Somatosensory symptoms terkait dengan kerusakan gyrus postcentral (area 1, 2, 3a, dan 3b) dan
korteks yang berdekatan (area PE dan PF):
a. Somatosensory Thresholds.
Kerusakan pada gyrus postcentral
biasanya
terkait
dengan
perubahan
batas
lobus parietalis.
Blind Touch.
Orang yang menderita blind touch dapat mengidentifikasi lokasi dari stimulus visual
meskipun kadang mereka menyangkal apa yang dilihatnya. Memiliki kerusakan besar
pada area PE, PF, dan beberapa dari PG, menghasilkan anestesi lengkap dari sisi kanan
tubuh yang begitu parah bahwa ia bertanggung jawab untuk memotong atau membakar
biasa muncul pada pasien ini adalah pertama walaupun secara spontan dia melihat lurus
ke depan ke arah stimulus yang berada di depannya namun dia menatap 35-45 derajat ke
arah kanan dan mempersepsikan bahwa tatapannya sesuai dengan arah yang ia tuju. Yang
kedua ketika atensi telah tertuju pada satu objek maka tidak ada stimulus lain yang dapat
diterimanya. Ketiga adalah pasien yang sudah parah mengalami penurunan dalam
mencapai kendali atas panduan visual.
b. Collateral neglect dan symptom lain dari kerusakan lobus parietal kanan.
Perceptual disorder yang mengikuti kerusakan parietal kanan dideskripsikan oleh John
HughlingsJackson pada tahun 1874. Biasanya terdapat kerusakan pada visual, auditori,
dan stimulasi somaesthetic (somatosensory) pada sisi tubuh dan/atau ruang yang
berseberangan dengan lesion, yang diikuti dengan adanya penyangkalan terhadap
kekurangan yang dirasakan. Kesembuhan melewati dua tahapan. Tahap pertama,
allesthesia, dikarakteristikkan dengan individu mulai merespon stimulus pada sisi yang
rusak, tetapi merespon stimulus tersebut seakan-akan stimulus tersebut berada pada sisi
yang baik. Tahap kedua adalah simultaneous extinction: individu merespon stimulus pada
sisi yang rusak sampai sekarang ini kecuali kedua sisi distimulasi secara bersamaan,
dimana individu menyadari hanya stimulasi pada sisi ipsilateral pada lesion. Symptom
lain yang lazim dari lesion lobus parietal kanan telah dijelaskan oleh Warringtondan
koleganya, pasien dengan lesion parietal kanan sangat buruk dalam mengenali objek yang
tidak terlihat dari gambaran yang familiar, walaupun mereka dapat mengenali objekobjek dengan gambaran yang familiar. Warrington menyimpulkan bahwa kekurangan
tidak dalam bentuk gestalt, atau konsep, melainkan klasifikasi perceptual, mekanisme
untuk mengkategorikan informasi sebagai bagian dari konsep.
c. Gerstmann syndrome dan symptom lain parietal kiri.
Pada tahun 1924, Joseph Gerstmann mendeskripsikan seorang pasien dengan symptom
yang tidak biasa mengikuti stroke parietal kiri: finger agnosia, pasien tidak mampu untuk
mengenali jari-jari pada tangan yang lain. Penemuan ini sangat menarik perhatian dan
dalam tahun-tahun berikutnya symptom lain dilaporkan terkait dengan finger agnosia,
termasuk right-left confusion, agraphia (ketidakmampuan untuk menulis) dan acalculia
(ketidakmampuan untuk menampilkan operasi matematika). Keempat symptom ini secara
bersama dikenal dengan Gerstmann syndrome.
d. Apraxia dan lobus parietal.
( terletak pada Wernickes area). Selain itu, ketika terjadi kerusakan pada
bagian kanan lobus temporal, maka seseorang akan mengalami kemunduran
dalam mepersepsi karakteristik tertentu dari musik (loudness, quality dan
pitch)
b. Gangguan selective attention input auditory dan visual: kerusakan pada bagian
kanan lobus temporal akan mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam
mengenali dan me-recall wajah maupun gambar-gambar.
c. Kelainan persepsi visual : luka pada bagian kiri lobus temporal akan
mengakibatkan
ketidakmampuan untuk fokus karena sistem syarafnya terluka. Begitu juga
dengan bagian kanan lobus temporal.
d. Kerusakan pengorganisasian dan pengkategorisasian materi verbal : kerusakan
lobus
temporal
juga
mengakibatkan
seseorang
tidak
dapat
ini
mengakibatkan ia
selalu keluar dari konteks, apakah itu kalimat, gambar , maupun ekspresi
wajah.
f. Kerusakan memori jangka panjang: kerusakan pada lobus temporal
mengakibatkan
seseorang
mengalami
amnesia.
Kerusakan
pada
masalah.
c. Lemahnya Respon terhadap Hambatan dan Tingkah laku yang tidak fleksibel
Sifat yang paling umum yang dapat diamati dari seorang pasien lobus forntal adalah
mereka memiliki kesulitan dalam menggunakn informasi (umpan balik) dari isyarat
yang ada di lingkungannya untuk meregulasi atau merubah perilaku mereka.
d. Response Inhibition
Pasien dengan luka pada lobus frontalis konsisten mengulang respon setelah
penghentian stimulus asli dalam respon pada berbagai situasi tes, khusunya ketika ada
perubahan tuntutan.
e. Rist Taking and Rule Baking
Lobus frontal pasien dibedakan dari pasien lainnya didalam kegagalan mereka untuk
mematuhi instruksi tugas. Subjek dengan luka pada lobus frontal cenderung
mengabaikan sinyal , sehingga terus jalan pada jalan yang salah dan membuat lebih
banyak kesalahan.
f. Associative Learning
Banyak yang mengklaim bahwa pasien dengan luka besar pada lobus frontal tidak
bisa meregulasi perilaku mereka dalam merespon internal stimuli.
Poor temporal memory: Berdasarkan penelitian-yang dilakukan Jacobsen,
menunjukkan pentingnya peran frontal cortex dalam beberapa jenis dari proses shortterm memory, dan beberapa bagian dari prefrontal cortes berhubungan dengan
penyimpanan jenis-jenis informasi yang berbeda. Corsi merancang suatu penelitian
tentang memori mengenai urutan hal-hal yang sudah terjadi, atau biasa disebut
recency memory. Penelitian ini mengindikasikan frontal lobe kanan penting untuk
recency memori nonverbal atau bergambar, sedangkan frontal lobe kiri penting untuk
verbal recency.
Impaired social and sexual behavior: Perilaku sosial dan seksual keduanya
membutuhkan tanggapan yang fleksibel yang sangat tergantung pada isyarat yang
kontekstual karena itu, luka pada lobus frontal akan mengganggu kedua perilaku
tersebut. Dari observasi pada beberapa pasien, ada dua perubahan kepribadian, yaitu
pseudepression dan pseudopsycopathy. Penderita pseudepression menunjukan
symptom seperti apatis dan tidak peduli, kehilangan inisiatif, penurunan minat
seksual, sedikit emosi berlebihan, dan sedikit atau tidak sama sekali verbal output.
berikut:
Kehilangan sebagian atau keseluruhan penglihatan (Partial or complete vision
loss)
-