GANGGUAN SOMATISASI
Oleh:
Pembimbing :
dr. H. M. Zainie Hasan A. R., SpKJ (K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 19 Februari 2018 – 26 Maret 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Gangguan Somatisasi”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. M. Zainie Hasan A. R.,
SpKJ (K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 5
BAB II STATUS PASIEN ………………………………….... ...................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….... ........... 17
BAB III ANALISIS KASUS …………………………………................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
STATUS PASIEN
I. Data Identitas
Nama : Ny. M
Tanggal Lahir/ Usia : 15 Agustus 1984/ 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : SLTP (Tamat)
Agama : Islam
Bahasa : Bahasa daerah OKI
Alamat : Kec. SP Padang, Kab. Ogan Komering Ilir
Kunjungan ke RS
- Hari/ Tanggal : Kamis/ 1 Maret 2018
- Tempat : Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
- Cara : Diantar suami
6
sampai sekarang. Selama 1 tahun os mengurusi anaknya yang sakit tersebut dan
sering menjadi beban pikirannya
6 bulan yang lalu os mulai sering mengeluh sakit perut, penurunan nafsu
makan, mual muntah, dan sakit kepala. Os berobat ke puskesman dan diberi
parasetamol, lalu os berobat ke dokter dan didiagnosa menderita gastritis. Selama
6 bulan berat badan os turun sebanyak 30kg. Os merasa lemah dan lesu akibat
penyakitnya tersebut sehingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga
yang terlalu berat seperti dulu, sekarang os hanya membersihkan rumah seadanya
saja dan jarang mempehatikan anaknya yang sakit. Os sudah berobat sebanyak 4
kali selama 6 bulan, namun obat yang diberikan oleh dokter tidak pernah
dihabiskan dengan alasan os merasa menggigil dan gemetar setelah
mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
3 bulan yang lalu os mengeluh ada gerakan motorik involunter pada tangan
dextra dan sinistra (digambarkan seperti myoclonic seizure).
2 minggu terakhir os sering merasa gatal yang berpindah-pindah di sekujur
tubuh (tangan, kaki, punggung), os juga merasa ada sensasi yang mengganggu
pada kulit di beberapa bagian tubuhnya seperti regio frontalis, regio orbitalis,
regio oralis, abdomen, membrum superius, membrum inferius dan truncus dorsum
(digambarkan seperti ada yang berjalan merayap dan pusaran angin bawah kulit),
dan rasa tertekan oleh angin yang tiba-tiba datang pada beberapa titik di regio
thorax. Os merasakan kencang di regio abdomen dan merasa teraba benjolan-
benjolan pada regio thorax dan angulus sternalis. Tangan kaki os juga sering
terasa kaku dan tidak bisa digerakkan selama beberapa saat, gejala-gejala tersebut
mencapai puncaknya pada siang hari sehingga sangat mengganggu aktivitas
sehari- hari. Pada malam hari os sering terjaga dan sulit untuk tidur kembali.
Keluhan mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium bau aneh dan
ide/pikiran-pikiran yang tidak berasal dari dirinya disangkal.
3 hari yang lalu os merasa hidung sebelah kirinya seperti tersumbat ingus
kering sehingga sulit bernapas, os meminum jamu kemasan dan merasa hangat,
hidungnya tidak lagi buntu dan kaku pada tangannya menghilang, namun keluhan
lain yang muncul 2 minggu terakhir masih tetap ada.
7
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
- 10 tahun yang lalu os menderita Mola Hidatidosa sebelum hamil anak
ke-2, os melakukan kuretase dan diberi obat, os merasa tidak ada
perbaikan pada dirinya selama 1.5 tahun dan akhirnya mengkonsumsi
obat tradisional dan baru merasa lebih baik.
- Gangguan gastrointestinal sejak enam bulan yang lalu
- Riwayat trauma kepala : tidak ada
- Riwayat demam tinggi : tidak ada
- Riwayat kejang : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
- Riwayat alergi obat : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada
- Riwayat penggunaan NAPZA : tidak ada
- Riwayat minum alcohol : tidak ada
V. Riwayat Keluarga
- Pasien merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara
- Mempunyai 1 kakak perempuan dan 2 adik laki-laki
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
- Hubungan dengan anggota keluarga terjalin baik
- Status ekonomi menengan kebawah
- Sekarang mempunyai 2 orang anak laki-laki
8
VI. Riwayat Pribadi
- Prenatal dan perinatal
Os lahir secara normal dan proses persalinan dibantu oleh dukun.
Riwayat merokok, konsumsi obat-obatan, dan alkohol ibu saat hamil
tidak diketahui.
- Dewasa
Riwayat pekerjaan
tidak bekerja, sekarang berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga
Riwayat perkawinan dan hubungan
menikah pada usia 19 tahun dan mempunyai dua orang anak laki-laki.
Sejak menikah os bereperan sebagai ibu rumah tangga yang
melakukan semua pekerjaan rumah tanpa ada bantuan. Hubungan
dengan suami terjalin dengan baik. Suami terlihat sangat peduli
9
kepada os, ia selalu mendampingi os untuk berobat selama enam
bulan ini dan tahu perkembangan penyakit yang diderita.
Riwayat militer
tidak ada
Riwayat Pendidikan
Os tidak bisa melanjutkan ke tingkat SMA karena keterbatasan biaya
Agama
Sikap terhadap agama tidak terlalu ketat
Aktivitas sosial
Hubungan os dengan tetangga dan lingkungan sekitar cukup baik
namun os tidak terlalu aktif mengikuti kegiatan sosial seperti arisan di
sekitar rumah karena merasa banyak tetangga yang tidak suka dengan
dirinya.
Situasi kehidupan terkini
Os kini tinggal bersama keluarganya di rumah sendiri, suaminya
bekerja sebagai pedagang keliling dan kedua anakanya masih terus
bersekolah. Anak ke-2 yang menderita demam rematik akut masih
bersekolah seperti biasa walaupun kadang mengeluh pegal-pegal di
sekujur tubuh dan kakinya pernah bergerak secara involunter.
Riwayat hukum
Os tidak pernah terjerat masalah hukum
10
Pakaian cukup rapi, pemilihan pakaian tampak sembarangan,
menggunakan sandal jepit
Penampilan sesuai dengan usia
B. Gaya bicara
Cepat dan tampak tergesa-gesa ingin menceritakan semua keluhan,
ekspresif
C. Mood dan afek
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Sesuai dan luas
D. Pikiran dan persepsi
1. Bentuk pikiran
Produktivitas : pasien bicara spontan
Kontinuitas pikiran : relevan
Hendaya Bahasa : tidak ada
2. Isi pikir : Hipokondria dan Preokupasi tentang
penyakitnya
3. Gangguan berpikir : Tidak ada
4. Ganggaun persepsi : Halusinasi taktil (formikasi) (+)
5. Fantasi dan mimpi :Tidak ada
E. Sensorium
1. Kesiagaan : compos mentis
2. Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
3. Konsentrasi & kalkulasi : baik
4. Memori
Jangka panjang : baik
Jangka menengah : baik
Jangka pendek : baik
11
Segera : baik
5. Dasar pengetahuan :-
6. Pikiran abstrak :-
7. Tilikan : Kesadaran ringan bahwa dirinya sakit dan
memerlukan bantuan namun pada saat yang sama menyangkal
8. Daya nilai :-
A. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Suhu : 36.7°C
Nadi : 75x/ menit
Pernafasan : 18x/ menit
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Turgor : <2 detik
Berat Badan :-
Tinggi Badan :-
Status Gizi :-
B. Pemeriksaan Neurologis
- GCS : 15
E : membuka spontan (4)
V : berbicara spontan (3)
M : gerakan sesuai perintah (5)
- Fungsi sensorik : tidak ada kelainan
- Fungsi motorik :
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
12
Kekuatan 5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks + + + +
fisiologis
Refleks - - - -
patologis
13
Kesadaran os baik namun tampak lesu, penampilannya tidak rapi dimana
os mengenakan baju rumah dan sandal jepit dengan rambut yang sedikit
berantakan. Kontak os baik selama pemeriksaan dan kooperatif, os tampak
tidak sabar untuk menceritakan semua keluhan yang ia rasakan, saat bercerita
os sangat ekspresif menggambarkan perasaan sakit saat keluhan-keluhan itu
timbul. Ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi taktil (formikus) dan
gangguan isi pikir berupa Hipokondria dan Preokupasi tentang penyakitnya.
Os juga mengalami gangguan tidur dimana sering terjaga dan sulit untuk tidur
kembali. Suara bisikan, adanya bayangan dan bau aneh, serta pemikiran
untuk bunuh diri dan rasa seperti kerasukan disangkal.
Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya kelainan. Os mempunyai
kesadaran ringan bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun pada
saat yang sama menyangkal hal tersebut. Selama wawancara psikiatri,
penjelasan yang diberikan os dapat dipercaya.
X. Formulasi Diagnosis
AKSIS I:
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik membuktikan bahwa tidak adanya
riwayat ataupun temuan yang mengindikasikan adanya gangguan organik
pada os dan pengonsumsian alkohol maupun obat-obatan terlarang sehingga
F00 – F19 dapat disingkirkan. Keluhan- keluhan penyakit os tidak didukung
oleh hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan, namun os tidak menerima hal
tersebut, os tampak kurang menerima tentang kemungkinan keterkaitan
antara keluhan fisik dengan konflik kehidupannya maka diagnosisnya adalah
F45.0 (Gangguan somatisasi).
AKSIS II:
Selama masa sekolah Os selalu merasa cemas ketika akan ujian dan
mengeluhkan sakit perut. Os tidak pernah mengikuti kegiata organisasi
karena merasa dirinya tidak mampu. Di lingkungan sosial, Os tidak terlalu
aktif dalam kegiatan sosial seperti arisan karena merasa banyak tetangga yang
tidak suka dengan dirinya namun hubungan tetap terjalin cukup baik. Hal ini
14
menggambarkan bahwa Os cenderung mempunyai gangguan kepribadian
berupa gangguan cemas, F60.6.
AKSIS III:
Os mempunyai riwayat penyakit gastritis sebelumnya, (K00 – K93).
AKSIS IV:
Penyakit yang dikeluhkan os timbul satu tahun setelah anak ke-2 nya
didiagnosa menderita rematik akut dan harus memakan obat selama 12 tahun,
sekarang os merasa tidak bisa lagi melakukan pekerjaan rumah yang terlalu
berat dan kurang bisa memperhatikan anaknya karena sakit yang ia derita.
Dengan demikian pada aksis IV didapatkan adanya masalah pada “primary
support group” (keluarga)
AKSIS V:
Os masih mampu merawat diri sendiri namun mengalami penurunan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan rumah seperti dulu. Sehingga nilai
GAS Scale adalah 70 - 61
Diagnosis banding dalam kasus ini adalah F45.1 yaitu Ganggauan
somatoform tak terinci karena walaupun semua gejala klinis pada gangguan
somatisasi terpenuhi namun hal ini baru berlangsung selama enam bulan.
F45.2 yaitu Gangguan Hipokondrik karena os takut akan efek samping obat
sehingga obat tidak dikonsumsi..
XII. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
15
- Qua ad sanasiam : dubia ad bonam
- Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
- Psikoterapi
Terapi relaksasi
Terapi kognitif perilaku
Psikoterapi suportif
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti
“tubuh”. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang
dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan somatoform berbeda dengan
malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu suatu
gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang
disengaja tanpa keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula
dengan sindrom Muchausen yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai
oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.3
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius
untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau
gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi
bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan,
dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura
yang disadari atau gangguan buatan.3
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih
banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang
banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah
banyak mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien
ini terus mencari penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia
untuk melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun dia tahu hal
17
tersebut jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada
gangguan kecil.4
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat
gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup
dengan didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami
gangguan hubungan interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal
yang sama terutama pada wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.4
2.3 Klasifikasi 5
Adapun bentuk gangguan tersebut adalah sebagai berikut :
1.Gangguan konversi
Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik
yang tidak dapat dilacak secara medis. gangguan ini muncul dalam konflik atau
pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan adanya penyebab
psikologis.
2. Hipokondriasis
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius.
Ketakutan akan adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah
diyakinkan. Sensasi atau nyeri fisik biasa sering diasosiasikan dengan gejala
penyakit kronis tertentu.
3. Gangguan Somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simtom fisik yang tidak ada dasar
organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan
kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam
fungsi.
18
dimilikinya (dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang pada
perilaku kompulsif . seperti berulang-ulang berdandan. dll. Ditandai oleh
kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat.
5. Gangguan nyeri
Ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor
psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. DSM-IV
juga memiliki dua criteria diagnostic residual untuk gangguan somatoform
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi
pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut,
punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama
hubungan seksual, atau selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil
atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit
yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
19
(gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis
atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan
ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan
atau pura-pura).
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
20
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
-Dengan gejata atau defisit motorik
-Dengan gejala atau defisit sensorik
-Dengan kejang atau konvulsi
-Dengan gambaran campuran
21
2.4.4 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan
cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia
22
BAB IV
ANALISIS KASUS
23
merasa teraba benjolan-benjolan pada regio thorax dan sekitar angulus sternalis.
Tangan kaki os juga sering terasa kaku dan tidak bisa digerakkan selama beberapa
saat, gejala-gejala tersebut mencapai puncaknya pada siang hari sehingga sangat
mengganggu aktivitas sehari- hari. Pada malam hari os sering terjaga dan sulit
untuk tidur kembali. Keluhan mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium
bau aneh dan ide/pikiran-pikiran yang tidak berasal dari dirinya disangkal. 3
hari yang lalu os merasa hidung sebelah kirinya seperti tersumbat ingus kering
sehingga sulit bernapas, os meminum jamu kemasan dan merasa hangat,
hidungnya tidak lagi buntu dan kaku pada tangannya menghilang, namun keluhan
lain yang muncul 2 minggu terakhir masih tetap ada.
Dari riwayat premorbid ditemukan adanya sedikit perubahan perilaku
menjadi lebih tertutup, namun os masih bersosialisasi. Dari autoanamnesis
diperoleh yakni kesadaran kompos mentis, perhatian 0kmkbaik, ekspresi fasial
echt, verbalisasi jelas, dan kontak mata ada, daya ingat baik, orientasi tempat,
waktu, dan orang baik, diskriminatif insight baik, tidak ada rasa dendam, dan
perhatian yang adekuat.
Pada status internus dan status neurologikus semua dalam batas normal.
Pada status psikiatrikus pada keadaan umum didapatkan kesadaran
kompos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, inisiatif ada, tingkah laku
motorik normoaktif, ekspresi fasial wajar, verbalisasi jelas, cara bicara lancar, ada
kontak fisik, mata, dan verbal. Pada keadaan khusus ditemukan afek sesuai, mood
eutimik, hidup emosi labil, pengendalian terkendali, adekuat, echt, skala
diferensiasi normal, einfuhlung bisa dirabarasakan, arus emosi normal. Keadaan
dan fungsi intelek semua dalam batas normal. Keadaan proses berpikir dalam
batas normal. Os tampak tidak sabar untuk menceritakan semua keluhan yang ia
rasakan, saat bercerita os sangat ekspresif menggambarkan perasaan sakit saat
keluhan-keluhan itu timbul. Pada isi pikiran didapatkan kelainan berupa
hipokondria dan preokupasi tentang penyakitnya, bentuk pikiran dalam batas
normal. Terdapat gangguan perepsi, yaitu halusinasi taktil (formikasi). RTA tidak
terganggu.
24
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik membuktikan bahwa tidak adanya
riwayat ataupun temuan yang mengindikasikan adanya gangguan organik pada os
dan pengonsumsian alkohol maupun obat-obatan terlarang sehingga F00 – F19
dapat disingkirkan. Berdasarkan uraian di atas pasien didiagnosis multiaksial
dengan Axis I: Os mengeluh adanya benjolan pada regio abdomen dan rasa sakit
di dadanya, setelah pemeriksaan fisik spesifik yang dilakukan oleh dokter
penyakit dalam tidak menunjukkan adanya kelainan namun os tidak menerima hal
itu, os tampak kurang menerima tentang kemungkinan keterkaitan antara keluhan
fisik dengan konflik kehidupannya maka diagnosisnya adalah F45.0 Gangguan
somatisasi.
Berdasarkan wawancara dan paparan tersebut, pasien telah memenuhi
kriteria diagnosis somatisasi dari PPDGJ-III yaitu:1,3,4
1. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun;
2. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
3. terdapat disabilitias dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
Pada aksis II, didiagnosis sebagai F60.6, yaitu gangguan kepribadian cemas.
Hal ini digambakan dari riwayat pendidikan dan sosialiasi pasien bahwa pada saat
SD dan SMP, os selalu merasa cemas ketika akan ujian dan merasa sakit perut. Os
juga tidak pernah ikut organisasi karena merasa dirinya tidak mampu. Os tidak
terlalu aktif dalam kegiatan sosial seperti arisan karena merasa banyak tetangga
yang tidak suka dengan dirinya namun hubungan tetap terjalin cukup baik.
Berdasarkan anamnesis tersebut, untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3
dari diatas. Pasien telah memenuhi kriteria gangguan kepribadian cemas dari
PPDGJ III, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif;
2. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah ari orang lain;
3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial;
25
4. Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai;
5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alesan keamanan fisik;
6. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Pada aksis III, os mempunyai riwayat penyakit gastritis sebelumnya, (K00 –
K93). Berdasarkan Salim, Axis III meliputi diagnosis-diagnosis klinis pasien yang
berkaitan dengan gangguan pada sistem organ. Pada kasus ini dikatakan os pernah
terdiagnosis gastritis sebelumnya.
Aksis IV merupakan berbagai keadaan yang dapat menjadi faktor penyebab
seseorang mengalami gangguan kejiwaan. Keadaan-keadaan tersebut misalnya
masalah pada keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, interaksi dengan hukum/kriminal, dan
psikososial atau lingkungan lain. Os mempunyai dua orang anak laki-laki, dan
pernah menderita mola hidatidosa sebelum mendapatkan anak kedua. Penyakit
yang dikeluhkan os timbul satu tahun setelah anak ke-2 nya didiagnosa menderita
rematik akut dan harus memakan obat selama 12 tahun, sekarang os merasa tidak
bisa lagi melakukan pekerjaan rumah yang terlalu berat dan kurang bisa
memperhatikan anaknya karena sakit yang ia derita. Dengan demikian pada kasus
ini, aksis IV didapatkan adanya masalah pada “primary support group”
(keluarga).
Aksis V GAF Scale menunjukkan nilai 70 - 61 karena os masih bisa
melakukan pekerjaan walaupun dengan penurunan intensitas.
Diagnosis banding dalam kasus ini adalah F45.1 yaitu Ganggauan somatoform
tak terinci karena walaupun semua gejala klinis pada gangguan somatisasi
terpenuhi namun hal ini baru berlangsung selama enam bulan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah dengan psikoterapi dan
psikofarmaka. Psikoterapi baik yang dilakukan secara individu atau perkelompok
dapat membantu pasien, baik menghilangkan kecemasannya, atau mengurangi
biaya perawatan rumah sakit, ataupun rawat inap. Pada pasien ini sangat
dianjurkan untuk terapi relaksasi, terapi kognitif perilaku dan psikoterapi suportif.
Terapi relaksasi untuk mengatasi masalah sehari-hari pasien bila cemas.
26
Prinsipnya adalah melatih pernapasan untuk menenangkan individu. Terapi
kognitif perilaku yaitu individunya diajak bersama-sama membentuk kembali
pola perilaku dan mengganti pikiran yang tidak rasional menjadi rasional.
Piskoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens pasien
terhadap kecemasannya. Edukasi juga perlu dilakukan untuk mendukung
kesembuhan pasien dengan meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai
penyakit pasien dan mengembangkan kemampuan pasien.
Psikofarmaka yang diberikan ialah pemberian merlopam 0,5 mg 1x1 dan
sandepril 50 mg 1x1/4. Merlopam merupakan golongan obat antianxietas, sedatif
hipnotik dengan efek onset yang pendek dan relatif mempunyai long hal-life;
dengan meningkatkan aksi GABA yang merupakan peghambat neurotransmitter
utama di otak, yang dapat menekan seluruh tingkat sistem saraf pusat, termasuk
sistem limbik dan formasi retikularis. Sandepril merupakan golongan obat
antidepresan tetrasiklik yang dapat meningkatkan konsentrasi sipnatik
norepineprin di sistem saraf pusat dengan memblok ambilan kembali norepineprin
pada membran presinaptik neuronal. Antidepresan ini juga dapat menurunkan
regulasi reseptor serotonin dan reseptor beta-adrenergik dan mendesentisi adenyl
cyclase.
27
DAFTAR PUSTAKA
28