Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

GANGGUAN SOMATISASI

Oleh:

Yeni Meita 04054821719089


Dita Triyasa 04054821719092
Nurul Rizki Syafarina 04054821719107
Nurul Yuli Permata Sari 04084821820046
Ahmad Reiman 04084821820060

Pembimbing :
dr. H. M. Zainie Hasan A. R., SpKJ (K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:


GANGGUAN SOMATISASI

Oleh:

Yeni Meita 04054821719089


Dita Triyasa 04054821719092
Nurul Rizki Syafarina 04054821719107
Nurul Yuli Permata Sari 04084821820046
Ahmad Reiman 04084821820060

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 19 Februari 2018 – 26 Maret 2018

Palembang, Maret 2018


Pembimbing,

dr. H. M. Zainie Hasan A. R., SpKJ (K)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Gangguan Somatisasi”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. M. Zainie Hasan A. R.,
SpKJ (K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Maret 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 5
BAB II STATUS PASIEN ………………………………….... ...................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….... ........... 17
BAB III ANALISIS KASUS …………………………………................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

4
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan somatisasi adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki


gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah
cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada
pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan
sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan
penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk
onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak
disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.1
Ganguan ini ditandai dengan adanya keluhan-keluhan berupa gejala fisik
yang bermacam-macam dan hampir mengenai semua sistem tubuh. Keluhan ini
biasanya sudah berlangsung lama dan biasanya keluhannya berulang-ulang namun
berganti-ganti tempat. Pasien biasanya telah sering pergi ke berbagai macam
dokter (doctor shopping). Beberapa pasien bahkan ada yang sampai dilakukan
operasi namun hasilnya negatif. Keluhan yang paling sering biasanya
berhubungan dengan sistem organ gastrointestinal (perasaan sakit, kembung,
bertahak, mual dan muntah) dan keluhan pada kulit seperti rasa gatal, terbakar,
kesemutan, baal dan pedih. Pasien juga sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai
organ atau sistem tubuh, misalnya nyeri kepala, punggung, persendian, tulang
belakang, dada atau nyeri saat berhubungan badan. Kadang juga terdapat keluhan
disfungsi seksual dan gangguan haid.2
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Biasanya
bermula sebelum usia 30an dan telah berlangsung beberapa tahun. Pasien
biasanya tidak mau menerima pendapat dokter bahwa mungkin ada dasar
psikologis yang mendasari gejalanya.k berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan.

5
BAB II
STATUS PASIEN

I. Data Identitas
Nama : Ny. M
Tanggal Lahir/ Usia : 15 Agustus 1984/ 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : SLTP (Tamat)
Agama : Islam
Bahasa : Bahasa daerah OKI
Alamat : Kec. SP Padang, Kab. Ogan Komering Ilir
Kunjungan ke RS
- Hari/ Tanggal : Kamis/ 1 Maret 2018
- Tempat : Poliklinik Jiwa Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
- Cara : Diantar suami

II. Keluhan Utama


Os mengeluh bahwa penyakitnya sekarang semakin bertambah dan
pengonsumsian obat yang diresepkan oleh dokter sebelumnya tidak membuatnya
merasa lebih baik, setelah mengonsumsi obat tersebut os merasa menggigil.

III. Riwayat Perjalanan Penyakit


 1,5 tahun yang lalu anak ke-2 os yang berusia 6 tahun didiagnosa menderita
penyakit demam rematik akut dan harus memakan obat selama 12 tahun, namun
anak os megeluh pendengarannya menurun setelah 1 bulan memakan obat
sehingga obat tersebut diberhentikan tanpa pernah kembali kontrol ke dokter

6
sampai sekarang. Selama 1 tahun os mengurusi anaknya yang sakit tersebut dan
sering menjadi beban pikirannya
 6 bulan yang lalu os mulai sering mengeluh sakit perut, penurunan nafsu
makan, mual muntah, dan sakit kepala. Os berobat ke puskesman dan diberi
parasetamol, lalu os berobat ke dokter dan didiagnosa menderita gastritis. Selama
6 bulan berat badan os turun sebanyak 30kg. Os merasa lemah dan lesu akibat
penyakitnya tersebut sehingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga
yang terlalu berat seperti dulu, sekarang os hanya membersihkan rumah seadanya
saja dan jarang mempehatikan anaknya yang sakit. Os sudah berobat sebanyak 4
kali selama 6 bulan, namun obat yang diberikan oleh dokter tidak pernah
dihabiskan dengan alasan os merasa menggigil dan gemetar setelah
mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
 3 bulan yang lalu os mengeluh ada gerakan motorik involunter pada tangan
dextra dan sinistra (digambarkan seperti myoclonic seizure).
 2 minggu terakhir os sering merasa gatal yang berpindah-pindah di sekujur
tubuh (tangan, kaki, punggung), os juga merasa ada sensasi yang mengganggu
pada kulit di beberapa bagian tubuhnya seperti regio frontalis, regio orbitalis,
regio oralis, abdomen, membrum superius, membrum inferius dan truncus dorsum
(digambarkan seperti ada yang berjalan merayap dan pusaran angin bawah kulit),
dan rasa tertekan oleh angin yang tiba-tiba datang pada beberapa titik di regio
thorax. Os merasakan kencang di regio abdomen dan merasa teraba benjolan-
benjolan pada regio thorax dan angulus sternalis. Tangan kaki os juga sering
terasa kaku dan tidak bisa digerakkan selama beberapa saat, gejala-gejala tersebut
mencapai puncaknya pada siang hari sehingga sangat mengganggu aktivitas
sehari- hari. Pada malam hari os sering terjaga dan sulit untuk tidur kembali.
Keluhan mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium bau aneh dan
ide/pikiran-pikiran yang tidak berasal dari dirinya disangkal.
 3 hari yang lalu os merasa hidung sebelah kirinya seperti tersumbat ingus
kering sehingga sulit bernapas, os meminum jamu kemasan dan merasa hangat,
hidungnya tidak lagi buntu dan kaku pada tangannya menghilang, namun keluhan
lain yang muncul 2 minggu terakhir masih tetap ada.

7
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
-  10 tahun yang lalu os menderita Mola Hidatidosa sebelum hamil anak
ke-2, os melakukan kuretase dan diberi obat, os merasa tidak ada
perbaikan pada dirinya selama 1.5 tahun dan akhirnya mengkonsumsi
obat tradisional dan baru merasa lebih baik.
- Gangguan gastrointestinal sejak enam bulan yang lalu
- Riwayat trauma kepala : tidak ada
- Riwayat demam tinggi : tidak ada
- Riwayat kejang : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
- Riwayat alergi obat : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada
- Riwayat penggunaan NAPZA : tidak ada
- Riwayat minum alcohol : tidak ada

V. Riwayat Keluarga
- Pasien merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara
- Mempunyai 1 kakak perempuan dan 2 adik laki-laki
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
- Hubungan dengan anggota keluarga terjalin baik
- Status ekonomi menengan kebawah
- Sekarang mempunyai 2 orang anak laki-laki

8
VI. Riwayat Pribadi
- Prenatal dan perinatal
Os lahir secara normal dan proses persalinan dibantu oleh dukun.
Riwayat merokok, konsumsi obat-obatan, dan alkohol ibu saat hamil
tidak diketahui.

- Masa kanak awal (usia 1-3 tahun)


Riwayat pemberian ASI pasien tidak diketahui secara jelas, pertumbuhan
dan perkembangan sama dengan anak sebayanya.

- Masa anak pertengahan (usia 4-11 tahun)


Os masuk SD pada usia 6 tahun dan beraktifitas seperti anak lainnya dan
tamat tepat waktu dengan nilai rata-rata. Os merupakan pribadi yang
suka bergaul dan mempunyai teman yang cukup banyak namun os selalu
merasa cemas saat akan ujian yang membuatnya sering sakit perut.

- Riwaya masa kanak akhir dan remaja (usia 12-18 tahun)


Os melanjutkan sekolah ke tingkat SMP hingga tamat dengan nilai rata-
rata, pada saat itu os dapat bersosialisasi dengan baik namun tidak pernah
ikut organisasi karena merasa dirinya tidak mampu mengerjakan tugas-
tugas di organisasi. Pada usia 19 tahun os menikah

- Dewasa
 Riwayat pekerjaan
tidak bekerja, sekarang berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga
 Riwayat perkawinan dan hubungan
menikah pada usia 19 tahun dan mempunyai dua orang anak laki-laki.
Sejak menikah os bereperan sebagai ibu rumah tangga yang
melakukan semua pekerjaan rumah tanpa ada bantuan. Hubungan
dengan suami terjalin dengan baik. Suami terlihat sangat peduli

9
kepada os, ia selalu mendampingi os untuk berobat selama enam
bulan ini dan tahu perkembangan penyakit yang diderita.
 Riwayat militer
tidak ada
 Riwayat Pendidikan
Os tidak bisa melanjutkan ke tingkat SMA karena keterbatasan biaya
 Agama
Sikap terhadap agama tidak terlalu ketat
 Aktivitas sosial
Hubungan os dengan tetangga dan lingkungan sekitar cukup baik
namun os tidak terlalu aktif mengikuti kegiatan sosial seperti arisan di
sekitar rumah karena merasa banyak tetangga yang tidak suka dengan
dirinya.
 Situasi kehidupan terkini
Os kini tinggal bersama keluarganya di rumah sendiri, suaminya
bekerja sebagai pedagang keliling dan kedua anakanya masih terus
bersekolah. Anak ke-2 yang menderita demam rematik akut masih
bersekolah seperti biasa walaupun kadang mengeluh pegal-pegal di
sekujur tubuh dan kakinya pernah bergerak secara involunter.
 Riwayat hukum
Os tidak pernah terjerat masalah hukum

VII. Status Mental


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 1 Maret 2018
A. Penampilan
1. Identifikasi pribadi:
 Tampak lesu, kooperatif, terus terang
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor: tidak ada kelainan
3. Gambaran umum:
 Tampak lesu

10
 Pakaian cukup rapi, pemilihan pakaian tampak sembarangan,
menggunakan sandal jepit
 Penampilan sesuai dengan usia
B. Gaya bicara
Cepat dan tampak tergesa-gesa ingin menceritakan semua keluhan,
ekspresif
C. Mood dan afek
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Sesuai dan luas
D. Pikiran dan persepsi
1. Bentuk pikiran
 Produktivitas : pasien bicara spontan
 Kontinuitas pikiran : relevan
 Hendaya Bahasa : tidak ada
2. Isi pikir : Hipokondria dan Preokupasi tentang
penyakitnya
3. Gangguan berpikir : Tidak ada
4. Ganggaun persepsi : Halusinasi taktil (formikasi) (+)
5. Fantasi dan mimpi :Tidak ada
E. Sensorium
1. Kesiagaan : compos mentis
2. Orientasi
 Waktu : baik
 Tempat : baik
 Orang : baik
3. Konsentrasi & kalkulasi : baik
4. Memori
 Jangka panjang : baik
 Jangka menengah : baik
 Jangka pendek : baik

11
 Segera : baik
5. Dasar pengetahuan :-
6. Pikiran abstrak :-
7. Tilikan : Kesadaran ringan bahwa dirinya sakit dan
memerlukan bantuan namun pada saat yang sama menyangkal
8. Daya nilai :-

VIII. Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan

A. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
 Sensorium : Compos Mentis
 Suhu : 36.7°C
 Nadi : 75x/ menit
 Pernafasan : 18x/ menit
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Turgor : <2 detik
 Berat Badan :-
 Tinggi Badan :-
 Status Gizi :-
B. Pemeriksaan Neurologis
- GCS : 15
E : membuka spontan (4)
V : berbicara spontan (3)
M : gerakan sesuai perintah (5)
- Fungsi sensorik : tidak ada kelainan
- Fungsi motorik :
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal

12
Kekuatan 5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks + + + +
fisiologis
Refleks - - - -
patologis

- Ekstrapiramidal sindrom: tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal


sindrom seperti tremor , bradikinesia, dan rigiditas .
- Refleks fisiologis : normal
- Refleks patologis : tidak ditemukan
- Hasil USG abdomen : normal

IX. Ringkasan Temuan


Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan informasi bahwa os seorang
perempuan usia 35 tahun berasal dari daerah OKI dan beragama Islam. Os
sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak laki-laki yang saat ini masih
bersekolah, keluarga inti os tinggal dirumah mereka sendiri, dengan os
sebagai ibu rumah tangga dan suami sebagai pedagang keliling. Anak ke-2
menderita penyakit demam rematik akut sejak 1.5 tahun yang lalu. Satu tahun
kemudian penyakit yang dikeluhkan os mulai timbul, pengobatan sudah
dilakukan mulai dari puskesmas hingga dokter spesialis namun os mengeluh
tidak merasakan perbaikan, sebaliknya os merasa keadaannya semakin
memburuk, terjadi penurunan berat badan yang signifikan dan timbul
keluhan-keluhan lainnya. Selama enam bulan sudah empat kali konsultasi ke
dokter penyakit dalam namun obat yang diberikan tidak pernah dihabiskan
karena os mengeluh menggigil setelah mengkonsumsi obat tersebut. Os pergi
ke poliklinik jiwa pada hari Kamis tanggal 1 Maret 2018 bersama dengan
suami.

13
Kesadaran os baik namun tampak lesu, penampilannya tidak rapi dimana
os mengenakan baju rumah dan sandal jepit dengan rambut yang sedikit
berantakan. Kontak os baik selama pemeriksaan dan kooperatif, os tampak
tidak sabar untuk menceritakan semua keluhan yang ia rasakan, saat bercerita
os sangat ekspresif menggambarkan perasaan sakit saat keluhan-keluhan itu
timbul. Ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi taktil (formikus) dan
gangguan isi pikir berupa Hipokondria dan Preokupasi tentang penyakitnya.
Os juga mengalami gangguan tidur dimana sering terjaga dan sulit untuk tidur
kembali. Suara bisikan, adanya bayangan dan bau aneh, serta pemikiran
untuk bunuh diri dan rasa seperti kerasukan disangkal.
Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya kelainan. Os mempunyai
kesadaran ringan bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun pada
saat yang sama menyangkal hal tersebut. Selama wawancara psikiatri,
penjelasan yang diberikan os dapat dipercaya.
X. Formulasi Diagnosis
AKSIS I:
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik membuktikan bahwa tidak adanya
riwayat ataupun temuan yang mengindikasikan adanya gangguan organik
pada os dan pengonsumsian alkohol maupun obat-obatan terlarang sehingga
F00 – F19 dapat disingkirkan. Keluhan- keluhan penyakit os tidak didukung
oleh hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan, namun os tidak menerima hal
tersebut, os tampak kurang menerima tentang kemungkinan keterkaitan
antara keluhan fisik dengan konflik kehidupannya maka diagnosisnya adalah
F45.0 (Gangguan somatisasi).
AKSIS II:
Selama masa sekolah Os selalu merasa cemas ketika akan ujian dan
mengeluhkan sakit perut. Os tidak pernah mengikuti kegiata organisasi
karena merasa dirinya tidak mampu. Di lingkungan sosial, Os tidak terlalu
aktif dalam kegiatan sosial seperti arisan karena merasa banyak tetangga yang
tidak suka dengan dirinya namun hubungan tetap terjalin cukup baik. Hal ini

14
menggambarkan bahwa Os cenderung mempunyai gangguan kepribadian
berupa gangguan cemas, F60.6.

AKSIS III:
Os mempunyai riwayat penyakit gastritis sebelumnya, (K00 – K93).
AKSIS IV:
Penyakit yang dikeluhkan os timbul satu tahun setelah anak ke-2 nya
didiagnosa menderita rematik akut dan harus memakan obat selama 12 tahun,
sekarang os merasa tidak bisa lagi melakukan pekerjaan rumah yang terlalu
berat dan kurang bisa memperhatikan anaknya karena sakit yang ia derita.
Dengan demikian pada aksis IV didapatkan adanya masalah pada “primary
support group” (keluarga)
AKSIS V:
Os masih mampu merawat diri sendiri namun mengalami penurunan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan rumah seperti dulu. Sehingga nilai
GAS Scale adalah 70 - 61
Diagnosis banding dalam kasus ini adalah F45.1 yaitu Ganggauan
somatoform tak terinci karena walaupun semua gejala klinis pada gangguan
somatisasi terpenuhi namun hal ini baru berlangsung selama enam bulan.
F45.2 yaitu Gangguan Hipokondrik karena os takut akan efek samping obat
sehingga obat tidak dikonsumsi..

XI. Evaluasi Multiaksial


AKSIS I : F45.0.Gangguan Somatisasi
AKSIS II : F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas
AKSIS III : K00-K93 Gastritis
AKSIS IV : Masalah pada “primary support group” (keluarga)
AKSIS V : GAF Scale 70 - 61

XII. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam

15
- Qua ad sanasiam : dubia ad bonam
- Qua ad fungsionam : dubia ad bonam

XIII. Formulasi Psikodinamik


Pasien mengalihkan perasaan kecewa, marah dan sebagainya dengan
keluhan fisik (nyeri, hipokondri) dengan harapan dapat lebih mendapatkan
perhatian/pertolongan sebagai kompensasi rasa bersalah/berdosa, atau untuk
menekan agresi.

XIV. Rencana Terapi Menyeluruh


- Psikofarmaka
 Merlopam 0,5 mg 1x1
 Sandepril 50 mg 1x1/4

- Psikoterapi
 Terapi relaksasi
 Terapi kognitif perilaku
 Psikoterapi suportif

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti
“tubuh”. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang
dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan somatoform berbeda dengan
malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu suatu
gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang
disengaja tanpa keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula
dengan sindrom Muchausen yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai
oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.3
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius
untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau
gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi
bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan,
dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura
yang disadari atau gangguan buatan.3

2.2 Epidemiologi
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih
banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang
banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah
banyak mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien
ini terus mencari penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia
untuk melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun dia tahu hal

17
tersebut jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada
gangguan kecil.4
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat
gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup
dengan didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami
gangguan hubungan interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal
yang sama terutama pada wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.4

2.3 Klasifikasi 5
Adapun bentuk gangguan tersebut adalah sebagai berikut :

1.Gangguan konversi
Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik
yang tidak dapat dilacak secara medis. gangguan ini muncul dalam konflik atau
pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan adanya penyebab
psikologis.

2. Hipokondriasis
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius.
Ketakutan akan adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah
diyakinkan. Sensasi atau nyeri fisik biasa sering diasosiasikan dengan gejala
penyakit kronis tertentu.

3. Gangguan Somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simtom fisik yang tidak ada dasar
organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan
kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam
fungsi.

4. Gangguan Dismorfik Tubuh


Terpaku pada kerusakan fisk yang dibayangkan atau berlebih-lebihan.
Menganggap orang tidak memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang

18
dimilikinya (dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang pada
perilaku kompulsif . seperti berulang-ulang berdandan. dll. Ditandai oleh
kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat.

5. Gangguan nyeri
Ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor
psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. DSM-IV
juga memiliki dua criteria diagnostic residual untuk gangguan somatoform

2.4 Kriteria Diagnostik1

2.4.1 Kriteria diagnostik untuk gangguan somatisasi :

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi
pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut,
punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama
hubungan seksual, atau selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama
kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil
atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit
yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri

19
(gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis
atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan
ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan
atau pura-pura).

2.4.2 Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi

A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.

20
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
-Dengan gejata atau defisit motorik
-Dengan gejala atau defisit sensorik
-Dengan kejang atau konvulsi
-Dengan gambaran campuran

2.4.3 Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis

A. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu


penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-
gejala tubuh.
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

21
2.4.4 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh

A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit


anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia
nervosa).

2.4.5 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan
cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia

22
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. M, perempuan, 35 tahun, datang ke poliklinik jiwa RS


Muhammadiyah Palembang dengan keluhan utama penyakit semakin bertambah
setelah melakukan pengobatan. Pasien ditemani oleh suaminya Tn. P, laki-laki, 38
tahun yang membawa pasien berobat karena pasien selalu mengeluh menggil dan
keluhannya tidak berkurang walaupun sudah diobati. Wawancara dan observasi
dilakukan pada Kamis, 1 Maret 2018 pukul 13.30 WIB di Poliklinik Jiwa Rumah
Sakit Muhammadiyah, Palembang. Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan
posisi pasien duduk di kursi. Pasien memakai baju blouse bunga warna coklat,
celana panjang warna hitam dan menggunakan sandal jepit. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang.
 6 bulan yang lalu os mulai sering mengeluh sakit perut, penurunan
nafsu makan, mual muntah, dan sakit kepala. Os berobat ke puskesman dan diberi
parasetamol, lalu os berobat ke dokter dan didiagnosa menderita gastritis. Selama
6 bulan berat badan os turun sebanyak 30kg. Os merasa lemah dan lesu akibat
penyakitnya tersebut sehingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga
yang terlalu berat seperti dulu, sekarang os hanya membersihkan rumah seadanya
saja dan jarang mempehatikan anaknya yang sakit. Os sudah berobat sebanyak 4
kali selama 6 bulan, namun obat yang diberikan oleh dokter tidak pernah
dihabiskan dengan alasan os merasa menggigil dan gemetar setelah
mengkonsumsi obat-obatan tersebut.  3 bulan yang lalu os mengeluh ada gerakan
motorik involunter pada tangan dextra dan sinistra (digambarkan seperti
myoclonic seizure).  2 minggu terakhir os sering merasa gatal yang berpindah-
pindah di sekujur tubuh (tangan, kaki, punggung), os juga merasa ada sensasi
yang mengganggu pada kulit di beberapa bagian tubuhnya seperti regio frontalis,
regio orbitalis, regio oralis, abdomen, membrum superius, membrum inferius dan
truncus dorsum (digambarkan seperti ada yang berjalan merayap dan pusaran
angin bawah kulit), dan rasa tertekan oleh angin yang tiba-tiba datang pada
beberapa titik di regio thorax. Os merasakan kencang di regio abdomen dan

23
merasa teraba benjolan-benjolan pada regio thorax dan sekitar angulus sternalis.
Tangan kaki os juga sering terasa kaku dan tidak bisa digerakkan selama beberapa
saat, gejala-gejala tersebut mencapai puncaknya pada siang hari sehingga sangat
mengganggu aktivitas sehari- hari. Pada malam hari os sering terjaga dan sulit
untuk tidur kembali. Keluhan mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium
bau aneh dan ide/pikiran-pikiran yang tidak berasal dari dirinya disangkal.  3
hari yang lalu os merasa hidung sebelah kirinya seperti tersumbat ingus kering
sehingga sulit bernapas, os meminum jamu kemasan dan merasa hangat,
hidungnya tidak lagi buntu dan kaku pada tangannya menghilang, namun keluhan
lain yang muncul 2 minggu terakhir masih tetap ada.
Dari riwayat premorbid ditemukan adanya sedikit perubahan perilaku
menjadi lebih tertutup, namun os masih bersosialisasi. Dari autoanamnesis
diperoleh yakni kesadaran kompos mentis, perhatian 0kmkbaik, ekspresi fasial
echt, verbalisasi jelas, dan kontak mata ada, daya ingat baik, orientasi tempat,
waktu, dan orang baik, diskriminatif insight baik, tidak ada rasa dendam, dan
perhatian yang adekuat.
Pada status internus dan status neurologikus semua dalam batas normal.
Pada status psikiatrikus pada keadaan umum didapatkan kesadaran
kompos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, inisiatif ada, tingkah laku
motorik normoaktif, ekspresi fasial wajar, verbalisasi jelas, cara bicara lancar, ada
kontak fisik, mata, dan verbal. Pada keadaan khusus ditemukan afek sesuai, mood
eutimik, hidup emosi labil, pengendalian terkendali, adekuat, echt, skala
diferensiasi normal, einfuhlung bisa dirabarasakan, arus emosi normal. Keadaan
dan fungsi intelek semua dalam batas normal. Keadaan proses berpikir dalam
batas normal. Os tampak tidak sabar untuk menceritakan semua keluhan yang ia
rasakan, saat bercerita os sangat ekspresif menggambarkan perasaan sakit saat
keluhan-keluhan itu timbul. Pada isi pikiran didapatkan kelainan berupa
hipokondria dan preokupasi tentang penyakitnya, bentuk pikiran dalam batas
normal. Terdapat gangguan perepsi, yaitu halusinasi taktil (formikasi). RTA tidak
terganggu.

24
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik membuktikan bahwa tidak adanya
riwayat ataupun temuan yang mengindikasikan adanya gangguan organik pada os
dan pengonsumsian alkohol maupun obat-obatan terlarang sehingga F00 – F19
dapat disingkirkan. Berdasarkan uraian di atas pasien didiagnosis multiaksial
dengan Axis I: Os mengeluh adanya benjolan pada regio abdomen dan rasa sakit
di dadanya, setelah pemeriksaan fisik spesifik yang dilakukan oleh dokter
penyakit dalam tidak menunjukkan adanya kelainan namun os tidak menerima hal
itu, os tampak kurang menerima tentang kemungkinan keterkaitan antara keluhan
fisik dengan konflik kehidupannya maka diagnosisnya adalah F45.0 Gangguan
somatisasi.
Berdasarkan wawancara dan paparan tersebut, pasien telah memenuhi
kriteria diagnosis somatisasi dari PPDGJ-III yaitu:1,3,4
1. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun;
2. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
3. terdapat disabilitias dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
Pada aksis II, didiagnosis sebagai F60.6, yaitu gangguan kepribadian cemas.
Hal ini digambakan dari riwayat pendidikan dan sosialiasi pasien bahwa pada saat
SD dan SMP, os selalu merasa cemas ketika akan ujian dan merasa sakit perut. Os
juga tidak pernah ikut organisasi karena merasa dirinya tidak mampu. Os tidak
terlalu aktif dalam kegiatan sosial seperti arisan karena merasa banyak tetangga
yang tidak suka dengan dirinya namun hubungan tetap terjalin cukup baik.
Berdasarkan anamnesis tersebut, untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3
dari diatas. Pasien telah memenuhi kriteria gangguan kepribadian cemas dari
PPDGJ III, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif;
2. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah ari orang lain;
3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial;

25
4. Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai;
5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alesan keamanan fisik;
6. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Pada aksis III, os mempunyai riwayat penyakit gastritis sebelumnya, (K00 –
K93). Berdasarkan Salim, Axis III meliputi diagnosis-diagnosis klinis pasien yang
berkaitan dengan gangguan pada sistem organ. Pada kasus ini dikatakan os pernah
terdiagnosis gastritis sebelumnya.
Aksis IV merupakan berbagai keadaan yang dapat menjadi faktor penyebab
seseorang mengalami gangguan kejiwaan. Keadaan-keadaan tersebut misalnya
masalah pada keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, interaksi dengan hukum/kriminal, dan
psikososial atau lingkungan lain. Os mempunyai dua orang anak laki-laki, dan
pernah menderita mola hidatidosa sebelum mendapatkan anak kedua. Penyakit
yang dikeluhkan os timbul satu tahun setelah anak ke-2 nya didiagnosa menderita
rematik akut dan harus memakan obat selama 12 tahun, sekarang os merasa tidak
bisa lagi melakukan pekerjaan rumah yang terlalu berat dan kurang bisa
memperhatikan anaknya karena sakit yang ia derita. Dengan demikian pada kasus
ini, aksis IV didapatkan adanya masalah pada “primary support group”
(keluarga).
Aksis V GAF Scale menunjukkan nilai 70 - 61 karena os masih bisa
melakukan pekerjaan walaupun dengan penurunan intensitas.
Diagnosis banding dalam kasus ini adalah F45.1 yaitu Ganggauan somatoform
tak terinci karena walaupun semua gejala klinis pada gangguan somatisasi
terpenuhi namun hal ini baru berlangsung selama enam bulan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah dengan psikoterapi dan
psikofarmaka. Psikoterapi baik yang dilakukan secara individu atau perkelompok
dapat membantu pasien, baik menghilangkan kecemasannya, atau mengurangi
biaya perawatan rumah sakit, ataupun rawat inap. Pada pasien ini sangat
dianjurkan untuk terapi relaksasi, terapi kognitif perilaku dan psikoterapi suportif.
Terapi relaksasi untuk mengatasi masalah sehari-hari pasien bila cemas.

26
Prinsipnya adalah melatih pernapasan untuk menenangkan individu. Terapi
kognitif perilaku yaitu individunya diajak bersama-sama membentuk kembali
pola perilaku dan mengganti pikiran yang tidak rasional menjadi rasional.
Piskoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens pasien
terhadap kecemasannya. Edukasi juga perlu dilakukan untuk mendukung
kesembuhan pasien dengan meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai
penyakit pasien dan mengembangkan kemampuan pasien.
Psikofarmaka yang diberikan ialah pemberian merlopam 0,5 mg 1x1 dan
sandepril 50 mg 1x1/4. Merlopam merupakan golongan obat antianxietas, sedatif
hipnotik dengan efek onset yang pendek dan relatif mempunyai long hal-life;
dengan meningkatkan aksi GABA yang merupakan peghambat neurotransmitter
utama di otak, yang dapat menekan seluruh tingkat sistem saraf pusat, termasuk
sistem limbik dan formasi retikularis. Sandepril merupakan golongan obat
antidepresan tetrasiklik yang dapat meningkatkan konsentrasi sipnatik
norepineprin di sistem saraf pusat dengan memblok ambilan kembali norepineprin
pada membran presinaptik neuronal. Antidepresan ini juga dapat menurunkan
regulasi reseptor serotonin dan reseptor beta-adrenergik dan mendesentisi adenyl
cyclase.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Saddock BJ, Sadock VA, Ruiz Pedro. Comprehensive Textbook of Psychiatry.


10th edition. Philadhelphia; lippincot Williams 7 Walkins. 2009.p1605-1614
2. Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. : Gangguan Psikotik Singkat, dalam
Sinopsis, edisi 7, jilid 1, Jakarta, hal: 771-775.
3. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington DC:. American
Psychiatric Press, 2000.
4. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ – III. 1st ina. ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK – UNIKA
Atmajaya; 2001, 76-77 p.
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). 3rd rev. ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK – UNIKA Atmajaya; 2001, 47-48 p.

28

Anda mungkin juga menyukai