Disusun Oleh:
YELLI DELVIA, S.Kep
NIM. 21020249
(___________________) (__________________)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis
kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim.Di Indonesia hanya 5 persen yang
melakukan Penapisan Kanker Leher Rahim, sehingga 76,6 persen pasien
ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut (IIIB ke atas), karena
Kanker Leher Rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya.
Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes Pap smear dan juga
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan
leher rahim mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50%
atau lebih.Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human
papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher
rahim. Perawatan termasuk operasi pada stadium awal, dan kemoterapi
dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kanker serviks?
2. Bagaimana gejala kanker serviks?
3. Apa saja penyebab kanker serviks?
4. Bagaimana factor resiko dan diagnosis kanker serviks ?
5. Bagaimana pengobatan kanker serviks?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan
serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa
tipe kanker serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell
carcinoma (SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis
kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu
faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell
carcinoma, adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma,
merupakan tipe kanker serviks yang langka yang tidak terkait dengan
HPV.Beberapa tipe kanker yang telah disebutkan, tidak dapat ditanggulangi
seperti SCC.
B. Gejala
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala.Segera temui dokter
bila Anda mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut:
1. Pendarahan vagina
2. Sakit punggung
3. Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
4. Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan
kosong.
5. Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
6. Salah satu kaki membengkak
7. Kebocoran urin atau feses dari vagina.
C. Penyebab
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling
umum atau faktor utama terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan
melalui hubungan seksual, baik oral maupun anal.Setiap wanita yang aktif
secara seksual memiliki resiko terkena kanker serviks.Akan tetapi wanita
dengan partner seks lebih dari satu memiliki resiko yang lebih besar.Wanita
yang melakukan hubungan seks tanpa pelindung sebelum umur 16 tahun
memiliki tingkat resiko tertinggi.Beberapa vaksinasi telah dikembangkan dan
secara efektif membunuh HPV yang menjadi penyebab dari 70 hingga 85
persen kanker serviks. Vaksin HPV ditujukan untuk anak perempuan dan
wanita dewasa dari usia 9 hingga 26 tahun karena vaksin hanya dapat bekerja
sebelum infeksi terjadi. Akan tetapi, vaksinasi masih dapat dilakukan pada
wanita yang belum aktif secara seksual pada usia dewasa. Mahalnya harga
vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan tetapi, karena vaksin in
hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap
harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi.
D. Faktor Resiko
1. Faktor Alamiah
Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada
seseorang dan memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang
termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas
40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya
terkena kanker serviks.Tetapi hal ini tidak hanya sekedar orang yang
sudah berumur saja, yang berusia muda pun bisa terkena kanker serviks.
Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan. Akan tetapi
kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya
risiko kanker serviks.Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik
tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks.Ini tidak berarti
Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks dapat merasa aman
dari ancaman kanker serviks.Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda
terhadap kanker serviks.
2. Faktor Kebersihan
a. Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam
keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan
normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila
salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti
keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi
dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak
normal.
b. Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering
dijumpai antara lainsifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil
kelamin, dan virus HPV.
c. Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin
merupakan bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan
pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayon, kardus,
dan lain-lain.
d. Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-
toilet umum yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni
oleh kuman-kuman.
3. Faktor Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa
Anda tentukan sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di
usia terlalu muda. Berganti-ganti partner seks. Lebih dari satu partner seks
akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin, termasuk virus
HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang). Saat dilahirkan, janin
akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Bila Anda
memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula terjadi
trauma pada serviks. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan
papsmear, kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga
memberikan hasil pengobatan semakin baik. Dokter yang tepat dalam
melakukan pap smear adalah Dokter kandungan, tetapi beberapa
Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.
E. Diagnosis
Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks,
kepastian diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan
biopsi dari serviks. Biopsi umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi
serviks melalui pencitraan yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam
untuk memperjelas sel-sel abnormal pada permukaan serviks. Proses ini
memerlukan waktu 15 menit dan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision
Procedure (LEEP), cone biopsies dan punch biposies. Pap Smear merupakan
cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian diagnosa kanker
serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi
umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan
yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel
abnormal pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit
dan tanpa menimbulkan rasa sakit. Prosedur diagnosa lanjutan meliputi
prosedur Loop Electrical Excision Procedure (LEEP), cone biopsies dan
punch biposies.
F. Pengobatan
Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur
bedah konservatif untuk wanita yang ingin mempertahankan kesuburan
mereka, sementara yang lain dianjurkan untuk mengangkat seluruh organ
uterus dan serviks (trachelectomy). Setelah prosedur pembedahan, umumnya
direkomendasikan untuk menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum
melakukan program kehamilan.
Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar getah
bening disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan
mengangkat beberapa kelenjar getah bening dari sekitar uterus untuk bahan
evaluasi patologi.
Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila
kanker telah sepenuhnya diangkat melalui trachelectomy.Akan tetapi, pasien
dianjurkan untuk tetap melakukan pencegahan secara aktif dan melakukan
pemeriksaan lanjutan, termasuk melakukan skrining Pap smear.
Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi
radikal (pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah
bening.Terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat diberikan setelah
prosedur pembedahan guna mengurangi resiko kembalinya kanker. Tumor
usia dini berukuran besar dapat diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi
dahulu. Histerektomi dapat dilakukan kemudian untuk mengendalikan kanker
secara lokal dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fida & Maya. 2017. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika
Jones, T., & Jacobsen, S. T. 2017. Childhood Febrile Seizures: Overview and
Implication. Int
1. IDENTITAS PASIEN
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. Sukri
Umur : 47 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Glumpang Sulu Barat, Dewantara
2. RIWAYATKEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan badannya terasa lemah, mudah lelah/cape, dan
pegal – pegal. Dan Pasien datang ke Rumah Sakit karena mengeluh
keluar darah dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu.
a. Lamanya keluhan
Di rasakan sudah 3 bulan.
b. Timbulnya keluhan
Perdarahan terjadi tidak tentu waktunya.
c. Faktor yang memperberat
Perdarahan akan semakin banyak jika Pasien melakukan aktivitas
yang berat.
d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
Sendiri: Setelah mengetahui keadaannya Pasien istirahat dari aktivitas
yang berat.
Keluarga: Pasien sebelumnya di bawa ke rumah Sakit Cut Meutia
Lhokseumawe untuk mendapat perawatan di sana.
Eliminasi Urine
Ibu pasien mengatakan BAK sehari 4 – 5 kali sehari dengan warna
kuning jernih
d. PERSONAL HYGIENE
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, cuci rambu 3x seminggu dan
sikat gigi 2 x sehari
3. PEMERIKSAAN
FISIK
a. KEADAAN UMUM
Dilakukan pada tanggal: 23 Maret 2023
Keluhan Utama : Lemah
Kesadaran : Composmetis
TTV : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Temperatur : 36,5 oC
Respirasi rate : 20 x/m
.
4. ANALISA DATA
5. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan situasi krisis
b. Resiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejang.
c. Resiko kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
sering buang air besar dan muntah
6. Intervensi Keperawatan
7. Implementasi Keperawatan