Disusun oleh:
Abdul Aziz Hafid Amrullah 6120018030
Hessty Rochendah Onjiah 6120018021
Anydhia Fitriana Afiuddin 6120018025
Pembimbing:
dr. Rudi Artono, Sp. THT-KL
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah
satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan dan Kepala Leher
Disusun oleh:
Abdul Aziz Hafid Amrullah 6120018030
Hessty Rochendah Onjiah 6120018021
Anydhia Fitriana Afiuddin 6120018025
Pembimbing:
dr. Rudi Artono, Sp. THT-KL
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
SUMBATAN JALAN NAPAS ATAS
Oleh :
Abdul Aziz Hafid Amrullah 6120018030
Hessty Rochendah Onjiah 6120018021
Anydhia Fitriana Afiuddin 6120018025
Referat “Sumbatan Jalan Napas Atas” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima
sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di Bagian
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Kepala Leher RS Islam Jemursari
Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
iii
DAFTAR ISI
Lembar Judul....................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan............................................................................................ iii
Daftar Isi..............................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
2.1 Definisi.................................................................................................... 2
2.2 Penyebab dan Gejala Klinis.................................................................... 2
2.3 Diagnosis................................................................................................. 7
2.4 Stadium................................................................................................... 8
2.5 Tindakan................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi jalan napas menyebabkan gejala sesak napas. Sesak napas adalah
kesukaran bernapas yang dirasakan oleh pasien sebagai suatu gejala subjektif.
Kelainan sesak napas dapat disebabkan oleh kelainan rongga dada, kelainan
paru, sumbatan saluran napas, kelainan vaskuler paru dan lain-lain. Sesak napas di
bidang THT terutama disebabkan oleh sumbatan saluran napas atas, sumbatan bronkus
secara mekanik disebabkan oleh gangguan ventilasi, dan drainase sekret bronkus.
Secara fisiologis, bronkus yang sangat erat hubungannya dengan ventilasi dan drainase
paru, daya pertahanan paru, tekanan intrapulmonal, keseimbangan sirkulasi dan tekanan
karbondioksida. Drainase paru secara normal, bila terdapat infeksi traktus
trakheobronkhial dilakukan dengan gerak silia, batuk sehingga sekret yang terkumpul
dapat dikeluarkan sebelum terjadi penyempitan saluran napas.
Apapun yang mempengaruhi mekanisme fisiologis tersebut menyebabkan
terjadinya sumbatan bronkus. Faktor lain adalah silia yang tertutup oleh edema mukosa
dan sekret kental yang disebabkan oleh peradangan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
A. Kelainan Kongenital
1. Atresia koane
Koane dapat menyumbat total atau sebagian, di satu atau dua sisi, akibat
kegagalan absorpsi membran bukofaringeal. Obstruksi mungkin berupa membran atau
tulang. Gejalanya ialah kesulitan bernapas dan keluar sekret hidung terus menerus.
Diagnosis mudah dibuat dengan timbulnya sianosis pada waktu diam yang menghilang
pada waktu menangis, dan melihat sumbatan di belakang rongga hidung. Pengobatan
dengan pembedahan.
2. Sindrom Piere Robin
Sindrom ini terdiri dari trias gejala yaitu mikrognasia, celah langit-langit, dan
oleh karena mikrognasia, lidah jatuh ke belakang mengakibatkan obstruksi jalan napas
atas. Kadang sindroma ini disertai defek pada mata.
Pita suara terbentuk dari membran horizontal primordial yang terbelah pada
garis tengah. Kegagalan pemisahan mengakibatkan berbagai derajat stenosis glotis,
mulai dari selaput pada komisura anterior sampai atresia total glotis. Biasanya ditandai
suara parau sedangkan pada bayi menifestasinya berupa suara serak dan menangis tidak
keras. Derajat sesak dan disfonia tergantung dari luasnya kelainan.
Pengobatan sementara pada bayi atau anak dengan businasi. Diperlukan
tindakan bedah untuk memisahkan pita suara melalui tirotomi.
Obstruksi di subglotis jarang ditemukan, yaitu berupa penyempitan jalan napas
setinggi rawan krikoid.
B. Radang
1. Angina Ludwig
Angina Ludwig ialah selulitis di dasar mulut dan leher akut yang invasif,
menyebabkan udem hebat di leher bagian atas yang dapat menyumbat jalan napas.
Kuman penyebab biasanya streptokokus atau stafilokokus. Infeksi biasanya berasal dari
lesi di mulut seperti abses alveolar gigi atau infeksi sekunder pada karsinoma dasar
mulut. Kelainan ini cepat meluas melalui ruang fasia tertutup dan dapat menyebabkan
udem glotis yang dapat mengancam jiwa karena obstruksi jalan napas. Karena radang
dasar mulut ini lidah terdorong ke palatum dan ke dorsal, ke arah dinding dorsal faring
sehingga menutup jalan napas.
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibantu dengan pemeriksaan
biakan dan uji kepekaan kuman dari nanah.
Bila dapat dibuat diagnosis dini maka pemberian antibiotik kadang-kadang
memberikan hasil yang memuaskan. Bila pembengkakan leher dan dasar mulut tidak
segera berkurang maka dilakukan dekompresi terhadap ruang fasia yang tertutup di
dasar mulut dan leher, selanjutnya dipasang pipa penyalir.
C. Trauma
5
D. Tumor
1. Papiloma laring rekuren (papilomatosis laring infantil)
Tumor epithelial papiler yang multipel pada laring ini disebabkan oleh papova
virus yang banyak didapatkan di lembah sungai Missisipi (AS). Penderitanya sering
mempunyai veruka kulit yang mengandung virus. Biasanya kelainan sudah mulai pada
usia dua tahun. Jika si ibu mempunyai veruka vagina maka kelainan ini dapat terjadi
pada bayi usia enam bulan.
Gejala khas berupa disfonia dan sesak napas yang bertambah hebat sampai
terjadi sumbatan total jalan napas. Terapi terdiri dari pembedahan dengan
mikrolaringoskopi. Eksisi papiloma dilakukan tanpa mengikutsertakan jaringan sehat.
7
Kadang digunakan laser CO2, pembedahan dingin atau radiasi ultrasonik. Angka
kekambuhan tinggi sehingga perlu dilakukan pembedahan berulang kali.
Papiloma pada orang dewasa merupakan lanjutan dari papilomatosis infantile
atau tumbuh pada usia pertengahan dan tetap sebagai satu lesi tunggal terbatas pada satu
korda. Kedua keadaan ini dapat berubah jadi karsinoma sel skuamosa. Perubahan ke
keganasan terjadi khusus pada penderita yang sebelumnya pernah mendapat radioterapi.
Penanganannya sama seperti pada anak-anak, hanya tidak memerlukan trakeotomi.
2. Neoplasma tiroid
Karsinoma tiroid dapat berinvasi ke laring dan mempengaruhi jalan napas.
Adanya invasi ini harus dicurigai bila tumor tiroid tidak dapat digerakkan dari dasarnya,
disertai suara parau dan gangguan napas. Pada pemeriksaan photo roentgen leher
terlihat distorsi laring atau bayangan suatu massa yang menonjol ke lumen laring dan
trakea.
Kadang tumor tiroid berada pada saluran napas atas secara primer. Diduga tumor
primer di laring atau trakea bagian atas berasal dari sisa tiroid yang terletak dalam
submukosa yang melapisi krikoid dan cincin trakea atas yang ditemukan pada 1-2 %
populasi. Tumor ini harus dieksisi dengan laringektomi.
3. Udem angioneurotik
Udem angiopneurotik mukosa laring adalah salah satu penyebab obstruksi laring
yang disebabkan oleh alergi. Gejala berupa suara parau yang progresif setelah kontak
dengan menghirup atau menelan alergen tanpa tanda infeksi. Kadang diperlukan
trakeotomi untuk menyelamatkan jiwa.2
Untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas ada tiga cara, yaitu :
1. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau hidung.
Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat (lifesaving procedure) dan
dapat dilakukan tanpa atau dengan analgesia topikal dengan xylocain 10%.
Indikasi intubasi endotrakea adalah :
- Untuk mengatasi obstruksi saluran napas bagian atas.
- Membantu ventilasi.
- Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
- Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari lambung.
Keuntungan intubasi, yaitu:
- Tidak cacat karena tidak ada jaringan parut.
- Mudah dikerjakan.
Kerugian intubasi, yaitu:
10
2. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid
(krikotirotomi).
Krikotiromi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat
napas. Bahayanya besar tetapi mudah dikerjakan, dan harus dikerjakan cepat
walaupun persiapannya darurat.
Krikotirotomi merupakan kontraindikasi pada anak di bawah usia 12 tahun,
demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat
laringitis.
Bila kanul dibiarkan terlalu lama maka akan timbul stenosis subglotik karena
kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotis,
12
3. Trakeostomi
13
Trakeostomi adalah suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat lubang
sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk
mengatasi gangguan pernapasan bagian atas.
Indikasi trakeostomi adalah:
1. Mengatasi obstruksi laring.
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran pernapasan atas.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus.
4. Untuk memasang alat bantu pernapasan (respirator).
5. Untuk mengambil benda asing di subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
bronkoskopi.
a. Keuntungan trakeostomi yaitu:
- Dapat dipakai dalam waktu lama.
- Trauma saluran napas tidak ada.
- Penderita masih dapat berbicara sehingga kelumpuhan otot laring dapat
dihindari.
- Penderita merasa enak dan perawatan lebih mudah
- Penderita dapat makan seperti biasa.
- Menghindari aspirasi, menghisap sekret bronkus.
- Jalan napas lancar, meringankan kerja paru.
Kerugian trakeostomi, yaitu:
- Tindakan lama.
- Cacat dengan adanya jaringan sikatrik.
Jenis irisan trakeostomi ada dua macam:
- Irisan vertikal di garis median leher.
- Irisan horizontal.
Berdasarkan jenis trakeostomi:
- Trakeostomi letak tinggi, yaitu di cincin trakea 2-3.
- Trakeostomi letak tengah, yaitu setinggi trakea 3-4.
- Trakeostomi letak rendah, yaitu setinggi cincin trakea 4-5.
Untuk perawatan trakeostomi, yang harus diperhatikan adalah:
14
Obstruksi saluran napas atas adalah sumbatan pada saluran napas atas (laring)
yang disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor dan kelumpuhan
nervus rekuren bilateral sehingga ventilasi pada saluran pernapasan terganggu.
Obstruksi saluran napas atas dapat disebabkan oleh radang akut dan radang
kronis, benda asing, trauma akibat kecelakaan, perkelahian, percobaan bunuh diri
dengan senjata tajam dan trauma akibat tindakan medik yang dilakukan dengan gerakan
tangan yang kasar, tumor pada laring baik berupa tumor jinak maupun tumor ganas,
serta kelumpuhan nervus rekuren bilateral.
Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium, yaitu:
Stadium I : adanya retraksi di suprasternal dan stridor. Pasien tampak tenang.
Stadium II : retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,
ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di daerah epigastrium. Pasien
sudah mulai gelisah.
Stadium III : retraksi selain di daerah suprastrenal, epigastrium juga terdapat di
infraklavikula dan di sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.
Stadium IV : retraksi bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan
dan sianosis, jika keadaan ini berlangsung terus maka penderita akan
kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Pada
keadaan ini penderita tampaknya tenang dan tertidur, akhirnya penderita
meninggal karena asfiksia.
Penanggulangan pada obstruksi saluran napas atas diusahakan supaya jalan
napas lancar kembali. Tindakan konservatif berupa pemberian antiinflamasi, antialergi,
antibiotika serta pemberian oksigen intermitten, yang dilakukan pada sumbatan laring
stadium I yang disebabkan oleh peradangan. Tindakan operatif atau resusitasi dengan
memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut (intubasi orotrakea) atau melalui hidung
(intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma yang dilakukan pada sumbatan laring
18
19
stadium II dan III, atau melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada sumbatan laring
stadium IV.
DAFTAR PUSTAKA
20