TUTORIAL
DISUSUN OLEH :
Andi Moch. Ictiar (N11121038)
Muh. Ilham Hidayat (N11121079)
Niswatul Magfirah (N1112187)
Annisa Muwaffaq (N11121110)
PEMBIMBING:
dr. Dewi Suriany A, Sp. KJ
A. Deksripsi
1. Hendaya/disfungsi:
Hendaya sosial (-)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya pengggunaan waktu senggang (-)
c) Riwayat Psikiatri :
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan perinatal
Lahir prematur
Riwayat masa kanak awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia. Pasien
mendapatkan kasih sayang dari orang tua .
Status Neurologis
Meningeal Sign : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan nervus cranial : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan sistem motorik : Normal
Koordinasi gait keseimbangan : Normal
Gerakan-gerakan abnormal : (-)
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Ada [Halusinasi auditorik: mendengar suara
bisikkan seseorang yang menyuruh dia untuk berkata kasar kepada
tuhan)]
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Ada (pasien merasa hidup dalam mimpinya)
5. Proses Berpikir
a) Arus pikiran:
a. Produktivitas : Cukup ide
b. Kontiniuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
b) Isi pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Ada (Waham Rujukan: merasa orang
sering membicarakannnya sehingga dia marah dan memukulnya)
6. Pengendalian Impuls
Baik selama pemeriksaan.
7. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu (suka membongkar rumah orang dan
mencuri uang orang tuanya)
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Terganggu
8. Tilikan (insight)
Tilikan derajat 6 : Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan
B. Diagnosis Banding
1) Gangguan Sosiofobia
2) Gangguan cemas menyeluruh
3) Gangguan Afektif Depresi dengan psikotik
4) Gangguan panik
C. Rencana terapi
1. Psikofarmaka
Antidepresan :
- Fluoxetin 10 mg (2x1)
Antisiolitik :
- Alprazolam 0,25 mg (2x1)
Antipsikotik :
- Trifluoperazine HCl 1 mg (2x1)
2. Non psikofarmaka
- Psikoterapi suportif (ventilasi, konseling, sosioterapi
- Psikoterapi reedukatif
- Psikoterapi rekonstruksi
D. Prognosis
- Ad Vitam : Bonam
- Ad Functionam : Dubia ad Bonam
- Ad sanationam : Dubia ad Bonam
E. Follow Up
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan pasien serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping obat yang diberikan. Selain itu, Memantau kepatuhan pasien dalam
meminum obat dan membatasi konsumsi alcohol dan merokok. Tetap
memberikan terapi suportif (konseling dan sosioterapi)
F. Learning Objective
1. Apa hubungan mengkonsumsi alcohol dan THD dengan kecemasan
yang dirasakan ?
Jawab :
HUBUNGAN KONSUMSI ALKOHOL DENGAN GANGGUAN
ANSIETAS
Penggunaan alkohol dan gangguan ansietas sering terjadi bersamaan dan
dapat mengeksaserbasi satu sama lainnya. Terdapat 3 mekanisme utama
yang menjelaskan hubungan ini (Smith et al., 2012):
a) Common-Factor Model Teori ini menjelaskan bahwa adanya
variabel ketiga yang mempengaruhi terjadinya gangguan
penggunaan alkohol dan gangguan ansietas. Hubungan antara
gangguan penggunaan alkohol dan gangguan ansietas tidak terjadi
secara langsung melainkan merupakan pengaruh dari variabel lain
(genetik dan kepribadian). Faktor genetik dan kerentanan seseorang
untuk mengalami ansietas saling berinteraksi untuk menghasilkan
suatu kepribadian yang secara genetik rentan terhadap komorbiditas
ansietas dan masalah penggunaan alkohol.
b) Self-Medication Model Teori ini menjelaskan bahwa seseorang
mengonsumsi alkohol untuk mengatasi kecemasannya yang
berakibat pada timbulnya gangguan penggunaan alkohol. Gangguan
ansietas mendahului penggunaan alkohol dan bukan merupakan
dampak langsung dari gangguan penggunaan alkohol (independen).
Kedua kondisi inilah yang membedakan gangguan ansietas yang
diinduksi zat dengan gangguan ansietas yang independen zat.
c) Substance-Induced Anxiety Model Gangguan penggunaan alkohol
berdampak pada peningkatan tingkat kecemasan dan kerentanan
untuk mengalami gangguan ansietas. Konsumsi alkohol kronis dan
withdrawal menyebabkan perubahan sistem saraf pusat yang
berhubungan dengan timbulnya ansietas dan progresinya. Perubahan
yang terjadi dapat berupa defisiensi GABA dan hipereksitabilitas
dari area spesifik (sistem limbik dan sistem norepinefrin) yang
berakibat pada timbulnya gangguan panik. Penelitian menunjukkan
bahwa seorang alkoholisme yang berhenti mengonsumsi alkohol
menunjukkan gejala ansietas, panik, dan fobia yang temporer serta
gejala dari aktivitas sistem saraf simpatis (takikardi dan takipnoe).
HUBUNGAN KONSUMSI THD DENGAN GANGGUAN ANSIETAS
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral
lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak diguna- kan untuk terapi
penyakit parkin- son. Efek sentral terhadap su- sunan saraf pusat akan
merang- sang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.
Obat ini spesifik untuk reseptor muskarinik (menghambat reseptor
asetilkolin muskarinik). Triheksifenidil bekerja melalui neuron
dopaminergik. Mekanismenya mungkin melibatkan peningkatan
pelepasan dopamin dari vesikel prasinaptik, penghambatan ambilan
kembali dopamin ke dalam terminal saraf prasinaptik atau menimbulkan
suatu efek agonis pada reseptor dopamin pascasinaptik.6 Triheksifenidil
memiliki efek menekan dan menghambat reseptor muskarinik sehingga
menghambat sistem saraf parasimpatetik, dan juga memblok reseptor
muskarinik pada sambungan saraf otot sehingga terjadi relaksasi.
Pemberian secara oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak
terakumulasi dijaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam bentuk
metabolitnya
Efek dari penggunaan trihexyphenidyl adalah detak jantung
meningkat, pusing, penglihatan kabur, mual, muntah, diare, depresi dan
kebingungan. Remaja gemar menggunakan obat ini selain harganya yang
murah, obat ini membuat efek mabuk dan tenang sesaat.
Efek samping merugikan dihasilkan dari penghambatan reseptor
asetilkolin muskarinik. Antikolinergik sering digunakan sebagai obat
yang disalahgunakan di jalanan. Potensi penyalahgunaan tersebut adalah
berhubungan dengan sifat meningkatkan mood yang ringan pada
pemakaian triheksifenidil dosis besar.
2. Bagaimana mekanisme terjadinya halusinasi? Dan apakah
halusinasi merupakan patologi atau tidak?
Jawab :
Halusinasi adalah persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori meliputi seluruh
pancaindrahalusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, perabaan, atau penciuman . pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
Patofisiologi Halusinasi
Penyebab gangguan jiwa Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien
mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian
yang memuncak, dan tidak daapat diselesaikan. Kien mulai melamun dan
memikirkan hal hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara.
Perilaku klien: tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika
sedang asik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik:
pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
Fase ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu
pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan
psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,
tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase keempat
Disebut juga fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik:
halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungannya.
Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu
orang.
Dimensi halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,ketakutan,perasaan
tidak aman,gelisah dan bingung,perilaku merusak diri,kurang
perhatian,tidak mampu mengambil keputusan,serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata,Halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi.
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang
menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di
alam nyata sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya
seolah merupakan tempat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk mensucikan diri
Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adanya pikiran
logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman,
perilaku cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis.
Sedangkan,respon maladaptive yang meliputi waham, halusinasi,
kesukaran proses emosi, perilaku tidak teroganisasi, dan isolasi sosial.
3. Psikodinamika depresi?
Jawab :
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai
dengan kesedihan yang amat sangat, perasan tidak berarti dan
bermasalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilanagan
selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas
yang biasa dilakukan. Pendekatan psikoanalisis ini dari Freud
menyebutkan bahwa depresi disebabkan oleh kebutuhan oral pada masa
anak-anak yang kurang terpuaskan atau, sebaliknya, terpuaskan secara
berlebihan, sehingga ia terfikasi pada fase ini mengakibatkan individu
dependen, low self esteem. Akibatnya anak akan mengembangkan
ketergantungan yang berlebihan terhadap harga diri, sehingga apabila
kehilangan seseorang yang sangat berarti akan muncul reaksi yang
kompleks seperti bersedih dan berkabung yang berlarut-larut, perasaan
marah, dendam, membenci diri-sendiri, serta ingin mendukung atau
menyalahkan diri sendiri sehingga ia merasa tertekan dan depresi.
SOSIO FOBIA
Gangguan panik
Setidaknya satu serangan telah diikuti dari satu bulan (atau lebih) dari satu
atau kedua hal berikut:
Penjelasan tambahan
Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat (pengobatan)
atau kondisi medis lainnya (misalnya, hipertiroidisme, gangguan
kardiopulmoner)
Gangguan ini tidak dijelaskan dengan baik sebagaimental disfearedsocial
situation, seperti dalam gangguan kecemasan sosial, sebagai respon atas
situasi atau objek fobia tertentu, seperti dalam fobia spesifik; sebagai
respon atas obsesi, seperti pada obsessive-compulsive disorder; sebagai
respon atas ingatan event traumatik, seperti pada gangguan stress pasca-
trauma; atau sebagai respon untuk pemisahan dari attachment figure,
seperti dalam separation anxiety disorder.
2. Bila ditemukan anxietas berat dj.sertai depresi yang lebih ringan, maka
3. Bila ditemukan sindrom depresi depresi dan anxietas yang cukup berat
untuk menegakkan masing-masing diagnosis , maka kedua diagnosis
tersebut harus dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan DSM V
DAFTAR PUSTAKA