Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. BM
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Dusun Sarammae, Wajo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 07 April 2017
No. RM : 159775

LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT :
A. Keluhan utama:
Cemas
B. Riwayat gangguan sekarang :
Seorang perempuan, berusia 65 tahun datang ke poli RSKD untuk
pertama kalinya dan diantar oleh keponakannya dengan keluhan cemas
sejak ±1 bulan yang lalu, saat cemas pasien merasa jantungnya
berdebar-debar, berkeringat dingin dan tegang pada bagian tengkuk.
Saat cemas pasien memilih diam di tempat tidur. Serangan cemas ini
sering datang tiba-tiba dan pasien tidak mengetahui apa penyebabnya.
Selain cemas, pasien juga mengaku malas beraktivitas dan hanya
tinggal berdiam diri di rumah saja. Di rumah juga pasien lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat tidur. Pasien merasa takut dan kaget
terutama jika melihat orang baru. Pasien mengaku tidak pernah
mendengar suara berbisik maupun melihat sesuatu yang aneh. Pasien

1
makan teratur dan mandi serta berpakaian sendiri. Pada saat tidur,
pasien kadang terbangun ditengah malam tanpa alasan.
Awal perubahan perilaku terjadi sejak ±1 bulan saat pasien pergi ke
Samarinda untuk menjenguk anaknya yang sakit. Sebelum pasien
berangkat ke Samarinda menantu pasien meninggal karena sakit. Sejak
saat itu pasien mulai merasa cemas tanpa sebab. Sehari hari pasien
adalah ibu rumah tangga dan sehari-harinya mengurus rumah. Tetapi
sudah kurang lebih 1 bulan ini pasien tidak beraktivitas baik di dalam
maupun di luar rumah. Pasien hanya berbaring di kamar. Pasien belum
pernah pergi berobat kemanapun sebelumnya.
Riwayat persalinan normal, cukup bulan dan dibantu oleh dukun di
rumah dan diberi ASI eksklusif. Pertumbuhan dan perkembangan baik.
Riwayat pendidikan terakhir SMA dengan prestasi biasa-biasa saja.
Sebelum menderita keluhan tersebut pasien mengaku pergaulan dengan
orang sekitar baik tetapi sekarang pasien sudah tidak penah lagi
bersosialisasi termasuk tetangganya. Pasien juga mengaku dirinya
sebelum sakit adalah orang yang cukup pendiam. Pasien anak pertama
dari 4 bersaudara di mana semua saudaranya perempuan. Pasien tinggal
bersama suaminya dan mempunyai 4 orang anak yaitu 3 laki-laki dan 1
perempuan. Hubungan pasien dengan keluarga baik dan tidak ada
riwayat keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien.
Tidak ada riwayat infeksi sebelumnya. Riwayat trauma dan kejang
juga disangkal. Pasien juga mengaku tidak mengonsumsi obat-obatan
(narkotika dan psikotropika), minum alkohol ataupun merokok.
C. Riwayat gangguan sebelumnya :
Tidak ada

2
D. Riwayat kehidupan pribadi :
1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)
Lahir pada tahun 1951, cukup bulan, lahir normal, dibantu oleh
dukun di ruma. Pasien meminum ASI ekskluisf, pertumbuhan dan
perkembangan baik.
2. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak awal pasien seperti berjalan,
berbicara baik, perkembangan motorik berlangsung baik. Pasien
bermain dengan teman seusianya.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pada usia 6 tahun pasien masuk SD. Perkembangan di sekolah
baik, pergaulan dengan orang sekitar baik. Pasien cukup pendiam.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien tamat SMP dan SMA
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Riwayat Pernikahan : Pasien sudah menikah
c. Riwayat Agama : Islam
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
- Pasien anak ke 1 dari 4 bersaudara (♀,♀,♀,♀)
- Hubungan dengan keluarga baik
- Pasien tinggal bersama suami
- Pasien mempunyai 4 orang anak (♂,♂,♀,♂) tinggal terpisah
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama: tidak ada.

3
GENOGRAM

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

F. Situasi Sekarang
Pasien tidak bekerja tapi masih mampu mengurus diri sendiri. Sekarang
pasien tinggal bersama suaminya.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien sadar sedang sakit dan butuh pengobatan untuk sembuh.

II. STATUS MENTAL :


A. Deskripsi Umum :
 Penampilan
- Penampilan umum:
Seorang perempuan berumur 65 tahun, memakai baju hitam dan
jilbab hitam. Perawakan kurus, perawatan diri cukup, wajah sesuai
umur.

4
 Kesadaran : Baik, Kontak mata (+), Verbal (+)
 Aktivitas psikomotor : Tenang
 Pembicaraan : Spontan, lambat, intonasi biasa
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati :
 Mood : Cemas
 Afek : Depresi
 Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif) :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan dengan
pendidikan : Sesuai
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
 Orientasi waktu : Tidak terganggu
 Orang : Tidak terganggu
 Tempat : Tidak terganggu
4. Daya ingat
 Jangka panjang : Baik
 Jangka pendek : Baik
 Jangka segera : Baik
5. Pikirana bstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

5
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : Cukup Relevant
 Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi pikiran :
 Preokupasi : Tidak ada.
 Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls : Baik
G. Dayanilai :
 Norma sosial : Baik
 Uji daya nilai : Baik
 Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (insight) : Derajat 6 (Sadar kalau dirinya sakit dan
perlu pengobatan)
I. Taraf di percaya : Dapat di percaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT:


1. Status Internus
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- Suhu : 36,5°C
- Pernapasan : 20x/menit
2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5
b. Rangsang meningeal : tidak dilakukan
c. Tanda ekstra piramidal
- Tremor tangan : Tidak ada
6
- Cara berjalan : Normal
- Keseimbangan : Baik
d. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
e. Kesan : Normal

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Seorang perempuan, berusia 65 tahun datang ke poli RSKD untuk pertama
kalinya dan diantar oleh keponakannya dengan keluhan cemas sejak ±1 bulan yang
lalu, saat cemas pasien merasa jantungnya berdebar-debar, berkeringat dingin dan
tegang pada bagian tengkuk. Saat cemas pasien memilih diam di tempat tidur.
Serangan cemas ini sering datang tiba-tiba dan pasien tidak mengetahui apa
penyebabnya. Selain cemas, pasien juga mengaku malas beraktivitas dan hanya
tinggal berdiam diri di rumah saja. Di rumah juga pasien lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat tidur. Pasien merasa takut dan kaget terutama
jika melihat orang baru. Pasien mengaku tidak pernah mendengar suara berbisik
maupun melihat sesuatu yang aneh. Pasien makan teratur dan mandi serta
berpakaian sendiri. Pada saat tidur, pasien kadang terbangun ditengah malam tanpa
alasan.
Awal perubahan perilaku terjadi sejak ±1 bulan saat pasien pergi ke Samarinda
untuk menjenguk anaknya yang sakit. Sebelum pasien berangkat ke Samarinda
menantu pasien meninggal karena sakit. Sejak saat itu pasien mulai merasa cemas
tanpa sebab. Sehari hari pasien adalah ibu rumah tangga dah sehari-harinya
mengurus rumah. Tetapi sudah kurang lebih 1 bulan ini pasien tidak beraktivitas
baik di dalam maupun di luar rumah. Pasien hanya berbaring di kamar. Pasien
belum pernah pergi berobat kemanapun sebelumnya. Keadaan mood pasien cemas,
afek depresi, tampak serasi dan empati dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual baik
sesuai dengan tingkat pendidikannya. Orientasi waktu, tempat dan orang tidak
terganggu. Daya ingat, konsentrasi dan perhatian, pikiran abstrak, serta kemampuan
menolong diri sendiri baik.

7
Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi dan pikiran, pengendalian impuls
pasien tidak terganggu. Norma sosial, uji daya nilai, dan penilaian realitas pasien
juga baik. Tilikan derajat 6 (menyadari sepenuhnya dia sakit dan ada keinginan
untuk berobat).

V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
di dapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu berupa cemas, takut dan
lebih banyak diam. Keadaan ini mengakibatkan diri merasa terganggu dan tidak
nyaman (distress), sulit melakukan pekerjaan dengan benar, dan sulit mengisi
waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat (disability). Oleh karena itu,
digolongkan sebagai gangguan jiwa.
Tidak didapatkan adanya hendaya berat dalam menilai realita sehingga
digolongkan gangguan jiwa non psikotik.
Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda disfungsi otak sehingga dapat
digolongkan gangguan jiwa non psikotik non organik.
Dari penemuan tersebut, terdapat gejala-gejala anxietas seperti ketegangan
motorik, hiperaktivitas otonomik serta kewaspadaan berlebih dan penangkapan
berkurang. Maupun gejala-gejala depresi seperti afek depresi, kehilangan minat
dan kegembiraan serta berkurangnya energi sehingga mudah lelah, dimana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis sendiri maka pasien digolongkan Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL :
 Aksis I :
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
Dd/ Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Episode Depresi Ringan (F32.0) Sedang (F32.1) Berat (F32.2)
Gangguan Penyesuaian (F43.2)
 Aksis II :
Tidak cukup data mengarahkan pasien salah satu ciri kepribadian.

8
 Aksis III :
Tidak ada diagnosa
 Aksis IV :
Faktor stressor psikososial akibat menantu meninggal
 Aksis V :
GAF scale saat ini 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam social, pekerjaan, sekolah, dll).
VII.DAFTAR PROBLEM :
 Organobiologi
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidak seimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien
memerlukan farmakoterapi.
 Psikologik
Afek depresi, Empati dapat dirabarasakan, Daya ingat jangka
panjang pendek dan segera pasien tidak terganggu. Tilikan pasien ini
adalah 6.
 Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya sosial, hendaya pekerjaan, dan
hendaya penggunaan waktu senggang
VIII.RENCANA TERAPI :
 Farmakoterapi :
- Fluoxetine 1x20 mg (1-0-0)
- Alprazolam 0,5 mg (0-1/2-1)
 Psikoterapi :
Psikoterapi suportif:
a. Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa
lega.
b. Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan

9
memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap
minum obat secara teratur.
c. Sosioterapi: Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang
terdekat pasein tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan
sosial sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.
IX. PROGNOSIS : Dubia ad Bonam
Faktor Pendukung :
- Pasien mau dan teratur minum obat
- Keluarga pasien mendukung penyembuhan pasien
- Tilikan pasien derajat 6
Faktor Penghambat :
- Pasien tidak mau terbuka terhadap masalahnya
X. FOLLOW UP :
Pasien diminta untuk rutin datang kontrol dan pastikan pasien meminum
obatnya. Selain itu, memantau keadaan umum pasien dan perkembangan
penyakit serta efektivitas terapi dan efek samping dari obat yang diberikan.
XI. PEMBAHASAN
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi menggambarkan pasien dengan
keadaan gejala ansietas dan depresif yang tidak memenuhi kriteria diagnostik
gangguan ansietas atau gangguan mood. Kombinasi gejala depresif dan ansietas
menimbulkan hendaya fungsional yang bermakna pada orang yang mengalami
gangguan ini.
Berdasarkan PPDGJ III, untuk diagnosis gangguan campuran anxietas maupun
depresi (F41.2) terdiri atas
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi dimana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis sendiri. Untuk anxietas beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan

10
 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan
anxietas fobia.
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena satu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis
maka gangguan depresif harus diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 Gangguan penyesuaian.
Anxietas adalah suatu perasaan takut yang tidak meyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan gangguan
anxietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. Gangguan anxietas dapat ditandai hanya
dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau
obsesif dan kecemasan muncul apabila gejala utama tersebut dilawan. Rasa takut
juga bersifat universal dan dapat menimbulkan gambaran gejala anxietas yang akut,
tetapi berbeda dengan anxietas, penyebab rasa takut biasanya jelas dan dapat
dipahami. Suatu gambaran yang lazim pada semua gangguan anxietas adalah
kualitas gejala yang tidak menyenangkan dan tidak dialami (anxietas, fobia, obsesi)
yaitu ego alien. Dan ego distonik. Gejala gejala ini cenderung menjadi kondisi
relaps kronik.
Berdasarkan PPDGJ-III, penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja.
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan

11
c) Overaktiftas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang
yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama
gangguan anxietas menyeluruh.
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi merupakan salah satu
gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman
subjektif adanya penderitaan berat.
Berdasarkan PPDGJ-III untuk episode depresif terdapat:
 Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas.
 Gejala lainnya:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang

12
 Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
 Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1),
dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal
(yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan di
bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)
Karena studi adekuat yang membandingkan modalitas terapi gangguan
campuran ansietas-depresif tidak tersedia. Klinisi mungkin lebih cenderung
memberikan terapi berdasarkan gejala yang muncul, keparahannya, dan tingkat
pengalaman klinisi tersebut dengan berbagai modalitas terapi. Pendekatan
psikoterapeutik dapat melibatkan pendekatan yang terbatas waktu seperti terapi
kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun sejumlah klinisi menggunakan
pendekatan yang kurang terstruktur, seperti psikoterapi yang berorientasi tilikan.
Farmakoterapi untuk gangguan campuran ansietas-depresif dapat mencakup obat
antiansietas, obat antidepresif, atau kombinasi keduanya. Di antara obat ansiolitik,
sejumlah data menunjukkan bahwa penggunaan triazolobenzodiazepin (contohnya
alprazolam) dapat diindikasikan karena efektivitasnya dalam mengobati depresi
yang disertai ansietas. Obat yang memengaruhi reseptor 5-HTIA, seperti buspiron,
juga dapat diindikasikan. Di antara anti depresan, meskipun teori noradrenergic
menghubungkan gangguan ansietas dengan gangguan depresif, antidepresan
serotonergic (contohnya fluoxetine) dapat menjadi obat yang paling efektif dalam
mengobati gangguan campuran ansietas-depresif.

13
LAMPIRAN WAWANCARA AUTOANAMNESIS

DM: Dokter Muda


BM: Pasien BM

DM : Selamat pagi ibu, Saya dengan Banni, dokter muda disini. Boleh tau dengan
Ibu siapa?
BM : BM dok.
DM : tanggal berapa lahir bu?
BM : 31 Desember 1951 dok.
DM : Ibu tinggalnya di mana?
BM : Tinggal di Dusun Sarammae Kab Wajo dok.
DM : pekerjaannya ibu apa?
BM : Ibu Rumah tangga dok.
DM : sama siapa ke sini bu?
BM : Sama keluarga dok,
DM : Apa yang kita rasakan bu sampai datang ki kesini?
BM : Ini dok, saya sering cemas dok. Saya juga sering ketakutan dok.
DM : sejak kapan kita rasakan itu bu?
BM : Baru ini dok kurang lebih satu bulan.
DM : Kita tau apa yang sebabkan cemas ta?
BM: Tidak dok, tiba-tiba ji saja
DM : Kalau kita ketakutan saat kapan bu?
BM : Kalau ada orang baru dok tiba-tiba saya panik dan ketakutan
DM : Ibu rasakan itu sepanjang hari atau cuma sesekali?
BM : sesekali dok kalau ada orang baru.
DM : Apakah ibu mempunyai masalah?
BM : Menantuku sudah meninggal dok, ini saya baru-baru dari Samarinda jenguk
anakku. Sejak itu saya rasa mulai muncul itu rasa cemas dan takutku dok.
DM : Saat ibu merasa cemas, apakah pekerjaan sehari-hari ibu terganggu?

14
BM : iya biasa dok saya jadi susah lakukan pekerjaan sehari-hari, jadi biasa saya
berdiam diri saja. Biasa di rumah juga lebih banyak ka di tempat tidur dok. Jadi
malas ka juga beraktivitas.
DM : bagaimana sosialisasi ta dengan orang sekitar bu? Kayak tetangga ta
BM : dulu sebelum sakit dok saya biasa keluar cerita-cerita sama tetangga tapi
sekarang rasanya malas dok, tidak tau juga kenapa
DM : bagaimana dengan tidur ta bu? Teratur ji? Atau mungkin biasaki terbangun
karena mimpi-mimpi?
BM : Saya biasa terbangun malam hari dok
DM : Oh iya, apa ibu pernah mendengar ada suara-suara yang bisiki ki?
BM : Tidak ada dok
DM : Pernah tidak merasa ada yang akan mencelakakan ibu atau merasa ada yang
tidak senang dengan ibu?
BM : Tidak ada dok.
DM : apa pernah ibu sakit sebelumnya? Misalnya sampai dirawat di rumah sakit?
BM : Tidak pernah dok.
DM : Pernah jatuh atau kecelakaan?
BM : Alhamdulillah tidak pernah dok.
DM : Ada riwayat kejangnya? sejak kecil?
BM : Setahu saya tidak pernah dok.
DM : Maaf, ibu merokok? atau konsumsi alkohol? atau ada riwayat minum obat
obatan?
BM : Alhamdulillah tidak dok.
DM : Kalo riwayat kelahirannya ibu? Persalinannya normal tidak? lahir di mana
dan dibantu siapa? Riwayat ASI bagaimana?
BM: Persalinan saya normal, dibantu dukun di rumah dan saya pun dapat ASI 6
bulan lebih dok.
DM : Bagaimana masa kecilnya ibu? Apa ada kejadian yang luar biasa? Coba
ceritakan.
BM : Masa kecil saya biasa saja dok. Saya sering main dengan teman – teman seusia
saya.Tidak ada yang istimewa. Cuma memang dari kecil saya orangnya pendiam.

15
DM : Oh iya, bagaimana riwayat pendidikannya ibu?
BM : Sampai SMA dok
DM : Ibu anak ke berapa?
BM : Saya anak pertama dari empat bersaudara dok semua cewek dok
DM : Ibu punya anak?
BM : Ada dok, 4 pertama laki-laki, kedua laki-laki, ketiga perempuan, keempat
laki-laki
DM : Bagaimana kehidupan keluarganya ibu?
BM : Alhamdulillah harmonis dok. tapi saya tidak tinggal lagi sama anak-anak,
saya hanya tinggal sama suami
DM : Oh iya, terima kasih ibu
BM : Iya dok, sama-sama dok.

Pemeriksaan Status Mental


DM : Bagaimana perasaan ta ini bu?
BM : saya sedih ini dok
DM : Ibu kita tau siapa presiden dan waki presiden sekarang
BM : Jokowi sama Jusuf Kalla dok
DM : ibu kita tau ini pagi/siang/malam?
BM : pagi dok
DM : ibu kita tau ini dimana?
BM : RS jiwa dok
DM : Kita tau saya siapa?
BM : iya dok
DM: Kita ingat dimana lahir:
BM : Di Wajo dok
DM : Apa kita makan tadi pagi
BM : Nasi, sayur sama temped ok
DM : bisaki ulang yang saya sebut? Meja pohon sepatu
BM : meja pohon sepatu
DM : tahu ki maksudnya panjang tangan bu?

16
BM : tidak dok
DM : kalau apel sama jeruk apa bedanya?
BM : apel warna hiaju atau merah dok, kalau jeruk warna kuning
DM : Jika melihat ada dompet dijalan, apa yang dilakukan?
BM : Kembalikan ke orangnya dok
DM : Kalau ada surat milik tetangga Ibu yang nyasar di rumah Ibu, apa yang bapak
lakukan?
BM : Bawa ke tujuannya dok
DM : Apakah ibu merasa sedang sakit
BM : iye dok
DM : Oiye, terima kasih bu atas waktunya
BM : iye sama-sama dok

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin J. 2015. Anxiety Disorders dalam Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 11th Ed. New York: Wolters-Kluwer
Health. Hal. 415-7
2. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika
Atmajaya. Hal. 72-75
3. Fawcett, Jan et al. 2009. Mixed Anxiety-Depressive Disorders: An
Undiagnosed and Undertreated Severity Spectrum? dalam Textbook of Anxiety
Disorders 2nd Ed. Washington DC: American Psychiatric Publishing. (p 241-
52)
4. Walters, Kate et al. Mixed anxiety and depressive disorder outcomes:
prospective cohort study in primary care. The British Journal of Psychiatry
2011; 198: 472-8
5. Batelaan, Neeltje M et al. Mixed anxiety and depressive disorder should not
be included in DSM-5. The Journal of Nervous and Mental Disease 2012; 200:
495-8)
6. Möller, Hans‑Jurgen et al. The relevance of ‘mixed anxiety and depression’ as
a diagnostic category in clinical practice. Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci
(2016) 266:725–736.
7. W G Tiller, John. Depression and Anxiety. MJA Open 2012; 1 Suppl 4: 28–32
8. Shiloh, Roni et al. 2006. Chapter 3 Anxiolytic Drugs dalam Atlas of Psychiatric
Pharmacotherapy 2nd Ed:. London: Taylor & Francis. (p 68-84)
9. Gerardi, Maryrose et al. 2009. Combined Treatment of Anxiety Disorders
dalam Textbook of Anxiety Disorders 2nd Ed. Washington DC: American
Psychiatric Publishing. (p 147-8)
10. Van Ameringen, Michael et al. 2009. Pharmacotherapy for Generalized
Anxiety Disorders dalam Textbook of Anxiety Disorders 2nd Ed. Washington
DC: American Psychiatric Publishing. (p 193-210)

18
11. Shiloh, Roni et al. 2006. Chapter 2 Antidepressant Drugs and Mood Stabilizers
dalam Atlas of Psychiatric Pharmacotherapy 2nd Ed. London: Taylor &
Francis. (p 25-36,46)
12. Huppert, Jonathan D et al. 2009. Psychotherapy for Generalized Anxiety
Disorders dalam Textbook of Anxiety Disorders 2nd Ed. Washington DC:
American Psychiatric Publishing. (p 219-28)

19

Anda mungkin juga menyukai