kejang parsial
kompleks. Jika ini terjadi, dinamakan kejang umum tonik-klonik sekunder.
16
Jenis kejang yang paling dikenal. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan sering
penderita akan menangis. Jika berdiri, orang akan terjatuh, tubuh menegang (tonik)
dan diikuti sentakan otot (klonik). Bernafas dangkal dan sewak- tu-waktu terputus
menyebabkan bibir dan kulit terlihat keabuan/ biru. Air liur dapat terakumu- lasi
dalam mulut, terkadang bercampur darah jika lidah tergigit. Dapat terjadi kehilangan
kontrol kandung kemih. Kejang biasanya berlangsung sekitar dua menit atau kurang.
Hal ini sering diikuti dengan periode kebingungan, agitasi dan tidur. Sakit kepala dan
nyeri juga biasa terjadi setelahnya.
1.2. ABSENS (PETIT MAL)
Kejang ini biasanya dimulai pada masa anak-anak (tapi bisa terjadi pada orang
dewasa), seringkali keliru dengan melamun atau pun tidak perhatian. Sering ada
riwayat yang sama dalam keluarga. Diawali mendadak ditandai dengan menatap,
hilangnya ekspresi, tidak ada respon, menghenti- kan aktifitas yang dilakukan.
Terkadang dengan kedipan mata atau juga gerakan mata ke atas. Durasi kurang lebih
10 detik dan berhenti secara tiba-tiba. Penderita akan segera kembali sadar dan
melanjutkan aktifitas yang dilakukan sebelum kejadian, tanpa ingatan tentang kejang
yang terjadi. Penderita biasanya memiliki kecerdasan yang normal. Kejang pada
anak-anak biasanya teratasi seiring dengan pubertas.
1.3. MIOKLONIK
Kejang berlangsung singkat, biasanya sentakan otot secara intens terjadi pada
anggota tubuh atas. Sering setelah bangkitan mengakibatkan menjatuh- kan dan
menumpahkan sesuatu. Meski kesadaran tidak terganggu, penderita dapat merasa
kebingun- gan dan mengantuk jika beberapa episode terjadi dalam periode singkat.
Terkadang dapat memberat menjadi kejang tonik-klonik.
1.4. TONIK
Terjadi mendadak. Kekakuan singkat pada otot seluruh tubuh, menyebabkan orang
menjadi kaku dan terjatuh jika dalam posisi berdiri. Pemulihannya cepat namun
cedera yang terjadi dapat bertahan. Kejang tonik dapat terjadi pula saat tertidur.
1.5. ATONIK
Terjadi mendadak, kehilangan kekuatan otot, menye- babkan penderita lemas dan
terjatuh jika dalam posisi berdiri. Biasanya terjadi cedera dan luka pada kepala. Tidak
ada tanda kehilangan kesadaran dan cepatpemulihankecualiterjadicedera.
Kejang parsial mungkin tidak diketahui maupun dibingungkan dengan kejadian lain. Terjadi
pada satu area otak dan terkadang menyebar ke area lain. Jika menyebar, akan menjadi
kejang umum (sekunder), paling sering terjadi kejang tonik klonik. 60 % penderita epilepsi
merupakan kejang parsial dan kejang ini terkadang resisten terhadap terapi antiepileptik.
Sumber :
- Kristanto, A. (2017). Epilepsi bangkitan umum tonik-klonik di UGD RSUP
Sanglah Denpasar-Bali. Intisari Sains Medis, 8(1), 69-73.
Sumber :
- Ulkhaq, D. L. M., Sulistyani, S., Nursanto, D., & Setiawan, I. (2020). FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPLIKASI TRAUMATIC BRAIN
INJURY.
18