Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kanker Serviks

a. Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim atau yang disebut kanker serviks merupakan

suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma

Virus (Tilong, 2012: 12).

Kanker Serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang

pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel

atau lapisan terluar permukaan serviks (Samadi, 2011: 3).

Perjalanan penyakit kanker serviks membutuhkan waktu yang

cukup lama dari kondisi normal sampai menjadi kanker yaitu

diperlukan 10 sampai 20 tahun. Dalam penelitian epidemiologik dan

laboratorik ada beberapa faktor yang berperan secara langsung

maupun tidak langsung. Dalam pemantauan perjalanan penyakit,

diagnosis awal sering ditemukan pada usia 20 tahunan. Kanker in situ

(stadium 0) ditemukan pada usia 25-35 tahun dan kanker invasive

pada usia 40 tahun (Bustan, 2007: 177).

b. Penyebab Kanker Serviks

Human Papilloma Virus merupakan virus yang menyebabkan

keganasan kanker serviks.Virus ini bersifat onkogenik yang

9
10

berpotensi menyebabkan kanker. HPV mutlak terjadinya kanker

serviks, angka prevalensi di dunia mengenai karsinoma serviks adalah

99,7 % (Sukaca, 2009: 52).

c. Faktor-faktor Penyebab dan Resiko Kanker Serviks

Menurut Prawirohardjo (2007: 381) sebab langsung dari kanker

serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai

hubungan erat dengan beberapa faktor, yaitu:

1) Koitus pertama usia <16 tahun

Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia

selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual

sebelum usia 16 tahun akan beresiko terkena kanker serviks lima

kali lipat.

2) Tingginya paritas

Melahirkan banyak anak dapat meningkatkan resiko kanker

serviks diantara perempuan-perempuan yang terinfeksi HPV.

3) Jarak persalinan terlampau dekat

Pada wanita yang bersalin (melahirkan) tentulah bagian

kemaluan wanita yang merupakan jalan lahir dengan mudah akan

terpapar oleh dunia luar, banyak hal terjadi selama proses

persalinan secara tidak sadar virus bisa masuk sehingga

mengakibatkan infeksi. Dikarenakan infeksi tersebut bisa

mengakibatkan perubahan-perubahan pada sel-sel mukosa serviks

(displasia). Sama seperti pada paritas, persalinan yang terlalu dekat


11

jaraknya, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel serviks.

Jarak persalinan dapat menjadi faktor risiko terhadap kesehatan ibu

apabila melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun.

4) Golongan sosial ekonnomi rendah (Hygiene seksual yang jelek)

Wanita dikelas sosial ekonomi yang rendah memiliki faktor

resiko lima kali lebih besar daripada faktor resiko pada wanita

dikelas yang tinggi. Dilihat dari hubungan seksual dan akses

kesistem pelayanan kesehatan.

5) Aktifitas berganti-ganti pasangan (promiskuitas)

Kanker serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan

secara seksual, dimana adanya hubungan antara hubungan seksual

dan resiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita

dengan partner seksual yang banyak akan meningkatkan resiko

terkena kanker serviks.

6) Infeksi Humam Papilloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18

Infeksi HPV adalah faktor resiko utama pencetus kanker serviks.

7) Kebiasaan merokok

Rokok sebagai penyebab kanker serviks dan hubungan antara

merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks. Mekanisme

kerja bisa langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah

ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek imunosupresif dari

merokok.
12

8) Riwayat keluarga

Apabila ibu atau kakak perempuan menderita kanker serviks,

anda memiliki resiko terkena kanker serviks mencapai dua atau tiga

kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks

pada keluarganya.

9) Pil KB

Penggunaan pil KB dalam jangka pajang meningkatkan resiko

terjadinya kanker serviks.

10) Infeksi HIV

Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan

tubuhnya kurang dapat memerangi infeksi HPV maupun kanker

pada stadium awal.

11) Usia

Kanker serviks paling sering terjadi pada perempuan yang

berumur lebih dari 40 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan

terjadi pula pada usia produktif.

12) Tidak adanya tes Pap yang teratur

Kanker serviks lebih umum terjadi pada perempuan yang

tidak melakukan Tes Pap secara teratur. Tes Pap merupakan

pemeriksaan sederhana yang dapat mengenali kelainan pada

serviks, dengan melakukan pemeriksaan secara terarur maka

kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga

memberikan hasil pengobatan semakin baik.


13

d. Gejala Klinis Kanker Serviks

Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak

mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan

gejala-gejala sebagai berikut:

1) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan),

2) Perdarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut

menjadi perdarahan yang abnormal,

3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause,

4) Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-

kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah,

5) Timbul gejala-gejala anemia bila perdarahan kronis,

6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada

radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,

kemungkinan terjadinya hidronefrosis. Selain itu, bias juga timbul

nyeri di tempat-tempat lainnya,

7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang

gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus

besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau

rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh

(Sukaca, 2009: 71).


14

e. Stadium Kanker Serviks

Tabel 2.1 Stadium Kanker Serviks (Samadi, 2011: 25).

Stadium Kriteria
0 Karsinoma in-situ yaitu kanker yang masih terbatas pada lapisan epitel
mulut Rahim dan belum punya potensi menyebar ke tempat atau organ
lain.
I Terbatas di uterus.
IA Diagnosis hanya dengan mikroskop (penyebaran horizontal ≤ 7mm).
IA1 Kedalaman invasi ≤ 3mm.
IA2 Kedalaman invasi > 3mm dan ≤ 5 mm.
IB Terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik >
IA2.
IB1 Besar lesi atau tumor atau benjolan ≤ 4 cm
IB2 Besar lesi atau tumor atau benjolan > 4 cm.
II Invasi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bagian bawah
vagina.
IIA Tanpa invasi ke parametrium atau jaringan di samping uterus.
IIB Invasi ke parametrium.
III Invasi mencapai dinding panggul, 1/3 bagian bawah vagina atau timbul
hidronefrosis atau bendungan ginjal.
IIIA Invasi pada 1/3 bagian bawah vagina.
IIIB Dinding panggul atau hidronefrosis.
IVA Invasi mukosa kandung kemih atau rectum meluas keluar panggul kecil.
IVB Metastasis jauh.

f. Deteksi Dini Kanker Serviks

Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan bentuk

pemeriksaan yang paling utama dan di anjurkan adalah Papaniculou

Smear (Pap Smear), serta telah diperkenalkan cara yang baru dalam

mendeteksi secara dini kanker serviks dengan cara inspeksi vagina

dengan asam cuka (IVA), dan dengan cara lain lagi yaitu Kolposkopi,

namun cara ini jarang dilakukan karena memerlukan biaya yang lebih

mahal dari Pap Smear, dianggap kurang praktis dan memerlukan

biopsi (Bustan, 2007: 178).

Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan tiga tes

menurut Rasjidi (2008: 45) yaitu: Tes Skrining, Tes Pelengkap, dan
15

Tes Diagnostik. Informasi mengenai deteksi dini kanker serviks ini

diuraikan lebih jelas kembali seperti ulasan dibawah ini.

1) Tes Skrining

Tahap awal dalam deteksi dini kanker serviks adalah tes

skrining. Tes skrining ini dapat dilakukan dengan dua cara, cara

yang pertama yaitu dengan Tes Papaniculou Smear (Pap Smear)

dan yang kedua yaitu dengan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

Tes. Ulasan akan diperjelas seperti dibawah ini.

a) Papaniculou Smear (Pap Smear)

(1) Pengertian Pap Smear

Pap test atau Papanicolaou Smear merupakan

pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang

dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli

kandungan, yang bermanfaat untuk mengetahui adanya

HPV ataupun sel karsinoma penyebab kanker serviks

(Tilong, 2012: 38).

(2) Tujuan Pap Smear

Tujuan dari tes Pap Smear adalah:

(a) Mencoba menememukan sel-sel yang tidak normal dan

dapat berkembang menjadi kanker serviks.

(b) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher

rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker.


16

(c) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada

sel-sel kanker leher rahim.

(d) Mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks

(Sukaca, 2009: 89).

(3) Indikasi Pap Smear

Skrining pada wanita yang sudah melakukan hubungan

seksual aktif, deteksi dini adanya keganasan pada serviks,

pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau

kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008: 45).

(4) Wanita yang Dianjurkan Pap Smear

Berikut ini adalah wanita-wanita yang dianjurkan melakukan

tes Pap Smear :

(a) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah

menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat

tinggi.

(b) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti

pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV

atau kutil kelamin.

(c) Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.

(d) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.

(e) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35

tahun.
17

(f) Pap test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60

tahun dan juga bagi wanita dibawah 20 tahun yang aktif

berhubungan seksual.

(g) Sesudah 2x Pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan

catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering

menjalankan Pap test.

(h) Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukkan

abnormal. Sesering mungkin setelah penilaian dan

pengobatan pra kanker maupun kanker serviks (Sukaca,

2009: 89).

(5) Syarat Pendeteksian Pap Smear

Jika ingin melakukan tes pap smear memang harus

memperhatikan beberapa hal penting. Hal-hal penting itu

adalah sebagai berikut:

(a) Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu

menstruasi yaitu pengambilan dimulai minimal dua

minggu setelah atau sebelum menstruasi berikutnya.

(b) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada

petugas mengenai aktivitas seksualnya dan riwayat

kesehatan yang pernah dideritanya.

(c) Hindarilah hubungan intim yang tidak boleh dilakukan

dalam waktu 24 jam sebelum pengambilan bahan

pemeriksaan.
18

(d) Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan

kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.

(e) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak

menunjang pemeriksaan pap smear.

(f) Jika meminum obat maka informasikan kepada petugas

sebab beberapa obat akan mempengaruhi hasil analisis

sel (Sukaca, 2009: 90).

(6) Persiapan dan Syarat Pap Smear

(a) Mengisi blanko permintaan yang lengkap

(b) Menyiapkan botol atau tempat untuk etil alcohol 95%

yang dipakai utuk fiksasi.

(c) Jangan melakukan pemeriksaan vagina sebelum

pengambilan sempel.

(d) Jangan gunakan lubrikan pada speculum.

(e) Sebaiknya di lakukan di luar menstruasi, kecuali pada

perdarahan vaginal abnormal sampel dapat diambil

dengan melakukan tampon vagina sebelum mengambil

sampel.

(f) Bila pasien menggunakan obat berupa vaginal ovule,

harus dihentikan seminggu sebelum pengambilan sampel.

(g) Untuk pasien pasca persalinan, pasca pembedahan atau

pascaradiasi hanya bisa di lakukan setelah untuk


19

menghindari adanya sel inflamasi yang dapat menggangu

interpretasi pemeriksaan sitology.

(h) Pada kasus yang dicurigai adanya keganasan

endometrium, disaranan untuk mengambil sampel pada

fornik posterior atau melakukan kerokan pada

endometrium secara langsung (Rasjidi, 2008: 46).

(7) Prosedur Pap Smear

(a) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.

(b) Atur posisi dengan tidur terlentang dengan kedua kaki

berada pada penyangga kaki di kiri dan kanan tempat

tidur.

(c) Periksa apakah ada pembengkakan, luka, inflamasi, atau

gangguan lain pada alat kelamin bagian luar.

(d) Masukkan speculum ke dalam vagina. Tujuannya agar

mulut rahim dapat leluasa terlihat.

(e) Mengambil sel pada saluran mulut Rahim, pada puncak

mulut Rahim, dan pada daerah peralihan mulut Rahim

dan vagina dengan menggunakan swab atau spatula kayu.

(f) Letakkan sel-sel tersebut pada kaca obyek.

(g) Kaca obyek akan dikirim ke laboratorium untuk

diperiksa.

(h) Spekulum kemudian dilepas (Bustan, 2007: 179).


20

(8) Hasil Pap Smear

Klasifikasi Papanicoluo adalah sebagai berikut:

(a) Grade I : tidak ada sel abnormal

(b) Grade II : ada sitologi atipik tapi tidak ada bukti adanya

keganasan

(c) Grade III : ada perubahan sitologi yang jelas tapi tidak

dapat disimpulkan ada keganasan

(d) Grade IV : curiga adanya kegananasan

(e) Grade V : keganasan (Rasjidi, 2008:47).

b) Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

(1) Pengertian IVA

IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan

Asam Asetat. Metode pemeriksaan ini adalah dengan

mengolesi serviks atau leher rahim dengan asam asetat,

kemudian diamati apakah ada kelaianan sepertia area

berwarna putih (Shanty, 2011: 74).

(2) Indikasi IVA

Skrining kanker mulut rahim.

(3) Kontra indikasi IVA

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause,

karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis

servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo

(Rasjidi, 2008: 49).


21

(4) Persiapan dan Syarat IVA

Persiapan alat dan bahan IVA test sebagai berikut:

(a) Sabun dan air untuk cuci tangan

(b) Lampu yang terang untuk melihat serviks

(c) Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi

(d) Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkat tinggi

(e) Meja ginekologi

(f) Lidi kapas

(g) Asam asetat 3-5% atau anggur putih

(h) Larutan iodium lugol

(i) Larutan klorin 0,5 untuk dekontaminasi instrument

dansarung tangan

(j) Format pencatatan

Persiapan tindakan IVA test sebagai berikut:

(a) Menerangkan prosedur tindakan, bagaimana dikerjakan,

dan apa artinya hasil tes positif. Yakinkan bahwa pasien

telah memahami dan menandatangani Informed consent.

(b) Pemeriksaan inspekulo secara umum meliputi dinding

vagina, serviks, dan fornik (Rasjidi, 2008: 50).

(5) Prosedur IVA

(a) Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran

terbaik dari serviks.


22

(b) Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus,

dan kotoran lain pada serviks.

(c) Identifikkasi daerah sambungan skuamo-columnar (zona

transformasi) dan area di sekitarnya.

(d) Oleskan larutan asam cuka atau logol, tunggu 1-2 menit

untuk terjadinya perubahan warna. Amati setiap

perubahan pada serviks, perhatikan dengan cermat

daerah disekitar zona transformasi.

(e) Lihat dengan cermat SCJ dan yakinkan area ini dapat

semua terlihat. Catat bila serviks mudah berdarah. Lihat

adanya plaque warna putih dan tebal bila menggunakan

larutan asam asetat atau warna kekuningan bila

menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala darah dan

debris pada saat pemeriksaan.

(f) Bersihkan sisa larutan asam asetat dan atau larutan lugol

dengan lidi kapas atau kasa bersih.

(g) Lepaskan speculum dengan hati-hati.

(h) Catat hasil pengamatan, dan gambar denah temuan.

(6) Keunggulan IVA test

(a) Hasil IVA test dapat langsung diketahui setelah

pemeriksaan.

(b) Dapat dilaksanakan oleh dokter atau bidan di Puskesmas

serta di klinik.
23

(c) Alat yang digunakan dalam pemeriksaan IVA test

sederhana.

(d) Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan

IVA murah.

(7) Hasil IVA test

Ada beberapa katagori yang dapat dipergunakan, salah satu

kategori yang dapat dipergunakan adalah:

(a) IVA negatif, maka akan menunjukkan leher rahim

normal.

(b) IVA radang, adalah serviks dengan radang (servisitis)

atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).

(c) IVA positif, adalah ditemukannya bercak putih. Inilah

gejala pra kanker.

(d) IVA-kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit

menurunkan temuan stadium kanker serviks. Walaupun

begitu akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat

kanker seviks bila ditemukan masih pada stadium

invasive dini (Sukaca, 2009: 101).

2) Tes Perlengkapan (Tes HPV-DNA)

a) Pengertian Tes HPV-DNA

Tes HPV-DNA adalah pengambilan sampel untuk mengetahui

adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi kapas atau sikat

(Rasjidi, 2008: 53).


24

b) Indikasi Tes HPV-DNA

Kelompok resiko tinggi paparan terhadap infeksi HPV.

c) Persiapan dan syarat Tes HPV-DNA

(1) Persiapan alat Tes HPV-DNA

(a) Sabun dan air mengalir untuk mencuci tangan

(b) Lampu

(c) Meja ginekologi

(d) Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi

(e) Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi

(f) Sikat kecil, lidi kapas

(g) Botol kecil dengan cairan pengawet (alcohol 96%),

untuk menyimpan sampel.

(h) Kaleng berisi air hangat untuk menghangatkan

speculum

(i) Formulir pencatatan

(j) Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi

instrumentdan sarung tangan.

(2) Persiapan pasien Tes HPV-DNA

(a) Terangkan tentang tes HPV-DNA dan menjelaskan

arti positif hasil pemeriksaan dan lakukan informed

consent.
25

(b) Sebaiknya tidak dilakukan pada saat menstruasi,

tetapi adanya perdarahan sedikit tidak menghalangi

dilakukannya pemeriksaan.

(c) Lakukan pemeriksaan inspekulo secara umum

(Rasjidi, 2008: 53).

d) Prosedur Tes HPV-DNA

(1) Ambil sampel dari bagian atas vagina dan ostium serviks

dengan menggunakan lidi kapas atau sikat kecil.

(2) Masukkan lidi kapas atau sikat ke dalam wadah yang

berisi cairan pengawet.

(3) Tutup speculum dan keluarkan dengan gentle.

(4) Beri label nama, register dan tanggal pemeriksaan.Catat

semua kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan

inspekulo (Rasjidi, 2008: 54).

3) Tes Diagnostik (Kolposkopi)

a) Pengertian Kolposkopi

Kolposkopi adalah pemeriksaan mulut rahim dengan

menggunakan kolposkop. Kolposkop menggabungkan suatu

cahaya yangterang dengan lensa pembesar untuk membuat

jaringan Rahim lebih mudah dilihat dengan memasukkan alat

ini kedalam vagina (Maharani, 2009: 83).


26

b) Indikasi Kolposkopi

(1) Adanya temuan positif dari pemeriksaan skrining, tes Pap,

IVA, dan HPV-DNA.

(2) Lesi serviks yang mencurigakan.

(3) Ditemukan Ca invasive pada pemeriksaan sitologi.

(4) Temuan sitologi yang tidak memuaskan.

(5) Infeksi HPV onkogen (Rasjidi, 2008: 54).

c) Persiapan dan Syarat Kolposkopi

(1) Persiapan alat Kolposkopi

(a) Kepala kolposkop

Terdiri dari: lensa objektif, lensa okuler, sumber

cahaya, filter hikau atau biru, knop untuk memasang

filter,knop untuk menyesuaikan sumber cahaya, knop

untuk mengubah pembesaran lensa objektif, fine

focusing handle, knop untuk menyesuaikan ketinggian

atau kepala kolposkop dari lantai, dan bola lampu.

(b) Aksesoris

Terdiri dari: lensa tambahan monocular untuk mengajar

dan kamera fotografik dan kamera video CCD.

(c) Meja pemeriksaan

(d) Alat Kolposkopi.


27

(2) Persiapan bahan kimia Kolposkopi

(a) Cairan NaCL

(b)Asam asetat 3% -5%

(c) Lugol

(d)Albothyl –Ag Nitrat –Monsel

(e) Topikal –Lokal anestesi

(3) Persiapan pasien Kolposkopi

(a) Penjelasan prosedur, alasan diperlukan pemeriksaan

ini, dan kepentingannya dalam tatalaksana.

Memastikan pasien telah mengerti dan meminta

informed consent.

(b) Menunjukkan kolposkop pada pasien dan menjelaskan

bagaimana penggunaannya dalam memeriksa pasien.

(c) Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan ginekologis

dan melakukan pemeriksaan speculum.

(d) Memastikan forniks posterior (ruang dimana vagina

yang mengelilingi ektoserviks) dalam keadaan kering.

d) Prosedur Kolposkopi

(1) Informasikan pada pasien langkah-langkah yang akan

dikerjakan, dan beritahu pasien sebelum melakukan

tindakan yang dapat menyebabkan kram atau nyeri.

(2) Amati serviks pada pembesaran rendah (5x hingga 10x)

mencari daerah dengan abnormalitas yang jelas.


28

Mengidentifikasi zoan transformasi dan sambungan

skuamocolumnar yang asli dan yang baru. Bila diperlukan,

atau bila sambungan skuamocolumnar tidak dapat tampak

keseluruhan, dapat menginspeksi kanal servikalis

menggunakan speculum endoserviks. Bila keseluruhan

sambungan skuamoscolumnar tetap tidak tampak,

prosedur kolposkopi disebut tidak adekuat atau tidak

memuaskan dan harus dilakukan kuretase endoserviks.

(3) Berikan cairan salin pada serviks. Amati serviks dengan

filter hijau dan 15x pembesaran, perhatikan adanya pola

vascular abnormal.

(4) Berikan asam asetat setelah pasien diperingatkan aka nada

sensasi tersengat. Tunggu 1 atau 2 menit untuk terjadinya

perubahan warna. Amati adanya perubahan penempakan

serviks. Berikan perhatian khusus pada abnormalitas dekat

dengan sambungan skuamocolumnar.

(5) Integrasikan temuan dari tes menggunakan cairan salin

dengan asam asetat untuk membuat diagnose kolposkopi.

(6) Informasikan pada pasien bahwa akan mengambil biopsy

dari serviksnya, yang akan menyebabkan kram.

(7) Ambil biopsy serviks pada area-area yang paling

abnormal, dan letakkan pada botol-botol terpisah yang

sudah diberi label dan berisi formalin.


29

(8) Bila perlu, lakukan kuretase endoserviks. Pegang kuret

seperti memegang pena dan kerok kanal endoserviks

dengan gerakkan yang lembut dan pendek hingga terambil

lengkap. Biarkan kuret tetap di dalam kanal selama

prosedur dilakukan. Pada akhirnya, ambil kuret, letakkan

pada gauze atau kertas coklat, dan segera celupkan pada

formalin 10%.

(9) Bila terdapat perdarahan aktif, beri pasta Monsel pada area

perdarahan (Rasjidi, 2008: 58).

e) Hasil Kolposkopi

(1) Hasil kolposkopi yang normal berupa leher rahim yang

rata dan berwarna merah muda.

(2) Hasil yang tidak normal adalah ada kutil dibawah serviks,

adanya perubahan jaringan prekanker, dysplasia serviks,

keganasan dalam serviks, dan keganasan yang invasif

(Sukaca, 2009: 103).

g. Pencegahan Kanker Serviks

Pencegahan sebelum datang kanker serviks dapat dilakukan

dengan 2 cara pencegahan (Sukaca, 2009: 111), yaitu:

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker

yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat

dikontrol. Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut:


30

a) Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja.

b) Batasi jumlah pasangan

c) Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak

pasangan.

d) Menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital

warts.

e) Hubungan seksual yang aman. Kondom tidak memproteksi

HPV.

f) Jika merokok maka hentikan merokok.

2) Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan

dengan cara uji Pap Smear dengan teratur. Hal itu dapat dilakukan

pada:

a) Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan

seksual.

b) Bila telah tiga kali Pap Smear dan hasilnya normal maka

pemeriksaan akan lebih jarang.

c) Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.

d) Wanita yang telah menopause masih membutuhkan pemeriksaan

Uji Pap.
31

h. Program Skrining menurut WHO

Program pemeriksaan atau skrinig yang dianjurkan untuk kanker

serviks menurut WHO adalah sebagai berikit:

1) Skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40

tahun

2) Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 tahun pada wanita usia

35-55 tahun

3) Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan setiap 5 tahun pada wanita

usia 35-55 tahun

4) Ideal atau optimal, lakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60

tahun (Rasjidi, 2009:127).

2. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (sebagai hasil dari tahu manusia), ilmu, dan

filsafat. Pengetahuan atau Knowledge menurut Mubarok (2011:81)

adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

pancainderanya. Pengatahuan pada dasarnya akan terus bertambah

dan menjadi bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia

yang alami.
32

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan termasuk dalam domain kognitif ini mempunyai

enam tingkatan menurut Notoatmodjo (2003: 122) yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat

kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk seluruh rangsang yang telah diterima. Tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Ukurannya

bahwa ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

menyatakan hal tersebut.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan dan

mengiterpretasikan dengan benar dan secara luas tentang objek

yang diketahui. Ukurannya bahwa ia dapat menjelaskan,

memberikan contoh, dan menyimpulkan hal tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang nyata atau

sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih

saling terkait dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan


33

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan

dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain merupakan kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Banyak cara yang dapat digunakan untuk memperoleh

pengetahuan, namun dari berbagai macam cara tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua (Notoatmodjo, 2010: 10-18) yaitu:

1) Cara Non Ilmiah

Memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

metode penemuan atau metode penelitian secara sistematik dan

logis. Cara-cara memperoleh pengetahuan non ilmiah ini antara

lain, meliputi:

a) Cara coba salah (Trial and Eror)

Trial and Eror atau yang disebut cara coba-coba ini telah

dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin


34

sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan,

tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan

pengetahuan. Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi

pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman

itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan.
35

e) Cara akal sehat

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau

kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para

orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat

orang tuanya atau menggunakan cara menghukuman fisik bila

anaknya berbuat salah dan sebaliknya. Pemberian hukuman atau

hadiah merupakan cara yang masih dianutoleh banyak orang

untuk mendisplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran agama mengatakan suatu kebenaran diwahyukan

dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan

diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut itu rasional atau tidak.

g) Kebenaran melalui intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat

sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran melalui intuitif (bisikan hati)

ini sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan

cara-cara yang rasional dan sistematis.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sinilah manusia


36

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti

dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap

oleh indra. Kemudian disimpulkan kedalam konsep yang

memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM)

mengembangkan cara berpikir deduksi ke dalam suatu cara yang

disebut Silogisme. Silogisme ini merupakan suatu bentuk

deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai

kesimpulan yang lebih baik.

2) Cara Ilmiah

Memperoleh pengetahuan pada masa dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut juga sebagai metode

penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Pencatatan ini

mencakup tiga hal pokok, yaitu:


37

a) Segala sesuatu yang positif

Yaitu segala gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukannya

pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif

Yaitu segala gejala tertentu yang tidak muncul pada saat

dilakukannya pengamatan.

c) Gejala yang muncul secara bervariasi

Yaitu segala gejala yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.

d. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang individu (Mubarok, 2011: 83) yaitu:

1) Pendidikan

2) Pekerjaan

3) Umur

4) Minat

5) Pengalaman

6) Kebudayaaan lingkungan sekitar

7) Informasi.

e. Cara mengukur Pengetahuan

a. Wawancara tertutup atau terbuka dengan menggunakan instrument

(alat ukur/ pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup adalah

suatu wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang

diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal


38

memilih jawaban mana yang mereka anggap paling benar atau

paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka, dimana pertanyaan

pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka responden boleh

menjawab apa saja sesuai dengan pendapat ataupun pengetahuan

responden sendiri

b. Angket tertutup atau terbuka. Sama halnya wawancara, instrumen

atau alat ukurnya seperti wawancara hanya saja jawaban responden

disampaikan lewat tulisan.

c. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

jawaban dengan skor yang diharapkan (teringgi) kemudian

dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase dengan rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase

f = frekuensi dari pertanyaan yang dijawab dengan benar

n = jumlah frekuensi seluruh pertanyaan

Selanjutnya persentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat

kualitatif dengan acuan sebagai berikut:

a) Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai >75%-100%

b) Tingkat pengetahuan cukup apabila skor atau nilai 60%-75%

c) Tingkat pengetahuan kurang baik apabila skor atau nilai <60%

(Arikunto, 2010: 387).


39

3. Wanita Usia Subur

a. Pengertian Wanita Usia Subur

Wanita usia subur adalah seorang perempuan pada masa

reproduksinya ia mengikuti pola fertilitas yang berlaku dari usia 15-

49 tahun (Karwati dkk, 2011: 27).

Wanita usia subur berada kisaran usia 15-49 tahun, maka

pelayanan kesehatan pada kelompok ini meliputi remaja dan

pasangan usia subur (Prasetyawati, 2011:185).

b. Pelayanan reproduksi pada Wanita Usia Subur

Pelayanan reproduksi pada Wanita Usia Subur akan

meningkatkan sumber daya manusia. Menurut Prasetyawati (2011:

186) ada 8 komponen yang termasuk dalam kesehatan reproduksi

yaitu:

1) Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi,

infertilitas, infeksi dan penyakit.

2) Pendidikan seksualitas dan gender.

3) Pencegahan, skrining dan pengobatan saluran reproduksi, PMS,

termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya.

4) Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih

alat kontrasepsi yang ada.

5) Pencegahan dan pengobatan infertilitas.

6) Pelayanan aborsi aman.


40

7) Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan

pasca kelahiran.

8) Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.

4. Penyuluhan Kesehatan

a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan

kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan

menanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja

sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan

anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana, 2009:137).

b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Dalam penyuluhan kesehatan terdapat tiga tujuan penyuluhan

kesehatan (Machfoedz, 2005: 56) yaitu, sebagai berikut:

1) Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang adalah agar status kesehatan menjadi

optimal.

2) Tujuan jangka menengah

Tujuan jangka menengah adalah agar tertanam periaku hidup

yang sehat.

3) Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap,

norma dan sebagainya.


41

c. Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan menurut Maulana (2009:137)

sebagai sasaran pendidikan kesehatan, yakni sebagai berikut:

Masyarakat umum dengan berorientasi masyarakat pedesaan,

masyarakatkelompok khusus dan individu dengan teknik pendidikan

kesehatan individual.

d. Langkah-langkah perencanaan Penyuluhan

Langkah-langkah perencanaan penyuluhan menurut Machfoedz

dkk (2005: 51) adalah sebagai berikut:

1) Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah.

2) Menentukan prioritas.

3) Menentukan ujuan penuluhan.

4) Menentukan sasaran penyuluhan.

5) Menentukan isi penyuluhan.

6) Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan.

7) Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang

dibutuhkan.

8) Menyusun rencana penilaiannya.

9) Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaannya.

e. Metode Pendidikan kesehatan

Untuk setiap sasaran dalam pendidikan kesehatan berbeda antara

sasaran individual maupun sasaran kelompok. Dibawah ini akan


42

diuraikan beberapa metode pendidikan kesehatan menurut

Notoatmodjo (2003: 56) antara lain, sebagai berikut:

1) Metode pendidikan individual (perorangan)

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas

lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat

diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut

dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh

pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah

perilaku).

b) Interview (wawancara)

Cara ini merupakn bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan

klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap

perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah

atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan

kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan

yang lebih mendalam lagi.


43

2) Metode pendidikan kelompok

a) Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila

peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik

untuk kelompok besar ini, antara lain:

(1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut:

(a) Persiapan

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu

menguasai materi yang akan diceramahkan. Untuk itu

penceramah harus mempelajari materi dengan

sistematika yang baik dan lebih baik lagi apabila

disusun dalam diagram atau skema, serta harus

mempersiapkan alat bantu pengajaran, misalnya

makalah singkat, slide, transparan, soun sistem, dan

sebagainya.

(b) Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah

adalah apabila penceramah dapat besikap serta

berpenampilan yang meyakinkan, bersuara cukup keras

dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta


44

ceramah, berdiri di depan (dipertengahan), tidak boleh

duduk, menggunakan alat bantu semaksimal mungkin.

(2) Seminar

Metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu

penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya

dianggap hangat di masyarakat.

b) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya

disebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk

kelompok kecil ini antara lain:

(1) Diskusi kelompok

Agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para

peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat

berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain,

misalnya dalam bentuk segi empat atau lingkaran.

Pemimpin diskusi berada diantara peserta sehinnga

menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain

mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama,

sehingga setiap anggota kelompok mempunyai kebebasan

atau keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.


45

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus

memberikan pancingan yang dapat berupa pertanyaan-

pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang

dibahas. Agar tejadi diskusi yang hidup maka pemimpin

harus mengatur dan mengarahkan jalannya diskusi.

(2) Curah pendapat

Metode ini merupakan modifikasi diskusi kelompok.

Prinsipnya sama bedanya pada permulaannya pemimpin

kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian

setiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah

pendapat).

Tanggapan atau jawaban tersebut ditampung dan

ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua

peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi

komentar oleh siapapun. Baru setelah semua anggota

mengeluarkan pendapatnya, setiap anggota dapat

mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.

(3) Bola salju

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan. 1

pasang 2 orang kemudian dilontarkan suatu pertanyaan

atau masalah. Setelah lebih krang 5 menit maka setiap 2

pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap


46

mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari

kesimpulannya.

Kemudian setiap pasangan yang sudah

beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan

lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan

terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

(4) Kelompok-kelompok kecil

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil

yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau

tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing

kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya,

hasil dari setiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari

kesimpulannya.

(5) Memainkan peranan

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan,

misalnya dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan,

dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai

pasien atau anggota masyarakat.

Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau

komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.


47

(6) Permainan stimulasi

Metode ini merupakan gabungan antara role play

dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan

dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan

monopoli.

Cara memainkannya persis seperti bermain

monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk

arah), selain papan main. Beberapa orang menjadi pemain,

dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

3) Metode pendidikan massa

a) Ceramah umum

Pada acara tertentu, para pejabat kesehatan lainnya berpidato

di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

b) Pidato atau diskusi tentang kesehatan melalui media

elektronik, baik televisi maupun radio, pada hakikatnya

merupakan bentuk pendidikan kesehtan massa.

c) Stimulasi

Dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan di

suatu media massa merupakan pendekatan pendidikan

kesehatan massa.
48

d) Sinetron Dokter Sartika dalam acara televisi tahun 1990-an

juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan

massa.

e) Tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel

maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan

penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan

kesehatan massa.

f) Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster,

dan sebagainya juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan

massa.

f. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan hakikatnya adalah alat bantu

pendidikan untuk menyampaikan informasi kesehtan dan

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat

atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan

kesehatan, menurut Putri (2013: 47) media ini dibagi menjadi 3 yaitu,

sebagai berikut:

1) Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-

pesan kesehatan yang sangat bervariasi menurut Putri (2013: 47)

media cetak dibagi menjadi 9, antara lain sebagai berikut:


49

a) Poster

Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar

yang bertujuan mempengaruhi seseorang agar tertarik pada

sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang bertindak akan

sesuatu hal. Poster tidak dapat memberikan pelajaran dengan

sendirinya, karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok

diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang

sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan

demikian, poster bertujuan untuk mengingat kembali dan

mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh komunikator.

Poster berupa lembaran kertas dengan ukuran tertentu,

berisi tulisan dan gambar poster dapat dibuat dengan tangan

secara langsung, teknik sablon dan cetak mesin, dalam warna

hitam putih dan penuh warna. Penyebaran poster dengan cara

dipajang atau ditempel ditempat umum seperti tembok,

pohon, halte, dan lain-lain.

b) Leaflet

Leaflet adalah suatu bentuk media publikasi yang berupa

kertas selebaran dengan ukuran tertentu, disajikan dalam

bentuk lembaran kertas berlipat (pada umumnya 2-3 lipatan)

dan tanpa lipatan. Penyebarannya dengan cara dibagi-bagikan

kepada pengunjung pameran. Leaflet dapat dibuat dengan


50

teknik secara langsung serta melalui teknik cetak (sablon,

offset).

Leaflet sering juga disebut pamplet merupakan selembar

kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah

khusus untuk sesuatu sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran

leaflet biasanya 20x30 cm, berisi tulisan 200-400 kata. Isi

harus bisa ditangkap dengan sekali baca.

c) Baligho

Baligho adalah media informasi yang dipasang di tempat

terbuka, di tempat-tempat strategis seperti jalan raya. Baligho

dibuat dalam ukuran besar, menggunakan bahan dari papan

triplek dan cat pewarna.

Pada umumnya berisi informasi mengenai sesuatu,

pewarnaan suatu produk dan lain-lain yang dilengkapi dengan

gambar. Baligho merupakan media yang lebih besar

cakupannya untuk menyampaikan pesan kemasyarakat yang

mengendarai kendaraan, dikarenakan baligho hanya berada

ditempat-tempat tertentu dengan desain yang lebih sederhana

pada penulisan keterangan event, alasannya dibuat konsep

desain seperti itu adalah karena masyarakat yang mengendarai

kendaraan hanya bisa melihat dalam waktu singkat. Bahan

dasar pembuatan media ini umumnya menggunkan bahan


51

frontlite yang dicetak dengan teknis digital printing ukuran

3x4,5 meter.

d) Spanduk

Spanduk adalah media informasi yang berupa kain

berukuran panjang 5 meter sampai 8 meter, biasanya dipasang

di tepi-tepi jalan dengan cara dibentangkan. Spanduk berisi

huruf atau kalimat informasi dan gambar. Teknik pembuatan

dapat dikerjakan dengan tangan secara langsung

(menggunakan cat), teknik sablon (screen printing) dan offset

(cetak mesin), dan warna hitam atau putih atau berwarna.

e) Umbul-umbul

Umbul-umbul yaitu kelanjutan dari publikasi spanduk,

yang penempatannya di area pinggiran jalan raya, wilayah

pemukiman kompleks, kawasan pedestrian. Umbul-umbul

mempunyai manfaat sama seperti spanduk, baligho, dan

umumnya umbul-umbul dibuat dalam format potrait, ukuran

110x350 cm, bahan albatros, teknis produksi high resolution

print.

f) X-banner

Standing banner atau X-banner kini menjadi pajangan

yang lazim di berbagai tempat, dikarenakan harganya

terjangkau, banyak orang memanfaatkannya dengan

berlebihan, berjajar penuh dan saling mencuri perhatian. X-


52

banner adalah karya seni atau desain grafis yang memuat

komposisi gambar dan huruf diatas kertas berukuran besar,

biasanya ukurannya 60x160 cm.

Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau

permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata

sekuat mungkin. Karena itu dibuat dengan warna-warna

kontras dan kuat. Seni terapan ini lebih ditunjukan untuk

propaganda dan reklame atas produk-produk yang dimuat

didalamnya. Disebut standing banner karena berbentuk seperti

spanduk berdiri. Disebut X-banner karena dibelakangnya ada

tulang untuk menjaganya berdiri dan tulang ini berbentuk

seperti huruf X.

g) Gimmick

Gimmick merupakan media efektif yang diberikan

langsung ke masyarakat dan bisa digunakan oleh masyarakat

yang ditargetkan. Media gimmick yang tersedia dari bahan

dan teknis produksinya antara lain: kaos, mug, kalender, pin,

topi, gantungan kunci, tempat minum, stiker, tempat pensil,

dan lain-lain.

h) One way vision stiker

One way vision stiker adalah penghalang cahaya

matahari pada kendaraan. Namun pada pengaplikasiannya,

one way vision stiker banyak digunakan untuk


53

mempromosikan suatu produk atau jasa maupun sebagai

media kampanye. Dalam kampanye biasanya ditempatkan

pada mobil, bus, angkutan kota untuk memberikan kesadaran

kepada target audiens. Pesan yang disampaikan seperti

baligho. Jenis media ini sekarang sangat besar manfaatnya

karena jangkauan area cukup luas dengan mobilitas kendaraan

yang cukup jauh, dan paling menguntungkan sekarang karena

di Indonesia media one way vision stiker belum diatur tentang

pajak reklamenya.

2) Media massa

Media surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan

mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah

disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam

berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalisasi,

olahraga, tajuk rencana, cuaca. Biasa berisi karikatur yang

biasanya dijadikan bahan sindiran lewat gambar berkenaan

dengan masalah-masalah tertentu, komik, TTS, dan hiburan

lainnya.

3) Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya

menurut Notoatmodjo (2003: 71) antara lain:


54

a) Televisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui

televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum

diskusi masalah kesehatan, pidato, TV Spot, kuis, atau cerdas

cermat, dan sebagainya.

b) Radio

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui radio

juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan,

sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.

c) Video

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui video.

d) Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaian pesan atau

informasi kesehatan.

e) Film strip

Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaian pesan

atau informasi kesehatan.

4) Media internet

Media internet sebagai alat bantu penyampaian pesan atau

informasi kesehatan. Menurut Putri (2013: 51) media internet

dibagi menjadi 2 yaitu, sebagai berikut:


55

a) Jejaring sosial (social network)

Metode pendidikan kesehatan maupun promosi

kesehatan menggunakan jejaring social (facebook dan twitter)

sangat efektif dan denga biaya yang sangat murah, hal ini

dapat digunakan sebagai media yang sangat cepat seiring

dengan berkembangnya teknologi.

b) Website/Blog/Wordpress dan lain-lain

Media dalam pendidikan kesehatan maupun promosi

kesehatan yang sangat efektif dengan teknologi percetaan

yang sangat memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat

lagi. Teknologi informasi ini mengakibatkan informasi lebih

cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama

tersimpan.
56

B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di atas maka dapat disusun

kerangka teori sebagai berikut:

Perilaku

Proses Perubahan

Predisposing Factors Enabling Factors Reinforcing Factors


Pengetahuan, sikap, Ketersediaan sumber- Sikapdan perilaku
kepercayaan, sumber dan fasilitas. petugas
tradisi,nilai, dsb

Komunikasi
Pemberdayaan Masyarakat Training
Penyuluhan
Pemberdayaan Sosial

Pendidikan Kesehatan
(Promosi Kesehatan)
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber:

Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)


57

C. Kerangka Konsep

Dari uraian tinjauan pustaka diatas, maka disusun kerangka konsep sebagai

berikut :

Pengetahuan Pengetahuan
WUS sebelum Penyuluhan WUS setelah
Penyuluhan Penyuluhan

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan pengetahuan Wanita Usia Subur tentang

deteksi dini kanker serviks sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan.

Ha : Ada perbedaan pengetahuan Wanita Usia Subur tentang deteksi

dini kanker serviks sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai