Anda di halaman 1dari 34

KASUS BESAR

NOVEMBER 2021

GANGGUAN CAMPURAN
ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

Oleh :
Nur Afni Jusman, S.Ked
K1B1 21 011

Pembimbing:
dr. Andiny Syamsinar, Sp.KJ.

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : 1957 (64 tahun)
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Palopo
No. Hp : 08XXXXXX
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kolaka Utara
01
Riwayat
Penyakit
Keluhan Utama : Sakit kepala

1. Keluhan dan Gejala


Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan ± 2 tahun yang lalu. Sakit
kepala yang dirasakan terasa nyut-nyut, dan terasa panas seperti memakai balsem. Sakit kepala
hilang timbul, dan muncul tiba-tiba. Sakit kepala yang dirasakan awalnya disebabkan karena
pasien menderita saraf mata terjepit, dan diperberat oleh tekanan darah dan juga kolesterol yang
tinggi.
Pasien juga mengeluhkan susah tidur, pasien mengeluh tidak dapat melanjutkan
tidurnya ketika terbangun dan hanya tidur ± 5 jam/hari (pukul 20.00-01.00), pasien juga merasa
gelisah, ada perasaan ingin menangis dan khawatir ketika sakit kepalanya muncul memikirkan apa
penyebab sakit kepala yang ia rasakan, jantung berdebar-debar, dan memiliki banyak pikiran
terhadap anak-anak, dan saudaranya.
Pasien mengatakan keluhan sakit kepalanya dirasakan sejak lama dan telah
melakukan berbagai usaha pengobatan ke rumah sakit maupun dokter praktek namun tidak ada
perubahan.
Hendaya Tida
Sosial
k ada Hendaya
Pekerjaan Ada

Hendaya
Ada Waktu
Senggang

Faktor stressor psikososial : Tidak jelas


Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit dan psikis
sebelumnya : Tidak ada
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Penyakit medis : hipertensi, dislipidemia, post op katarak

2. Riwayat penggunaan zat NAPZA: Tidak ada

3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : Tidak ada riwayat gangguan psikiatrik


sebelumnya
D. Riwayat Kehidupan Keluarga
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

Pasien merupakan anak kedua dari


empat bersaudara dan memiliki tiga
anak
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Pranatal dan Perinatal
Pasien merupakan kelahiran yang diharapkan oleh kedua orang tuanya. Pasien lahir
normal dan dibantu oleh dukun beranak, persalinan dilakukan di rumah orang tua pasien,
kelahirannya cukup bulan dan pada saat kelahiran tidak ada penyulit dan cacat bawaan..

2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) :


Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya, pasien tidak mengalami
keterlambatan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan pada usia 1-3
tahun dimulai dari tengkurap, balik badan, berjalan hingga berbicara dalam batas normal.
Tidak terdapat riwayat kejang demam dan trauma. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) :


Pada periode ini pasien tinggal bersama kedua orang tua kandungnya dan saudara kandungnya,
pada usia 6 tahun Ny. R masuk Sekolah Dasar (SD). Ny. R dikenal sebagai orang yang mudah
bergaul dengan orang lain dan memiliki cukup teman, prestasi pasien di sekolah biasa dan selalu
naik kelas.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir Remaja (usia 12-18 tahun) :


Pada fase ini, pasien tidak melanjutkan pendidikannya ke tingat sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas karena memutuskan untuk menikah usia 12 tahun.
5. Riwayat Masa Dewasa

Riwayat
Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat
Kehidupan
Pendidikan Pekerjaan Menikah Hukum
Spiritual
Cerai sejak
Ibu Rumah tahun 1991 (± 30 Rajin beribadah
SD Tidak ada
Tangga tahun yang lalu) sholat 5 waktu
Lanjutan …

6. Riwayat Kehidupan Sekarang:

Pasien tinggal bersama saudara dan kemenakannya

7. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya :

Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan untuk


sembuh
2.
Pemeriksaan
Status Mental
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan umum
Seorang Perempuan datang ke poliklinik dengan perawakan sesuai usia, menggunakan
pakaian terusan berwarna coklat, jilbab berwarna hitam ,penampilan rapi dan bersih. Cara
berjalan pasien baik.
2. Kesadaran
Baik

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Pasien duduk di hadapan pemeriksa dengan tenang dan menjawab baik selama wawancara
berlangsung

4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa

5. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati:

Mood Afektif Keserasian Empati

Cemas Depresi Serasi Dapat dirabarasakan


Fungsi intelektual

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan


kecerdasan: Sesuai
2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang): Gangguan Persepsi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
3. Daya ingat :
• Halusinasi : Tidak ada
Panjang : Kurang • Ilusi : Tidak ada
Sedang : Baik • Depersonaisasi : Tidak ada
Pendek : Baik • Derealisasi : Tidak ada
4. Daya konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
Proses Berfikir :
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
d. Preokupasi : Tidak ada
e. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
Pengendalian Impuls : Baik
Daya Nilai dan Tilikan :
1.Norma sosial : Baik
2.Uji daya nilai : Baik
3.Penilaian realitas : Baik
4.Tilikan : Derajat 6  menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan.
Taraf Dapat Dipercaya : Pasien dapat dipercaya
03
PEMERIKSAAN
FISIK DAN
NEUROLOGIS
Status Internus

• Antropometri Status Neurologis


• TB: 145 cm
• BB: 58 kg • GCS : E4M6V5
• IMT: 27.58 kg/m2 • Pupil bulat isokor
• Pernapasan : 20 • Refleks fisiologis dalam batas
x/menit normal
• Nadi : 78 x/menit • Refleks patologis tidak ada
• TD : 145/90 mmHg
Ikhtisar Penemuan Bermakna

Pasien wanita 64 tahun masuk dengan keluhan sakit


kepala. Keluhan ini telah dirasakan pasien sejak kurang lebih 2 tahun
yang lalu, pasien juga megeluhkan perasaan tidak enak, rasa ingin
menangis, gelisah, jantung berdebar-debar dan pasien juga
mengeluhkan sulit tidur malam hari. Riwayat penyakit medis
sebelumnya yaitu hipertensi, dislipidemia dan post op katarak.
Pemeriksaan status mental, kesadaran baik. Perilaku dan
afektif psikomotor tenang, pembicaraan baik pasien mampu
menjelaskan seputar penyakitnya, pasien tidak melakukan hal-hal
yang dapat menghambat jalannya pemeriksaan. Mood cemas, afek
depresi, serasi, empati dapat diraba rasakan, tidak terdapat gangguan
persepsi. Daya nilai dan penilaian realitas baik, dan dapat dipercaya
dan tilikan derajat 4, pasien sadar bahwa dirinya sakit dan perlu
pengobatan.
Evaluasi Multi Aksial
Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental ditemukan gejala klinis yang bermakna
berupa gejala sakit kepala, jantung berdebar-debar, afek depresif dan sulit tidur, yang menimbulkan
distress bagi pasien. Secara khas berkaitan dengan hendaya sosial dan hendaya pekerjaan. Sehingga
kasus ini telah memenuhi kriteria pedoman diagnostik dan digolongkan dalam Gangguan Jiwa
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita sehingga dapat digolongkan
dalam Gangguan Jiwa Non-Psikotik.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan penyakit/gangguan sistemik otak atau
lainnya yang dapat menyebabkan disfungsi otak dan tidak ada penyalahgunaan NAPZA sehingga
penyakit akibat gangguan sistemik dan NAPZA dapat disingkirkan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala-gejala seperti kecemasan yaitu
gelisah, sakit kepala, dan rasa takut, jantung berdebar-debar. Pada pasien ditemukan gejala-gejala
depresi yaitu merasa ingin menangis dan sulit tidur. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi,
dimana masing-masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Sehingga berdasarkan PPDGJ III diagnosis dapat digolongkan dalam Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
Aksis II
Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III
Hipertensi, Dislipidemia, Post Op
Katarak
Aksis IV
Faktor stressor tidak jelas

Aksis V
GAF Scale saat ini 70-61 (beberapa gejala ringan
dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara
umum masih baik).
DAFTAR PROBLEM
• Organobiologik: Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter
monoaminergik, yaitu serotonin, norepinefrin dan dopamin
sehingga membutuhkan psikofarmaka
• Psikologik: Terdapat gangguan dengan tingkat kecemasan dan
depresi pada pasien sehingga membutuhkan psikoterapi
• Sosiologik: Terdapat hendaya sosial, hendaya pekerjaan dan
faktor stressor psikososial sehingga membutuhkan sosioterapi..
Faktor Faktor
Prognosis :
pendukung : penghambat :

• Pasien sadar untuk membutuhkan bantuan • Quo ad vitam : bonam


dokter psikiater • Stressor belum
• Quo ad fungsionam : dubia ad
• Pasien didampingi keluarga saat berobat diketahui bonam
• Pasien mendapatkan motivasi dari
• Tingkat pendidikan • Quo ad sanationam : dubia ad
keluarganya agar cepat sembuh
• Tidak ada riwayat keluarga dengan rendah bonam

gangguan jiwa
• Tilikan baik
Diagnosis Banding
Pedoman berdasarkan PPDGJ III
Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan Cemas Menyeluruh

 Penderita harus menunjukkan 2. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
kecemasan sebagai gejala primer yang santai); dan
berlangsung hampir setiap hari untuk 3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala,
beberapa minggu sampai beberapa mulut kering,, dsb).
bulan, yang tidak terbatas atau hanya  Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan
menonjol pada keadaan situasi khusus untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan
tertentu saja (sifatnya “free floating” somatic brulang yang menonjol.
atau “mengambang”.  Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
 Gejala-gejala tersebut biasanya beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama. Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal
mencakup unsur-unsur berikut : tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, (F32), gankap dari episode depresi (F32), gangguan anxietas
merasa seperti di ujung tanduk, sulit fobik (F40), gangguan panic (F41.0), gangguan obsesif
konsentrasi, dsb) kompulsif (F42.)
Lanjutan ...
Episode Depresi Diagnosis Episode Depresi Ringan

Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat : 1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3
1. Afek depresi gejala utama depresi seperti tersebut di
2. Kehilangan minat dan kegembiraan atas.
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya 2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala
keadaan yang mudah lelah (rasa lelah yang nyata lainnya
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. 3. Tidak boleh ada gejala yang berat
Gejala penyerta lainnya : diantaranya lamanya seluruh episode
4. Konsentrasi dan perhatian berkurang berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
5. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang minggu.
6. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 4. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan
7. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis dan kegiatan sosial yang biasa
8. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dilakukannya.
diri
9. Tidur terganggu
10. Nafsu makan berkurang
Rencana Terapi

• Amitriptilin 25mg
• Alprazolam 1 mg
Psikoterapi
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya agar memahami
kondisi dirinya, dan memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum
obat secara teratur.

Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan pasien
agar dapat memberikan dukungan sosial sehingga tercipta lingkungan kondusif bagi
pasien serta pasien harus bergaul dengan lingkungan yang baik.
Pemeriksaan Penunjang

Fisik-biologis : Tidak dilakukan pemeriksaan


Psikometri : Tidak dilakukan pemeriksaan
DISKUSI &
PEMBAHASAN
Gangguan Campuran Anxietas dan Deprsi
(F41.2)
Gangguan campuran anxietas dan depresi menggambarkan pasien
dengan keadaan gejala anxietas dan depresi yang tidak memenuhi kriteria
diagnostik gangguan anxietas atau gangguan mood..
Berdasarkan PPGDJ – III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Campuran Anxietas
dan Depresi (F41.2) :
1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukan rangkaian
gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi berlebih yang ringan, maka harus dipertimbangkan
kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menengakkan masing-masing
diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran
tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal yang dapat dikemukakan satu diagnosis maka
gangguan depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori
F43.2 (gangguan penyesuaian).
Penatalaksanaan

• Amitriptilin 25mg
• Alprazolam 1 mg

Untuk antianxietas, kelompok obat yang digunakan terutama untuk mengatasi kecemasan
dan memiliki efek sedasi obat yang dapat dipilih salah satunya adalah alprazolam. Alprazolam adalah obat
short-acting kuat dari kelas benzodiazepine. Bekerja dengan cara mengikat situs spesifik pada reseptor
GABA. Hal ini terutama digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan sedang sampai berat dan
serangan panik. Obat diberakan secara peroral, absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan, sehingga
dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Dosis alprazolam untuk dewasa yang efektif diberikan adalah
1 x 0,5 mg-4 mg/hari. Waktu paruh dari Alprazolam ini sendiri lebih singkat apabila dibandingkan dengan
obat derivat benzodiazepin yang lainnya. Penggunaan Alprazolam kemudian di evaluasi selama 4 minggu.
Apabila membaik, maka pemberian obat dapat dikurangi hingga 50% dosis awal untuk tappering off.
 Psikoterapi
Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan) pasien terhadap stres. Perlu diadakannya terapi untuk meningkatkan
kemampuan pengendalian diri dan memberikan motivasi hidup.
Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga untuk
mendukung kesembuhan pasien dengan mengawasi pasien untuk minum obat teratur.
Psikoterapi rekonstruktif bertujuan membangun kembali kepercayaan diri pasien,
menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki semangat hidup dan keinginan kuat
untu melihat anak pasien bahagia. Menolak semua pikiran negatif.

 Edukasi
Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien, jangan
membatasi aktivitas positif yang disukai pasien, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal
yang dapat meningkatkan stresor. Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk minum
obat teratur dan kontrol lagi.
THANKYO
U

Anda mungkin juga menyukai