Anda di halaman 1dari 12

LENO B17M2 / 6 April 2020 / 08.00 – 11.

00

Pj Modul : dr. Evi Fitriany, M.Kes

Narasumber : dr. Denny J. Rotinsulu, Sp.KJ

Moderator : Grace Maychale Lambe

Notulensi : Elsa Syafira Hidayah

Kelompok Presentan : Kelompok 4 dan Kelompok 7

berikut list pertanyaan yang sudah kita tanggapin untuk saat ini:

1. (Nio-Kel 1) Mengapa prognosis px skizofrenia dengan gangguan mood memiliki prognosis lebih baik
drpd skizofrenia murni?

2. (Hengki-K.2) (untuk kel. 4) Apakah sebenarnya gangguan mood dan afektif itu berbeda? Apa
pembatasnya? Apakah bentuk kelainan sama atau berbeda?

3. (Nazilla-K8) Apakah indigo merupakan tanda skizofrenia? Krn org indigo dapan mendengar/melihat
sesuatu yg tidak dilihat/dengar orang banyak

4. (Rijal-K6) Apakah terdapat keterkaitan dalam pembagian subtipe skizofrenia dengan tatalaksana
skizo? Jika ada bagaimana?

5. (Syai-K5) Apakah terapi ECT efektif untuk skizo? Kapan dilakukannya? Apa efek sampingnya?

6. (Aprian-k3) Apakah gejala skizo pada px relaps memberat atau tambah ringan atau muncul tanpa ada
perbedaan?

7. (KevinC-6) gangguan mental organik seperti apa yang dapat membuat gejala seperti skizofrenia ini ?

8. (Ayu A-kel2) ke kelompok4

Dari ppt disebutkan bahwa malingering tidak dianggap sebagai penyakit mental namun dianggap
malingering jika kurang koperatif selama evaluasi diagnostik dan memenuhi regimen pengobatan yang
telah diresepkan. Apakah kondisi malingering tetap diberikan terapi? Jika iya terapi apa yang baik
diberikan?

9. (Dealita-kel5) Apakah ada kondisi kondisi khusus yg dapat menyebabkan kasus relaps pada
skizophernia? Selain ketidakpatahun minum obat, obat yg tidak adekuat atau stresor yg lebih berat

10. (Sopi-kel8) bagaimana cara membedakan penjahat yang berpura pura mengalami skizofrenia (atau
awamnya “gila”) dengan penjahat yang benar benar skizofrenia ?
NOTULENSI PERTANYAAN DAN JAWABAN SESI 1

1. (Nio-k.1) Mengapa prognosis pasien skizofrenia dengan gangguan mood memiliki prognosis lebih baik
daripada skizofrenia murni (tanpa gangguan mood)?

Jawab:

-(Imam-k.7) Jika yg dimaksud nio skizofrenia dengan gangguan mood adalah skizoafektif, maka pada
skizoafektif perjalanan penyakit pasien cenderung tidak mengalami deteriosasi (kumunduran fungsi
kognitif) seperti pada skizo tanpa gangguan mood, prognosisnya juga lebih baik.

-(Fadillah Hana) Dari buku kaplan sadock, prognosisnya tergantung dari gejala dominannya. Apabila yg
dominan gejala afektif maka prognosis jauh lebih baik dibanding gejala skizofrenik.

-(Sherin- k.3) Pada skizoafektif gejalanya terdiri dari unipolar dan bipolar, diantara fase tsb terdapat
remisi total & pada fase manik biasanya seseorang dapat melakukan aktivitaa dengan baik, shg
prognosis baik. Sedangkan pada skizofrenia terdapat penurunan atau disfungsi pada perilaku, psikologik
dan emosional, gekalanyapun berlangsung terus menerus tanpa remisi, shg prognosis buruk.

2. (Hengki-K.2) (untuk kel. 4) Apakah sebenarnya gangguan mood dan afektif itu berbeda? Apa
pembatasnya? Apakah bentuk kelainan sama atau berbeda?

Jawab:

-(Imam-k7) Gangguan mood, gg afektif, gg suasana hati hanya berbeda istilah dengan arti sama.

-(Larry) Gangguan mood atau gangguan afek adalah gejala yg berbeda. Namun, jika berbicara mengenai
gangguan mania dan depresu (ppdgj) maka kedua gangguan itu saling berkaitan. Contohnya pd
gangguan mania, px mengalanu gangguan mood yg ekspansuf dan iritabel menetap, tp bisa juga
mengalami perubahan afek yg meninggi.
Kalau dilihat dari definisiny mood itu adalah bagian emosi yang disampaikan pasien secara subjektif.
Sedangkan afek adalah bagian emosi yg teramati oleh pemeriksa. Artinya bisa saja afek dan moodnya
sejalan (perasaan gelisah dan perilaku atau ekspresinya juga gelisah) Namun bisa saja afek yang dilihat
pemeriksa tidak sejalan dengan perasaan yang dikeluhkan pasien.

3. (Nazilla-K8) Apakah indigo merupakan tanda skizofrenia? Karena orang indigo dapan
mendengar/melihat sesuatu yg tidak dilihat/dengar orang banyak

Jawab:

- (Rijal-k.6) Jika dilihat daei manifestasi anak indigo yg dpaat melihat/mendengar sesuatu yg tidak ada
merupakan bentuk halusinasi. Dan jika memiliki keyakinan bahwa ditinya memiliki kekuatan
supranatural dan tidak dapat digoyahkan walau dengan bukti yg nyata, dan memenuhi kriteria diagnosis
Skizofrenia, maka dapat didiagnosis sebagai skizofrenia.

Lalu perlu dipastikan hal yg disampaikan pasien tsb bukan sesuatu yg dibuat-buat (Malingeting).
Gejalanya yg menonjol pada anak indigo adalah gangguan kepribadian, termasuk ke dlm gol Narcissistic
Personality Disorder menurut DSM V

- (Fadillah Hana) Indigo dengan gejala yang disebutkan nazilla memang salah satu gejala skizofrenia.
Tetapi tidak bisa disebut skizofrenia apabila kriteria diagnosis DSM-IV-TR tidak terpenuhi. Kriteria yang
dimaksud adalah adanya halusinasi atau waham dan pasien menunjukkan dua gejala dari

a) bicara kacau,

b) perilaku kacau/ketatonik,

c) gejala negatif seperti alogia, hilang minat, afek datar

- (Gusti-k1) Dari beberapa sumber yg saya baca indigo tidak ada dalam istilah kedokteran. Indigo
dikatakan memiliki "kelebihan" dan ada beberapa karakteristik dari indigo yg salah satunya adalah
mendengar sesuatu yg tidak bisa kita dengarkan,. Indigo dalam kedokteran sering dimasukkan kedalam
adhd atau gangguan lain. Untuk menentukan apakah dia skizofrenia kita balikkan ke kriteria diagnostik
skizofrenia. Entah itu ppdgj atau dsm,. Jika memenuhi kriteria-kritera diagnostik maka dianggap
skizofrenia.
- (Fuad) Menurut kami indigo bukan tanda skizofrenia, karena Dalam dunia kedokteran medis tidak ada
istilah Indigo dalam ilmu kedokteran. Indigo masih dimasukan dalam kategori "pseudoscience" karena
tidak adanya alat medis yang dapat membuktikan kebenaran mengenai kondisi yang mereka alami.

Sedangkan kalau kita kaitkan kasus indigo ini ke agama islam contohnya, fenomena indigo dikaji dari
pemahaman keislaman adalah dimana seseorang dapat dimasuki, dipengaruhi, atau dikuasai oleh Jin,
sehingga seseorang tersebut mampu "melihat" mendengar, berkomunikasi dan ber interaksi dengan
mereka, sehingga orang tersebut memiliki kemampuan sesuatu yang tidak pernah dipelajari sebelumnya
seperti mengobati seseorang, memiliki kecakapan berbahasa tertentu, mampu menerka masa depan
dan lain sebagainya.

Dalam aqidah Islam jumhur ulama berpendapat bahwa jin/setan dapat merasuki tubuh manusia, hal ini
berdasarkan dalil sebagai berikut :

َ َ ‫الَّذين يأْكُلُون الربا اَل يقُومون إاَّل كَما يقُوم الَّذي يتخَبطُه الشَّ يطَان من الْمس ذَل‬
ُ ْ ‫مث‬
‫ل‬ ِ ُ‫ما الْبَيْع‬
َ َّ ‫م قَالُوا إِن‬
ْ ُ‫ك بِأنَّه‬ِ ِّ َ َ ِ ُ ْ ُ َّ َ َ ِ ُ َ َ ِ َ ُ َ َ ِّ َ َ َ ِ
‫ب‬َ ‫الر‬
ِّ

(Q.S Al-Baqarah : 275)

-(Rizki Pratama) Jadi untuk indigo sendiri sebenarnya masih pseudoscine (pencampuran antara myth dan
sains) dikarenakan tidak memiliki alat diagnosis pasti jadi beberapa ahli mengatakan bahwa

Indigo merupakan gangguan kepribadian namun itu tidak pasti. Sulit dibahas krn ada unsur myth.

- (Olivia-k3) Indigo adalah seseorang yang memiliki karakteristik unik dan perilaku yang belum pernah
diketahui sebelumnya. Perbedaan lebih jelasnya dilihat dari karakteristiknya, seperti tidak menyukai
rutinitas otoritas mutlak dan perintah, pribadi ansos, IQ diatas ratarata, memiliki keterampilan spiritual,
misalnya membaca perasaan, kemauan dan pikiran orang lain, keberadaan makhluk halus, serta
kejadian lampau dan yang akan datang, lebih dewasa dari orang seumurannya, dll.

Karakteristik diatas berbeda dari skizofrenia, seperti yang kita ketahui beberapa gejala yang timbul pada
skizofrenia yaitu waham dan halusinasi, tidak ada yang mengarah pada penglihatan spiritual, lebih
kepada melihat sesuatu yang bersifat khayalan/tidak masuk akal.
-(Imam)Susah juga diputuskan, karena yang dikatakan indigo itu seperti apa juga belum ada standar
nya.

Tidak ada referensi yg menampilkan guideline atau kriteria diagnosis indigo.

Tetapi jk yg ada di msyarakat indigo itiu bisa melihat apa yg tidak dilihat orang lain. itu lebih ke
halusinasi, sedangkan apabila hanya halusinasi saja kurang cukup kalau dijadikan diagnosis skizofrenia .
Menurut DSM V kriteria nya banyak bukan hanya halusinasi saja

-(Nanda)Berdasarkan salah satu artikel yang dimuat pada laman The Ohio State University
(https://u.osu.edu/vanzandt/2019/04/16/indigo-child-movement/), sejauh ini keterkaitan penggunaan
istilah indigo dalam dunia sains masih meragukan, persis seperti apa yang disampaikan oleh rizki ini
istilah atau kondisi anak indigo ini masih (pseudoscience), namun pada artikel tersebut juga disertakan
beberapa penjelasan sederhana terkait adanya kemungkinan keterkaitan antara anak indigo dengan
ADD/ADHD, namun penjelasan ini juga tidak didukung dengan penelitian yang valid. Sehingga sebagai
kesimpulan, apabila ada seorang anak yang mengaku indigo, disertai dengan adanya halusinasi dapat
dilakukan pemeriksaan psikiatri terlebih dahulu untuk mengeskplorasi kemungkinan-kemungkinan
gangguan psikologis lainnya, kemudian apabila telah ditemukan informasi dan data yang akurat, lalu
disesuaikan dengan kriteria diagnosis sesuai preferensi masing-masing (e.g. DSM-V, PPDGJ-III)

4. (Rijal-K6) Apakah terdapat keterkaitan dalam pembagian subtipe skizofrenia dengan tatalaksana
skizo? Jika ada bagaimana?

Jawab:

-(Fauziah-k1)Memang pembagian subtipe ini ada pada DSM-IV, namun pada DSM-V, kelima subtipe ini
(paranoid, disorganized, catatonic, undifferentiated, dan residual) sdh tdk dipakai lagi/dihilangkan
karena dari American Psychiatric Association sendiri menyimpulkan bahwa pembagian subtipe ini tdk
membantu karena gejala pasien yg sering berubah dari satu subtipe ke subtipe lain dan menunjukkan
gejala yang tumpang tindih, yg mengaburkan perbedaan di antara lima subtipe dan menurunkan
validitasnya.

Oleh karena itu untuk tatalaksananya sendiri tidak mengikuti dari pembagian subtipe, disesuaikan dgn
gejala yg muncul yg biasanya lini pertama menggunakan antipsikotik baik yg tipikal/atipikal.
5. (Syai-K5) Apakah terapi ECT efektif untuk skizo? Kapan dilakukannya? Apa efek sampingnya?

Jawab:

- (Azkiah-k7) Bbrp jurnal dan menyebutkan bahwa pengobatan dengan ECT ini masih kontroversial.
Terapi ECT menggunakan suatu alat yang menghantarkan arus listrik pada elektroda dan dipasang pada
kepala sehingga menyebabkan konvulsi. Dijurnal penelitian andalas (2015) disebutkan sudah banyak
bukti tentang efektivitas ECT dalam membantu mengatasi gejala skizofrenia yang tidak respon terhadap
psikoterapi atau antidepresan namun ECT juga mengundang banyak kontroversi karena efek
sampingnya yang paling sering berupa yang sering berhubungan dengan ECT adalah konvusi, delirium,
gangguan daya ingat, dan aritmia jantung ringan. Kehilangan daya ingat adalah masalah utama yang
berhubungan dengan ECT. Hasil penelitian tsb didapatkan bahwa terjadi penurunan daya ingat sesudah
ECT sebanyak 60% yaitu pada jenis immediate dan recent memory. Sesudah ECT dapat terjadi
penurunan daya ingat sebanyak 75% terutama pada kejadian yang baru terjadi, sedangkan ingatan
jangka panjang tetap utuh. Penelitian oleh Squire pada tahun 1975 menyatakan bahwa 63% pasien
skizofrenia yang mendapat ECT bilateral mengalami gangguan memori. Penelitian lain menemukan
bahwa gangguan memori lebih berat terjadi pada pasien dengan kombinasi ECT dan antipsikotik
daripada pasien yang hnya menerima antipsikotik saja.

- (Sofia-K8) Menurut kaplan, ECT dapat di indikasikan pada pasien katatonik dan pasien yang tidak dapat
menggunakan antipsikotik (spt kurang efektif). Selain pasien yang telah sakit selama kurang dari satu
tahun adalah pasien yang paling berespons terhadap terapi ECT.

Untuk efek sampingnya, ECT dapat menyebabkan daya ingat terganggu.

Pasien skizofrenia kemampuan daya ingatnya sudah terganggu dikarenakan kemampuan daya ingat itu
dipengaruhi oleh faktor emosi dan kejiwaan. Pengendalian emosi diatur oleh sistem limbik yang
berperan dalam patofisiologi skizofrenia.

Selain itu jg teori lain menjelasakan ada penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa stelah ECT
terutama pada lobus frontalis. Yang jika mengganggu lobus frontalis dapat menyebabkan gangguan
emosi dan intelektual yang berhubungan dengan proses penyimpanan memori.
- (Satya-k7) Menurut APA, ECT bisa digunakan pada beberapa penyakit mental salah satunya
skizofrenia.Tapi bukan terapi kausatif, jadi tetap membutuhkan pengobatan maintenance untuk
mencegah kembalinya keluhannya.

Resikonya adalah masalah dalam memori dan kesulitan dalam belajar. Jadi pada beberapa orang setelah
ect kesulitan untuk mengingat kejadian seminggu sebelum ect. Bahkan bisa memburuk hingga terdapat
permanen memori gap.

- (Kevin k-8) * Memberikan rekomendasi konsensus*

- (Rijal-k.6) Jurnal NCBI "ECT in schizophrenia: a review of the evidence. " : ECT dapat diindikasikan pada
pasien pasien dengan resisten terapi, memperkuat efek farmakoterapi, sebagai manajemen katatonia
dan perilaku 'suicidal' dan perilaku agitasi yang parah.

-(Rizki) ECT tidak digunakan lagi sekarang, mengingat risikonya terhadap pasien

-(Budi) Untuk dokter umum, skizofrenia tmsk 3A shg untuk tatalaksana skizofrenia diberikan antpsikotik
dan dirujuk ke spesialis

-(Alvianita-k8) Para dokter biasanya menggunakan ECT untuk menangani kasus depresi berat, terkadang
juga digunakan pada kasus gangguan jiwa seperti skizofrenia. Dijelaskan bahwa ECT ini merupakan cara
yang cepat dan efektif untuk menghilangkan gejala pada depresi berat. Sedangkan pada skizofrenia,
sangat efektif jika terdapat gejala katatonia. Juga untuk meringankan gejala lainnya dari skizofrenia
seperti delusi, halusinasi ataupun pikiran tidak teratur.

Untuk efek sampingnya, pasien akan kehilangan memori untuk jangka pendek, biasanya pasien akan
lupa bahwa mereka telah melakukan pengobatan, tetapi pasien akan ingat setelah beberapa minggu
setelah pengobatan

6. (Aprian-k3) Apakah gejala skizo pada px relaps memberat atau tambah ringan atau muncul tanpa ada
perbedaan?
Jawab:

- (Laily-k1) Pasien skizofrenia yang pertama kali datang biasanya bersikap lebih agresif, kasar karena
menolak untuk diobati namun pada pasien relaps biasanya akan lebih mudah dikondisikan karena pasien
tersebut mulai terbiasa dan menerima obat antipsikotik yang dia konsumsi

- (Rijal-k6) Dari buku kaplan, menyampaikan bahwa 'classic course' atau perjalanan penyakitnya pada
umumnyaa kombinasi antara exsaserbasi dan remisi. Setelah episodik psikosis yang pertama, pasien
dapat secara perlahan sembuh dan mungkindapat melakukan kegiatan secara relatif normal untuk
waktu yang lama. Pasien pasien ini umumnya mengalami relaps, dan pola dari penyakit selama 5 tahun
pertama setelah di diagnosissecara general menggambarkan 'course' atau arah perkembangan penyakit
pasien. pada saat relaps, gejala positive cenderung menjadi 'less severe' atau berkurang seiring waktu
tetapi gejala negatif cenderung memberat. Dan pada schizophrenia setiap terjadi relaps, pasien akan
cenderung lebih sulit kembali ke fungsi baseline nya

- (Nanda) Berdasarkan Buku Saku Psikiatri Kaplan & Sadock’s Edisi 6e (2019)

Masing-masing fase skizofrenia memiliki ciri khas atau gejala yang lebih menonjol, untuk perjalanan fase
berawal dari prodromal kemudian aktif dan yang terakhir di residual. Perjalanan ketiga fase tersebut
lebih seperti siklus yang dapat saling berubah seiring dengan perkembangan waktu dan keadaan pasien.
Dari segi gejala tertulis bahwa fase prodromal dan fase residual memiliki gejala yang cenderung lebih
ringan dibandingkan dengan gejala aktif, sehingga untuk menjawab apakah skizofrenia apabila relaps
akan gejalanya lebih berat itu bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi prognosisnya. Faktor-
faktor tersebut juga ikut berpengaruh dalam hal progresivitas dari penyakitnya, dikarenakan skizofrenia
merupakan penyakit mental kronik dan berat maka sebagian besar kasus pasien penderita skizofrenia
akan berakhir dengan gangguan fungsi sosial dan interpersonal keseluruhan, sehingga hanya dapat
bergantung dengan orang lain untuk melanjutkan hidupnya.

PERTANYAAN DAN JAWABAN SESI 2

1. (Christopher-k6) Adakah gangguan organik dengan manifestasi klinis mirip dengan skizofrenia?

Jawaban:

-(Fadillah H-k7) Tentu ada dd dari skizofrenia salah satunya gangguan psikotik organik seperti delirium.
Memiliki gejala yang sama tetapi berbeda, misal :
Pada delirium memiliki halusinasi tetapi lebih mengarah kepada visual, sedangkan fungsional lebih
mengarah kepada auditorik.

Lalu, keduanya juga mengalami gangguan proses berpikir. Yang membedakan dari keduanya seperti
orientasi dan daya ingat dimana delirium memiliki gangguan orientasi dan daya ingat sedangkan
fungsional tidak.

-(Imam) Mungkin bisa sama jika terdapat penyebab lain spt infeksi, trauma, dan tumor otak

2. (Ayu-k2) (untuk k4) Apakah kondisi malingering tetap diberikan terapi? Jika iya terapi apa yang baik
diberikan?

Jawab:

-(Dealita-k5) Menurut dsm V, malingering bukanlah suatu gangguan kejiwaan. Etiologinya pun sebagian
besar disebabkan oleh sosial ekonomi. Yg perlu diperhatikan adalah jangan menuduh pasien berpura
pura sakit. Untuk tatalaksana sendiri ini meliputi:

Terapi perilaku

Psikoterapi

Penyuluhan

- (Munifah-k4) Jika kita mendapat pasien dengan malingering , hal yg dapat kita lakukan adalah
melakukan edukasi dampak dari malingering itu sendiri. Contohnya jika tujuannya ingin mendapatkan
obat2an tertentu, kita memberi tahu pasien apasaja efek samping dan dampak yg akan diterima jika
mengkonsumsi obat2tan trsebut.

3. (Dealita-k5) Adakah kondisi khusus yg dapat menyebabkan kasus relaps pada skizophernia? (Selain
ketidakpatahun minum obat, obat yg tidak adekuat atau stresor yg lebih berat)
Jawab:

- (Imam) penyalahgunaan zat dan alkohol dapat menyebabkan relaps

- (Herma) Hubungan dengan keluarga yg buruk( tidak mendapatkan dukungan lebih) dan psikopatologi
yg buruk dapat juga menyebabkan relapsnya skizofrenia

- (Ka Desta) Penyebab kekambuhan pada penderita skizofrenia yaitu 1) Tekanan peristiwa kehidupan,
diantaranya ditinggalkan pasangan, memikirkan persiapan pernikahan dengan mantan istri (rujuk) dan
gagal menikah;

2) Kurangnya peran keluarga karena kurangnya pengetahuan, dan kurangnya ekonomi keluarga

4. (Sofia-k8) Bagaimana cara membedakan penjahat yang berpura pura mengalami skizofrenia (atau
awamnya “gila”) dengan penjahat yang benar benar skizofrenia ?

Jawab:

- (Budi) Dgn wawancara dan pemeriksaaan psikiatri dan kriteria diagnosis dsm V. Jika dilakukan dengan
benar2 pasti akan mudah membedakannya

- (Imam) Dari awal pelaku kejahatan tidak kooperatif ketika penyelidikan kasus

Melebih lebih kan gejala yg dirasakan

Mencocokkan apa yg disampaikan pasien dengan temuan dokter saat pemeriksaan psikiatri

Mencocokkan apa yg disampaikan pasien dengan anamnesis kepada orang terdekat


-(Rijal) Lakukan wawancara psikiatri secara mendalam kepada pasien tersebut. Dan melakukan
haloanamnesis kepada orang orang sekitarnya untuk memastikan dari gejala yang disampaikan pasien
dan membandingkannya dengan hasil autoanamnesis pasien

✅ Jawaban oleh dr. Denny: Pada orang yg berpura-pura gangguan jiwa karena masalah hukum.
Dilakukan visum et repertum psikiatrikum. Pasien dimasukan kedalam ruangan observasi selama 2
minggu dan dilakukan pengamatan.

Pada orang yang berpura-pura, gejala yg muncul menjadi tidak konsisten

Jawaban dr. Denny

4. Pembagian sub tipe sekarang tidak lagi berkaitan dg tatalaksana skizofrenia.

Tatalaksana skizofrenia berkaitan dg predominan gejala: positif/negatif.

Anda mungkin juga menyukai